Setelah sekian lama berlibur, hari ini Putri akan kembali bersekolah, tentunya dengan suasana baru. Karena sekarang dia sudah kelas tiga SMA, dan sebentar lagi akan menjadi mahasiswi.
Setelah selesai merapikan bukunya, Putri menggendong tasnya, dia bercermin untuk merapikan seragamnya, lalu segera keluar dari kamar.
"Selamat pagi!" Seperti biasa, Putri menyapa orang tua dan juga adiknya dengan semangat.
"Semangat banget nih yang mau lulus sekolah." Papa Reivan melihat anak sulungnya bersemangat.
Putri tersenyum, lalu duduk di sebelah juna. "Papa anterin Putri ke sekolah kan?"
Papa Reivan menatap Putri "Putri sama supir ya? Soalnya papa buru buru hari ini."
Mendengar hal itu, putri langsung murung.
Putri meletakkan sendoknya, lalu segera meninggalkan keluarganya untuk berangkat ke sekolah.
Putri masuk ke garasi, dia mengambil sepeda mininya. Mau naik sepeda aja dia.
"Selalu kayak gitu, sibuk sibuk dan sibuk" Putri menggerutu sembari menaiki sepedanya keluar halaman rumah.
"Punya papa kok berasa kayak nggak punya papa." Putri mengayuh sepedanya dengan cepat, Kesel dia hari ini.
Putri berbelok ke arah blok sebelah, dia menghentikan sepedanya
"RAKAAAAA" dia berteriak dari luar, sepertinya ingin memanggil temannya.
"BUNDAA, RAKA BERANGKAT SAMA PUTRI" terdengar suara laki laki bernama Raka berpamitan dengan bundanya.
Raka keluar dengan sepeda gunungnya.
"Tadi katanya dianter sama om Rei, kok naik sepeda?"
"Nggak jadi, orangnya lebih pentingin kerjaan daripada anaknya."
Dan Putri dan Raka pun berangkat bersama menggunakan sepeda hari ini.
Sudah biasa jika kedua sahabat ini berangkat sekolah menggunakan sepeda, selain jarak sekolah sama rumah lumayan dekat, irit bensin juga katanya.
"Dah makan belum?" Raka bertanya
Putri hanya menggeleng "Nggak nafsu makan gue."
Raka menatap lurus ke depan.
"Lo beruntung Put masih punya orang tua yang lengkap, gue bapak aja nggak tau siapa."
Ucapan Raka langsung membuat putri menatapnya
"Kok lo bilang gitu sih Ka?"
"Ya kan emang begitu kenyataannya."
"Tapi ya jangan ngomong gitu, lo bisa anggep orang tua gue keluarga lo juga, kita kan sahabat."
Raka tersenyum.
Bisa nggak ya? Kalau persahabatan kita ini berubah jadi cinta? Karena gue udah anggep lo lebih dari sahabat put.
...*******...
Putri dan juga Raka telah sampai sekolah, mereka meletakkan sepedanya di parkiran khusus sepeda mini. Lalu segera berjalan memasuki kelas
"Katanya nanti yang jadi wali kelas kita guru baru." Raka
Guru baru? Apa jangan jangan kak Tiyan?
"Cowok apa cewek?" Putri bertanya
"Cowok kayaknya, katanya sih sepupunya pak Hanif, dia pindahan dari luar negeri."
Putri mengangguk paham.
Putri dan juga Raka memasuki kelasnya
Mereka langsung mencari tempat bangku yang menurutnya strategis.
"Zoya tumben belum dateng?" Guman Putri
"Yuhuuuu!!!!"
Baru saja Putri berguman, orang yang bernama Zoya datang.
Zoya langsung duduk di bangku pojok, bersebelahan dengan Putri.
"Tumben lo baru dateng? Biasanya habis subuh udah disini." Raka
"Gue naik ojol njir, mana lama banget tadi abangnya."
"Gue kira orang kaya nggak biasa naik ojol." - Putri
"Gue kan orang kaya yang tidak sombong."
Putri berdecih mendengar pernyataan Zoya
Kring!!!
Dan tak berselang lama, bel masuk berbunyi.
Putri langsung mengeluarkan sebuah buku kosong, karena hari ini kan belum ada pelajaran.
"Eh, wali kelas kita pindahan dari luar negeri ya katanya?" Zoya mulai gibah
Putri mengangguk "katanya sih gitu."
"Kalau misalnya dia jomblo, mau gue pepet ah."
"Idih, kayak dia mau aja sama lo."
Tak berselang lama, pintu kelas terbuka. Seorang guru memasuki kelas Putri.
Zoya menatap lurus ke depan.
"Ebuset, cakep ngab." Zoya refleks berkata, karena sepertinya benar benar tampan
"Selamat pagi semuanya?"
Semua siswa serentak menjawab, sepertinya kelas dari Putri ini seru
Eh, bener kan kak Tiyan wali kelas gue!
Dan ternyata, memang benar Tiyan yang masuk ke kelasnya putri
Putri tersenyum, melihat seseorang yang berada di depannya.
"Sebelum masuk ke dalam materi tentang pembelajaran, izinkan saya memperkenalkan diri." Tiyan mengambil spidol, lalu segera menuliskan nama lengkapnya di papan tulis.
"Widih, namanya aja cakep pak, pantes orangnya juga." Ucap salah satu siswa, bernama Ara
Tiyan tersenyum "terimakasih atas pujiannya." Tiyan mengeluarkan sesuatu di sakunya, dan itu sebuah permen untuk Ara.
Dan Ara histeris
"Nama saya Tiyano Pratama, kalian bisa memanggil saya Pak Tiyan. Saya disini akan menjadi wali kelas kalian, dan juga saya mengajar dengan mata pelajaran matematika dan ekonomi, jadi saya harap kalian bisa bekerja sama dengan saya untuk membantu kelas ini menjadi baik." Ucapan Tiyan diakhiri dengan senyuman manis.
"Saya absen dulu ya?"
Tiyan mengambil buku absen yang ada di meja, karena dia ingin sekali tahu anak didiknya.
"Kelas 12IPS 4 dengan total murid 30 siswa."
Kelas Putri memang kelas dengan murid terbanyak, dan menjadi kelas terakhir di jurusan tersebut.
Tiyan membaca dan menyebut satu persatu nama nama anak anaknya ini.
Zidny Putri Revania?
Tiyan seperti tidak asing dengan nama ini.
"Zidny Putri Revania? Ada?" Tiyan mencoba memanggil, ingin memastikan.
Putri yang merasa terpanggil langsung mengangkat tangannya
"Saya pak!" Ucap Putri semangat
Tiyan menatap ke arah Putri
Jadi Putri ada di kelas ini juga?
Tiyan tersenyum, lalu mengisyaratkan putri untuk menurunkan tangannya.
"Lo udah kenal ya Put sama pak Tiyan?" Zoya bertanya
"Kenapa emang?"
"Lo disenyumin anjir, gue kan juga pengen"
Putri cekikikan "Dia tetangga gue, baru pindah minggu lalu."
"What? Ish beruntung banget sih lo."
Putri hanya tersenyum.
.
.
.
Setelah selesai mengabsen semua nama muridnya, Tiyan melanjutkan pembelajarannya
"Mau ke materi pelajaran langsung?"
"Yah pak, ini kan hari pertama masuk. Masa disuruh langsung belajar?"
"Tau nih, jamkos kek, apa gimana."
Tiyan tersenyum kembali. Diabetes lama lama yang disenyumin
"Oke,kalau begitu, kita susun organisasi kelas dulu."
Tiyan menulis susunan yang akan dibentuk di kelas ini, mulai dari ketua, wakil, sekretaris hingga bendahara.
"Siapa yang mau jadi bendahara kelas?"
Ada beberapa murid yang mengacungkan tangan, dan itu siswa putri.
"Oke, Azahra Aliya jadi bendahara 1 ya?"
Zahra yang ditunjuk langsung semangat.
Tiyan menulis nama Zahra untuk dijadikan bendahara satu
"Saya mau wakil dari bendahara ini laki laki"
Putri menatap Raka yang sedari tadi diam. Lalu tersenyum jail.
"Jika tidak ada yang mau, saya yang akan pilih, saya hitung sampai tiga mulai dari sekarang"
"Satu"
"...."
"Dua."
Masih hening
"Ti-"
Dan tiba tiba Putri menyentuh pinggang raka dengan ujung pensil, otomatis raka berdiri, kaget soalnya.
Tiyan melihat itu. "Oke, Naraka Juan Mahendra jadi wakil bendaharanya."
"Eh pak, nggak gitu!"
"..."
"Nih orang belakang saya rese pak, masa pinggang saya ditusuk pake pensil?" Raka menunjuk Putri
"Dih apaan lo Raka, dosa nuduh orang sembarangan."
Malah berantem kan
Tiyan menggelengkan kepalanya, lalu segera menulis nama Raka di papan.
"Ciyee, Raka sama Zahra azekkk" Zoya ikut ikutan
Raka hanya berdecak.
"Awas ya kalian berdua."
Putri dan juga Zoya cekikikan.
"Selanjutnya sekretaris, ada yang bersedia?"
Refleks, Zoya langsung mengacungkan tangan.
"Zoya Alifiana, oke." Tiyan menulis nama Zoya di papan tulis.
"Wakil sekretaris harus laki laki."
Semua hening, jelas pasti tidak ada yang bersedia.
"Jika tidak ada yang mau, saya yang akan-"
BRAK!!
pintu terbuka lebar tiba tiba.
"MAAP PAK TELAT!"
Tiyan menatap laki laki itu,
"Kenapa terlambat?"
"Ketiduran di kamar mandi tadi pak."
Sontak semua tertawa.
"Yoga hendery aditya?"
"Betul pak, wah bapak pinter."
Tiyan menggelengkan kepalanya, lalu segera menulis nama Dery di papan tulis.
"Loh? Kok saya jadi sekretaris sih pak! Sama si Azoy lagi! Nggak ah."
"Silahkan duduk Dery" Tiyan menyuruh dery duduk
Dery berdecak, lalu segera duduk di sebelah Raka
"Udah nggak usah sedih gitu, si Raka juga jadi bendahara kok." Putri memberitahu Dery.
"Orang kayak begini jadiin bendahara, habis duit kas yang ada."
"Gue gibeng lo."
"Dan sekarang, khusus untuk ketua kelas dan wakilnya, saya yang akan memilih kandidatnya"
Semua sepertinya gugup, mungkin karena takut akan dipilih oleh Tiyan untuk menjadi ketua kelas
Tiyan menatap sejenak semua para siswanya.
Setelah dirasa menemukan kandidat yang cocok, Tiyan segera menulis empat nama di papan.
Dan salah satunya Putri.
"Eh pak, saya nggak mau ah!" Putri protes
"Udah lo nggak usah protes, jalanin aja." Zoya
Putri berdecak, masalahnya dia sangat malas jika harus menjadi pengurus kelas seperti ini, pasti akan sangat berat.
"Nggak usah milih pak, udah Putri aja."
Ucapan Raka membuat putri melotot.
"Nah bener tuh pak, Putri anaknya rajin kok. Nggak pernah bolos sekolah, ranking pertama terus, cocok pak." Dery menambahkan.
"Terus juga tulisannya rapi pak, anaknya cekatan. Cocok udah." Zoya malah ikut ikutan
"Apa apaan, nggak ya. Saya nggak mau pak, Lainnya aja." Putri menolak
"Kapan lagi Put jadi ketua kelas? Lo kan kalau disuruh jadi nggak mau" - Ara
Semua gaduh, tanda mereka setuju untuk Putri naik menjadi ketua kelas.
"Diem lo semua."
"Harap tenang" Tiyan mengisyaratkan anak didiknya tidak gaduh.
Tiyan menatap Putri yang juga tengah menatapnya dengan memohon.
menggemaskan
"Yasudah, sesuai permintaan kalian ya ini." Tiyan segera menulis nama Putri untuk menjadi ketua kelas. Dan Bian menjadi wakilnya
"Putri ketua kelas euy!"
Semua tepuk tangan dengan meriah. Entah, mereka terlihat suka sekali menggoda putri
Mungkin memang Putri ini paling kecil diantara teman temannya, suka diledekin
Putri menghela nafas kasar, dia berdecak
Selamat datang beban hidupku.
To Be Continued
Putri friend's :
Naraka Juan Mahendra
Zoya alifiana
Yoga Hendery Aditya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments