Setelah menaruh Violet di dalam
mobil, Aku langsung beranjak
pergi ke ruang tamu, untuk menemui
kedua orang tuaku kembali.
Dan sekali lagi, di ruang yang sama, atmosfirnya sama s e k a l i
t i d a k berubah. Penolakan yang
m u t l a k, tercermin hanya
dari ekpresi kedua orang tuaku.
Namun untuk saat ini, Aku hanya
bisa menenangkan diri. Dengan
berusaha kembali duduk, seakan
tidak terjadi apa-apa.
Hingga….
“ Kemana wanita lumpuh dan buta
t e r s e b u-”
“ -Namanya Violet Niferia, wahai
Ibunda! Dan bagiku, ia sama sekali
tidak lumpuh dan buta.”
“ Hohhh..”
Tanpa sadar, Aku menyela perkataan
ibuku sendiri. Dan ini pertama
kalinya, Aku melakukan hal tersebut.
Hingga ibuku mulai melanjutkan
bicaranya, dengan ekpresinya yang
sedingin Es, namun seakan
tengah terbakar oleh lahar api yang
s a n g a t p a n a s.
“..... Aku mulai mengerti! Wanita
menjijikan tersebut, telah
mencuci otakmu. Hingga membuat
dirimu, berani menyela
perkataan ibumu sendiri ya, Gilbert.”
“…..”
“ Cukupppppp.”
Ayahku yang berada di sebelah ibuku,
tiba-tiba berteriak seraya
memukul meja di antara kami. Emosi
yang meluap, tapi di tahan olehnya.
Seakan - akan sedang memegang
sebuah bara api, yang membuat
atmosfir di udara seketika membeku.
B a h k a n membuat pelayan
wanita kami yang berdiri di belakang,
ikut terdiam gemetar di buatnya.
Hingga Ayahku terlihat
menghela nafas panjang - panjang,
dan menghembuskannya.
“ Aahhh…. Gilbert, kita adalah
keluarga terhormat, Emilio. Keluarga
yang bersumpah sampai akhir
hayatnya, untuk terus menjaga nama
b a i k keluarganya. Baik itu
perbuatannya, ucapannya, sikapnya,
a p a p u n, yang akan menggancam
nama baik keluarga. Hal Itu, sangat
tidak bisa di maafkan.”
“ Tapi Ayahanda, Violet-”
“ –Cukup, Gilbert….”
A y a h k u mengangkat tangannya,
membuat diriku seketika
terdiam di buatnya. Hingga Ayahku melanjutkan bicaranya,
dengan penuh kewibawaannya yang
sebagai seorang Ayah.
“ Ayah tahu, bahwa kau sangat
mencintainya. Namun Gilbert, masih
ada banyak wanita di luar sana,
yang lebih baik darinya. Jadi
Ayah mohon, agar kau bisa lebih
mengerti akan masalah i n i.
Bahwasannya menjadi s e o r a n g
menantu di keluarga terhormat,
Emilio, merupakan sebuah tanggung
jawab hingga akhir hayat.”
Suasana di udara, sekejap menjadi
hening. Keheningan yang menyelimuti, membuat diriku tak bergeming.
Hanya bisa menundukan kepala
ini, menatap ke arah bawah.
Dengan tangan kanan yang
mengepal keras. Namun, Aku
mencoba untuk menutupi.
S e t i a p kekesalan diri.
Hingga.
“.…Tidak, kau telah salah, Ayah.”
“ Apa maksudmu, Gilbert?”
Dengan tetap mempertahankan posisi
ini. Aku seraya menjawab,
“ Tidak ada wanita yang sebaik dirinya,
tidak ada wanita yang semanis
senyumannya, tidak ada wanita yang
s e k u a t dirinya, dan tidak
ada wanita yang setulus hatinya….”
Aku menatap kembali, ke arah kedua
orang tuaku. Seraya bangkit berdiri,
dan melanjutkan seluruh isi hatiku.
“ Ayahanda dan Ibunda, yang
hanya mementingkan kesempurnaan.
T i d a k akan pernah bisa
mengerti. Bahwa dirinya yang kalian
a n g g a p menjijikan, tidak
akan pernah bisa di gantikan di hatiku,
oleh banyaknya insan di dunia…..”
-
Tepat pada hari itu,
seakan dunia telah terhenti.
Dunia, dan isinya, bahkan
waktu seakan telah terhenti.
-
Yakni ketika Aku, mulai menyodorkan
pistol ini, tepat ke arah leherku sendiri.
Seraya berkata,
“…..Tidak akan pernah bisa.”
“ Hah, Gilbert! ”
Kedua orang tuaku, seketika
tersetak dari kursinya.
Kepanikkannya yang luar biasa,
tercermin dari keringat
dinginnya, yang terus bercucur
tepat di arah kening.
Namun, seperti yang di
harapkan dari Ayahku. Ia
mencoba untuk tetap tenang.
“ Glup ( menelan ludah )….
Gi, Gilbert Ayah mohon,
jangan melakukan hal yang
bodoh seperti itu.”
Namun, dengan nada yang
dingin. Aku mulai menjawab,
“ Jika kalian tidak ingin Aku
melakukan hal ini, maka
kalian hanya perlu merestui
kami saja.”
“ Tsk, dasar anak keras kepalaaaaaa.
Sudah ibu duga, bahwa kamu
telah di cuci pikiranmu oleh wanita
itu, Gilbert. Sadarlahhh!”
( Sfx : Doorr )
“ AHHHHHH!”
Seketika teriakan ibuku pecah,
seraya memeluk Ayahku yang
berada di sampingnya. Memeluk
dirinya sangat erat, dengan
penuh air mata di sekujur wajahnya.
“ Hiks, Hikss.”
Yakni ketika Aku melepaskan
tembakan, ke arah langit-langit
r u m a h. Sebagai bentuk
keseriusanku tentang hal ini.
Hingga Aku mulai bicara kembali.
“ Wahai ibunda, pikiranku sama
sekali tidak ada yang meracuni. Dan
tindakanku hari ini, h a n y a
karena di dalam darahku terdapat
darah keluarga, Emilio. Keluarga
yang terhormat, dari yang terhormat.
Yang memiliki ratusan perstasi,
dan julukan setiap negeri. Dan salah
s a t u n y a adalah, keluarga
yang di kenal dengan ambisinya.
Bahwa, Aku akan melakukan
a p a p u n, demi bisa bersamanya.”
“……..”
Setelah Aku mengatakan semua itu,
A y a h k u hanya diam.
Bersikap diam membisu, dan hanya
berusaha menenangkan
ibuku, yang menangis di pelukannya.
Hingga, Aku mulai berhitung mundur.
“ Tiga.”
Ayahku terlihat tak merespon.
Tetap teguh, pada sikap diamnya
yang membisu.
“ Dua.”
“……..”
Bahkan pada hitungan
ke dua, ia masih tetap dalam
diamnya. Sedangkan
ibuku, tagisannya semakin keras.
Hingga, tepat pada hitungan terakhir.
“ Saaa-”
“ –Kami merestui kalian berduaaaaaa!”
-
Teriakan yang mengema,
menghancurkan semuanya.
Waktu, keheningan, dan
mungkin, menghancurkan
sebuah ikatan keluarga ini.
-
“ Aahhhh ( menghela nafas ).”
Akupun perlahan menurunkan
pistol ini, kembali memasuki
kantongku lagi.
Di saat yang sama, para pelayan
wanita di rumah ini, seketika
berlari ke sisi Ayahku. Tidak lain,
untuk menolong ibuku, yang
pingsan di dalam pelukannya.
“….....”
Merasa tidak memiliki urusan lagi
di rumah ini. Dengan diam
membisu, Aku mulai beranjak pergi.
Hingga, saat Aku sampai di
ujung pintu tersebut, Aku
memutuskan untuk berhenti.
“ Wahai Ayahanda, Aku sungguh
minta maaf atas kekacauan
yang Aku perbuat disini. Atas keras
kepalaku, atas keegoisanku,
dan atas dosa - dosaku. Namun,
Ayahanda! Ketahuilah, Aku
s u n g g u h sangat menyayangi
kalian berdua. Selamat tinggal.”
Aku berbicara, dengan
tanpa sedikitpun, menoleh ke arah
belakang. Dan setelah
mengatakan semua itu, Akupun
melanjutkan langkahku kembali.
Beranjak pergi, dari tempat ini.
****************
Setelah 3 hari berlalu, Aku
akhirnya bisa menikah dengan
seseorang pilihan Hatiku,
Violet Niferia. Pernikahan kami,
b i s a di bilang sangat
sederhana. Tidak ada a c a r a
menyanyi, makan-makan,
atau acara meriah yang lainnya.
Kami hanya menikah, di salah
satu musola sederhana, yang
tidak luas ataupun sempit. Dan
berada cukup dekat, dengan
perumahan kompleknya Violet.
Sebenarnya Aku tidak mau menikah
dengan cara yang sangat sederhana
seperti ini. Karena mengingat,
ini adalah momen penting sekali
seumur hidup. Namun hanya
saja, ini adalah permintaan Violet
kepadaku, dengan alasannya yang
membuatku tak bisa membantah.
“ Menikah tak perlu mewah, Gilbert!
Karena yang terpenting, adalah
Sah. Lagi pula, menikah adalah salah
satu dari bagian ibadah, lalu
bukahkah dalam ibadah di larang
Riya? Jadi menurutku, akan
lebih baik seluruh uangnya untuk
masa depan rumah tangga kita saja.”
Seluruh perkataannya t e r s e b u t,
membuatku tersadar d a n
malu kepada diriku sendiri. Padahal
fakta, bahwa Aku lebih tua
darinya. Namun karena itu juga, Aku
jadi semakin mencintai dirinya.
( NOTE : Gambar hanya pemanis! )
-
#1BulanSetelahPernikahanKami.
Hmmm, tidak ada yang spasial,
bahkan bisa di bilang
berbeda. Berbeda dengan cara
mereka, para pasutri
yang lain menghabiskan bulan
madu. Dengan cara
m e r e k a keluar negeri, dan
menghamburkan banyak uang.
Kami hanya menghabiskan
waktu bersama, dengan
makan bakso di pinggir jalan.
Menikmati malam yang
sejuk, dengan jalan-jalan di
taman. Tentu saja Violet
d e n g a n kursi rodanya.
Kemudian di tutupi, dengan kami
makan sup hangat yang
berisikan jamur yang sangat enak,
dengan pemandangan
bintang-bintang yang menenangkan.
Walaupun bulan madu k a m i
sangat sederhana. Namun,
kehangatannya, kebahagiannya,
dan senyumannya, tak bisa di
gantikan oleh apapun di dunia ini.
Dan hari esok, adalah salah satunya.
“ Dah.. Ayo kita pulang, Violet!
Tidak baik untuk pasangan
baru seperti kita, pulang terlalu
malam, bukan?”
“ Ya, kau benar Gilbert. Woahh
( menguap )... Aku
juga sudah sangat ngantuk.”
Hari dimana, hari kelahiran
istriku berada. Tepat esok hari,
pada hari ulang tahunnya.
Memberikannya baju baru,
memberikannya hadiah, dan lupa
memberikannya kue ulang tahun.
Namun……
Ada seseorang yang tidak
mau, kebahagian tersebut terjadi
kepada kami.
“ Aku pulang, Vi…….”
Akan sebuah kenyataan, bahwa
istriku telah terkapar, dengan
bersimbah darah di atas lantai.
****************
• Biodata Tokoh bagian 1
Nama : Gilbert Emilio
Umur : 20 Tahun
Tanggal Lahir : 28 - 07 - 2003
Gilbert Emilio merupakan anak pertama
dari boss perusahaan ternama di
Indonesia. Nama keluarganya sungguh terpandang di mata masyarakat,
akan kekayaannya dan kedermawannya.
O l e h k a r e n a itu, seluruh
keluarganya bersumpah akan terus
menjaga nama baik keluarga mereka.
Karena keluarganya sangatlah kaya.
Ia memiliki tipe watak, yang sombong
dan angkuh. Namun, sikapnya
itu kian hari menghilang semenjak
bertemu dengan Violet Niferia.
Dan jauh berada di dalam dirinya,
terdapat Social Introvert. Berbeda
sedikit dengan introver. Dia kalau
berteman, sama sekali tidak
malu. Hanya aja, ia merasa akan
lebih nyaman jika menghabiskan
w a k t u d e n g a n sedikit
orang, atau dengan diri sendiri.
Ia memiliki hobi membaca buku,
dan menulis. Dan kadang kala, ia
melukis pemandangan yang
berada di halaman rumahnya.
Ya walaupun gambarannya jelek,
tapi ia sangat menikmatinya.
Lalu ia berpenampilan, dengan
kemeja atau jas hitamnya dan model
rambutnya yang mirip orang
korea. Namun, itu hanya di kantor atau
tempat kerjanya. Jika di rumah
a t a u jalan-jalan, ia hanya memakai
celana panjang dan kaosnya,
dengan bagian lengannya panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Mom FA
salam dari in memories🙏
2022-04-21
0
HIATUS
aq mampir lagi thorrr
2021-11-16
1
Your name
Artinya Violet adalah seorang perempuan yang berbeda dengan perempuan lainnya, Karena sifatnya itu. Membuat Gilbert terpanah olehnya dan tidak dapat digantikan oleh perempuan manapun.
2021-11-16
2