Villa mewah

"Apa maksud anda?! Apa anda mengira saya *******?!" kesal Vanessa.

"Lantas kalo kamu bukan ******* lalu siapa?, wanita yang keluar dari ruangan itu hanyalah *******." Tegas pria itu menekankan suaranya diakhir kata ******* sambil terus fokus menyetir mobilnya.

Vanessa mengerutkan keningnya, jika saat ini dia punya tenaga banyak pasti nya mobil pria itu telah dihancurkanya.

"Jika anda menganggap saya *******, lalu kenapa anda menolong saya?!" ucap Vanessa yang masih kesal.

"Aku menolong kamu?! Bagaimana bisa kamu berpikiran aku akan menolong mu?" tanya pria itu dengan tatapan liciknya.

"Jadi kemana kamu akan membawaku?! Bukankah surga yang tadi kamu bilang berlawan arah dengan tujuan kamu?!" bentak Vanessa yang kini telah merubah panggilan formalnya pada pria itu.

"Aku tidak berniat untuk menolongmu, hanya saja aku saat ini butuh bantuan dari seorang wanita berwajah cantik, ya saat melihatmu sepertinya aku lumayan tertarik dengan wajahmu." Ucap pria itu dengan raut matanya yang masih licik.

"Kamu ingin menjualku pada laki laki jelek, buncit, dan hidung belang, hanya demi mempromosikan perusahaanmu?!" kesal Vanessa.

"Hahahaha bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu padaku?" tawa pria itu.

"Lantas kenapa?!" tanya vanessa yang emosinya masih belum berubah sedari tadi.

Pria itu tak menanggapi pertanyaan Vanessa sampai mobilnya berhenti disalah satu Villa mewah.

"Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang turunlah, atau apa perlu aku mengendong mu sampai kedalam?" tanya laki laki itu.

"Tidak!" seru Vanessa sambil berjalan pelan mengikuti langkah kaki laki laki itu yang masuk ke sebuah Villa mewah.

Vanessa menatap sekeliling Villa itu yang nampak sepi "huh orang kaya memang suka menghabiskan duit untuk tinggal sendiri, ditempat yang luas dan mewah ini!." Bathin Vanessa sebal.

Tiba tiba seorang perempuan tua datang menghampiri pria tadi "ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya wanita itu.

"Tolong kamu bantu wanita itu untuk membersihkan dirinya dan mengobati lukanya!." Ujar pria itu pada wanita tua tadi yang sepertinya adalah pelayan di Villanya.

"Baik tuan." Jawab wanita itu sambil mengandeng Vanessa perlahan menuju kamar mandi.

Pelayan itu menyiapkan gaun yang layak dan bermodis pada Vanessa, dan membatu memberi obat kaki Vanessa yang keseleo dan membengkak.

Vanessa duduk di meja makan, sambil menatapi meja makan yang kosong itu.

"Apa kamu lapar?" tanya pria tadi.

"Bagaimana mungkin aku tidak lapar!, saat jam istirahat makan siang aku bela belain nyelesain pekerjaan kantor bos ******* itu! dan saat mau pulang malah diculik lalu tiba tiba mau diperkosa sama bapak tua yang jelek!, untung saja aku sudah sadar jika tidak aku pasti tidak berharga lagi!." bathin Vanessa yang sangat marah.

Pria itu tersenyum melihat Vanessa yang nampak jelas diwajahnya bahwa dia tengah kelaparan saat ini.

Pria itu berjalan ke arah kulkas dan mengeluarkan beberapa roti, buah, dan jus orange untuk Vanessa.

Tanpa memikirkan rasa malu, Vanessa menyantap makanan itu dengan lahap dan cepat, seperti anjing kecil yang tengah kelaparan.

Selesai mengenyangkan perut Vanessa menatap sinis pada pria itu yang sedari tadi mengamatinya makan.

"Ada apa?!." kesal Vanessa.

"Oh apa seperti itu ucapan kamu pada pria yang berbaik hati telah menyelamatkan kamu dan memberi mu makan?" tanya pria itu dengan senyuman yang memiliki tujuan tersirat diwajahnya.

"Owh jadi saya harus berterima kasih pada anda?! bukankah anda yang membawa saya dengan paksa kesini?!" detak Vanessa sebal dan kembali mengubah panggilannya dengan formal.

Pria itu mengerutkan keningnya pada Vanessa "sekarang kamu istirahat lah, silahkan pilih kamar sesuka kamu, besok pagi harus sudah siap siap dan ikut saya ke kantor!" ucap pria itu sambil berbalik meninggalkan Vanessa.

"Anda pikir saya akan setuju dengan ajakan anda,saya besok harus ker--"ucap Vanessa yang tiba tiba berhenti karna dia terpikir akan bosnya yang pasti dalang yang telah menculiknya, dan tidak mungkin lagi Vanessa bekerja diperusahaan itu.

"Ada apa?besok kamu harus apa lagi?" tanya pria tadi.

"Eh tidak, baiklah saya akan menuruti anda." ucap Vanessa sambil berbalik mencari kamar untuknya.

Sebelum tidur Vanessa mengunci rapat pintu kamar yang ditempati nya agar pria yang tidak dikenalnya itu tidak bisa masuk sembarangan.

***

Pintu kamar Vanessa diketok dengan kerasnya sampai membuat kuping Vanessa serasa budek.

Vanessa berjalan cepat menuju pintu, sepertinya kaki Vanessa sudah baik baik saja.

"Iya nyonya! saya akan bayar tunggakan sewa kost secepatnya!" kesal Vanessa yang masih mengaruk ngaruk matanya.

"Serius kamu akan membayar biaya menginap disini?!" ujar pria itu yang nampak kesal.

"Eh?!, kenapa anda di ko--" Vanessa berhenti meneruskan ucapannya, dia baru sadar bahwa kemaren dia sedang menghadapi tragedi memuakkan dan sekarang sedang tinggal di Villa mewah.

"Kamu belum bersiap siap?!" kesal pria itu.

"Baik! saya akan siap siap secepatnya!" ujar Vanessa sambil menutup pintu kamarnya dengan cepat.

Pria itu menghalangi pintu dengan tangannya, membuat Vanessa heran karna tadi dia disuruh siap siap.

"Apa kamu mau pakai baju itu?! pakai ini!" ucap pria tadi sambil menyodorkan satu stel baju karyawan kantoran wanita yang nampak mewah dan mahal.

Vanessa segera merenggut baju itu dan kembali menutup pintu kamarnya.

***

Vanessa berjalan menuruni tangga, dan melihat pria tadi yang nampak kesal menunggunya.

"Apakah mandi dan berganti pakaian akan selama itu?!" kesal pria itu.

"Anda hanya memberi pakaian pada saya! tidak memberikan saya make up! jadi saya harus mencari kakak we untuk meminjam make up nya!" kesal Vanessa.

"Kakak we?!" tanya pria itu yang nampak mengerutkan keningnya.

"Yang kemarin membatu saya mengobati luka dan memberi saya pakaian" ucap Vanessa.

"Kenapa kamu memanggil bibi we dengan panggilan kakak we?" tanya pria itu heran.

"karna kakak we memberikan make up nya cuma cuma padaku, dan seluruh wanita yang lebih tua dariku yang menggenakan make up adalah kakak bukan bibi!" ujar Vanessa.

"Aku bisa memberikan kamu banyak make up!" kesal pria itu yang waktunya sia sia karna Vanessa harus mencari bibi we untuk meminjam make up.

"Saya tak butuh pemberian anda!" seru Vanessa.

"Sudahlah tuan, nona, lebih baik sarapan dulu" ucap bibi we yang datang tiba tiba sambil membawa sandwich dan susu.

"Wah makasih kakak we" ucap Vanessa sambil mengunyah sandwich yang dibawakan bibi we tadi.

Pria itu menatap bibi we yang nampak senang dipanggil kakak dan hanya mampu menepuk keningnya.

Selesai makan Vanessa mengikuti langkah pria itu ke bagasi mobilnya.

"Untuk apa saya ke kantor anda?" tanya Vanessa.

"Kamu sekarang jadi sopirku" ucap pria itu cuek.

"What? jadi supir? anda pikir saya wanita apaan? saya tau otak saya gak pintar pintar amat! tapi masa jadi supir?!" kesal Vanessa.

"ini!" ucap pria itu sambil melemparkan kunci mobil dan sebuah surat pada Vanessa.

Terpopuler

Comments

Kajja

Kajja

wow PELACUR yang ditekan kan

2019-12-20

4

QEILA DE

QEILA DE

hahahaah kocak kocak,gegara make up sampai bertengkar

2019-12-20

10

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!