Tidak diharapkan

Tak terhitung, entah sudah berapa lama wanita itu menangis di teras sebuah kontrakan. Pakaiannya yang lusuh, karena mungkin beberapa hari ini dia tidak menggantinya. Wajahnya sayu mata nya juga bengap, mungkin karena terlalu lama bahkan sangat sering dia menangis.

Sekilas ia mencoba mengukir senyum untuk menyambut seseorang yang baru saja datang. Tubuhnya malas menghampiri wanita itu, namun kakinya tetap memaksa untuk berjalan ke arahnya.

"ada apa Kin? Kamu sudah lama disini?"

"sudah, beberapa jam yang lalu"

"kenapa tidak menelponku?"

Kinanti hanya tersenyum miris mendengarnya. Ia teringat, beberapa hari ini dia merasa kesulitan menghubungi Abbas, lelaki yang baru saja menanyakan hal tersebut. Selalu saja operator yang menjawabnya. Mengatakan tidak ada jawaban, sedang berada dalam panggilan lain atau nomer yang anda tuju sedang tidak aktif dan blablabla.

"ah, sudahlah! Lupakan? Untuk apa kamu kesini Kin?"

Dia ini, memang pria bodoh dan tak berhati atau bagaimana sih? Jelas saja, Kinanti hanya akan mempertanyakan tentang tanggung jawab darinya. Lihat saja, perutnya sudah tidak mau lagi disembunyikan. Itu bayi juga selalu menendang-nendang perutnya bertanya kenapa Ayahnya tidak pernah menemuinya lagi.

"jadi bagaimana Bas?"

Bodoh kamu Kin! Kamu itu terlalu bangga menjadi Budak cinta. Itu lelaki sudah jelas sangat tidak memghargaimu, tidak mengharap anakmu dan hanya memanfaatkanmu. Masih saja, itu bibir bisa bertanya dengan santai.

"sorry Kin, aku masih belum siap untuk menikah!"

Deg! Tidak disangka, usahanya delapan bulan ini sia-sia. Bahkan beberapa tahun ini, dia telah rela menjadi pelacur untuk lelaki ini pun tidak di anggapnya ada. Ah, tidak! Pelacur itu lebih berharga karena dia menerima upah. Sedangkan Kinanti, dia sukarela melakukan itu.

"terus anak ini gimana Bas?"

"itu urusanmu"

Dan lagi, airmata itu seperti tidak ada keringnya. Mengalir dan kembali mengalir dikedua pipinya. Hidupnya hancur, dan tersirat bayangan untuk mengakhiri hidupnya.

Kakinya pelan dia seret tanpa arah tujuan, menangis di guyuran hujan dan petir yang menyambar. Tidak ada rasa takut yang bergeming, tubuhnya juga tidak merasa kan dinginnya hujan.

"ini semua gara-gara kamu! Kalau saja kamu tidak tumbuh di dalam rahimku, Abbas pasti tidak akan membenciku! Kamu harus mati!"

Ia memukuli perutnya sendiri, berteriak histeris masih dalam kondisi basah kuyup. Semakin keras tangannya memukul, semakin sakit pula dia merasakan perutnya.

" Kinanti, apa kamu sudah gila? "

Rama yang melihatnya, segera mungkin berlari tertatih menghampirinya. Mencekram kedua tangan yang sudah kerasukan iblis. Digenggamnya erat, agar dia tak lagi menyakiti janin yang tak berdosa didalam perutnya .

Terus saja, dia tetap berontak, meronta-ronta membuat Rama merasa kewalahan. Cekramannya semakin ia kuatkan, membuat Kinanti meringis merasa sakit. Diputarnya lengan perempuan itu, membuatnya semakin meringis dan bahkan menjerit tak tahan.

"ini yang dirasakan anakmu, jika kamu terus berusaha menyakitinya Kin"

Tidak seperti Rama yang sebelumnya, dia sangat tegas mengatakan hal tersebut. Menekannya dan menatap Kinanti dengan penuh amarah, matanya memerah seketika membuat Kinanti menghentikan gerakannya.

Ketegangan yang terjadi kini melunak. Menyisakan isakan tangis Kinanti yang menjatuhkan tubuh diatas tanah. Berulang ia mencoba menarik nafas panjang, mungkin dia sedang berusaha menghilangkan kecewa yang menekannya.

Rama masih saja setia menunggunya. Membiarkan wanita itu tenang atas perintah hatinya, pengawasan mata Ramapun tak terlepas dari tubuh Kinanti, dia takut saja jika tiba-tiba Kinanti kembali menghukum janin di dalam perutnya.

"Abbas tidak mau menikahiku Ram. Apa yang membuatku rela mempertahankan janin ini?"

"lalu, apa perlu kamu membunuhnya?"

" aku tidak mengharapkan ini sebelumnya"

"jika tak kamu harapkan, kenapa kamu mau melakukannya? Kamu ini terlalu rajin menanam, setelah tumbuh kamu bilang tidak mengharapnya. Kamu manusia kan? Kamu seorang anak dan kamu adalah wanita. Kenapa hatimu bisa mati dan begitu gila? "

Kinanti terdiam, dia menatap pria yang baru saja menghinanya dengan sangat sinis. Lalu, dia kembali membenamkan wajahnya dalam lamunan. Menunduk masih dengan situasi yang tak berbeda.

" aku akan membuangnya jika bayi ini lahir, itu lebih mulia bukan? "

Mulutnya kembali bergeming. Menadakan kata yang baru saja tersirat di otaknya. Logika nya riuh bersorak dan mengatakan itu adalah jalan terbaik, tapi hatinya mulai resah akan kasih yang mulai menyerangnya.

" kamu adalah orang yang paling wajib mengasuhnya!"

Rama masih bersikeras agar Kinanti menerima bayi itu dengan lapang dada. Bahkan berbahagia karena banyak yang mengharap namun tak kunjung memperoleh.

"kamu tidak mengerti Rama! Kamu tidak merasa kan ini! Membawanya kesana kemari, sama saja menggendong aibku dan menyebarkan keseluruh penjuru bumi. Kamu menginginkan ini, ketika semua penduduk bumi menertawakanku?"

Kali ini, Rama yang memilih diam, dia tidak terlihat hendak menjawab apapun itu. Mulutnya kaku, membisu. Deru nafasnya saja yang sayup-sayup terdengar tegang.

Ketika dia sudah memastikan Kinanti sampai di rumah dan ada orang disekelilingnya, Rama baru memutar kakinya untuk kembali ke pabrik tempat dia bekerja. Mereka memang satu kerjaan, sebagai buruh di pabrik sandal yang cukup besar dikota surabaya.

Tangannya memang masih sibuk dengan pekerjaannya, matanya juga terlihat fokus memperhatikan. Tapi, jiwanya kini melayang mencermati kalimat terakhir Kinanti. Dia ikut merasakan pusing, memutar otak dan bingung menyikapi. Remang-remang, ia mendengar keributan disekitarnya. Yang terdengar ada yang menyebut namanya. Tapi, lamunannya mengunci agar dia tidak menganggap itu, Hingga dia menyadari ketika bapak berkumis itu sudah berdiri dan menggebrak meja didepannya.

"Rama! Mau berapa puluh produk yang akan kamu rusak?"

"Astagaaaa, maaf pak. Saya kurang berhati-hati."

Ocehan nya sangat nyaring terdengar ditelinga Rama. Nadanya naik turun membuat jantungnya terus terpompa dan berdebar. Dia sebenarnya khawatir jika harus keluar dari pabrik karena kebodohan yang dia lakukan. Tapi, bayang-bayang Kinanti lebih membuatnya bergidik dan lebih memberinya merasa takut.

Episodes
1 Prolog
2 Tidak diharapkan
3 Aku akan menikahimu
4 Aku akan tetap tinggal disini
5 Karakter Aslinya
6 Kuberi dia nama Nadira
7 Kembali bekerja
8 Terlambat
9 Amplop Coklat
10 Sambutan Mertua
11 15 tahun berlalu
12 Laki-laki itu mencium ibuku
13 Pertengkaran
14 oh, ayahku yang malang!
15 Libur sekolah
16 Resign
17 Menyetujui
18 keputusan Besar
19 kesedihan
20 Pesangon
21 Sampai Di Desa
22 Kawan Baru
23 Titik Terendah
24 Kembali
25 Perpisahan
26 wanita tua
27 Gaji Pertama
28 tanpa izin
29 Kedatangan Mama
30 laki-laki itu ...
31 Keputusan Sepihak
32 kembali ke Kampung
33 Tak sanggup
34 Keluarga Harmonis
35 ingin Kembali
36 Nasehat Mereka tanda sayang
37 bertemu Nadira
38 Sedikit Cerita
39 Kemesraan
40 Kembali
41 Bimbang
42 Tak Seperti Biasanya
43 Ketulusan Ibu
44 Bimbang
45 Menenangkan diri
46 Kembali pulang ke rumah Ibu
47 Sebuah pesan
48 Panggilan berulang kali
49 Gebrakan Meja
50 Pertikaian keluarga
51 Perdebatan
52 Bungkam
53 Keinginan Nadira
54 Perdebatan lagi
55 Sertifikat
56 menenangkan diri
57 Tangisan
58 Perubahan Diri
59 Tanah Kelahiran
60 Melepas Rindu
61 Gelisah
62 Menyampaikan Kabar
63 Dia Ayahmu !
64 Kisah Lama
65 Diamnya Nadhira
66 Jujur
67 Kabar gembira
68 mencoba membujuk
69 Akhirnya berkunjung
70 Sandiwara
71 Seharusnya sayang
72 Entah kemana
73 pesta
74 Ken
75 Ken mulai ada rasa
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Prolog
2
Tidak diharapkan
3
Aku akan menikahimu
4
Aku akan tetap tinggal disini
5
Karakter Aslinya
6
Kuberi dia nama Nadira
7
Kembali bekerja
8
Terlambat
9
Amplop Coklat
10
Sambutan Mertua
11
15 tahun berlalu
12
Laki-laki itu mencium ibuku
13
Pertengkaran
14
oh, ayahku yang malang!
15
Libur sekolah
16
Resign
17
Menyetujui
18
keputusan Besar
19
kesedihan
20
Pesangon
21
Sampai Di Desa
22
Kawan Baru
23
Titik Terendah
24
Kembali
25
Perpisahan
26
wanita tua
27
Gaji Pertama
28
tanpa izin
29
Kedatangan Mama
30
laki-laki itu ...
31
Keputusan Sepihak
32
kembali ke Kampung
33
Tak sanggup
34
Keluarga Harmonis
35
ingin Kembali
36
Nasehat Mereka tanda sayang
37
bertemu Nadira
38
Sedikit Cerita
39
Kemesraan
40
Kembali
41
Bimbang
42
Tak Seperti Biasanya
43
Ketulusan Ibu
44
Bimbang
45
Menenangkan diri
46
Kembali pulang ke rumah Ibu
47
Sebuah pesan
48
Panggilan berulang kali
49
Gebrakan Meja
50
Pertikaian keluarga
51
Perdebatan
52
Bungkam
53
Keinginan Nadira
54
Perdebatan lagi
55
Sertifikat
56
menenangkan diri
57
Tangisan
58
Perubahan Diri
59
Tanah Kelahiran
60
Melepas Rindu
61
Gelisah
62
Menyampaikan Kabar
63
Dia Ayahmu !
64
Kisah Lama
65
Diamnya Nadhira
66
Jujur
67
Kabar gembira
68
mencoba membujuk
69
Akhirnya berkunjung
70
Sandiwara
71
Seharusnya sayang
72
Entah kemana
73
pesta
74
Ken
75
Ken mulai ada rasa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!