Padahal, Aku ingin sekali melihat
dirinya, saat mengenakan baju baru
yang Aku beri.
-
“ Bertahanlah Violet, kumohon
bertahanlah! Aku akan memanggil
ambulan.”
“ Gi, Gilbert…”
-
Padahal, Aku ingin sekali melihat
dirinya, saat memakan kue ulang
tahun yang Aku beri.
-
( Sfx : Krakkkk ( membanting Hp )
“ Sialllll, Hpku matiiiii.”
-
Padahal, Aku ingin sekali melihat
reaksinya, saat Aku
memberikannya sebuah hadiah.
-
“ Aku akan membawamu ke rumah
sakit. Bertahanlah, Violet!”
-
Akan semua senyumannya, akan
semua tawanya, dan akan semua
kebahagiannya.
Namun….
-
“ Ba, Ban mobilku bocor?
Bagaimana bisa? Sebelumnya
tidak seperti ini..…”
-
Sebuah hawa dingin berhembus,
yang bertiup ke arah belakang
punggungku. Mengarahkan Aku
kepada sebuah dugaan.
Bahwa, semua rencana
busuk ini, telah berjalan dengan
sangat baik.
-
“ Tskkk.”
-
Aku sama sekali, tidak apapun tentang motifnya. Namun, ia sepertinya sangat
benci terhadap kami.
-
( Sfx : Tok, Tok, Tok )
“ Tolonggggggggg!”
-
Bahkan seluruh tetanggaku, sama
sekali tidak ada yang peduli.
Mereka dengan sangat tega, tidak
mau membukakan pintu. Seakan
tidak terjadi apa-apa.
-
“ Tolonggg Istriku, Aku mohonnnn!”
-
Bahkan mereka dengan sangat
tega, menutup semua jendela dan
kordennya. Berusaha tak melihat.
-
“ Aku mohon, Aku akan melakukan
apapun. Tolong bukalahhhhhhhhh.
Siapapunnnnn!”
-
Mereka menutup dengan sangat
rapat, hingga menutupi seluruh
matanya, dan seluruh Hatinya.
-
“ Glup ( menelan ludah )”
Jika begini, Aku sama sekali tidak
mempunyai pilihan lain.
-
Aku tidak mengerti.
-
“ Aahhh, Aahhh, Aahhh ( nafas
terengah-engah ).”
-
Violet, tak pernah berbuat jahat
kepada siapapun. Bahkan ia
selalu menebarkan senyumannya,
semua kasih sayangnya.
-
“ Aahhh, Aahhh... Teruslah berlari,
teruslah berlariiiii!”
-
Tidak, lebih tepatnya.
Mengapa ini terjadi kepada kami ?
-
“ Aahh, Aahh.. Bertahanlah Violet,
bertahanlah!”
-
Aku hanya sekedar, ingin
melihat semua kebahagiannya
lebih lama lagi.
Aku hanya sekedar, ingin
melihat semua tawanya lebih
lama lagi.
Dan Aku hanya sekedar, ingin
melihat semua senyumannya
lebih lama lagi.
Namun… Namun…..
-
“ Gi, Gilbert. Be, Berhenti... Aku
sudah tidak bisa, bertahan
lebih lama lagi. A, Aku mohon….”
-
Sekali lagi, di bawah rembulan
sebagai saksi.
Aku perlahan berhenti.
-
“……”
-
Berhenti dengan di pangkuanku,
yang kini terbaring istriku yang
telah sekarat.
Dengan darah, yang terus mengalir
di arah perutnya. Yang walaupun,
Aku berusaha keras untuk menutupi.
Hanya ada warna merah darah,
yang terus-menerus mewarnai baju
k a m i i n i.
Aku tidak mengerti.
-
“ Hikss, Hiksss.”
-
Mengapa… Mengapa…. Mengapa
semua ini terjadi kepada kami ?
Rasanya sakit… Sakit sekali….
-
“ Hikss. Hikss.”
-
Hanya bisa… Hanya bisa….
-
“ Gilbert, apa kau sedang menangis?”
-
Hingga Istriku memegang pipiku,
yang tengah di alirin oleh air
mata, dengan salah satu tangannya.
Membuat diriku tersadar, dan
memegang tangannya tersebut.
-
“ Hiks, Hiks. Violet, maafkan Aku…
Maafkan Aku yang telah
menjadi suami yang buruk. Yang
bahkan, tidak bisa melindungimu.
Hiks, Hiks. Maafkan Aku.”
-
Aku tak pernah merasakan
perasaan seperti ini. Perasaan
bersalah yang begitu dalam,
dan begitu menyakitkannya.
Hingga, ia menghapuskan air
mata ini, dengan senyumannya,
dan tangannya yang hangat.
-
“ Gilbert, tolong jangan menangis.
Dan jangan menyalahkan apa yang
t e r j a d i dengan diriku adalah
salahmu. Apa kau ingat perkataanku
d i m a s a lalu. Bahwa “ Aku
percaya, tuhan sedang menyiapkan
sesuatu hal yang lebih indah
hanya untukku.” Dan sekarang Aku
b a r u menyadari hal itu.
Ternyata suatu hal lebih indah yang
tuhan telah persiapkan, ternyata
selama ini ada selalu di sisiku,
yaitu adalah DIRIMU, SUAMIKU.”
“ Tidak, Tidak Violet.. Itu bukanlah
Aku. Hiks, Hiks... Sama
sekali bukan. Aku hanya seorang
pencundang yang tidak
bisa melindungimu. Maafkan Aku.”
“ Tidak, Gilbert. Aku percaya, itu adalah
dirimu, yang Tuhan telah persiapkan
hanya untukku. Dan yang harus kau
tahu, bahwa Aku hanya akan pergi dan
selalu berada disini, berada di hatimu.”
-
Violet berkata seraya menempelkan
tangannya ke arah dadaku, dengan
senyuman hangatnya.
Membuat Air mata ini menjadi-jadi.
-
“ Tidak, Tidak Violet.... Aku mohon
jangan berkata seperti itu.”
“ Terima Kasih Telah Menjadikan
Diriku Menjadi Istrimu. Terima Kasih
Telah Memberi Semua Kasih
Sayangmu. Terima Kasih Telah Mau Menghabiskan Waktu Bersamaku.
Walaupun Singkat. Namun ketahuilah,
Bahwa Aku Sangat Bersyukur Akan
Waktu-Waktu indah saat bersamamu.
Terima Kasih Telah Mau Menemani
BerNyanyi. Terima kasih Telah
Membantuku Berjualan, Dan Terakhir
Terima Kasih Telah Mencintaiku.”
“ Aku mohonnn, Aku mohon...Aku
sungguh tidak ingin kehilanganmu, Aku sungguh tidak ingin kehilanganmu Violet
..Aku mohon jangan tinggalkan Aku.”
“ Maafkan Aku.. Namun Jika
kehidupan berikutnya memang
ada. Ketahuilah, Aku tetap
ingin terlahir sebagai istrimu.”
-
Tangannya yang menempel
di dadaku perlahan jatuh, Kemudian
senyuman yang terlukis di
wajahnya pun perlahan memudar.
Hening, hanya tinggal keheningan
yang menyelimuti suasana.
Aku tidak lagi mendengar suaranya,
d a n tidak lagi melihat
senyumannya untuk selamanya.
Saat waktu yang sama Hujanpun
turun, yang perlahan semakin deras.
Seperti ikut merasakan, apa yang
Aku rasakan.
Hingga, saat Aku mulai menatap
ke arah langit malam.
-
“ Yaa Tuhannn, Aku Mohonnn, Aku
Mohonnnn, Aku Mohonnn. Ya Tuhan,
Jangan Kauuu Ambil Istriku Dari
Hidupkuu. Aku Masih Ingin Melihat Senyumannya, Aku Masih Ingin
Melihat Bahagianya, Aku masih
ingin melihat Nyanyiannyaaa, Aku
masih ingin melihat tawanyaaaa.”
Hingga, tiba-tiba datang sebuah Cahaya
terang dari arah samping. Membuat
Aku langsung berpaling menatap
ke arah tersebut, yang rupanya sebuah
Mobil besar sedang mengarah
k e m a r i, dengan kecepatan tinggi.
Dia adalah alasan Aku tetap hidup.
Dia adalah alasan Aku tetap berjuang.
Namun sekarang.....
-
“ Ya, tidak ada alasan lagi Aku
terus berada di Dunia ini. Maafkan
Aku, Ayah, ibuu. Aku sungguh
menyayangi kalian b e r d u a.”
-
Dengan senyuman yang terlukis
di wajahku.
Dengan Violet yang berada di
pangkuanku.
Aku lenyap, oleh cahaya tersebut.
****************
Silakan yang mau like, vote atau
k o m e n. Saya hanya sekedar
ingin menulis itu saja. Dan jikapun
kemudian tulisanku tidak dibaca
atau hanya sekedar dilihat tanpa
diketahui isinya, saya tak peduli.
Saya benar-benar tidak masalah.
Bagiku menulis seperti hobi lainya
seperti memancing, seperti
memelihara burung. Karena yang
t e r p e n t i n g, ruang-ruang
kosong di Hati dan pikiran terisi.
Tak menjadi soal orang lain
ikut, menikmatinya atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Senajudifa
mantap kata2nya thor
2023-08-19
0
Rahma AR
likes
2021-11-18
1
HIATUS
kakak maap aq baru mampir lagii hehehe tenang aq bawa sekuntum bunga mawar untuk mu... semnagatt
2021-11-17
1