Episode 2

"Ting... Ting... Ting..."

Bel pertanda masuk telah berbunyi, menandakan jam istirahat kedua telah usai. Aku mengambil sapu dibalik pintu kelas. Hari ini jadwalku kebersihan kelas. Bersama dua orang temanku yang lain, kami menyapu kelas yang lumayan berantakan setelah jam istirahat. Aku menyapu koridor depan kelas, sesekali mencuri pandang ke kelas Kak Sendy. Dari tadi pagi kelas itu tampak sepi. Apa seluruh penghuninya tak memiliki semangat hidup sama sekali? Aku segera menyelesaikan pekerjaanku, karena Bu Leni sudah berada di ujung koridor.

***

"Ayo mulai dari ujung." Perintah Bu Leni.

Aku duduk di bangku paling ujung di dekat pintu. Artinya yang dimaksud adalah aku. Aku berjalan kedepan kelas sambil membawa buku tugasku untuk dinilai. Aku berdiri di samping Bu Leni sambil menunggu ia selesai mengoreksi tugasku. Aku menatap keluar kelas. Dan aku mendapati Kak Sendy duduk di bangku panjang didepan kelas 3 TKR 1. Padahal itu bukan kelasnya. Ia duduk disana bersama beberapa siswa lain sambil memakan sebungkus kerupuk yang ia beli di kantin. Padahal bel masuk sudah berbunyi sedari tadi.

”Dasar saja, bukannya masuk kelas malah makan kerupuk.”

 

 

"Tok... Tok... Tok..."

Itu Pak Wawan, guru BK bagian SMA. Ia berdiri di ambang pintu sambil mengetuk pintu kelas kami. Aku segera kembali ketempat dudukku.

"Permisi Bu, boleh saya minta waktunya sebentar?"

"Silahkan pak."

"Baiklah terimakasih ya bu, Siang anak anak!"

"Siang pak!"

"Kali ini bapak mau memberitahu hal yang kurang baik. Kemarin siswa SMA kita dan SMA Harapan berkelahi di lapangan balai kota. Jadi, salah satu siswa SMA Harapan terluka dan mereka melapor ke kantor polisi sekitar. Dan baru saja, tadi selepas istirahat kedua, mereka melempari kantor guru dengan batu, sehingga beberapa kaca dan komputer rusak. Bapak dengar, mereka bersekongkol dengan lima sekolah lain untuk menyerang sekolah kita. Jadi bapak harap, kalian nanti langsung pulang kerumahnya masing-masing untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan." Jelas Pak Wawan.

Spontan kami cemas dengan hal itu. Itu bisa saja mengancam nyawa kami. Tawuran antar pelajar sempat beberapa kali terjadi di kotaku dan itu benar-benar membuat kekacauan besar. Mereka tak mengenal belas kasih dan akan membabi buta terhadap siapapun dihadapan mereka.

***

Pelajaran Bu Leni berlangsung seperti biasanya. Syukurlah tak ada apapun yang terjadi sampai sekarang. Semuanya masih bisa dikendalikan oleh pihak sekolah. Aku sempat beberapa kali mendengar selentingan, bahwa hampir separuh siswa dari lima sekolah yang kabarnya akan menyerang sekolah kami sudah mengepung setiap sisi bangunan ini. Suasana benar-benar mencekam saat itu.

"Anak-anak! Ayo semuanya berkumpul di lapangan. Bawa tas kalian masing-masing." Perintah Bu Rama dengan nada agak tinggi.

Sejak kapan ia berdiri di pintu? Baru saja mungkin. Wajah Bu Rama tampak cemas, tak bisa dipungkiri lagi. Otomatis kami juga ikut was-was dibuatnya. Zahra menarik tanganku agar bergegas keluar dari kelas. Kami berjalan hampir setengah berlari. Diparkiran, kami bertemu dengan Rini yang tampak kebingungan. Tanpa basa-basi, Zahra langsung menggandeng tangan Rini. Kami bertiga saling bergandengan mencoba melindungi satu sama lain. Situasi semakin tak terkendali. Sampai kami tiba di lapangan utama. Disana sudah padat dan sesak, sudah tak beraturan, benar-benar kacau.

"Perhatiannya anak-anak!" Suara lantang itu terdengar sangat jelas.

Bu Ida berdiri di podium sambil memegang pengeras suara. Ia mencoba menenangkan kami yang sama sekali tak tau apa yang terjadi. Walau aku tau itu sebenarnya juga panik.

"Semuanya dengar ibu. Sekolah kita sudah dikepung dari berbagai sisi. Dan beberapa jendela sudah rusak karena lemparan batu. Kami pihak sekolah sengaja mengumpulkan kalian dilapangan utama, karena ini adalah tempat yang paling aman untuk menghindari serangan itu. Jadi, sampai situasi benar-benar kondusif, kita akan berlindung untuk sementara. Jangan ada yang keluar dari sekolah sebelum ada aba-aba. Mengerti?" Jelas Bu Ida.

"Mengerti Bu!" Jawab kami serempak.

Keadaan semakin tak terkendali. Beberapa pihak keamanan membantu kami. Banyak mobil polisi yang berjejer di sepanjang gerbang utama. Suara sirine nya terdengar nyaring hingga ke lapangan.

Aku, Rini dan Zahra masih terus bergandengan. Berharap situasi segera mereda. Kami tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. Jika kami keluar dari sekolah, tentu akan sangat berbahaya. Tapi, jika kami tetap berada di dalam sekolah, serangan mungkin saja bisa terjadi.

Kami bertiga berteduh di bawah pohon Ketapang yang tak terlalu besar namun cukup untuk menghalau panas di siang itu. Seseorang menyerobot tanganku dari belakang. Mencoba menepis tangan Rini yang kala itu sedang menggandeng tangan juga. Spontan aku menoleh.

"Lo ga kenapa kenapa kan?" Tanya pria itu.

Ternyata Kak Sendy yang barusan menepis tangan Rini. Ia berdiri tepat disampingku.

"Enggak." Balasku.

Kami berdiri bersebelahan. Rini yang tadinya berdiri disampingku pindah posisi ke sebelah Zahra. Rini mencoba mengkode ku dengan matanya. Yang jika diartikan akan berbunyi seperti ini.

"Ngapain dia disitu?"

Aku menaikkan kedua pundak ku menyatakan ketidaktahuan ku.

"Tasss..."

Beberapa suara kaca yang pecah terdengar begitu jelas. Aku semakin takut. Aku merapatkan tubuhku kepada ketiga orang temanku. Beberapa siswa tampak bersorak dengan emosi yang sudah tersulut. Terlihat para siswa SMA Harapan dan beberapa SMA lain yang kabarnya akan menyerang sekolah kami telah memanjat tembok sekolah dan menerobos pertahanan sekolah kami. Bahkan tak sedikit yang sudah masuk ke area lapangan utama dan berkelahi dengan siswa sekolah kami. Sebagian siswa laki-laki mempertahankan area lapangan utama. Termasuk pria yang dari tadi berdiri disampingku. Aku tau emosinya sudah tak dapat dibendung lagi. Aku buru-buru menarik lengannya, mencoba menghentikan langkahnya saat ia akan beranjak dari sini.

"Mau kemana?" Tanyaku cemas.

"Mereka ga bisa di biarin! Makin ngelunjak tau gak!" Jelasnya dengan emosi yang meluap-luap.

"Jangan ikutan plis." Cegah ku.

"Tapi kalo dibiarin, mereka bakal terus neror sekolah kita. Dan itu bisa ngancam keselamatan kita."

"Kan murid yang lain juga udah pada turun."

"Justru karena aku bagian dari sekolah ini, aku harus ikut ngebela keselamatan kita Sha."

"Plis jangan." Pintaku.

"Duar!"

Entah suara apa itu. Yang pasti itu cukup membuatku takut. Kaki ku gemetar, suasana semakin riuh. Jika kalian tahu, ini hampir sama persis dengan salah satu adegan di film Dilan.

Aku masih menggenggam erat tangan pria itu. Mencoba mencegahnya turut terlibat dalam kejadian hari itu. Ia menatapku cemas. Tampaknya ia mulai ragu, antara pergi atau tetap disini.

"Gua bakal tetep disini, gua bakal jagain lo dan temen temen lo." Ucapnya.

Aku sedikit lega mendengarnya. Tapi, aku baru sadar. Kenapa ia mau menuruti permintaanku. Aku bukan siapa-siapa nya. Lagipula aku hanya sebatas pengagum rahasianya yang tak ia kenali mungkin. Tapi, hari ini berbeda. Kami terasa begitu akrab walau sebelumnya tak pernah berbicara atau bahkan hanya sekedar tegur sapa.

***

Pihak sekolah dibantu pihak keamanan berhasil meredam situasi. Aku bisa bernafas lebih lega rasanya. Perasaaanku juga lebih tenang.

"Gua anterin ya." Tawar Kak Sendy.

"Ga usah makasih." Balasku.

"Gapapa kok. Lagian situasi lagi kayak gini masa lo mau pulang sendiri."

"Nanti bakal dijemput sama papa kok Kak. Kakak pulang duluan aja."

"Ya udah deh kalau enggak mau dianterin. Gua temenin nunggu jemputan ya." Tawarnya lagi.

"Terserah kakak deh."

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Special mini part
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 #62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Curious
105 Option
106 Come To Me
107 Hurry Up!
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Special mini part
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
#62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Curious
105
Option
106
Come To Me
107
Hurry Up!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!