Pukul 06.30 tepat Mara telah tiba di sekolah. Ia berdiri di depan lokernya. Dengan malas ia membuka pintu loker itu. Diambilnya beberapa buku dari dalam sana dengan enggan. Ia diam sejenak sebelum mengunci kembali lokernya yang bernuansa merah muda itu.
Kepala Mara menoleh ketika ada seseorang masuk ke ruangan itu. Mara terpaku. Hingga tanpa ia sadari, kedua bola matanya telah mengikuti ke mana orang itu melangkah.
Riga? Dia ngelihat ke arah gue? Batin Mara sambil buru-buru mengalihkan pandangan, ketika tatapannya saling bertemu.
Buru-buru Mara berbalik badan dan mulai berjalan menuju koridor. Ia begitu tergesa-gesa. Hingga ia lupa untuk menyapa orang tersebut.
Ah! Kenapa ketemu dia sih disaat gue lagi kacau gini! Gue kan jadi inget waktu dia nolak gue tujuh bulan lalu. Umpat Mara di dalam hati, sambil memegangi jantungnya yang mulai berdegup tak karuan.
● ● ●
Chia masih menyembunyikan wajahnya di atas kedua tangan yang terlipat di atas meja. Ia memejamkan mata. Bahkan keributan yang terjadi pagi ini pun tidak mampu mengusiknya. Seolah-olah ia tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya saat ini.
"Chia! bangun! Lo yakin gak mau ikut serta buat acara penyambutan Riga?" Suara lembut Sani membuat Chia semakin merapatkan matanya yang sudah terpejam.
Ah! Chia berharap dengan tindakannya itu, Sani memilih pergi bersama teman-teman lainnya yang telah berkumpul di koridor daripada mengurusi dirinya. Sayangnya, Chia tahu Sani tak akan menyerah semudah itu.
"Chia! Tuh denger! Mereka yang bukan ceweknya Riga aja teriaknya sampe histeris gitu buat nyambut Riga! Nah elo yang pacarnya malah meringkuk di sini sendirian kayak orang bego! Ayo bangun! Bentar lagi Riga ngelewatin kelas kita! Chia! ayo banguuuunnn!!!!"
Chia memutar kedua bola matanya meski dalam keadaan terpejam. Uh! Menyebalkan. Ia paling benci jika statusnya dengan laki-laki bernama Utaraka Meteoriga itu dijadikan alasan oleh sahabatnya.
"Males," jawab Chia pelan.
"Gak bisa! Gak ada males-malesan! Ayo bangun! Bentar lagi Riga lewat kelas kita! Gue gak mau kehilangan momen yang sangat berharga nih! Jadi cepet bangun! Sebelum gue buat lo nyesel!" ancam Sani.
Emangnya apa bagusnya nyambut cowok es itu? Chia berkata di dalam hati.
"Ayo Chia bangun! Lo gak kangen apa sama Riga? Enam bulan loh lo gak ketemu dia." Suara lain menyerukan nama Chia. Meski terpejam, Chia tahu gadis yang sedang menggoyang-goyangkan lengannya itu adalah Hana.
"Nggak," jawab Chia cepat dengan nada datar.
"Ah lo kebangetan Chia! Masa nyambut pacar sendiri gak mau? Gue jamin Riga pasti bakalan seneng kalo ngelihat lo nanti. Ayo dong Chia! Bangun!"
Chia menghela napas. Entah kenapa ia bisa bersahabat dengan orang-orang yang lebih keras kepala dari dirinya.
"Nggak! Males!"
"Riga bentar lagi lewat kelas kita. Cepetan!" Terdengar suara teriakan dari Krisha. Chia bisa memperkirakan bahwa sahabatnya itu pasti sedang berdiri di depan pintu dengan wajah semringah.
"Tuh! Lo denger kan, Chia? Ayo buruan! Riga udah datang tuh!" Sani terdengar sangat bersemangat.
Chia terkejut ketika tangannya tiba-tiba ditarik seseorang. Tidak! Bukan seorang! Melainkan tiga orang sekaligus! Chia ingin memberontak. Namun sayangnya, ketiga sahabatnya itu telah menggiring tubuhnya yang lemas menuju koridor di depan kelas.
Chia menatap para gadis yang sedang histeris berkerumun di sepanjang koridor. Ya ampun! Apa bagusnya nyambut satu orang cowok yang udah ngilang selama enam bulan? Keluhnya.
"Tuh Riga, Chia! Dia tetep ganteng yah meski enam bulan di rumah sakit. Gak kelihatan habis dirawat yah."
Chia menghela napas mendengar komentar Sani. Ah ia benar-benar tak ingin berada di sana. Ia malas bertemu dengan 'pangeran sekolahnya' itu.
Chia pun berbalik badan untuk kembali ke bangkunya. Namun, ketiga sahabatnya itu tidak membiarkan ia berlalu begitu saja. Ketiganya dengan serentak mendorong Chia ke tengah koridor.
Chia membeku seketika. Ia menoleh dan mendapati Riga sedang menatapnya. Chia tak tahu bagaimana menggambarkan situasinya sekarang ini. Perasaannya terlalu campur aduk, ketika pandangannya bertemu lagi dengan bola mata berwarna coklat itu.
Beberapa detik kemudian Chia tersadar. Buru-buru ia menarik pandangannya dan mundur beberapa langkah. Ia membiarkan laki-laki yang selalu dielukan para gadis itu berjalan melewatinya tanpa berkata apa pun.
Mendadak koridor yang tadi sempat hening selama beberapa detik karena insiden Chia dan Riga yang saling tatap, kini mulai ribut kembali. Tapi bukan nama Riga atau kata-kata penyambutan untuk cowok itu yang terdengar, melainkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang membuat kepala Chia berdenyut.
Lihat kan? Gue paling males kalau para fans Riga mulai ngegosip kayak gini! Sesalnya di dalam hati sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
Chia langsung duduk di bangkunya sambil menatap keluar jendela. Ia terdiam dengan perasaan yang tak menentu. Masa bodoh dengan para gadis yang masih sibuk membicarakannya di luar sana.
● ● ●
Angin semilir menyibakkan rambut Chia yang dibiarkan terurai dan membuatnya sedikit berantakan. Dengan jarinya, Chia merapikan rambut meski matanya masih fokus menatap buku yang sedang dibacanya.
"Chia, hari ini kok gue ngerasa ada yang aneh sama Riga. Lo tau dia kenapa?" tanya Sani membuat dahi Chia berkerut sebentar.
"Iya. Riga aneh hari ini. Dia sih emang suka cuek sama cewek-cewek lain. Tapi, gue gak pernah lihat dia bersikap gitu sama lo kayak tadi pagi. Riga kenapa sih?" Hana memandang Chia dengan wajah lugunya.
"Jangan-jangan kalian lagi bertengkar yah?" duga Krisha dengan wajah menggoda.
"Atau jangan-jangan kalian putus?" tanya Hana lagi dengan senyuman jahil di wajahnya.
"Itu sih lo aja yang ngarep. Gak mungkin lah Riga sama Chia putus. Riga tuh cinta mati sama Chia. Gue jamin hubungan mereka bakal terus langgeng," jawab Sani yakin.
Hana terkekeh. Pipinya bersemu merah. Ia malu sendiri.
Chia menghela napas ketika mendapati ketiga sahabatnya itu menatapnya penuh harap.
"Gak ada yang salah kok sama Riga. Dia cuma hilang ingatan," jelasnya dengan sikap tenang sambil membolak-balik sebuah buku yang sedang dibacanya.
"What? Hilang ingatan? Lo serius Chia? DEMI APA COMETTA FUSCHIARA?"
Chia menatap Sani yang berekspresi berlebihan menurutnya sejenak, sebelum ia menganggukkan kepala, mengiyakan penjelasannya barusan.
"Kok bisa?" tanya Krisha polos.
Chia mendengus. Ia tidak berniat untuk menjelaskan apa pun. Namun ketiga sahabatnya itu terus menatapnya penuh harap, menuntut penjelasan.
● ● ●
"Ada yang mau gue omongin sama lo," bisik seorang gadis pada Chia yang sedang mengamati sebuah buku di perpustakaan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, gadis yang tiba-tiba saja datang itu segera menarik tangan Chia. Ia membawa Chia keluar dari perpustakaan. Ia menuntun Chia menuju sebuah koridor yang cukup jauh dari perpustakaan.
Ternyata di koridor itu sudah ada dua gadis yang menunggu kedatangan mereka di sana. Gadis itu pun melepaskan tangan Chia lalu ia berdiri di sebelahnya. Krisha dan Hana yang sudah menunggu mereka berdiri di hadapannya.
"Sorry gue bawa lo ke sini. Soalnya kalo kita ngomong di perpustakaan, gue takut kita bakalan diomelin pagi-pagi," ujar Sani sambil tersenyum lebar.
Chia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum mengerti "Ada apa?" tanyanya datar.
Ketiganya tidak langsung menjawab. Chia melihat ketiga sahabatnya itu saling memandang dengan ekspresi ragu.
"Sebenernya kemaren kita bertiga udah berdiskusi soal ini. Soal hilang ingatannya Riga." Hana menjelaskan dengan ragu-ragu.
"Kita semua pengen lo ngomong sama Riga siapa lo yang sebenernya," tambahnya. "Kita tau Riga hilang ingatan ...."
"Sorry. Gue gak bisa," potong Chia seolah-olah ia tahu betul apa yang akan dikatakan sahabatnya itu.
"Please Chia. Cuma lo satu-satunya yang bisa mastiin tentang ini semua. Lo yang lebih mengenal Riga. Satu setengah tahun lo udah jadi pacarnya. Lo jelas-jelas tau dia kayak gimana," ujar Sani sambil memohon.
"Enggak!" Chia menghembuskan napas panjang.
"Ssst! Di belakang lo ada Riga. dia lagi jalan ke arah kita," bisik Krisha.
"Pas banget waktunya," seru Sani. "Riga!"
Chia melongo ketika Sani begitu mudahnya memanggil Riga tanpa berpikir panjang. Chia hanya menghela napas, ketika tubuhnya dipaksa berbalik badan untuk menghadap Riga oleh kedua sahabatnya.
"Sorry ganggu lo pagi-pagi. Tapi ada seseorang yang mau ngomong sama lo bentar aja," Sani menyenggol lengan Chia.
"Siapa lo?" Riga menatap Chia dingin.
Chia tak menjawab. Ia masih terdiam sambil menatap Riga dengan datar.
"Chia!" bisik Sani sambil menyenggol tangan Chia lagi.
Chia menghela napas panjang. Ia menatap Riga sambil seolah-olah sedang berpikir. "Gue? Bukan siapa-siapa. Gue salah satu siswi di sekolah ini," jawab Chia asal dengan santai.
"Chia!" Sani berbisik lagi sambil melotot ke arahnya, "Buruan ngomong!"
Riga berdeham, "kalo gak ada yang penting gue mau ke kelas."
"Penting kok! Penting banget!" jawab Krisha cepat. "Ayo Chia ngomong."
Chia mengembuskan napas panjang lagi. Uh, rasanya ia ingin pergi saja dari tempat itu. Ia sungguh tidak ingin melakukan hal ini. Ia tahu semuanya akan sia-sia.
"Kata mereka, dan menurut seluruh murid di sekolah ini, gue ... gue ... gue adalah pacar lo." Akhirnya Ia angkat bicara dengan kalimat yang dipotong-potong. Ia bahkan tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
Sesaat keadaan menjadi hening. Entah apa yang sedang dipikirkan masing-masing orang yang berada di sana. Sedangkan Chia, hanya satu hal yang dipikirkannya sejak tadi, mencari celah untuk kabur dari sana.
"Lo cuma mau ngomongin hal ini?" Riga mendecakkan lidahnya.
Chia mengendikan bahu. Ia mendapati laki-laki itu sedang mengamatinya dari ujung rambut hingga kaki.
Gak ada yang spesial dari gue! Chia ikut mengamati dirinya sendiri. Rambut hitam lurus panjangnya memang sengaja dibiarkan tergerai. Setelannya normal, baju rapi dan rok selutut. Sesuai peraturan sekolah. Tak ada lagi.
"Lo bukan tipe gue! Dari segala hal."
Chia hanya terdiam mendengar pernyataan laki-laki itu, meski ia tahu ketiga sahabatnya itu tampak syok berat.
"Lo serius sama apa yang lo ucapin barusan?" tanya Sani tak percaya.
"Gue bukan tipe orang yang hobi bercanda kayak lo semua," jawab Riga dengan santai.
"Apa? Lo beneran lupa sama Chia? Sama kita-kita juga? Sama gue?" Sani masih bersikukuh.
"Iya."
"Gue gak masalah lo lupa sama kita-kita. Tapi lo lupa sama Chia yang jelas-jelas pacar lo?" Hana akhirnya bersuara juga.
"Gak ada yang perlu dijelasin lagi," ujar Riga datar.
"Tipe gue tuh yang kayak cewek itu." Dengan kepalanya laki-laki itu menunjuk seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari mereka. Dia Mara, gadis yang baru saja turun dari tangga lantai dua.
Chia menatap datar pada Mara yang tak sengaja hadir di antara perbincangan di pagi hari itu. Namun tidak dengan ketiga sahabatnya yang sedang membuka mulut mereka lebar-lebar.
"Lo semua udah ngerti kan? Jangan ganggu gue lagi!" Riga pun mulai melangkahkan kakinya.
Chia membiarkan laki-laki itu berjalan kembali melewatinya. Ia menatap pada ketiga sahabatnya yang tampak mematung di tempatnya sejenak, sebelum ia ikut pergi meninggalkan mereka.
● ● ●
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangattt terus kak 💪💪
2020-02-03
1
Nobita_Upil(ig: blackjack_dnb)
Hujan...aku baca sampe sini barusan...
2020-01-31
1
Doni AS (ig: blackjack_dnb)
lanjuuttt
2020-01-29
2