Perfect Husband
Suara berisik mendominasi sebuah kamar bernuansa pink ini. Sudah berulang kali, alarm di sebuah ponsel itu berbunyi. Entah mungkin sang penguji alarm tidak merasa berisik.
Tok tok!
"Sayang, bangun ayo, sholat subuh dulu."
Sepertinya itu suara sang ibu.
"Hmmm."
"Putri, ayo bangun. Jangan menunda ibadah."
Gadis bernama Putri ini tidak menggubris panggilan sang ibu. Dia malah menutup kepalanya dengan bantal, agar suara suara tidak terdengar.
Brakkk
Tak berselang lama, tiba tiba pintu kamar putri terbuka lebar.
Seseorang membuka paksa selimut yang putri gunakan.
"Bangun nggak!"
"Ck! Bentar lagi Juna, udah sana sholat duluan."
Laki laki bernama Juna itu mendengus.
"Kalau kakak nggak bangun, Juna bakalan aduin ke papa, kalau selama ini, kak putri nggak pernah ibadah lima waktu."
Jelas Putri yang mendengar langsung membuka matanya.
"Iya iya, dasar cepu!" Putri segera mendudukkan diri, lalu meregangkan badannya sejenak.
"Habis ini, kata bunda disuruh temenin ke pasar. Jadi kak Putri nggak boleh tidur lagi." - Juna
"Iya bawel." Setelah nyawanya terkumpul sempurna, Putri segera masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
...*...
*
*
Singkat cerita, setelah ibadah subuh selesai. Sesuai permintaan sang ibu, Putri harus menemaninya belanja ke pasar dekat rumah. Mereka cukup jalan kaki saja.
"Mama mau masak apa hari ini?" Tanya Putri sembari membawa tas belanjaan.
"Nggak tahu deh, bingung. Soalnya mama hari ini ada pesenan catering sayang."
"Banyak?"
Ibu yang bernama mama Yuri tersebut mengangguk "Sekitar 70 kotak"
"Banyak banget ma, siapa yang mau bantuin coba?"
Mama Yuri tampak berpikir
"Ya paling nanti mama minta tolong sama mba Ina, sama mba Ester buat bantuin kita."
Putri mengangguk paham.
Jadi Putri ini masih berusia 18 tahun, masih sekolah, baru naik ke Kelas 3 SMA. Dia dua bersaudara, Putri anak pertama dan dia punya adik, namanya Randi juna Reivanda, baru kelas 2 SMP. Jadi jarak usia putri dengan adiknya tidak terlalu jauh.
Putri dan juga mama Yuri masih berjalan, rumahnya memang ada di paling ujung, jadi agak jauh dari depan.
"Ma?"
"Hm?"
"Itu, ada orang pindahan ya?"
Mama Yuri menatap ke depan. "Oh itu, dari kemarin itu kak."
"Kemarin? Kok Putri nggak tahu?"
"Ya gimana mau tahu, kalau kerjaan kamu selama liburan cuma jadi kaum keong di kamar?" Mama yuri mengomel
Putri masih menamati seorang laki laki yang sedang membawa barang barangnya masuk ke dalam rumah.
"Katanya dia pindahan dari bandung kak." Mama Yuri ini tahu saja.
Putri hanya mengangguk paham. Dia masih melihat laki laki itu membereskan barang barangnya sendirian.
"Ma?"
"Kenapa?"
"Mama masuk duluan aja."
"Kamu mau kemana emang?" Mama Yuri bertanya
"Putri mau bantuin orang itu ma, kasihan kayaknya sendiri."
Tanpa menunggu jawaban dari sang ibu, Putri bergegas menuju ke arah laki laki yang sedang beres beres tersebut.
------
Sementara itu, memang ada seorang laki laki yang sedang mengangkat barang barangnya untuk dibawa masuk ke dalam, dan dia ternyata sendirian.
Laki laki itu menghela nafas "Banyak juga barang barangnya..."
Laki laki itu ingin mengangkat satu barang lagi, tapi terasa sangat berat, Rasanya tidak kuat dan hampir terjatuh.
Tapi beruntung ada tangan yang menyangga kardus besar itu, dan laki laki itu langsung menoleh.
"Saya bantuin ya kak?"
Laki laki itu masih memandang seorang gadis yang ternyata itu Putri.
Dia tinggal di komplek ini?
"Kak? Haloooo"
Laki laki itu langsung tersadar "Iya boleh."
Putri tersenyum manis
Laki laki tersebut terkesiap sejenak melihat senyuman manis dari Putri.
"Mari kak, saya bantu." Putri membantu laki laki itu untuk memasukkan barang terakhirnya ke dalam rumah, dan meletakkannya di pojok dekat pintu.
"Terimakasih ya sudah membantu saya."
Putri mengangguk
"Kita tetangga kok kak, rumah saya ada di paling ujung blok ini."
"Wah, tetangga ternyata kita."
Sekali lagi Putri mengangguk.
"Kalau begitu, mungkin kenalan dulu kali ya?"
Laki laki itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu ke Putri.
"Boleh saya tahu nama kamu?"
Putri tak ragu meraih tangan laki laki itu.
"Nama saya Zidny Putri Revania kak, panggil aja Putri."
"Nama saya Tiyan, salam kenal ya?"
Putri tersenyum, lalu Mereka melepaskan uluran tangan masing masing.
"Kak Tiyan baru pindah ya?" Putri bertanya
Laki laki yang bernama Tiyan itu mengangguk "Saya baru hari ini akan tinggal pindah di komplek."
Putri mengangguk mengerti
"Kamu kok bisa tahu saya sedang berbenah?" Tiyan bertanya agar tidak terjadi kecanggungan
"Oh itu, tadi saya nggak sengaja lihat kakak kayak kesusahan gitu bawa barang barangnya, yaudah deh saya bantu aja."
Tiyan tersenyum manis mendengarnya
'kenapa saya gugup ketika melihatnya tersenyum?'
Dan Putri juga ikut terkesiap melihat senyuman dari Tiyan
"Kamu masih sekolah ya?"
Putri mengangguk lagi.
"Sekolah dimana?"
"Di SMA Harapan kak."
Pernyataan Putri membuat Tiyan sedikit terkejut.
"Oh ya? Saya juga mengajar di sekolah itu mulai minggu depan."
"Jadi kakak ini guru?" Putri ingin memastikan
Tiyan mengangguk "Iya, saya baru lulus. Dan saya langsung ditempatkan di SMA untuk mengajar"
Gurunya modelan begini, langsung gas lah bawaannya.
"Berarti saya harus panggil pak Tiyan nih."
Tiyan terkekeh "Kamu kelas berapa sekarang?"
"Kelas 12 pak, baru naik kemarin."
Tiyan mengangguk paham, lalu menatap Putri
"Kamu habis belanja?" Tiyan menatap tangan Putri yang sedang membawa kantong plastik penuh dengan bahan bahan masakan.
"Iya pak, mama saya buka usaha catering loh, kalau pak Tiyan mau pesen makanan sama mama saya bisa kok."
Tiyan tersenyum.
"Iya, lain kali saya pasti beli."
"Oh iya pak saya—"
"Putri!!"
Belum selesai berbicara, ternyata putri sudah dipanggil oleh sang Ibu untuk pulang
"Eh, mama udah manggil pak, saya pulang duluan ya?"
Tiyan mengangguk "Jangan lari."
"Oke!" Putri segera keluar dari rumah Tiyan dan bergegas pulang ke rumahnya.
Tiyan mengikuti arah Putri berjalan. Dia menatap Putri yang berlari memeluk mamanya.
Tiyan tersenyum melihatnya
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments