Episode 5

  Aku memainkan pena ku. Sesekali membuat beberapa goresan abstrak di atas kertas. Sementara Zahra bersandar di pundak ku sambil memainkan ponselnya. Jam kosong terkadang memang membosankan.

"Tok... Tok... Tok..."

  Suara itu mengalihkan perhatian seisi kelas.

"Kak, permisi mau manggil yang namanya Eresha sama Zahra di panggil Pak Chandra." Jelas wanita itu.

  Aku segera bangkit dari tempat dudukku. Tubuh Zahra yang masih tersandar dipundak ku hampir kehilangan keseimbangan. Aku dan Zahra keluar dari kelas mengikuti langkah seorang gadis di depan kami. Kami di suruh menunggu Pak Chandra di depan kantor. Bukan hanya kami berdua, ada beberapa murid lainnya. Kurang lebih sekitar sepuluh orang, dan mereka semua adalah teman sekelas kami dulu.

"Oke, anak-anak. Begini, sekolah kita akan mengikuti lomba dance untuk Minggu depan. Jadi bapak pikir, kalian cocok untuk menjadi anggotanya. Kalian juga sudah sering menjuarai lomba dance. Jadi, Bapak mohon kerjasamanya ya anak-anak." Jelas Pak Chandra.

"Jadi kita bakal lomba dance pak?" Tanya Anya.

"Kita semua bakal jadi satu grup dance pak?" Timpal Rini.

"Iya, baiklah ini baju seragam latihan kalian. Sehabis ini silahkan ganti seragam kalian. Kita mulai latihannya hari ini." Jelas Pak Chandra sambil menyodorkan setumpuk seragam yang masih terbungkus.

  Dengan semangat kami mengambil seragam kami masing-masing. Kali ini seragam kami benar-benar lengkap. Motifnya tak cukup mencolok atau berlebihan untuk sekedar seragam latihan. Lumayan casual bagiku. Kaos oblong berwarna putih, rok lipit dengan panjang selutut dan stiker nama yang di tempelkan di bagian punggung. Kami tampak seperti gadis Korea.

  Beberapa orang mengambil speaker. Sementara yang lainnya menunggu sambil melakukan pemanasan. Kami akan menarikan salah satu lagu Korea yang cukup populer. Jika kalian pecinta KPop dan kalian mengikuti acara Produce 101 season 1, kalian pasti tahu theme song mereka yang berjudul pick me.

  Kami menghafal koreografi dasar untuk masing-masing anggota. Hal ini merupakan hal yang paling utama, karena kami akan di tes dan hasil tes akan menentukan posisi kami. Aku sibuk menghapal gerakan dengan melihat video tari nya di ponselku. Aku mengulangnya untuk beberapa kali, begitu pula dengan yang lain.

"Baiklah anak-anak, kita mulaimulai tes nya ya." Ujar Pak Chandra.

  Kami berbaris memanjang agar gerakan kami dapat dilihat seluruhnya. Aku menoleh ke kanan kiri ku, memastikan barisan kami telah rapih. Instrumen yang merupakan bagian intro dari lagu tersebut telah terdengar. Kami mulai mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik kami. Pak Chandra tampak serius mengamati kami, mengoreksi setiap gerakan yang keliru. Ia memang pelatih yang hebat.

  Sampai akhirnya lagu berdurasi tiga menit itu selesai. Kami mengatur nafas yang terengah-engah, sambil menunggu keputusan dari Pak Chandra.

"Baiklah anak-anak. Setelah evaluasi tadi, bapak akan menentukan posisi kalian." Ucap Pak Chandra.

  Dapat kurasakan di dalam tubuhku, sebuah organ yang tak terlalu dalam. Temponya semakin cepat, nyaris tak beraturan.

"Untuk posisi back, Ira, Ara, Azka, dan Tami. Untuk posisi lead dancer, Zahra, Tyas, dan Rama. Untuk posisi main dancer, Anya dan Rini. Dan yang terakhir untuk posisi center, Eresha." Jelas Pak Chandra.

  Aku tercengang tak percaya, aku bisa menempati posisi center. Biasanya aku selalu menempati posisi main dancer bersama Anya. Terkadang Anya sering terpilih menjadi center, karena harus kuakui memang jika ia lebih berbakat dariku. Tapi, untuk kali ini mereka mempercayakan posisi center kepadaku. Kalian tahu apa maksudnya posisi center? Itu artinya aku akan menjadi pusat perhatian atau sorotan kamera, dan aku adalah orang yang memiliki bagian terbanyak dan terpenting. Teman-temanku juga tampak tak keberatan ketika aku menjadi center. Sangat senang rasanya, sulit dideskripsikan dengan kata-kata.

***

  Kami mulai latihan lagi dengan posisi yang sudah ditentukan. Mungkin hari ini hari keberuntungan bagiku. Pertama, aku terpilih menjadi center di grup ini. Kedua, kami dengan cepat bisa menguasai gerakan.

  Latihan kami terus berlanjut tanpa istirahat. Rasa lelah kami telah dikuasai semangat bergelora dari diri kami masing-masing. Beberapa anak otomotif yang sedang jam kosong, tampak berdiri di selasar. Sebagian lagi memperhatikan kami dari koridor, kami seolah menjadi pusat perhatian saat itu.

***

  Lonceng pertanda istirahat pertama telah bergema. Kami menghentikan latihan sejenak. Aku pergi ke toilet untuk sekedar membasuh wajahku. Toilet pria dan wanita bersebelahan dan hanya di batasi oleh tembok bata  yang cukup tinggi hingga menyentuh langit-langit ruangan itu. Sayup-sayup kudengar suara dua orang yang tampak sedang berdebat. Aku mematikan keran air agar suara yang kudengar itu lebih jelas. Aku merapatkan tubuhku ke dinding.

"Tapi gua ga bisa terus pura-pura kayak gini Ren. Perasaan gua ga bisa di paksain."

"Tapi lo juga ga bisa egois! Lo liat dia udah jadi secret admire lo bertahun-tahun dan bahkan lo ga peduli sama sekali!"

"Gua ga bisa terus-terusan sok care sama dia! Padahal hati gua bukan untuk dia! Coba lo ada di posisi gua."

"Kalo lo nyari yang sempurna, lo gak akan pernah nemuin orang setulus dan sesabar Eresha."

  Aku terdiam sejenak. Eresha? Mereka menyebut namaku barusan? Apa aku yang mereka maksud?

"Tapi gua ga cinta sama Eresha, gua ga bisa terus-terusan mainin sandiwara ini. Kasian dia kalo sampai tau yang sebenarnya."

  Aku mematung ditempat. Kaki ku lemas seketika, tubuh ambruk saat itu juga. Kuharap aku salah dengar, ku harap bukan aku satu-satunya orang yang bernama Eresha di dunia ini. Pengakuan yang barusan ku dengar cukup membuatku kehilangan seluruh semangatku. Wajahku memanas, mataku terlalu buram. Air mata telah berkumpul di pelupuk mataku, bersiap untuk jatuh dan membasahi pipiku. Aku menahan diriku agar tak menangis saat itu.

  Aku bangkit dengan meraih wastafel. Aku memasang tampang tegar, seolah tak terjadi apa-apa barusan. Dengan yakin aku melangkah keluar dari toilet. Mataku masih berkaca-kaca memang, tapi itu bukan hal yang serius.

  Aku bergabung bersama anggota lainnya. Aku menutup rapat-rapat kesedihanku. Seakan yang barusan tadi tak pernah terjadi.

  Kami melanjutkan latihan, sementara para siswa lainnya masih menikmati jam istirahat mereka. Dan lagi-lagi kami menjadi pusat perhatian seluruh sekolah. Kami berdiri di posisi masing-masing. Kaki kiri ku tiba-tiba gemetar. Kak Sendy juga ikut menonton latihan kami saat itu. Tapi aku yakin kakiku bukan gemetar karena kehadirannya atau bahkan karena kejadian tadi. Beberapa detik sebelum lagu diputar, aku menyentak-nyentakkan kaki ku. Kuharap kakiku akan baik-baik saja.

  Lagu sudah dimulai, kakiku masih aman sepanjang lagu. Hal yang paling ku takutkan adalah bagian reff, karena ada gerakan melompat di bagian itu. Dan yang benar saja, ketakutan ku selama ini terjadi. Aku terjatuh tanpa sebab. Aku menunduk meringis, menahan sakit. Sontak teman-temanku berhenti dan membopongku ke tepi lapangan. Dapat ku lihat kecemasan di wajah mereka. Anya segera melakukan pertolongan pertama padaku.

  Untuk sementara posisiku digantikan oleh Anya. Latihan mereka tetap berlanjut, tanpa aku tentunya. Itu wajar, lagi pula lombanya Minggu depan. Aku memukul kuat-kuat kakiku. Tapi, dengan sigap sebuah tangan mencegahku. Tangan dengan jam tangan hitam yang ku kenal. Ya, pria itu. Pria yang beberapa saat lalu membuatku begitu terpukul mundur.

"Jangan sakitin diri lo sendiri." Ujar pria itu.

  Aku buru-buru melepas tanganku dari cengkraman pria itu. Aku memalingkan wajahku. Dia duduk disampingku saat itu. Kami menonton latihan yang sedang berlangsung, hening tak bergeming.

"Jangan terlalu keras sama diri lo." Ujarnya

  Aku hanya menoleh kearahnya.

"Jangan terlalu maksain diri lo. Jangan buat diri lo tertekan. Jangan buat diri lo terlalu rapuh. Karena gua ga bisa hadir disaat lo berada di titik terendah lo. Jaga diri lo baik baik mulai sekarang." Sambungnya.

"Maksudnya?" Tanyaku yang mulai kebingungan.

"Gua harus pergi sha." Ujarnya.

  Tampaknya ia benar-benar serius kali ini. Aku menatapnya cemas.

"Kemana?" Tanyaku lagi.

"Gua bakal ke Jepang buat seleksi program beasiswa tahun depan. Kan gua tahun depan udah tamat, dan semoga gua keterima di sana." Jelasnya.

"Kakak berapa lama disana?"

"Kurang lebih seminggu."

"Abis itu kakak balik ke sini lagi kan?"

"Pasti dong."

"Tapi, kenapa kakak ngomong kayak tadi? Seolah-olah kakak bakal pergi jauh."

"Ya kan emang jauh, ke Jepang kan emang jauh."

"Kakak pergi nya kapan?"

"Masih dua minggu lagi."

  Kedua sudut bibirku terangkat, membentuk senyum tertulus yang pernah ada. Aku ingin menghabiskan akhir minggu ini bersamanya sebelum ia berangkat ke Jepang. Aku mengurungkan niatku untuk membahas kejadian di toilet tadi. Aku tak ingin memperburuk suasana.

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Special mini part
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 #62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Curious
105 Option
106 Come To Me
107 Hurry Up!
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Special mini part
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
#62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Curious
105
Option
106
Come To Me
107
Hurry Up!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!