Bab 5. Trauma?

Pagi ini, Putri terlihat sangat ceria. Dia sedang bercermin membenarkan rambutnya.

Hari ini, dia ingin mengikat rambut.

"Widihh, poni baru nih"

Putri menatap ke sumber suara. Ternyata Dimas.

Karena papa dan juga mamanya Putri hari ini berangkat ke luar kota. Jadi beberapa hari kedepan, Dimas yang menemani para keponakannya ini.

"Kak Dimas nggak berangkat kuliah?" Ucap Putri sembari menggendong tasnya.

"Ambil cuti, kan bentar lagi skripsi. Jadi mau seneng seneng dulu"

Putri mengangguk paham "Juna udah berangkat ya kak?"

"Udah, tadi disamperin sama temen temennya naik motor" - Dimas

"Ih, kalau papa tau, bakalan diomelin." Putri segera keluar kamar.

"Kamu nggak mau sarapan dulu?" Dimas bertanya.

"Males ah sarapan di rumah." Putri keluar rumah, dia segera mengambil sepedanya.

Tetapi, Putri merasakan sesuatu yang aneh.

Putri menunduk ke bawah "Hadeh, lepas lagi rantainya..."

Putri terdiam.

"Kenapa? Gak jadi berangkat?" Dimas menyusul.

"Kak Dimas?"

"Hm?"

"Benerin sepedanya Putri dong, rantainya lepas"

"Hah? Kamu suruh orang ganteng ini benerin rantai sepeda?" Ucap Dimas sembari menunjuk dirinya.

"Ish, Putri minta tolonglah kak."

Dimas mendengus, dia segera mendekat ke sepeda Putri

"Sini kak Dimas lihat dulu"

Dimas berjongkok, memeriksa sepeda milik Putri yang rantainya terlihat lepas itu.

"Ini mah putus rantainya"

"Putus?!"

Dimas mengangguk "Lama kalau dibenerin"

Putri berpikir, harus naik apa dia ke sekolah?

"Kak Dimas, bagi duit"

Ucapan Putri membuat Dimas menatapnya "Buat apa? Kurang emang yang dikasih papa kamu?"

"Kak, Putri harus naik kendaraan umum buat ke sekolah, makanya minta uang saku tambahan" ucap Putri sembari mengadahkan tangannya ke Dimas.

"Naik apa kamu?"

"Naik angkot mungkin?"

Dimas terdiam

"Udah ayo kak, Putri telat ini."

Dimas mendengus lagi, dia segera mengeluarkan dompet, dan memberikan uang saku tambahan untuk Putri.

"Ganti nih, sama sekalian uang buat benerin ini sepeda"

"Kalau itu, kak Dimas minta papa aja, bye!" Putri tersenyum, lalu segera keluar rumah untuk berangkat sekolah

Dimas menggelengkan kepala "anak anaknya bang Reivan emang unik"

Dimas berjongkok karena ingin membenarkan sepeda milik Putri, namun dia tiba tiba ingat sesuatu.

"Putri nggak mungkin naik bis kan?"

.

.

.

.

.

Putri telah sampai di halte jalan raya. Dia terduduk, sembari melihat jam di tangannya.

"Lama banget gak dateng dateng" Putri berguman.

Sementara itu, Tiyan yang sepertinya sedang terburu buru, juga menuju ke halte.

"Ck, kenapa pakai acara masuk bengkel segala itu mobil."

Tiyan melihat jam tangannya. Dia menghela nafas, karena sepertinya dia akan terlambat masuk kelas hari ini.

Tiyan masih berjalan ke arah halte, Dan tidak sengaja melihat ke arah kursi.

"Itukan Putri?"

Tiyan sedikit memicingkan matanya.

Sementara itu, Putri memang masih terduduk di kursi halte, sepertinya dia sedang menunggu kendaraan umum.

"Putri?"

Merasa terpanggil, Putri langsung menoleh.

"Pak Tiyan?" Putri segera berdiri "Selamat pagi pak." Putri membungkukkan badannya untuk menyapa Tiyan

"Kamu kenapa di sini?" Tiyan bertanya

"Mau berangkat sekolah Pak."

"Tumben sekali tidak naik sepeda?"

"Sepeda saya rantainya putus, jadi lagi dibenerin sama kak Dimas."

Tiyan mengangguk, dia ikut terduduk di sebelah Putri

"Menunggu bis ya?"

Pertanyaan Tiyan membuat Putri menatap ke arahnya.

"Oh, i-itu..."

Tak berselang lama, sebuah bis datang. Tiyan segera berdiri

"Sepertinya itu bis ke arah sekolah" Tiyan memajukan badannya

Sementara Putri masih terduduk, sembari meremat bajunya.

Gimana ya.. gue nggak mau naik bis..

Tiyan menoleh ke arah Putri yang masih berdiam diri.

"Putri, kamu tidak mau naik bis?"

Putri perlahan berdiri, lalu mendekat ke Tiyan

Tiyan tersenyum "ingin berangkat bersama saya?"

Putri mengangguk ragu.

Pintu bis terbuka otomatis.

"Kamu naik dulu"

Putri menelan ludah, dia tampak gelisah. Namun dia berjalan perlahan

Flashback on

Putri sedang terduduk di dalam bis. Hari ini dia dan juga Raka ingin jalan jalan.

"Eh 0ut, lo baru kali ini ya naik bis?" Raka bertanya.

"Sembarangan, udah 2 kali ye gue naik bis."

"Oh iya, satunya bis study tour. Sama aja sukiyem"

Putri cengengesan, lalu menatap ke arah jendela.

"Asik banget ya naik kendaraan umum gini?"

Raka mengangguk "Asik banget serius, makanya gue setiap hari naik—"

Brakkk!!!

Belum sempat Raka selesai berbicara, suara hantaman keras terjadi di area belakang bis.

Semua langsung panik, begitupun 2 sahabat ini.

"Raka kenapa?"

"Kayaknya bisnya nabrak sesuatu"

Dan Putri langsung kepikiran.

"BISNYA TERBAKAR!!"

Dan salah satu penumpang yang berada di belakang Putri berteriak. Alhasil semua panik.

"Raka, kita harus gimana?"

Raka melihat Putri yang ketakutan.

"REMNYA BLONG!"

Dan semua semakin panik.

"AAARGGHHHHH"

BRAKKKK!

"PUTRI!!"

Putri  memegang kepalanya, dan mundur.

"Putri?" Tiyan yang tahu ingin mendekat. Namun Putri tiba tiba terduduk di lantai halte.

Tiyan terkejut, lalu mengisyaratkan bis tersebut untuk berangkat terlebih dahulu. Setelah itu, dia segera mendekat ke Putri.

"Kamu gapapa?" Tiyan ingin membantu Putri berdiri.

"Putri?!" Dan tiba tiba saja, Raka datang.

Mengetahui kondisi Putri seperti itu, Raka segera berlari mendekat.

"Put, lo gapapa?!"

Tiyan dan Raka membantu Putri berdiri.

"Putri kok bisa gini pak?" Raka bertanya.

Tiyan menggeleng "saya hanya mengajak dia naik bis, tapi tiba tiba seperti ini"

"Bis?"

Tiyan mengangguk.

Pantesan.

"Pak Tiyan kalau mau berangkat gapapa berangkat duluan, biar Putri dengan saya."

Tiyan masih sedikit bingung dengan apa yang terjadi dengan muridnya ini.

"Itu ada taksi"

Tiyan memberhentikan taksi, lalu membuka pintu belakang.

"Kalian berangkat terlebih dahulu"

"Terus pak Tiyan bagaimana?"

"Saya bisa naik kendaraan selanjutnya" Tiyan menyuruh Raka dan Putri masuk ke taksi.

"Terimakasih pak Tiyan"

Tiyan hanya mengangguk, setelah Raka dan Putri masuk ke taksi, Tiyan menutup pintunya. Dan taksi menjauh.

Tiyan menghembuskan nafas

"Putri kenapa? Apa dia punya trauma naik bis?" Tiyan berpikir sejenak, lalu segera terduduk sembari menunggu kendaraan umum lewat kembali.

...****...

Putri dan juga Raka baru saja sampai sekolah, Hampir telat mereka.

"Untung ada gue tadi. Kalau nggak ada, gimana coba?" Raka berbicara kepada putri

Putri hanya menghela nafas "Gimana ya, caranya biar gue nggak takut naik bis lagi?"

Raka menatap putri "Kalau nggak bisa, gausah dipaksa."

"..."

"Gue tahu yang lo rasain"

Putri menatap Raka "Lo kok bisa sih, masih bisa naik kendaraan umum. Padahal pernah kejadian kayak gitu?"

Raka menghela nafas, lalu menatap ke depan "Sebenernya, gue juga sama takutnya kayak lo."

"..."

"Tapi gue berusaha buat nepis ketakutan itu. Karena gue pengen lindungi lo."

Ucapan Raka membuat putri menatapnya

"Kalau gue juga takut, gimana sama keadaan lo? Gue nggak lo kenapa kenapa"

Putri merasa tersentuh mendengar ucapan Raka. Dia tersenyum.

"Makasih ya Ka"

"...."

"Makasih, lo selalu ada buat gue selama ini."

Raka tersenyum

"Lo emang sahabat yang paling mengerti gue"

Ucapan Putri membuat Raka memudarkan senyumannya.

Cuma sahabat ya Put?

...***...

Hari ini, Tiyan ada jadwal di kelas Putri. Sepertinya dia ingin memberitahukan sesuatu

"Ah iya, sebelum pelajaran berakhir, saya ingin membuat pengumuman."

".."

"Karena kalian sudah kelas dua belas, jadi saya selaku wali kelas akan menganjurkan konseling untuk kalian secara bergiliran"

"..."

"Tujuannya? Saya tahu, jika diantara kalian mempunyai jalan dan mimpi yang berbeda."

Semua menyimak

"Dan saya rasa, saya perlu tau sedikit tentang mimpi kalian yang akan kalian temui ketika lulus sekolah nanti. Jadi saya harap, kalian semua mempersiapkan diri"

Kringggg

Bel istirahat berbunyi.

"Jangan lupa dengan materi untuk kuis lusa." Ucap Tiyan sembari merapikan peralatannya, lalu segera keluar dari kelas.

Putri menghela nafas panjang, dia membereskan bukunya.

"Lo gapapa Put?" Zoya bertanya ke Putri.

Putri hanya menggelengkan kepalanya. Dia berdiri, lalu segera meninggalkan kelas.

"Putri kenapa deh?" Dery bertanya.

"Biasalah, sama Joan"

Ucapan Raka membuat Dery dan Zoya menatapnya.

"Kenapa emang sama Joan?"

Raka tidak menjawab, dan hanya menghembuskan nafasnya.

To be continued

Episodes
1 Bab 1. Awal mula pertemuan
2 Bab 2. Wali kelas baru
3 Bab 3. Pandangan pertama
4 Bab 4. Guru les Putri
5 Bab 5. Trauma?
6 Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7 Bab 7. Putri jatuh cinta?
8 Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9 Bab 9. Putri terombang ambing
10 Bab 10. Mulai berani mendekat
11 Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12 Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13 Bab 13. Tama yang cemburu
14 Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15 Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16 Bab 16. Masa lalu Tiyan
17 Bab 17. Keributan
18 Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19 Bab 19. Dendam Tiyan
20 Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21 Bab 21. Tiyan cemburu
22 Bab 22. Apa yang terjadi?
23 Bab 23. Tiyan tumbang
24 Bab 24. Insiden tidak terduga
25 Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26 Bab 26. Putri ingin tahu
27 Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28 Bab 28. Sikap Putri
29 Bab 29. Tiyan pergi
30 Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31 Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32 Bab 32. Kesakitan Putri
33 Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34 Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35 Bab 35. Harapan
36 Bab 36. Hadinata kembali berulah
37 Bab 37. Obrolan hangat
38 Bab 38. Emosi
39 Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40 Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41 Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42 Bab 42. Menghabiskan waktu
43 Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44 Bab 44. Ujian pernikahan?
45 Bab 45. Posesif
46 Bab 46. Putri kejang
47 Bab 47. Oma Elisa marah
48 Bab 48. Penyesalan terbesar
49 Bab 49. Penderitaan Putri
50 Bab 50. Akhirnya SAH
51 Bab 51. Semangat dari Tiyan
52 Bab 52. Kekecewan
53 Bab 53. Kejutan
54 Bab 54. Kehamilan Putri
55 Bab 55. Amarah Putri
56 56. Mencoba menerima takdir
57 57. Ada yang iri
58 58. Pendarahan
59 59. Sebuah fitnah
60 60. Sakit hati
61 61. Huru hara di rumah Pak RT
62 62. Pemikiran Tiyan
63 63. Perusahaan yang tegas
64 64. Kekesalan Putri
65 65. Insiden pasar malam
66 66. Tiyan ingkar janji
67 67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68 68. Melahirkan lebih awal
69 69. Masih berlanjut
70 70. Putri pergi
71 71. Arkana yang rewel
72 72. Muak
73 73. Rewel part 2
74 74. Bullying di perusahaan
75 75. Diam diam kursus
76 76. Ada apa dengan Juna?
77 77. Ada apa dengan Juna Part 2
78 78. Pelajaran berharga
79 79. Perjuangan
80 80. Cerita pilu
81 81. Kejadian tak terduga
82 82. Asal usul
83 83. Ternyata
84 84. Bimbang
85 85. Godaan
86 86. Kapan?
87 87. Tiyano menyebalkan
88 88. Hamil lagi?
89 89. Ngidam
90 90. Pertemuan setalah sekian lama
91 91. Keributan
92 92. Haru dan Curiga
93 93. Ketahuan
94 94. Kemarahan Tiyan untuk Raka
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1. Awal mula pertemuan
2
Bab 2. Wali kelas baru
3
Bab 3. Pandangan pertama
4
Bab 4. Guru les Putri
5
Bab 5. Trauma?
6
Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7
Bab 7. Putri jatuh cinta?
8
Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9
Bab 9. Putri terombang ambing
10
Bab 10. Mulai berani mendekat
11
Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12
Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13
Bab 13. Tama yang cemburu
14
Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15
Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16
Bab 16. Masa lalu Tiyan
17
Bab 17. Keributan
18
Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19
Bab 19. Dendam Tiyan
20
Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21
Bab 21. Tiyan cemburu
22
Bab 22. Apa yang terjadi?
23
Bab 23. Tiyan tumbang
24
Bab 24. Insiden tidak terduga
25
Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26
Bab 26. Putri ingin tahu
27
Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28
Bab 28. Sikap Putri
29
Bab 29. Tiyan pergi
30
Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31
Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32
Bab 32. Kesakitan Putri
33
Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34
Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35
Bab 35. Harapan
36
Bab 36. Hadinata kembali berulah
37
Bab 37. Obrolan hangat
38
Bab 38. Emosi
39
Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40
Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41
Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42
Bab 42. Menghabiskan waktu
43
Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44
Bab 44. Ujian pernikahan?
45
Bab 45. Posesif
46
Bab 46. Putri kejang
47
Bab 47. Oma Elisa marah
48
Bab 48. Penyesalan terbesar
49
Bab 49. Penderitaan Putri
50
Bab 50. Akhirnya SAH
51
Bab 51. Semangat dari Tiyan
52
Bab 52. Kekecewan
53
Bab 53. Kejutan
54
Bab 54. Kehamilan Putri
55
Bab 55. Amarah Putri
56
56. Mencoba menerima takdir
57
57. Ada yang iri
58
58. Pendarahan
59
59. Sebuah fitnah
60
60. Sakit hati
61
61. Huru hara di rumah Pak RT
62
62. Pemikiran Tiyan
63
63. Perusahaan yang tegas
64
64. Kekesalan Putri
65
65. Insiden pasar malam
66
66. Tiyan ingkar janji
67
67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68
68. Melahirkan lebih awal
69
69. Masih berlanjut
70
70. Putri pergi
71
71. Arkana yang rewel
72
72. Muak
73
73. Rewel part 2
74
74. Bullying di perusahaan
75
75. Diam diam kursus
76
76. Ada apa dengan Juna?
77
77. Ada apa dengan Juna Part 2
78
78. Pelajaran berharga
79
79. Perjuangan
80
80. Cerita pilu
81
81. Kejadian tak terduga
82
82. Asal usul
83
83. Ternyata
84
84. Bimbang
85
85. Godaan
86
86. Kapan?
87
87. Tiyano menyebalkan
88
88. Hamil lagi?
89
89. Ngidam
90
90. Pertemuan setalah sekian lama
91
91. Keributan
92
92. Haru dan Curiga
93
93. Ketahuan
94
94. Kemarahan Tiyan untuk Raka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!