Bab 4. Guru les Putri

Putri baru saja sampai rumah sore hari. Karena tadi dia dan teman temannya bermain terlebih dahulu.

Putri meletakkan sepedanya di garasi. Dia melihat mobil sang ayah terparkir.

"Tumben papa udah pulang..."

Putri segera masuk ke dalam rumah.

"Putri pulang!"

Mendengar suara Putri, semua menoleh.

Sepertinya ada tamu.

"Eh, ada tamu ya? maaf." Putri membungkukkan badannya untuk minta maaf karena suaranya membuat kaget.

"Ini ya yang namanya Putri?" Salah seorang tamu bertanya.

Putri mengangguk "iya om, nama saya Putri."

"Cantik banget pa, mama juga suka"

Putri melihat tamu perempuan itu sedang berbisik. Sepertinya, mereka suami istri.

Namun Putri sedikit tidak peduli.

"Saya ke kamar dulu ya om, tante." Putri segera naik ke atas untuk masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Putri meletakkan tasnya di meja belajar, lalu segera merebahkan diri di kasur.

Putri mengeluarkan ponselnya, lalu melihat beberapa foto keseruannya bersama para sahabat tadi.

Putri tersenyum. Dia sangat bahagia mempunyai sahabat seperti mereka.

Sampai akhirnya dia menggeser foto yang memperlihatkan dirinya bersama Joan sedang tersenyum mengarah ke kamera.

Putri menghela nafasnya panjang.

Sedikit cerita, Joan dan Putri sudah menjalin hubungan sejak kelas sepuluh. Tetapi ditengah perjalanan, mereka sempat putus, yaitu ketika Putri mengetahui Joan sedang jalan bersama wanita lain dari sekolah yang berbeda. Sampai akhirnya Putri yang memutuskan hubungannya dengan Joan, dan tentu saja Joan menolak dengan alasan, wanita itu hanya teman lamanya.

Cukup lama, hubungan Putri dan Joan renggang. Hingga akhirnya pertengahan semester kelas, mereka memutuskan untuk kembali. Joan yang memaksa.

Dan daripada Putri semakin risih, mau tidak mau harus dituruti.

"Bentar.." Putri bangun dari tidurnya.

"Tadi yang bertamu siapa ya? Apa temennya papa sama mama?" Putri berpikir sejenak.

Tok tok!

"Putri, buruan mandi. Hari ini, kamu mau ketemu guru les yang baru kan?" Teriak papa Reivan dari luar kamar putri

Putri mendengus "Nggak enak banget jadi orang kaya, diatur terus!"

Putri berdiri, dan membawa handuk untuk masuk ke kamar mandi.

.

.

.

.

Setelah mandi dengan bersih dan wangi. Sekarang Putri tengah berada di ruangan belajarnya.

Papa Reivan memang memberikan ruang belajar tersendiri untuk anak anaknya. Alasannya biar lebih bisa fokus sama belajar.

"Mana sih guru lesnya." Juna sedari tadi mengeluh. Karena guru yang dia tunggu tidak kunjung datang.

"Guru les kamu siapa?" Putri bertanya ke adiknya

"Nggak tahu, katanya sih baru. Terus cowok" Juna menjawab

"Cowok?"

Juna mengangguk

"Masih muda apa udah tua?" Putri bertanya lagi.

"Ya Juna mana tau kak Putri, kan Juna baru ketemu hari i—"

"Hallo anak anak!"

Putri dan Juna menoleh ke arah pintu yang terbuka.

Mereka berdua langsung berdiri, setelah mengetahui siapa guru les yang akan membimbing mereka.

"Kak Dimas!" Putri dan Juna segera berlari, Lalu memeluk orang yang bernama Dimas itu.

"Widih, keponakannya kakak udah pada gede ternyata"

Putri dan Juna melepaskan pelukan.

"Kak Dimas jadi guru lesnya Putri ya?" Tanya Putri dengan semangat.

Dimas terkekeh, dia menarik hidung Putri pelan "Kakak jadi guru lesnya Juna"

Ucapan Dimas membuat Putri murung.

"Putri kan udah kelas duabelas. Jadi kak

Dimas belum sanggup ajarin Putri."

"Terus siapa guru lesnya Putri?"

Belum sempat ada jawaban, pintu terbuka kembali.

"Putri, ini guru les kamu datang" papa Reivan menyuruh guru les dari Putri masuk ke ruang belajarnya

"Pak Tiyan?!" Dan Putri terkejut bukan main.

Tiyan hanya tersenyum

"Papa sengaja menjadikan Pak Tiyan guru les kamu, karena papa dengar, Pak Tiyan menjadi guru kamu"

Putri menghela nafas.

Gabisa berkutik nih gue.

Dimas yang ingin tahu juga segera menoleh ke belakang.

"Lah? Bang Tiyan?"

"Dimas?"

"Wah, kayak kebetulan banget ya? Kak Dimas jadi guru lesnya Juna, Kak Tiyan jadi guru lesnya kak Putri. Terus para guru les saling kenal" Juna berbicara.

Papa Reivan tersenyum "Bagus kalau kalian udah saling kenal."

"...."

"Yang akrab ya kalian." Papa Reivan ingin meninggalkan mereka.

"Bang Rei? Gak ada camilan nih disini?" Tetapi dimas nyaut.

"Itu ada kulkas gunanya apa Dim?"

Dimas cengengesan.

"Papa tinggal dulu, kalian berdua belajar yang bener. Jangan menyusahkan guru"

Papa Reivan keluar dari ruang belajar anak anaknya.

"Oke anak anak, markijar." Dimas berbicara.

"Mari kita belajarrrrrrr" Juna menyaut

Putri hanya mengerucutkan bibirnya, dia tidak akan bisa macam macam, karena yang menjadi guru lesnya adalah wali kelasnya sendiri.

Singkat cerita, Dimas ini adalah adik dari Papa Reivan, ayah dari Putri dan Juna.

Dimas anak bungsu di keluarga papa Reivan, istilahnya paling bontot. Karena dulu mama papa mereka menikah muda, dan Dimas ini jarak kelahiran dengan kakak kakaknya terpaut cukup jauh.

Sebab itu, Putri dan Juna memanggil Dimas dengan sebutan kak, karena Dimas juga masih muda.

...*****...

Putri dan Tiyan terduduk di tempat belajar yang jaraknya cukup jauh dengan Juna. Karena jika mereka tidak dipisah, akan ada perang dunia.

"Kamu mau mulai belajar dari mana?" Tiyan bertanya

"Nggak tahu."

"Kok nggak tahu? Terakhir kamu belajarnya dari mana?" Tiyan bertanya lagi dengan lembut.

"Ishh, saya lagi males belajar pak Tiyan. Jadi lupa"

Tiyan yang mendengar terkekeh. Dia mengeluarkan sesuatu di sakunya.

"Mau ini?" Ternyata, Tiyan memberikan Putri sebuah permen berbentuk kaki.

"Saya pernah mendengar, permen itu bisa membuat rileks diri"

Putri dengan ragu menerima permen dari Tiyan

"Terima kasih pak Tiyan."

Tiyan hanya tersenyum "Saya lihat catatan belajar kamu dulu ya?"

Putri mengangguk.

Tiyan mulai memeriksa catatan Putri selama belajar di tempat les lain.

Putri ini memang anaknya cerdas, dia selalu mendapatkan peringkat lima besar paralel. Dan selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. hanya saja memang agak mageran aja anaknya.

Tiyan masih melihat isi buku milik Putri.

"Kamu selalu mendapat nilai sempurna"

"..."

"Tapi untuk nilai matematika, tidak pernah mendapat 100 poin?"

Putri mengangguk "Saya nggak suka matematika pak"

Tiyan menutup buku, lalu menatap Putri

"Kenapa tidak suka?"

"Terlalu rumit, saya nggak kuat mikirnya."

"Nggak kuat?"

Putri mengangguk "Awalnya, papa saya menyuruh untuk masuk jurusan matematika setelah lulus sekolah nanti."

".."

"Tapi sekarang nggak jadi."

"Kenapa tidak jadi?" Tiyan semakin penasaran.

Putri menatap Tiyan "Karena saya dulu pernah jatuh dari selokan pak"

"Hah?" Tiyan kaget sekaligus bingung.

"Dari selokan? Masuk got gitu?"

Putri mengangguk "gotnya lagi kering, nggak ada air. Jadinya kepala saya bocor kena pinggiran got" Putri bercerita dengan santai

Sedangkan Tiyan merasa ngilu membayangkannya.

"Terus semenjak kejadian itu, kepala saya sering nyeri kalau dibuat mikir keras gitu. Nilai nilai saya juga sempet turun waktu itu"

Tiyan mengangguk paham. Dia baru tahu, jika Putri pernah mengalami kecelakaan seperti itu. Pasti sangat menyiksa. Apalagi kepala yang terkena.

Dituntut sempurna memang sangat menyakitkan.

...****...

Setelah hampir dua jam belajar, akhirnya terselesaikan.

"Ya Ampun capek banget" Putri meregangkan badannya sejenak, lalu menatap Juna.

Putri melihat sebuah permen berada di tangan Juna.

Dan ide jahil pun terlintas. Putri berdiri dari kursinya untuk mendekat ke Juna.

"Putri, ini jangan lu—" Tiyan menatap ke arah Putri, dan bangku terlihat kosong.

Tiyan menghela nafas panjang

Putri ini memang tidak bisa diam sepertinya. Ada saja yang dilakukan selama pembelajaran, iseng sekali.

"Kak Dimas, ini bener kan ya ejaannya?" Sementara itu Juna masih belajar dengan Dimas.

"Iya bener, cuma ini—"

Belum sempat selesai berbicara, Putri datang dengan merebut permen yang berada di tangan Juna

"Kak Putriiii" Juna berdiri, lalu mendekat ke Putri

"Heh heh, jangan berantem ya kalian." Dimas paham sekali kelakuan kakak adik ini.

"Kak Dimas nggak kasih Putri permen juga sih"

"Iya nih kakak kasih, udah balikin itu permennya"

"Nggak wek" Putri memang sangat jail sepertinya

Juna mengejar Putri yang sedang menaiki kursi.

"Kak Putri balikin nggak!"

Putri dengan sengaja memasang wajah ejekan

"Kak Putri ini punya Juna! Balikin!"

"Kak Putri minta."

"Nggak boleh!"

"Boleh."

"Nggak bolehhhhhh"

Brak!

Dan gebrakan kecil terdengar. Putri, Juna dan Dimas menoleh ke sumber suara.

Ternyata Tiyan yang menggebrak meja tersebut.

Dan situasi menjadi Hening seketika.

.

.

.

.

Waktu sudah menjelang malam. Putri dan Juna telah menyelesaikan belajarnya bersama para guru guru ini.

Mereka keluar secara bersamaan.

"Jangan lupa, materi yang saya catat di buku kamu harus dipelajari."

Putri mengangguk "iya pak."

Tiyan tersenyum

"Mau pulang lo bang?" Dimas bertanya

Tiyan mengangguk. "Udah malem, gue belum beres beres rumah juga"

"calon suami idaman memang"

Tiyan berdecih, lalu menatap Putri dan juga Juna secara bergantian

"Mama papa kalian kemana?"

"Lagi pergi kayaknya. Biasa orang sibuk" Putri seperti sudah tahu kebiasaan orang tuanya ini.

"Dah, makan sana. Kak Dimas temenin"

"Hm." Putri segera memasukki kamarnya terlebih dahulu untuk meletakkan buku, begitupun Juna

Tiyan hanya bisa menatap.

"Biasa, namanya anak kecil bang"

Tiyan tersenyum tipis.

.

.

.

.

Dimas dan Tiyan kini sedang berada di depan rumah.

"Lo kapan dateng bang?" Dimas bertanya

"Udah dua bulan lalu sebenernya. Cuma kan gue harus ngurus berkas berkas pindahan disini"

Dimas mengangguk "Gue pikir, lo mau nikah, makanya pulang kampung"

Tiyan tersenyum "Doain aja"

Ucapan Tiyan membuat Dimas menoleh

"Beneran mau nikah lo?"

"Nggak sekarang Dim, makanya lo doain"

"...."

"Lo doain, biar calon istri gue ini mau sama gue"

"Wahh, siapa siapa? Gue kenal nggak?"

"Kepo banget lo, dah gue mau balik. Jagain Putri sama Juna yang bener"

Tiyan segera keluar dari rumah Putri, untuk pulang ke rumahnya.

Karena rumah Tiyan dekat, jadi dia jalan kaki saja.

Dimas hanya menatap "Siapa ya calon istrinya bang Tiyan?"

Dimas berpikir sejenak.

"Kenapa gue bayangin si Putri ya yang jadi bininya bang Tiyan?"

Dimas tertawa geli "Yakali bang Tiyan nikahin bocil banyak tingkah kayak dia"

Setelah berbicara, Dimas segera masuk ke rumah, tentu saja untuk menemani para keponakannya ini.

To be continued

Episodes
1 Bab 1. Awal mula pertemuan
2 Bab 2. Wali kelas baru
3 Bab 3. Pandangan pertama
4 Bab 4. Guru les Putri
5 Bab 5. Trauma?
6 Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7 Bab 7. Putri jatuh cinta?
8 Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9 Bab 9. Putri terombang ambing
10 Bab 10. Mulai berani mendekat
11 Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12 Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13 Bab 13. Tama yang cemburu
14 Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15 Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16 Bab 16. Masa lalu Tiyan
17 Bab 17. Keributan
18 Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19 Bab 19. Dendam Tiyan
20 Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21 Bab 21. Tiyan cemburu
22 Bab 22. Apa yang terjadi?
23 Bab 23. Tiyan tumbang
24 Bab 24. Insiden tidak terduga
25 Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26 Bab 26. Putri ingin tahu
27 Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28 Bab 28. Sikap Putri
29 Bab 29. Tiyan pergi
30 Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31 Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32 Bab 32. Kesakitan Putri
33 Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34 Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35 Bab 35. Harapan
36 Bab 36. Hadinata kembali berulah
37 Bab 37. Obrolan hangat
38 Bab 38. Emosi
39 Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40 Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41 Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42 Bab 42. Menghabiskan waktu
43 Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44 Bab 44. Ujian pernikahan?
45 Bab 45. Posesif
46 Bab 46. Putri kejang
47 Bab 47. Oma Elisa marah
48 Bab 48. Penyesalan terbesar
49 Bab 49. Penderitaan Putri
50 Bab 50. Akhirnya SAH
51 Bab 51. Semangat dari Tiyan
52 Bab 52. Kekecewan
53 Bab 53. Kejutan
54 Bab 54. Kehamilan Putri
55 Bab 55. Amarah Putri
56 56. Mencoba menerima takdir
57 57. Ada yang iri
58 58. Pendarahan
59 59. Sebuah fitnah
60 60. Sakit hati
61 61. Huru hara di rumah Pak RT
62 62. Pemikiran Tiyan
63 63. Perusahaan yang tegas
64 64. Kekesalan Putri
65 65. Insiden pasar malam
66 66. Tiyan ingkar janji
67 67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68 68. Melahirkan lebih awal
69 69. Masih berlanjut
70 70. Putri pergi
71 71. Arkana yang rewel
72 72. Muak
73 73. Rewel part 2
74 74. Bullying di perusahaan
75 75. Diam diam kursus
76 76. Ada apa dengan Juna?
77 77. Ada apa dengan Juna Part 2
78 78. Pelajaran berharga
79 79. Perjuangan
80 80. Cerita pilu
81 81. Kejadian tak terduga
82 82. Asal usul
83 83. Ternyata
84 84. Bimbang
85 85. Godaan
86 86. Kapan?
87 87. Tiyano menyebalkan
88 88. Hamil lagi?
89 89. Ngidam
90 90. Pertemuan setalah sekian lama
91 91. Keributan
92 92. Haru dan Curiga
93 93. Ketahuan
94 94. Kemarahan Tiyan untuk Raka
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1. Awal mula pertemuan
2
Bab 2. Wali kelas baru
3
Bab 3. Pandangan pertama
4
Bab 4. Guru les Putri
5
Bab 5. Trauma?
6
Bab 6. Konseling dan pertengkaran
7
Bab 7. Putri jatuh cinta?
8
Bab 8. Apa tujuan Tiyan?
9
Bab 9. Putri terombang ambing
10
Bab 10. Mulai berani mendekat
11
Bab 11. Hal yang baru diketahui Putri
12
Bab 12. Resmi menjalin hubungan
13
Bab 13. Tama yang cemburu
14
Bab 14. Kenapa dengan Putri?
15
Bab 15. Kebahagiaan Tiyan
16
Bab 16. Masa lalu Tiyan
17
Bab 17. Keributan
18
Bab 18. Tiyan mengeluarkan taringnya
19
Bab 19. Dendam Tiyan
20
Bab 20. Amarah Tiyan memuncak
21
Bab 21. Tiyan cemburu
22
Bab 22. Apa yang terjadi?
23
Bab 23. Tiyan tumbang
24
Bab 24. Insiden tidak terduga
25
Bab 25. Insiden tak terduga [2]
26
Bab 26. Putri ingin tahu
27
Bab 27. Terungkapnya sebuah rahasia
28
Bab 28. Sikap Putri
29
Bab 29. Tiyan pergi
30
Bab 30. Kehidupan Putri sekarang
31
Bab 31. Pertemuan setelah sekian lama
32
Bab 32. Kesakitan Putri
33
Bab 33. Mama Fitri tidak sabar
34
Bab 34. Pelampiasan Tiyan
35
Bab 35. Harapan
36
Bab 36. Hadinata kembali berulah
37
Bab 37. Obrolan hangat
38
Bab 38. Emosi
39
Bab 39. Insiden di sebuah Mall
40
Bab 40. Kemurkaan Tiyano
41
Bab 41. Raka bertemu ayah kandung
42
Bab 42. Menghabiskan waktu
43
Bab 43. Nenek Tiyan akan berkunjung
44
Bab 44. Ujian pernikahan?
45
Bab 45. Posesif
46
Bab 46. Putri kejang
47
Bab 47. Oma Elisa marah
48
Bab 48. Penyesalan terbesar
49
Bab 49. Penderitaan Putri
50
Bab 50. Akhirnya SAH
51
Bab 51. Semangat dari Tiyan
52
Bab 52. Kekecewan
53
Bab 53. Kejutan
54
Bab 54. Kehamilan Putri
55
Bab 55. Amarah Putri
56
56. Mencoba menerima takdir
57
57. Ada yang iri
58
58. Pendarahan
59
59. Sebuah fitnah
60
60. Sakit hati
61
61. Huru hara di rumah Pak RT
62
62. Pemikiran Tiyan
63
63. Perusahaan yang tegas
64
64. Kekesalan Putri
65
65. Insiden pasar malam
66
66. Tiyan ingkar janji
67
67. Pertengkaran dan sebuah insiden
68
68. Melahirkan lebih awal
69
69. Masih berlanjut
70
70. Putri pergi
71
71. Arkana yang rewel
72
72. Muak
73
73. Rewel part 2
74
74. Bullying di perusahaan
75
75. Diam diam kursus
76
76. Ada apa dengan Juna?
77
77. Ada apa dengan Juna Part 2
78
78. Pelajaran berharga
79
79. Perjuangan
80
80. Cerita pilu
81
81. Kejadian tak terduga
82
82. Asal usul
83
83. Ternyata
84
84. Bimbang
85
85. Godaan
86
86. Kapan?
87
87. Tiyano menyebalkan
88
88. Hamil lagi?
89
89. Ngidam
90
90. Pertemuan setalah sekian lama
91
91. Keributan
92
92. Haru dan Curiga
93
93. Ketahuan
94
94. Kemarahan Tiyan untuk Raka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!