Pagi ini, Putri terlihat sangat ceria. Dia sedang bercermin membenarkan rambutnya.
Hari ini, dia ingin mengikat rambut.
"Widihh, poni baru nih"
Putri menatap ke sumber suara. Ternyata Dimas.
Karena papa dan juga mamanya Putri hari ini berangkat ke luar kota. Jadi beberapa hari kedepan, Dimas yang menemani para keponakannya ini.
"Kak Dimas nggak berangkat kuliah?" Ucap Putri sembari menggendong tasnya.
"Ambil cuti, kan bentar lagi skripsi. Jadi mau seneng seneng dulu"
Putri mengangguk paham "Juna udah berangkat ya kak?"
"Udah, tadi disamperin sama temen temennya naik motor" - Dimas
"Ih, kalau papa tau, bakalan diomelin." Putri segera keluar kamar.
"Kamu nggak mau sarapan dulu?" Dimas bertanya.
"Males ah sarapan di rumah." Putri keluar rumah, dia segera mengambil sepedanya.
Tetapi, Putri merasakan sesuatu yang aneh.
Putri menunduk ke bawah "Hadeh, lepas lagi rantainya..."
Putri terdiam.
"Kenapa? Gak jadi berangkat?" Dimas menyusul.
"Kak Dimas?"
"Hm?"
"Benerin sepedanya Putri dong, rantainya lepas"
"Hah? Kamu suruh orang ganteng ini benerin rantai sepeda?" Ucap Dimas sembari menunjuk dirinya.
"Ish, Putri minta tolonglah kak."
Dimas mendengus, dia segera mendekat ke sepeda Putri
"Sini kak Dimas lihat dulu"
Dimas berjongkok, memeriksa sepeda milik Putri yang rantainya terlihat lepas itu.
"Ini mah putus rantainya"
"Putus?!"
Dimas mengangguk "Lama kalau dibenerin"
Putri berpikir, harus naik apa dia ke sekolah?
"Kak Dimas, bagi duit"
Ucapan Putri membuat Dimas menatapnya "Buat apa? Kurang emang yang dikasih papa kamu?"
"Kak, Putri harus naik kendaraan umum buat ke sekolah, makanya minta uang saku tambahan" ucap Putri sembari mengadahkan tangannya ke Dimas.
"Naik apa kamu?"
"Naik angkot mungkin?"
Dimas terdiam
"Udah ayo kak, Putri telat ini."
Dimas mendengus lagi, dia segera mengeluarkan dompet, dan memberikan uang saku tambahan untuk Putri.
"Ganti nih, sama sekalian uang buat benerin ini sepeda"
"Kalau itu, kak Dimas minta papa aja, bye!" Putri tersenyum, lalu segera keluar rumah untuk berangkat sekolah
Dimas menggelengkan kepala "anak anaknya bang Reivan emang unik"
Dimas berjongkok karena ingin membenarkan sepeda milik Putri, namun dia tiba tiba ingat sesuatu.
"Putri nggak mungkin naik bis kan?"
.
.
.
.
.
Putri telah sampai di halte jalan raya. Dia terduduk, sembari melihat jam di tangannya.
"Lama banget gak dateng dateng" Putri berguman.
Sementara itu, Tiyan yang sepertinya sedang terburu buru, juga menuju ke halte.
"Ck, kenapa pakai acara masuk bengkel segala itu mobil."
Tiyan melihat jam tangannya. Dia menghela nafas, karena sepertinya dia akan terlambat masuk kelas hari ini.
Tiyan masih berjalan ke arah halte, Dan tidak sengaja melihat ke arah kursi.
"Itukan Putri?"
Tiyan sedikit memicingkan matanya.
Sementara itu, Putri memang masih terduduk di kursi halte, sepertinya dia sedang menunggu kendaraan umum.
"Putri?"
Merasa terpanggil, Putri langsung menoleh.
"Pak Tiyan?" Putri segera berdiri "Selamat pagi pak." Putri membungkukkan badannya untuk menyapa Tiyan
"Kamu kenapa di sini?" Tiyan bertanya
"Mau berangkat sekolah Pak."
"Tumben sekali tidak naik sepeda?"
"Sepeda saya rantainya putus, jadi lagi dibenerin sama kak Dimas."
Tiyan mengangguk, dia ikut terduduk di sebelah Putri
"Menunggu bis ya?"
Pertanyaan Tiyan membuat Putri menatap ke arahnya.
"Oh, i-itu..."
Tak berselang lama, sebuah bis datang. Tiyan segera berdiri
"Sepertinya itu bis ke arah sekolah" Tiyan memajukan badannya
Sementara Putri masih terduduk, sembari meremat bajunya.
Gimana ya.. gue nggak mau naik bis..
Tiyan menoleh ke arah Putri yang masih berdiam diri.
"Putri, kamu tidak mau naik bis?"
Putri perlahan berdiri, lalu mendekat ke Tiyan
Tiyan tersenyum "ingin berangkat bersama saya?"
Putri mengangguk ragu.
Pintu bis terbuka otomatis.
"Kamu naik dulu"
Putri menelan ludah, dia tampak gelisah. Namun dia berjalan perlahan
Flashback on
Putri sedang terduduk di dalam bis. Hari ini dia dan juga Raka ingin jalan jalan.
"Eh 0ut, lo baru kali ini ya naik bis?" Raka bertanya.
"Sembarangan, udah 2 kali ye gue naik bis."
"Oh iya, satunya bis study tour. Sama aja sukiyem"
Putri cengengesan, lalu menatap ke arah jendela.
"Asik banget ya naik kendaraan umum gini?"
Raka mengangguk "Asik banget serius, makanya gue setiap hari naik—"
Brakkk!!!
Belum sempat Raka selesai berbicara, suara hantaman keras terjadi di area belakang bis.
Semua langsung panik, begitupun 2 sahabat ini.
"Raka kenapa?"
"Kayaknya bisnya nabrak sesuatu"
Dan Putri langsung kepikiran.
"BISNYA TERBAKAR!!"
Dan salah satu penumpang yang berada di belakang Putri berteriak. Alhasil semua panik.
"Raka, kita harus gimana?"
Raka melihat Putri yang ketakutan.
"REMNYA BLONG!"
Dan semua semakin panik.
"AAARGGHHHHH"
BRAKKKK!
"PUTRI!!"
Putri memegang kepalanya, dan mundur.
"Putri?" Tiyan yang tahu ingin mendekat. Namun Putri tiba tiba terduduk di lantai halte.
Tiyan terkejut, lalu mengisyaratkan bis tersebut untuk berangkat terlebih dahulu. Setelah itu, dia segera mendekat ke Putri.
"Kamu gapapa?" Tiyan ingin membantu Putri berdiri.
"Putri?!" Dan tiba tiba saja, Raka datang.
Mengetahui kondisi Putri seperti itu, Raka segera berlari mendekat.
"Put, lo gapapa?!"
Tiyan dan Raka membantu Putri berdiri.
"Putri kok bisa gini pak?" Raka bertanya.
Tiyan menggeleng "saya hanya mengajak dia naik bis, tapi tiba tiba seperti ini"
"Bis?"
Tiyan mengangguk.
Pantesan.
"Pak Tiyan kalau mau berangkat gapapa berangkat duluan, biar Putri dengan saya."
Tiyan masih sedikit bingung dengan apa yang terjadi dengan muridnya ini.
"Itu ada taksi"
Tiyan memberhentikan taksi, lalu membuka pintu belakang.
"Kalian berangkat terlebih dahulu"
"Terus pak Tiyan bagaimana?"
"Saya bisa naik kendaraan selanjutnya" Tiyan menyuruh Raka dan Putri masuk ke taksi.
"Terimakasih pak Tiyan"
Tiyan hanya mengangguk, setelah Raka dan Putri masuk ke taksi, Tiyan menutup pintunya. Dan taksi menjauh.
Tiyan menghembuskan nafas
"Putri kenapa? Apa dia punya trauma naik bis?" Tiyan berpikir sejenak, lalu segera terduduk sembari menunggu kendaraan umum lewat kembali.
...****...
Putri dan juga Raka baru saja sampai sekolah, Hampir telat mereka.
"Untung ada gue tadi. Kalau nggak ada, gimana coba?" Raka berbicara kepada putri
Putri hanya menghela nafas "Gimana ya, caranya biar gue nggak takut naik bis lagi?"
Raka menatap putri "Kalau nggak bisa, gausah dipaksa."
"..."
"Gue tahu yang lo rasain"
Putri menatap Raka "Lo kok bisa sih, masih bisa naik kendaraan umum. Padahal pernah kejadian kayak gitu?"
Raka menghela nafas, lalu menatap ke depan "Sebenernya, gue juga sama takutnya kayak lo."
"..."
"Tapi gue berusaha buat nepis ketakutan itu. Karena gue pengen lindungi lo."
Ucapan Raka membuat putri menatapnya
"Kalau gue juga takut, gimana sama keadaan lo? Gue nggak lo kenapa kenapa"
Putri merasa tersentuh mendengar ucapan Raka. Dia tersenyum.
"Makasih ya Ka"
"...."
"Makasih, lo selalu ada buat gue selama ini."
Raka tersenyum
"Lo emang sahabat yang paling mengerti gue"
Ucapan Putri membuat Raka memudarkan senyumannya.
Cuma sahabat ya Put?
...***...
Hari ini, Tiyan ada jadwal di kelas Putri. Sepertinya dia ingin memberitahukan sesuatu
"Ah iya, sebelum pelajaran berakhir, saya ingin membuat pengumuman."
".."
"Karena kalian sudah kelas dua belas, jadi saya selaku wali kelas akan menganjurkan konseling untuk kalian secara bergiliran"
"..."
"Tujuannya? Saya tahu, jika diantara kalian mempunyai jalan dan mimpi yang berbeda."
Semua menyimak
"Dan saya rasa, saya perlu tau sedikit tentang mimpi kalian yang akan kalian temui ketika lulus sekolah nanti. Jadi saya harap, kalian semua mempersiapkan diri"
Kringggg
Bel istirahat berbunyi.
"Jangan lupa dengan materi untuk kuis lusa." Ucap Tiyan sembari merapikan peralatannya, lalu segera keluar dari kelas.
Putri menghela nafas panjang, dia membereskan bukunya.
"Lo gapapa Put?" Zoya bertanya ke Putri.
Putri hanya menggelengkan kepalanya. Dia berdiri, lalu segera meninggalkan kelas.
"Putri kenapa deh?" Dery bertanya.
"Biasalah, sama Joan"
Ucapan Raka membuat Dery dan Zoya menatapnya.
"Kenapa emang sama Joan?"
Raka tidak menjawab, dan hanya menghembuskan nafasnya.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments