Ha Tan Wa

Ha Tan Wa

HTW 1

Layaknya sebuah kebahagiaan yang tidak akan bertahan selamanya, maka penderitaan hidup pun pasti akan ada akhirnya.

***/***/***/***/***/***/***/***

Sekali lagi, Laras mematut diri pada cermin yang menempel di pintu lemari. Riasan sempurna, benar-benar mengubah wajahnya menjadi tidak dikenali. Cantik. Itulah yang akan semua orang katakan, kala melihatnya.

Tok tok tok

Senyuman lembut yang selalu ditampilkan oleh sang nenek, hampir membuat Laras tidak mampu menghentikan lelehan air mata. Teringat kalau setelah hari ini, dia akan tinggal jauh dari wanita tua yang telah berjasa membesarkannya.

“Nenek…,” Laras bergerak maju. Menyongsong uluran tangan dari tubuh yang kurus, tapi hangat.

“Laras cucuku,” Aisyah bergumam. Memeluk gadis yang selama ini dia jaga dengan baik. Menggantikan peran dari anak dan menantunya yang telah lebih dulu pergi. “Nenek bahagia karena bisa menemanimu sampai hari ini,” katanya.

“Laras juga bahagia, bisa melihat dan membuat nenek terus tersenyum seperti sekarang.”

“Dasar bodoh! Nenek mana yang tidak senang, saat bisa melihat cucunya sendiri berbalut baju pengantin secantik dirimu, hem? Nenek bahkan masih tidak percaya, kalau yang berdiri di depan nenek sekarang, adalah cucuku yang masih suka manjat pohon kelapa di belakang rumah.”

Ucapan Aisyah, sukses membuat keduanya terkikik. Tapi itu hanya sebentar saja. Karena di detik berikutnya, Laras sudah menundukkan kepala, bersamaan dengan luruhnya kristal bening tanpa bisa dicegah.

“Laras pasti akan selalu merindukan Nenek….”

Aisyah membiarkan sang cucu membasahi pundaknya. Mengerti dengan benar, seperti apa perasaan Laras saat ini. Dia bahkan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak ikut terisak.

“Sudahlah. Berhenti menangis, sebelum air matamu menghancurkan kerja keras orang lain. Mereka sudah bersusah payah, untuk membuatmu cantik. Apa kau tidak malu?” Aisyah mencoba menggoda Laras, agar sang cucu berhenti melow sebelum dia juga terseret dalam keharuan.

“Nenek…,” Laras mencembik. “Tanpa riasan pun, Laras sudah cantik sejak lahir. Jadi jangan mengejekku!”

“Hahaa baiklah, baiklah. Sebentar lagi calon suamimu akan datang, jangan sampai kau membuatnya membatalkan acara, saat melihat pengantinnya berubah jadi buruk rupa karena riasannya yang luntur.”

“Nenek…,” rengekan Laras bertepatan dengan masuknya seorang pemuda gagah, yang memberitahukan kedatangan rombongan pengantin pria.

“Nek, Pak Penghulu ada di depan. Katanya mau ketemu,” ucap Arya. Satu-satunya saudara kandung selain Nenek yang Laras miliki.

“Iya, sebentar.”

Nenek Aisyah kembali menatap Laras. “Kau sudah siap, kan?”

Anggukan mantap sebagai pengganti suara dari mulut. Nenek Aisyah pun keluar kamar, meninggalkan Laras bersama Arya. Sengaja memberi waktu khusus untuk kedua cucunya, sebelum mereka hidup terpisah.

-

Laras menginjakkan kakinya di halaman rumah mewah milik Tyo, pria yang baru seminggu lalu resmi menjadi suaminya. Bahagia? Tentu saja. Menikah dengan laki-laki yang dia cintai, serta mendapat perlakuan manis setiap saat, tidaklah terbayang sebelumnya.

“I-ini rumah kamu, Mas?” Tanya Laras dengan mata membola.

“Bukan lagi. Karena mulai sekarang, ini adalah rumahmu. Mas hanya numpang tinggal,” jawab Tyo.

“Sebesar ini?”

“Tidak sebesar rasa sayang mas buat kamu,” Tyo tersenyum melihat semburat malu di wajah istrinya. “Ayo masuk! Kau harus melihat kamar kita yang sudah mas siapkan.”

Tyo menggiring tubuh Laras, melewati pintu kayu yang terbuka lebar. Satu orang sopir, satu orang tukang kebun, dan juga dua orang wanita menyambut kedatangan Laras bersama Tyo.

“Selamat datang Tuan dan Nyonya,” ucap mereka bersamaan.

Tyo mengangguk ringan, sementara Laras hanya bisa tersenyum kikuk. Perlu waktu untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Apalagi bagi seorang Ajeng Ayu Larasati. Gadis desa yang terbiasa hidup sederhana, tiba-tiba menjadi Nyonya di rumah yang terbilang besar dan cukup mewah.

-

Laras berjalan menuju dapur. Setelah membersihkan diri dan beristirahat sejenak, dia memutuskan untuk keluar kamar dan mencoba mendekatkan diri dengan para pengurus rumah.

“Apa anda perlu sesuatu, Nyonya?” Sapa wanita paruh baya yang kebetulan menyadari kehadiran Laras di sampingnya. Dia adalah Bi Mira, wanita yang sudah lama bekerja pada Tyo.

“Ah tidak ada, Bi. Laras cuma mau ikut memasak makan malam untuk Mas Tyo,” jawab Laras. “Oh iya, jangan panggil saya Nyonya, panggil saja Laras!”

“Apa itu tidak apa-apa?” Tanya Bi Mira, ragu. “Maksud bibi, apa nanti Tuan Bram tidak marah pada saya?”

“Nanti Laras yang akan membicarakan itu dengan mas Tyo,” kilah Laras.

“Mas Tyo?” ulang Bi Mira.

“Iya, suami saya. Memang kenapa, Bi?”

“Oh, tidak kenapa-napa. Bibi cuma baru tahu panggilan sayang Nyonya untuk Tuan. Karena Bibi dan semua yang bekerja di sini, biasa memanggil Tuan dengan sebutan ‘Tuan Bram’,” jelas Bi Mira.

“Seperti itu ya,” Laras mengangguk. “Pokoknya yang penting, Bibi mau membiasakan diri memanggil Laras dengan sebutan nama saja. Tanpa embel-embel Nyonya! Laras merasa tidak cocok dengan panggilan itu. Aneh!”

“Apanya yang aneh, Ajeng?”

Suara dan pertanyan yang tiba-tiba terdengar, sukses mengagetkan tiga orang yang ada di dapur.

Tentu Laras kenal dengan suara itu, suara milik suaminya. Ditambah lagi dengan sebutan ‘Ajeng’. Karena hanya laki-laki itulah yang memiliki panggilan berbeda untuknya.

“Se-sejak kapan, mas ada di situ?” Tanya Laras dengan tangan memegang dada.

“Sejak kamu ninggalin mas sendirian di kamar,” sindir Tyo dengan bibir mengerucut.

Laras mengulum senyum. Di matanya, Tyo terlihat lucu saat merajuk.

“Tadi kan mas masih tidur. Laras ngga tega banguninnya,” kilah Laras.

“Alasan!” potong Tyo, jutek. “Tadi apanya yang aneh?” Tanya Tyo sambil bersedekap.

Laras bertukar tatap dengan Bi Mira.

“Hmm sebenarnya, Laras kurang nyaman dengan panggilan ‘Nyonya’, Mas. Jadi..,” Laras menjeda sejenak, dan mempelajari perubahan mimik wajah Tyo. “Jadi.. bolehkan, kalau Laras minta Bi Mira dan semua penghuni rumah memanggil Laras dengan sebutan nama saja?”

Alis Tyo mengernyit. Kini dialah orang yang merasa aneh dengan sikap Laras. Di saat banyak wanita menjunjung tinggi status sebagai Nyonya, sang istri malah menolak dan meminta hanya dipanggil dengan nama saja.

“Mas…,” lirih Laras, takut.

Tyo bangkit dari kursi yang dia duduki, dan pergi begitu saja.

“Mas!” panggil Laras.

Langkah Tyo terhenti, dan akhirnya membalikkan badan. Sambil menyarungkan kedua tangan ke dalam saku celana, dia menatap Bi Mira. “Apapun keinginan istriku, lakukanlah! Karena dia adalah Nyonya di rumah ini. Jadi seaneh apapun keinginannya, kerjakan saja. Tapi jangan lupa untuk memberitahuku!” perintahnya kemudian.

Bi Mira tersenyum dan mengangguk. Sementara Laras yang tidak mengerti, masih terdiam.

Tatapan Tyo beralih pada wanitanya. Dengan langkah cepat, dia mendekat. “Kenapa masih diam? Tidak mau mengucapkan terima kasih, karena mas menuruti keinginanmu?”

“M-mas ngga marah?” cicit Laras.

“Marah? Kenapa?”

“.…”

“Mana bisa mas marah sama kamu,” Tyo mengusap lembut pipi sang istri, lalu menarik lengannya. “Ayo! Bantu mas mandi dan keramas,” ajak Tyo.

**

Selamat datang di karya terbaru Si_Ro.

Cerita ini dibuat untuk para pembaca yang penasaran dengan kisah Sekar. Bagaimana bisa dia akhirnya bertemu dengan Serena di rumah dukun langganannya? Atau kisah orang tua Sekar yang belum terperinci.

Jadi, ikuti terus ya.

Lagi dan lagi, Si_Ro mau ingatkan. Kalau semua cerita yang Si_Ro tulis, itu murni hasil dari khayalan Si_Ro sendiri. Jangan mencari-cari keterkaitannya dengan kehidupan nyata. Karena itu tidak akan ada, mungkin.

***

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kemiripan tokoh, jalan cerita, dan juga tempat, itu mungkin sebuah kebetulan semata.

Mohon maaf untuk typo dan kata-kata yang sekiranya menyinggung atau tidak sesuai dengan kenyataan, karena semua ini murni hanya karangan penulis.

Terima kasih untuk semua like, komen, dan vote poin maupun koin. Untuk yang sudah memberi bintang lima dan tanda love juga, terima kasih banyak.

Terpopuler

Comments

Sri Yati

Sri Yati

aku mampir author 🤗🤗 abis baca Serena lanjut kesini

2024-01-26

0

Ni Umayah

Ni Umayah

ak mampir lg

2022-06-15

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

kenapa menggunakan nama Tyo si Bram

2022-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!