"heh, dasar orang aneh. Nikah saja terpaksa kok mau ngajakin ngontrak. Duit juga pas-pasan, mau makan apa kamu nanti kalau ikut kata suamimu"
Bu Wati adalah ibu Kinanti sekaligus mertua untuk Rama. Begitulah dia, selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anak-anaknya. Mengatur seolah sudah paling benar, padahal dia sendiri cerai dari suaminya.
Dua dari tiga anaknya menjanda tanpa anak. Hanya kinanti yang Kini berstatus istri. Dua orang mbaknya, sebelum itu sudah menikah tapi mereka sama-sama memilih cerai. Banyak konflik yang tidak bisa mereka selesaikan secara baik-baik terutama perihal bu Wati. Suami Santi dan Wulan tak betah setiap hari harus mendengar ocehan dari bu Wati. Entah itu cemooh, ejekan, omelan dan hal-hal yang tidak penting pun terlibat dalam komentarnya.
Apalagi seperti ini, saat suami dari sang anak berencana hendak memboyong istrinya. Wewww...drama baru dimulai! Yang pura-pura sakit, yang ngomporin si anak dan lain sebagainya. Tapi Rama berusaha kuat untuk memaklumi itu.'mungkin kalau Kinan ikut tinggal dirumah ibuku, dia pasti akan lebih menderita dari pada aku' batinnya selalu berkata demikian.
"sudahlah bu, jangan berkata seperti itu. Lagian aku juga sudah menolak dan Mas Rama mengiyakan"
.
"lo ndak bisa Kin, dia itu harus dikasih tahu. Kalau engga, nanti bakal seenak aja mentang-mentang jadi suami"
Memang benar jika orang tua itu selalu ingin yang terbaik buat anaknya. Tapi, tidak perlu ikut memutuskan apa yang menjadi jalan kehidupan sang anak.
--
Rama POV
Sayup-sayup aku mendengar pembicaraan mereka. Ibuku berdiri dengan tangan dikedua pinggangnya saat Kinan mengatakan tentang keinginanku.
Aku tidak menyalahkan istriku. Dia berhak berbicara atau berkeluh kesah sama siapapun yang dia rasa nyaman. Tapi, yang membuatku meradang dan sakit hati, saat ibu berulang membahas tentang fisikku, tentang penghasilan, dan membanding-bandingkan aku dengan orang yang tidak mungkin aku kalahkan.
Jujur saja, hatiku rasanya perih mendengarnya. Tapi, apa yang bisa aku lakukan selain mencekram jemariku sendiri dan tetap berdiri dengan tenang dibalik pintu hingga mereka merubah cerita.
Tiba-tiba aku teringat tentang ibuku yang sudah kembali ke kampung. Teringat akan kata-katanya, tentang ketidak sukaannya dan banyak lagi. Ibu bilang, keluarga ini bukanlah keluarga baik-baik.
"apa ibu bisa membaca pikiran orang lain? Ah, mana mungkin!"
Jangan! Jangan berburuk sangka seperti itu. Belum tentu apa yang melintas adalah kebenaran.
Aku keluar dari persembunyianku, menampakkan diri diantara keluarga istriku. Ya aku selalu mencoba untuk berpura-pura bodoh didepan mereka. Tidak menghiraukan penglihatan mereka yang menyeramkan itu. Dan itu sangat sangat menyebalkan jika aku mau mengatakannya.
"Vitamin nya udah diminum Kin?"
"belum. Aku tidak suka"
"tapi itu baik untuk bayimu"
Ini wanita, sepertinya sudah muncul karakter aslinya. Ganas sekali, sedikit-sedikit ngegas. Bahkan, didepan mata ibunya dan kedua saudaranya dia berani memaki ku. Membuatku terdiam tak berkutik, aku bingung harus melakukan apa karena aku takut menyakiti hatinya. Percayalah! Itu hanya berawal dari kalimatku yang menyuruh dia meminum vitamin dari bidan. Selain kandungan vitamin nya yang bagus, itu juga cukup merogoh kantong untuk membelinya.
"sudahlah, ini kan pilihanku. Aku harus bisa lebih dewasa mikirin ini."
Ya cuma hatiku sendiri yang bisa membuatku tenang. Anggap saja aku disini hidup sebatang kara, adikku juga sudah tidak mau tahu dengan masalahku. Kepada siapa aku mengadu kalau bukan sama Tuhan dan diriku sendiri?
--
" Kin "
" embbh"
"gimana kabar Abbas? Udah lama aku ngga lihat dia. Eh, tapi dia tau kan kalau kamu nikah sama Rama? "
Ini adalah Anna. Teman dekat Kinan dari kecil bahkan sebelum sama-sama sekolah. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Tapi, Kinan tidak pernah menceritakan nasib buruk nya yang dia alami karena Abbas. Tentu saja alasannya karena malu. Dia malu, karena selalu membanggakan Abbas, eh giliran hamil di campakkan begitu saja.
Tentang kehamilan Kinan, Anna memang sudah mendengarnya sebelum ini. Tapi, dia memilih bungkam dan masa bodoh tentang semua. Dia berfikir Kinan pasti akan membenci nya jika dia ikut-ikutan mengurus hal yang tidak diinginkan oleh Kinan.
Anna ini selalu baik sama Kinanti, sampai-sampai dia tetap membela sahabatnya meskipun dia tahu jika sahabatnya itu sedang bersalah.
"oh, ya jadi perkiraan kapan ini?"
Anna menyapu lembut perut Kinan bagian luar. Dia bisa merasa janin itu bergerak dengan riang.
"dua minggu lagi, kamu temenin aku ya nanti"
"pasti, kalau tidak ada callingan mendadak"
Kinanti tidak pernah tertawa selepas ini saat bersama Rama. Baginya, semua yang Rama lakukan itu salah, yang Rama katakan itu juga tidak benar. Dan Rama adalah tempatnya salah. Satu yang selalu membuatnya bingung, kenapa rasa benci itu bisa muncul disaat dia sudah menerima pinangan pria tak menarik itu ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Siti Gaif Hehanussa
Blagu amat sih kinanti...nangis histeris ngga di nikahin abas giliran di tolong malah ngulunjak
2020-07-30
1
Ihda Ajah
dsr prempun tolol
2020-07-24
0
Ida Ismail
dasar perempuan...........truuussss bilang bawaan orok
2020-07-07
0