Kakak Penolong

Hari ini di jam 5 sore, Khansa ditarik paksa masuk ke dalam gudang yang berada di belakang fakultas Bahasa Jepang, gudang yang sudah lama tak digunakan. Khansa semakin merasa takut ketika mereka menutup pintu gudang.

"Pegang yang bener" Titah seorang mahasiswa pada mereka yang sedang mencengkeram tangan Khansa

"Lo mau apa?! Jangan macem-macem ya!!" Ancam Khansa.

"Apa? Lo mau apa? Udah ga ada orang di kampus, ga ada juga yang mau nolongin Lo, hahaha" Balas lelaki yang kini ada dihadapan Khansa.

Khansa berteriak meminta tolong berkali-kali, suaranya kian lantang ketika lelaki dihadapannya tadi mendekatinya. Lelaki itu melonggarkan dasi dan juga ikat pinggangnya, dan mulai menyentuh rok Khansa.

"Engga! Engga!! Minggir Lo b*jing*an! Jauh-jauh dari gue!!" Air mata Khansa pecah, segala kata ia keluarkan. Ia juga menendang-nendang mahasiswa cabul ini. Namun mahasiswa lain justru ikut mencengkeram kakinya. Masih memberontak, beberapa mahasiswa menginjak kaki Khansa membuatnya berteriak karena kesakitan.

"Hahaha! Suka deh liat Lo kesakitan, makin cantik!" Ucap lelaki dihadapan Khansa, lelaki itu menampar wajah Khansa.

Tubuhnya terasa sakit karena beberapa kali dipukul, ujung bibirnya pun kini terluka. Saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah berteriak sekuat tenaga.

BRAKK

Semua mata tertuju pada seseorang yang mendobrak pintu. Lelaki berambut putih itu menghajar mahasiswa yang tak ikut memegangi Khansa.

"Banci Lo semua!" Ucap lelaki itu seraya lanjut memukuli para mahasiswa cabul itu.

Setelah membereskan semua, lelaki itu menggendong Khansa yang masih menangis sesenggukan keluar dari gudang. Sesampainya di parkiran, lelaki itu memakaikan jaket miliknya pada Khansa, dan memberikan sebotol air mineral untuk Khansa.

"Makasih kak.. Kakak nolongin aku lagi" Ucap Khansa setelah meneguk air pemberian lelaki dihadapannya.

".. Udah seharusnya" Balasnya singkat.

".. Nama kakak siapa?" Tanya Khansa penasaran.

Lelaki itu menatap Khansa sebentar, lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.

".. Rafa"

"Saya Khansa kak" Rafa berdehem.

"Lo udah enakan?" Tanya Rafa mendapat anggukan dari Khansa. Rafa tau gadis ini berbohong, terlihat dari jemari tangannya yang gemetar.

"Dimana rumah Lo? Biar gue anter pulang" Ajak Rafa.

"Ga usah kak, makasih. Saya bisa pulang sendiri kok" Tolak Khansa.

"Lo mau kenapa-napa di jalan?" Khansa menggeleng kuat. "Makanya, ayo gue anter. Tapi gue naik motor, Lo ga masalah?" Tanya Rafa memastikan.

"Ga papa kak. Makasih banyak" Rafa berdehem.

Ketika hendak menyalakan mesin, Rafa berdecak kesal ketika melihat indikator bensin yang sudah hampir habis. "Deon si*lan! Abis pake bukannya isiin bensin!" Umpat Rafa kesal.

Akhirnya motor berjalan meninggalkan kampus, Rafa berharap motornya masih bisa sampai di pom bensin sebelum motornya mati. Namun sayang, belum sampai di pom, motor sudah tak dapat berjalan.

"Ada-ada aja! Deon si*lan!" Umpat Rafa yang mengacak rambutnya kesal.

"Lo pulang naik taksi aja ya, udah mau sore banget juga" Tawar Rafa.

"Terus ini motornya?" Tanya Khansa.

"Yah.. Pomnya ga gitu jauh kok, gue bisa dorong ke pom" Balas Rafa.

"Masa kakak dorong sendiri? Biar aku bantu" Pinta Khansa.

"Ga usah. Udah sana pulang, sebentar gue pesenin taksi online dulu" Rafa mengeluarkan ponselnya bersiap untuk memesan taksi.

"Gue bilang ga mau!" Rafa menoleh menatap Khansa. Rafa terkekeh saat gadis itu baru saja menggunakan bahasa tak formal padanya.

"Kenapa malah senyum-senyum? Ayo! Dorong motornya ke pom!" Titah Khansa yang sudah bersiap untuk mendorong. Tak memberikan perlawanan lagi, Rafa memegang stir motornya dan mendorong motor bersama Khansa hingga sampai di pom bensin.

Setelah mengisi tangki bensin hingga full, Rafa segera mengantarkan Khansa pulang ke rumahnya. Pintu diketuk, dan muncullah seorang wanita paruh baya yang menyambut kepulangan Khansa dengan senyum hangat. Tak lupa, Khansa memperkenalkan Rafa pada ibunya.

"Makasih ya udah nganterin Khansa pulang. Oh iya, ibu masak banyak lho. Yuk masuk dulu yuk? Kita makan malam sama-sama?" Ajak ibu Khansa.

"Tidak usah Bu, nanti saya merepotkan. Terima kasih" Tolak Rafa lembut.

"Padahal hari ini ibu masak telur balado kebanyakan lho. Yakin ga mau nak?" Bujuk ibu.

Khansa yang merasa tak enak karena sudah malam, melirik kikuk ke arah Rafa, menunggu jawaban lelaki itu. Rafa diam sebentar sembari menatap Khansa, lalu mengangguk pelan sebagai jawaban dari tatapan Khansa. Dengan senang hati, ibu Khansa mempersilakan Rafa untuk masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang makan.

Rafa duduk sendirian di ruang makan, karena ibu sibuk menyiapkan makan malam, sedangkan Khansa sedang mengganti pakaian di kamarnya. Dalam keheningan, lelaki itu memperhatikan beberapa furniture yang ada di rumah sederhana itu. Ia juga melihat beberapa foto yang terpajang di dinding dan meja. Tak lama, Khansa yang sudah mengganti pakaiannya menghampiri Rafa dan duduk disampingnya.

"Maaf ya kak, jadinya harus makan dulu disini" Ucap Khansa merasa tak enak.

".. Ga papa" Balas Rafa singkat, membuat pembicaraan berhenti disana.

"Wah siapa nih? Pacar kakak ya?" Celetuk seorang anak laki-laki yang baru sampai di meja makan.

"Ken! Jangan sembarangan kalau ngomong! Ini senior kakak" Ucap Khansa panik.

"Yaah.. Iya deh. Halo kak, aku Ken, adiknya kak Khansa" Ucap Ken memperkenalkan diri.

"Halo, aku Rafa. Kelas berapa kamu?" Tanya Rafa.

"2 SMP kak" Balas Ken menyengir.

"Belajar yang rajin ya" Pesan Rafa lalu tersenyum. Khansa sedikit memicingkan matanya setelah melihat senyuman Rafa, karena sedari tadi Rafa hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Nah ayo kita makan. Ayah, ayo yah masuk dulu, kita makan. Ada tamu juga nih" Panggil ibu pada ayah yang masih sibuk di kebun belakang.

Setelah semua berkumpul, mereka mulai mengambil nasi dan lauk lalu mulai makan. Hingga tiba saatnya Rafa harus pulang, dan Khansa mengantarnya sampai ke depan rumah.

"Kak, makasih banyak ya... Kakak nolongin aku terus. Hari ini, kalau ga ada kakak, aku ga tau aku bakal gimana. Makasih banyak kak" Ucap Khansa lalu menundukkan kepalanya sebentar.

".. Lo ga perlu bilang terima kasih, udah seharusnya gue nolongin Lo" Balas Rafa.

Khansa mengangguk. "Hati-hati ya kak, jangan ngebut" Pesan Khansa.

Setelah mengangguk, Rafa berjalan ke arah motornya terparkir. Namun belum sampai di motonya, Rafa berhenti dan berbalik menatap Khansa. "Ga usah panggil gue 'kak', dan pakai bahasa yang formal. Kita seumuran kan?"

Khansa terdiam sebentar lalu mengangguk mengiyakan. Rafa tersenyum kecil lalu berbalik menuju motornya. Setelah memastikan Rafa telah hilang dari pandangannya, Khansa masuk ke dalam rumah. Ia menghampiri ibunya yang tengah mencuci piring kotor.

"Biar Khansa bantu ya Bu" Dengan senang hati sang ibu mengiyakan.

"Temenmu tadi ganteng lho Sa, ibu kirain calon mantu, bukan ya?" Tanya ibu nampak kecewa.

"Ibu.. Becanda aja.." Timpal Khansa malas.

"Lho ga becanda.. Emang ganteng, keliatannya anaknya juga baik, ga macem-macem. Apalagi dia cowok pertama yang nganterin kamu pulang, kalian ga ada hubungan apa apa nih? Beneran?" Tanya ibu gemas.

"Ibu.. Udah ih ga usah bahas ginian. Udah mending ibu ke kamar aja istirahat. Disini biar Khansa aja yang beresin" Balas Khansa.

"Iya deh.. Bener nih ga deket??" Tanya ibu lagi membuat Khansa merasa gemas.

"Ibuuu!" Rengek Khansa dibalas gelak tawa sang ibu.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

rumytashann

rumytashann

Hai, Kak, ceritamu bagus. Aku sudah vote, like dan rate 5. Ditunggu feedbacknya ke ceritaku: Mungkin, Memang Tidak Bisa untuk Ditulis Ulang.😍😍😍😘😘😘

2020-06-20

0

Hayu

Hayu

Hai Kak...💫💫💫💫💫👍

2020-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!