5 bulan setelah kejadian tersebut,
kami berdua menjadi sangat
akrab. Biasanya setelah pulang
berkerja, atau sedang cuti.
Aku selalu membantunya dalam
bernyanyi, supaya tidak terulang
lagi kejadian kriminal seperti
kemarin. Dan Aku juga membantu
perkerjaan sampingannyaa,
yakni berjualan minuman dingin.
Selama 5 bulan terakhir ini, Aku
juga telah mengetahui berberapa
Hal tentang dirinya. Salah
satunya, adalah alasan mengapa
kakinya menjadi lumpuh. Alasan
mengapa kedua matanya
telah menjadi buta. Dan terakhir,
a l a s a n mengapa i a
tinggal hanya seorang diri.
Karena ini merupakan takdir, yang
telah di tentukan oleh sang
ilahi. Yakni sebuah, kematian dari
seluruh keluarganya. Ketika
bus besar datang, dan menghantam
mobil mereka. Yang pada akhirnya, meninggalkan anak satu-satunya,
yang hanya selamat seorang diri.
Namun, meninggalkan luka berupa kelumpuhan dan kebutaannya.
Dan pada saat masa-masa yang
berat tersebut, ia pernah tinggal
beberapa tahun di panti asuhan.
Lalu memutuskan pergi dari sana,
saat masih berumur 17 tahun.
Pergi untuk mewarisi harta keluarga
satu-satunya, yakni rumah ini.
Ya, sebuah rumah yang berada di
komplek sebelah barat. Dengan
no 57 dan berada paling ujung. Dan
sering Aku datangin. Baik dalam
mengantarkannya pulang, atau hanya
sekedar menemaninya s a j a.
Karena Aku rasa ia kesepian, berada
di rumah yang sebesar ini.
Sebagai teman bicaranya, dan sebagai
teman makan malamnya. Dan
inilah yang membuat Aku terkejut. Ia
bisa memasak dengan sangat
enak, padahal keadaannya seperti itu.
Tidak ada kata yang cocok untuknya,
s e l a i n l u a r - b i a s a.
“ Glup.. ( menelan ludah ).”
Ia sungguh, tidak pernah
menunjukan kesedihannya. Hanya
tersenyum dan selalu
tersenyum. Membuat semua orang,
mungkin akan berpikir.
Bahwasannya ia adalah o r a n g
yang paling bahagia.
Namun….Namun…. Aku yakin, di
balik senyumannya tersebut.
Penuh luka yang tak akan pernah,
bisa di sembuhkan.
“ Violet…. Katakan kepadaku! Apa
kau pernah kecewa, pernah
menangis, dan pernah marah
kepada-Nya. Yang semuanya, telah
d i rengut darimu. Apakah
kau pernah marah, Violet? ”
Di meja makan ini sebagai saksi, ia
tidak menjawab. Malahan berganti,
dengan menundukan kepalanya
ke arah bawah. Namun tak lama, ia
kembali mengangkat kepalanya
dan mulai bicara.
“…. Sebagai seorang wanita, tentu saja
Aku pernah kecewa. Kecewa
hingga Hati ini, terasa tidak sanggup
lagi. Sebagai seorang wanita,
tentu saja Aku pernah menangis.
Bahkan saat sendiri, Aku
selalu menangis hingga terisak. Dan
sebagai seorang w a n i t a,
tentu saja Aku pernah marah. Marah
kepada diriku sendiri, yang
cengeng ini, yang keras kepala ini, dan
kepada Dunia ini. Walaupun
begitu, Aku tak membenci kepada-Nya.”
“ Ti, Tidak membenci? Mengapa?
Padahal semua yang berharga bagimu
t e l a h d i r e g u t.”
“..Mungkin kamu memang
benar, Gilbert. Tuhan memang telah
mengambil kedua kakiku,
Tuhan memang telah mengambil
k e d u a mataku, Tuhan
memang telah mengambil seluruh
keluargaku. Namun, Aku
tetap sabar dan percaya. Percaya
kalo Tuhan, mempunyai
rencana di sisi-Nya yang lebih indah
untuk diriku. Aku hanya
perlu mempercayai-Nya, dan selalu
berserah diri kepada-Nya.
Karena ia tahu dan akan selalu tahu,
keadaan hamba-hambanya.”
Senyuman itu lagi.
Senyuman yang hangat darinya.
Dan senyuman yang penuh luka.
Luka yang di balut, dengan sebuah
senyuman. Ia sudah terbiasa.
Akupun tak bisa berkata apapun
lagi, dan Aku tak bisa membayangkan.
Apa yang terjadi, jika Aku berada di
dalam posisinya. Yang telah kehilangan semuanya, dan harus menanggung
s e m u a penderitaan seorang diri.
Namun Hari ini, Malam ini. Aku
tak akan, membiarkannya menanggung
semua penderitanya itu, seorang
diri lagi. Karena tekadku ini sudah
bulat, tercermin dari kepalan tanganku
y a n g s a n g a t k u a t.
“ Violet, maukah kau ikut denganku
s e b e n t a r?”
~|~|~|~|~
Di tengah rembulan.
Di tengah awan.
Dan tengah bintang-bintang.
Aku akan mengungkapkan semuanya.
Semua perasaanku.
“ Hmm, kita ada dimana Gilbert?”
“ Violet kita saat ini, sedang berada
di taman. Sebuah tempat yang
sama, seperti saat kita pertama kali
bertemu. Dan yang perlu kau
ketahui, Aku mengajakmu kemari.
Hanya Ingin memastikan sesuatu.”
“ Memastikan sesuatu?”
“ Itu benar! Jika tempat inilah, takdir
tersebut Aku temukan. Maka di tempat
ini juga, takdir tersebut akan di mulai.”
“ Takdir??? A, Apa yang sebenarnya
maksudmu, Gilbert?”
“ …Begitu ya. Fufufufu ( tertawa kecil ). Maafkan Aku, sepertinya kata-kataku
sulit di pahami ya. Baiklah, akan Aku sederhanakan. Intinya adalah, maukah
kau menikah denganku, Violet Niferia.”
( Sfx : Wushhhhh )
Hembusan angin malam, dan cahaya
rembulan yang menerangi.
Semuanya terlihat, memenuhi suasana
p a d a s a a t i t u.
Dan dalam sekian detik tersebut,
Aku bisa melihatnya. Melihat dirinya,
yang sangat terkejut dengan hal ini.
Sepertinya ia sangat tidak menduganya.
“ Apa kau sadar dengan apa yang kau
katakan itu, Gilbert?”
“ !!?? ”
Dengan berada di kursi rodanya,
ia tertunduk ke arah bawah. Seraya
melanjutkan berbicaranya dengan
meneteskan Air mata.
“ Hiks, Hiks... Menikah denganku,
yang seorang wanita buta. Hiks,
Hikss...Menikah denganku, yang
seorang wanita lumpuh. Dan
selalu memakai kursi roda, untuk kemana-mana. Hiks, Hikss…
Dan Menikah denganku, yang
bahkan tidak bisa memiliki anak.
Hikss, Hikss. Katakan kepadaku,
Gilbert! Apa kau serius mau
menikahi wanita seperti diriku?
A, Aku sama sekali tidak pantas
untuk dirimu, Gilberttttt.”
Di dalam keheningan tersebut, ia
meluapkan seluruh perasaannya.
Dengan menangis dan menangis.
“ Hiks, Hiks.. Aku tidak pantas
u n t u k d i r i m u.”
Hingga…
“ Kata siapa, Violet? Dan siapa
yang memutuskan, kalo
kamu tidak pantas untuk diriku?”
“ Apa kau masih tidak mengerti,
Gilbert. Aku… Aku…”
Aku yang tidak tahu, harus bagaimana
lagi cara menyakinkannya. Hanya bisa memeluk dirinya, dengan sangat erat.
“ !!??”
“ Violet, Aku tahu kau sedang
menanggung beban yang berat. Aku
tahu, kau sedang menyimpan
rasa sakit yang berat. Dan Aku tahu
juga, kau sedang menyimpan
semua penderitaan dengan sangat
berat. Jadi Kumohon… Kumohon
padamu Violet…Jangan menanggung
semua beban itu sendirian.
Biarkan pundakku menjadi lelahmu,
Biarkan kedua mataku menjadi
matamu, Biarkan kedua kakiku
menjadi kakimu. Dan biarkan Aku,
menjadi Sayap Pelindungmu.”
“ Hiks, Hiks. Tapi… Tapi… Aku
mungkin, hanya Akan
menjadi beban bagimu, Gilbert.”
“ Aku tak pernah menganggapmu
sebagai beban, Violet. Malahan
sebaliknya, Aku menganggapmu
sebagai anugerah Tuhan
yang terindah dalam Hidupku.”
“ A, Aku… Aku... Terima - kasih
banyak. Hiks, Hikss~”
****************
1 minggu setelah kejadian tersebut,
A k u memutuskan membawa
Violet ke rumah ke dua orang tuaku.
Karena tidak mungkin, Aku terus
menyembunyikan hal ini dari kedua
orang tuaku. Mengenalkan Violet,
dan meminta Restu kepada mereka.
Setelah kami telah sampai, di rumah
kedua orang tuaku. Tentunya
menggunakan mobil pribadiku. Aku
dan Violet, berserta Ayahku
dan Ibuku, semuanya terlihat berada
di ruang tamu. Aku duduk
di salah satu sofa yang di sediakan,
dan sebelahku terdapat Violet.
Tentu saja dengan kursi rodanya.
Sedangkan kedua orang tuaku,
duduk di hadapan kami dengan
tatapan sinis dan jijik. Hanya
melihat dari Ekpresi kedua orang
tuaku saja. Aku bisa menduga,
bahwa kami tidak akan di Restui.
Namun, apa salahnya mencoba dulu.
“ Sa, Salam kenal Om dan Bibi…
Saya bernama Vio-”
“-Kau tidak pantas, untuk anakku.
Dan Enyahlah dari hadapanku! Dasar
sampah menjijikan.”
“ Heh!!?”
Tiba-tiba saja Ibuku, menyela perkataan
Violet dan langsung menghinanya
begitu saja. Tentu saja, Aku yang melihat
hal itu menjadi Naik pitam, dan langsung
berdiri dari sofaku.
“ Paling tidak, izinkanlah Violet untuk menyelesaikan perkataannya.”
Ibuku langsung berdiri dari sofanya juga.
“ Apa? Ia bahkan menyebut
namanya, di rumah sini saja sudah
sangat tidak pantas, Gilbert.”
“ Hanya karena...”
Violet yang sedang duduk di kursi
roda tepat di sebelahku. Tiba–tiba
saja, memegang salah satu tanganku
d e n g a n sangat erat. Sebagai
suatu tanda, bahwasannya Aku harus mengendalikan emosiku.
Akupun melakukannya, dengan menarik
Nafas lalu menghembuskannya.
“ Aaaahhhhhhh.”
Seraya perlahan kembali duduk.
“ Dan kau itu ya… ”
Ibuku berkata seraya menujuk-nujuk
V i o l e t dengan seluruh
hinaanya. Namun, sebelum Ibuku
bisa menyelesaikan semua
perkataannya. Ayahku yang berada
di sebelah Ibuku, tiba-tiba
m u l a i a n g k a t b i c a r a.
“ Elizabeth, tenangkan dirimu! Atau
kau sudah lupa, dengan
peraturan di keluarga ini. Harus
menyelesaikan masalah
apapun, dengan kepala dingin.”
“..Tskkk.”
Ibuku kembali duduk, dengan
mendegus k e s a l.
Ayahku terlihat sengaja terbatuk
kecil, untuk memperbaiki suaranya.
"...Uhuk." Setelah ia
melakukannya, pandangannya pun
langsung berpaling menatap diriku.
“ Gilbert, apakah kau tau dampak
masalah bagi keluarga kita.
Jika kau menikahi seorang wanita
seperti dia.”
“ Ya. Tentu saja, Aku tahu Ayah.
K a r e n a satu-satunya
masalah disini adalah, Aku akan
bahagia bersama Violet,
dan kalian tidak menyukai hal itu.”
" Lancang sekali kau, nak! "
Ibuku tersentak dari sofanya, dan
berniat ingin menampar
diriku. Namun, Ayahku yang berada
di sebelahnya. Langsung
menahan ibuku, dengan menangkap
salah satu tangannya.
“ Lepaskan Akuuu!”
“ …. Ayo Violet, kita pergi dari sini.”
Merasa tidak ada gunanya,
terus-menerus
berada disini. Akupun bangkit
berdiri, seraya
mendorong kursi roda Violet.
“ Heh?... Ta, Tapi Gilbert-”
“-Mau kemana kau Gilbert, urusan
kita disini belum selesai!”
“ Tenang saja, Ayahanda. Karena
Aku akan segera kembali.”
Akupun melanjutkan mendorong kursi
rodanya Violet, hingga
beranjak pergi dari ruangan tersebut.
“ Gilbert, kita mau kemana?”
" Kembali mobil."
Setelah sampai di parkiran mobilku.
Aku membiarkan pintu depan
mobilku terbuka, lalu mengangkat
Violet dari kursi rodanya, dan memindahkannya ke kursi bagian
d e p a n m o b i l k u.
“ Kamu tunggulah sebentar disini
y a, V i o l e t.”
Aku berkata dengan tersenyum
hangat ke arahnya. Walaupun ia tidak melihatnya. Namun, Aku p e r c a y a
ia bisa melihat senyumanku.
“.... Ta, Tapi bagaimana dengan Restu
kedua orang tuamu, Gilbert?”
“ Setelah kamu di hina begitu.
Apakah kau masih percaya, kita
akan mendapatkan Restu, Violet?”
Violetpun tak bisa membantah lagi,
hingga Aku memegang kedua
bahunya. Seraya berkata ke arahnya,
“ Tapi kau tenang saja, Violet. Karena
Aku mempunyai sebuah
rencana. Rencana Gila yang membuat
kedua orang tuaku, mau
tidak mau akan merestui kita berdua.”
“.... Re, Rencana gila?”
“ BENAR.”
****************
Silakan yang mau like, vote atau
k o m e n. Saya hanya sekedar
ingin menulis itu saja. Dan jikapun
kemudian tulisanku tidak dibaca
atau hanya sekedar dilihat tanpa
diketahui isinya, saya tak peduli.
Saya benar-benar tidak masalah.
Bagiku menulis seperti hobi lainya
seperti memancing, seperti
memelihara burung. Karena yang
t e r p e n t i n g, ruang-ruang
kosong di Hati dan pikiran terisi.
Tak menjadi soal orang lain
ikut, menikmatinya atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Senajudifa
3 jagoan yatim piatu mampir like dan fav mendarat
2023-08-09
0
Norma Yunita
jejak
2021-11-15
1
Your name
Takdir memang dapat mempertemukan kedua insan, walau jarak dan waktu memisahkannya.
Aku belajar.
kenapa kita yang sempurna tidak melakukan hal lebih dari mereka yang memiliki keterbatasan.
2021-11-12
2