Bab 2. Wali kelas baru

Setelah sekian lama berlibur, hari ini Putri akan kembali bersekolah, tentunya dengan suasana baru. Karena sekarang dia sudah kelas tiga SMA, dan sebentar lagi akan menjadi mahasiswi.

Setelah selesai merapikan bukunya, Putri menggendong tasnya, dia bercermin untuk merapikan seragamnya, lalu segera keluar dari kamar.

"Selamat pagi!" Seperti biasa, Putri menyapa orang tua dan juga adiknya dengan semangat.

"Semangat banget nih yang mau lulus sekolah." Papa Reivan melihat anak sulungnya bersemangat.

Putri tersenyum, lalu duduk di sebelah juna. "Papa anterin Putri ke sekolah kan?"

Papa Reivan menatap Putri "Putri sama supir ya? Soalnya papa buru buru hari ini."

Mendengar hal itu, putri langsung murung.

Putri meletakkan sendoknya, lalu segera meninggalkan keluarganya untuk berangkat ke sekolah.

Putri masuk ke garasi, dia mengambil sepeda mininya. Mau naik sepeda aja dia.

"Selalu kayak gitu, sibuk sibuk dan sibuk" Putri menggerutu sembari menaiki sepedanya keluar halaman rumah.

"Punya papa kok berasa kayak nggak punya papa." Putri mengayuh sepedanya dengan cepat, Kesel dia hari ini.

Putri berbelok ke arah blok sebelah, dia menghentikan sepedanya

"RAKAAAAA" dia berteriak dari luar, sepertinya ingin memanggil temannya.

"BUNDAA, RAKA BERANGKAT SAMA PUTRI" terdengar suara laki laki bernama Raka berpamitan dengan bundanya.

Raka keluar dengan sepeda gunungnya.

"Tadi katanya dianter sama om Rei, kok naik sepeda?"

"Nggak jadi, orangnya lebih pentingin kerjaan daripada anaknya."

Dan Putri dan Raka pun berangkat bersama menggunakan sepeda hari ini.

Sudah biasa jika kedua sahabat ini berangkat sekolah menggunakan sepeda, selain jarak sekolah sama rumah lumayan dekat, irit bensin juga katanya.

"Dah makan belum?" Raka bertanya

Putri hanya menggeleng "Nggak nafsu makan gue."

Raka menatap lurus ke depan.

"Lo beruntung Put masih punya orang tua yang lengkap, gue bapak aja nggak tau siapa."

Ucapan Raka langsung membuat putri menatapnya

"Kok lo bilang gitu sih Ka?"

"Ya kan emang begitu kenyataannya."

"Tapi ya jangan ngomong gitu, lo bisa anggep orang tua gue keluarga lo juga, kita kan sahabat."

Raka tersenyum.

Bisa nggak ya? Kalau persahabatan kita ini berubah jadi cinta? Karena gue udah anggep lo lebih dari sahabat put.

...*******...

Putri dan juga Raka telah sampai sekolah, mereka meletakkan sepedanya di parkiran khusus sepeda mini. Lalu segera berjalan memasuki kelas

"Katanya nanti yang jadi wali kelas kita guru baru." Raka

Guru baru? Apa jangan jangan kak Tiyan?

"Cowok apa cewek?" Putri bertanya

"Cowok kayaknya, katanya sih sepupunya pak Hanif, dia pindahan dari luar negeri."

Putri mengangguk paham.

Putri dan juga Raka memasuki kelasnya

Mereka langsung mencari tempat bangku yang menurutnya strategis.

"Zoya tumben belum dateng?" Guman Putri

"Yuhuuuu!!!!"

Baru saja Putri berguman, orang yang bernama Zoya datang.

Zoya langsung duduk di bangku pojok, bersebelahan dengan Putri.

"Tumben lo baru dateng? Biasanya habis subuh udah disini." Raka

"Gue naik ojol njir, mana lama banget tadi abangnya."

"Gue kira orang kaya nggak biasa naik ojol." - Putri

"Gue kan orang kaya yang tidak sombong."

Putri berdecih mendengar pernyataan Zoya

Kring!!!

Dan tak berselang lama, bel masuk berbunyi.

Putri langsung mengeluarkan sebuah buku kosong, karena hari ini kan belum ada pelajaran.

"Eh, wali kelas kita pindahan dari luar negeri ya katanya?" Zoya mulai gibah

Putri mengangguk "katanya sih gitu."

"Kalau misalnya dia jomblo, mau gue pepet ah."

"Idih, kayak dia mau aja sama lo."

Tak berselang lama, pintu kelas terbuka. Seorang guru memasuki kelas Putri.

Zoya menatap lurus ke depan.

"Ebuset, cakep ngab." Zoya refleks berkata, karena sepertinya benar benar tampan

"Selamat pagi semuanya?"

Semua siswa serentak menjawab, sepertinya kelas dari Putri ini seru

Eh, bener kan kak Tiyan wali kelas gue!

Dan ternyata, memang benar Tiyan yang masuk ke kelasnya putri

Putri tersenyum, melihat seseorang yang berada di depannya.

"Sebelum masuk ke dalam materi tentang pembelajaran, izinkan saya memperkenalkan diri." Tiyan mengambil spidol, lalu segera menuliskan nama lengkapnya di papan tulis.

"Widih, namanya aja cakep pak, pantes orangnya juga." Ucap salah satu siswa, bernama Ara

Tiyan tersenyum "terimakasih atas pujiannya." Tiyan mengeluarkan sesuatu di sakunya, dan itu sebuah permen untuk Ara.

Dan Ara histeris

"Nama saya Tiyano Pratama, kalian bisa memanggil saya Pak Tiyan. Saya disini akan menjadi wali kelas kalian, dan juga saya mengajar dengan mata pelajaran matematika dan ekonomi, jadi saya harap kalian bisa bekerja sama dengan saya untuk membantu kelas ini menjadi baik." Ucapan Tiyan diakhiri dengan senyuman manis.

"Saya absen dulu ya?"

Tiyan mengambil buku absen yang ada di meja, karena dia ingin sekali tahu anak didiknya.

"Kelas 12IPS 4 dengan total murid 30 siswa."

Kelas Putri memang kelas dengan murid terbanyak, dan menjadi kelas terakhir di jurusan tersebut.

Tiyan membaca dan menyebut satu persatu nama nama anak anaknya ini.

Zidny Putri Revania?

Tiyan seperti tidak asing dengan nama ini.

"Zidny Putri Revania? Ada?" Tiyan mencoba memanggil, ingin memastikan.

Putri yang merasa terpanggil langsung mengangkat tangannya

"Saya pak!" Ucap Putri semangat

Tiyan menatap ke arah Putri

Jadi Putri ada di kelas ini juga?

Tiyan tersenyum, lalu mengisyaratkan putri untuk menurunkan tangannya.

"Lo udah kenal ya Put sama pak Tiyan?" Zoya bertanya

"Kenapa emang?"

"Lo disenyumin anjir, gue kan juga pengen"

Putri cekikikan "Dia tetangga gue, baru pindah minggu lalu."

"What? Ish beruntung banget sih lo."

Putri hanya tersenyum.

.

.

.

Setelah selesai mengabsen semua nama muridnya, Tiyan melanjutkan pembelajarannya

"Mau ke materi pelajaran langsung?"

"Yah pak, ini kan hari pertama masuk. Masa disuruh langsung belajar?"

"Tau nih, jamkos kek, apa gimana."

Tiyan tersenyum kembali. Diabetes lama lama yang disenyumin

"Oke,kalau begitu, kita susun organisasi kelas dulu."

Tiyan menulis susunan yang akan dibentuk di kelas ini, mulai dari ketua, wakil, sekretaris hingga bendahara.

"Siapa yang mau jadi bendahara kelas?"

Ada beberapa murid yang mengacungkan tangan, dan itu siswa putri.

"Oke, Azahra Aliya jadi bendahara 1 ya?"

Zahra yang ditunjuk langsung semangat.

Tiyan menulis nama Zahra untuk dijadikan bendahara satu

"Saya mau wakil dari bendahara ini laki laki"

Putri menatap Raka yang sedari tadi diam. Lalu tersenyum jail.

"Jika tidak ada yang mau, saya yang akan pilih, saya hitung sampai tiga mulai dari sekarang"

"Satu"

"...."

"Dua."

Masih hening

"Ti-"

Dan tiba tiba Putri menyentuh pinggang raka dengan ujung pensil, otomatis raka berdiri, kaget soalnya.

Tiyan melihat itu. "Oke, Naraka Juan Mahendra jadi wakil bendaharanya."

"Eh pak, nggak gitu!"

"..."

"Nih orang belakang saya rese pak, masa pinggang saya ditusuk pake pensil?" Raka menunjuk Putri

"Dih apaan lo Raka, dosa nuduh orang sembarangan."

Malah berantem kan

Tiyan menggelengkan kepalanya, lalu segera menulis nama Raka di papan.

"Ciyee, Raka sama Zahra azekkk" Zoya ikut ikutan

Raka hanya berdecak.

"Awas ya kalian berdua."

Putri dan juga Zoya cekikikan.

"Selanjutnya sekretaris, ada yang bersedia?"

Refleks, Zoya langsung mengacungkan tangan.

"Zoya Alifiana, oke." Tiyan menulis nama Zoya di papan tulis.

"Wakil sekretaris harus laki laki."

Semua hening, jelas pasti tidak ada yang bersedia.

"Jika tidak ada yang mau, saya yang akan-"

BRAK!!

pintu terbuka lebar tiba tiba.

"MAAP PAK TELAT!"

Tiyan menatap laki laki itu,

"Kenapa terlambat?"

"Ketiduran di kamar mandi tadi pak."

Sontak semua tertawa.

"Yoga hendery aditya?"

"Betul pak, wah bapak pinter."

Tiyan menggelengkan kepalanya, lalu segera menulis nama Dery di papan tulis.

"Loh? Kok saya jadi sekretaris sih pak! Sama si Azoy lagi! Nggak ah."

"Silahkan duduk Dery" Tiyan menyuruh dery duduk

Dery berdecak, lalu segera duduk di sebelah Raka

"Udah nggak usah sedih gitu, si Raka juga jadi bendahara kok." Putri memberitahu Dery.

"Orang kayak begini jadiin bendahara, habis duit kas yang ada."

"Gue gibeng lo."

"Dan sekarang, khusus untuk ketua kelas dan wakilnya, saya yang akan memilih kandidatnya"

Semua sepertinya gugup, mungkin karena takut akan dipilih oleh Tiyan untuk menjadi ketua kelas

Tiyan menatap sejenak semua para siswanya.

Setelah dirasa menemukan kandidat yang cocok, Tiyan segera menulis empat nama di papan.

Dan salah satunya Putri.

"Eh pak, saya nggak mau ah!" Putri protes

"Udah lo nggak usah protes, jalanin aja." Zoya

Putri berdecak, masalahnya dia sangat malas jika harus menjadi pengurus kelas seperti ini, pasti akan sangat berat.

"Nggak usah milih pak, udah Putri aja."

Ucapan Raka membuat putri melotot.

"Nah bener tuh pak, Putri anaknya rajin kok. Nggak pernah bolos sekolah, ranking pertama terus, cocok pak." Dery menambahkan.

"Terus juga tulisannya rapi pak, anaknya cekatan. Cocok udah." Zoya malah ikut ikutan

"Apa apaan, nggak ya. Saya nggak mau pak, Lainnya aja." Putri menolak

"Kapan lagi Put jadi ketua kelas? Lo kan kalau disuruh jadi nggak mau" - Ara

Semua gaduh, tanda mereka setuju untuk Putri naik menjadi ketua kelas.

"Diem lo semua."

"Harap tenang" Tiyan mengisyaratkan anak didiknya tidak gaduh.

Tiyan menatap Putri yang juga tengah menatapnya dengan memohon.

menggemaskan

"Yasudah, sesuai permintaan kalian ya ini." Tiyan segera menulis nama Putri untuk menjadi ketua kelas. Dan Bian menjadi wakilnya

"Putri ketua kelas euy!"

Semua tepuk tangan dengan meriah. Entah, mereka terlihat suka sekali menggoda putri

Mungkin memang Putri ini paling kecil diantara teman temannya, suka diledekin

Putri menghela nafas kasar, dia berdecak

Selamat datang beban hidupku.

To Be Continued

Putri friend's :

Naraka Juan Mahendra

Zoya alifiana

Yoga Hendery Aditya

Episodes
1 Bab 1. Awal mula pertemuan
2 Bab 2. Wali kelas baru
3 Bab 3. Pandangan pertama
4 Bab 4. Guru les Putri
5 Bab 5. Trauma?
6 Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7 Bab 7. Putri jatuh cinta?
8 Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9 Bab 9. Putri terombang ambing
10 Bab 10. Mulai berani mendekat
11 Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12 Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13 Bab 13. Tama yang cemburu
14 Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15 Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16 Bab 16. Masa lalu Tiyan
17 Bab 17. Keributan
18 Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19 Bab 19. Dendam Tiyan
20 Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21 Bab 21. Tiyan cemburu
22 Bab 22. Apa yang terjadi?
23 Bab 23. Tiyan tumbang
24 Bab 24. Insiden tidak terduga
25 Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26 Bab 26. Putri ingin tahu
27 Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28 Bab 28. Sikap Putri
29 Bab 29. Tiyan pergi
30 Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31 Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32 Bab 32. Kesakitan Putri
33 Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34 Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35 Bab 35. Harapan
36 Bab 36. Hadinata kembali berulah
37 Bab 37. Obrolan hangat
38 Bab 38. Emosi
39 Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40 Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41 Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42 Bab 42. Menghabiskan waktu
43 Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44 Bab 44. Ujian pernikahan?
45 Bab 45. Posesif
46 Bab 46. Putri kejang
47 Bab 47. Oma Elisa marah
48 Bab 48. Penyesalan terbesar
49 Bab 49. Penderitaan Putri
50 Bab 50. Akhirnya SAH
51 Bab 51. Semangat dari Tiyan
52 Bab 52. Kekecewan
53 Bab 53. Kejutan
54 Bab 54. Kehamilan Putri
55 Bab 55. Amarah Putri
56 56. Mencoba menerima takdir
57 57. Ada yang iri
58 58. Pendarahan
59 59. Sebuah fitnah
60 60. Sakit hati
61 61. Huru hara di rumah Pak RT
62 62. Pemikiran Tiyan
63 63. Perusahaan yang tegas
64 64. Kekesalan Putri
65 65. Insiden pasar malam
66 66. Tiyan ingkar janji
67 67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68 68. Melahirkan lebih awal
69 69. Masih berlanjut
70 70. Putri pergi
71 71. Arkana yang rewel
72 72. Muak
73 73. Rewel part 2
74 74. Bullying di perusahaan
75 75. Diam diam kursus
76 76. Ada apa dengan Juna?
77 77. Ada apa dengan Juna Part 2
78 78. Pelajaran berharga
79 79. Perjuangan
80 80. Cerita pilu
81 81. Kejadian tak terduga
82 82. Asal usul
83 83. Ternyata
84 84. Bimbang
85 85. Godaan
86 86. Kapan?
87 87. Tiyano menyebalkan
88 88. Hamil lagi?
89 89. Ngidam
90 90. Pertemuan setalah sekian lama
91 91. Keributan
92 92. Haru dan Curiga
93 93. Ketahuan
94 94. Kemarahan Tiyan untuk Raka
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1. Awal mula pertemuan
2
Bab 2. Wali kelas baru
3
Bab 3. Pandangan pertama
4
Bab 4. Guru les Putri
5
Bab 5. Trauma?
6
Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7
Bab 7. Putri jatuh cinta?
8
Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9
Bab 9. Putri terombang ambing
10
Bab 10. Mulai berani mendekat
11
Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12
Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13
Bab 13. Tama yang cemburu
14
Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15
Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16
Bab 16. Masa lalu Tiyan
17
Bab 17. Keributan
18
Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19
Bab 19. Dendam Tiyan
20
Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21
Bab 21. Tiyan cemburu
22
Bab 22. Apa yang terjadi?
23
Bab 23. Tiyan tumbang
24
Bab 24. Insiden tidak terduga
25
Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26
Bab 26. Putri ingin tahu
27
Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28
Bab 28. Sikap Putri
29
Bab 29. Tiyan pergi
30
Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31
Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32
Bab 32. Kesakitan Putri
33
Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34
Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35
Bab 35. Harapan
36
Bab 36. Hadinata kembali berulah
37
Bab 37. Obrolan hangat
38
Bab 38. Emosi
39
Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40
Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41
Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42
Bab 42. Menghabiskan waktu
43
Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44
Bab 44. Ujian pernikahan?
45
Bab 45. Posesif
46
Bab 46. Putri kejang
47
Bab 47. Oma Elisa marah
48
Bab 48. Penyesalan terbesar
49
Bab 49. Penderitaan Putri
50
Bab 50. Akhirnya SAH
51
Bab 51. Semangat dari Tiyan
52
Bab 52. Kekecewan
53
Bab 53. Kejutan
54
Bab 54. Kehamilan Putri
55
Bab 55. Amarah Putri
56
56. Mencoba menerima takdir
57
57. Ada yang iri
58
58. Pendarahan
59
59. Sebuah fitnah
60
60. Sakit hati
61
61. Huru hara di rumah Pak RT
62
62. Pemikiran Tiyan
63
63. Perusahaan yang tegas
64
64. Kekesalan Putri
65
65. Insiden pasar malam
66
66. Tiyan ingkar janji
67
67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68
68. Melahirkan lebih awal
69
69. Masih berlanjut
70
70. Putri pergi
71
71. Arkana yang rewel
72
72. Muak
73
73. Rewel part 2
74
74. Bullying di perusahaan
75
75. Diam diam kursus
76
76. Ada apa dengan Juna?
77
77. Ada apa dengan Juna Part 2
78
78. Pelajaran berharga
79
79. Perjuangan
80
80. Cerita pilu
81
81. Kejadian tak terduga
82
82. Asal usul
83
83. Ternyata
84
84. Bimbang
85
85. Godaan
86
86. Kapan?
87
87. Tiyano menyebalkan
88
88. Hamil lagi?
89
89. Ngidam
90
90. Pertemuan setalah sekian lama
91
91. Keributan
92
92. Haru dan Curiga
93
93. Ketahuan
94
94. Kemarahan Tiyan untuk Raka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!