Siang itu mungkin adalah siang yang paling indah, memukau, sedih, dan mungkin terakhir bagi semua
orang. Waktu itu siang yang dimulai dengan tindakan pengkhianatan. Tidak akan
ada yang pernah tau siapa pengkhianat ini, dan juga tidak akan ada yang tau
siapa bantuan yang memihak pada mereka di saat-saat terakhir. Seluruh cerita
ini dimainkan oleh dua dalang. Zachary Zebua dan Hayden Haranta, dan jika Clara
berpikir dia adalah dalang dalam kisah ini maka dia salah besar.
Setelah Fernando mengirim pesan suara nya kepada Hayden, Hayden membalas pesan nya dan dia
meminta bertemu. Sama seperti Clara, Hayden mengambil keputusan yang berat.
Entah, tapi rasa nya semua orang yang terlibat dengan Marsella selalu mengambil
keputusan-keputusan yang berat. Tapi keputusan yang diambil oleh Hayden adalah
yang terberat. Melebihi Clara. Karena apa yang dilakukan Hayden akan
menghancurkan semua rencana mereka. Serta hidup mereka.
“Kau sudah lama?” tanya Hayden yang baru sampai di tanah lapang yang isi nya adalah barang-barang
rongsok. Tidak ada siapa-siapa di situ, dan itu artinya adalah tempat sempurna
bagi Fernando dan Hayden.
Fernando menghampiri Hayden dan langsung memeluk nya. Rasanya pelukan beberapa detik itu
terasa sangat nyaman bagi Fernando. “Tidak. Aku juga baru sampai.” Mata Hayden
bersinar-sinar. Dia tidak bisa menyembunyikan senyum nya. Hayden balas memeluk
Fernando. Mereka berdua tampak bagai dua orang yang sudah sangat lama tidak
bertemu. Bahkan setelah tinju meninju itu, tidak ada kecanggungan di tengah
mereka.
“Nando, kau tidak perlu khawatir,” Hayden memegang kedua tengan Fernando sambil menatap mata nya.
“Semua nya... tidak akan terjadi apa-apa pada kita.” Hayden terlihat sulit
mengucapkan itu. Dia tau jika menyelamatkan Fernando sama saja artinya dengan
membuang semua sahabat nya. Terutama pada Zach, dan hal itu sangat berat bagi
nya untuk dilakukan.
Fernando tersenyum. Jarang ada orang yang bisa melihat Fernando tersenyum. Di sekolah,
dia adalah orang yang terlihat galak dan perundung yang super perundung. Murid
menyebalkan yang dibenci murid angkatan baru. Tapi bagi Hayden, Fernando adalah
orang terbaik yang bisa ia temui dan dapatkan. Dan Hayden merasa sebagai orang
paling beruntung di dunia.
“Bangsat Andrew! Kau membohongi ku selama ini!” teriak
Zach. Andrew sudah tau soal Zach yang mengetahui rahasia nya, walau belum semua
yang Zach ketahui. Andrew dan Zach berada di gedung belakang sekolah. Sebuah
perkampungan yang tidak dihuni lagi, dan hanya menjadi tempat pembuangan akhir
yang kebanyakan di sini mobil-mobil rusak. Andrew merasa bersalah, sungguh. Dan
melihat Zach yang membara-bara membuat nya merasa lebih bersalah lagi.
“Aku bersalah, aku tau. Tapi aku tidak punya pilihan
lain. Kau harus dengar cerita ku oke Zach?” Andrew bergerak mendekati Zach yang
muka nya terlihat sungguh merah. Andrew perlahan-lahan memegang pundak Zach.
Zach membuang nafas nya yang terasa berat. Dia teringat dengan perkataan Jorge
kemarin malam. Bahwa dia hanya marah, bukan benci. “Aku mendengarkan.”
Hayden lalu duduk di kap mobil Mustang biru. Dia
menggaruk-garung rambut nya. Dia sungguh malu untuk menceritakan ini, dan demi
apa pun dia tidak mau Zach khawatir akan hidup nya. Selama ini Andrew terlihat
baik-baik saja. Dia sama sekali tidak terlihat dalam keadaan yang butuh
bantuan. Setelah kematian kedua orang tua nya, Andrew harus menjaga adik nya,
membayar biaya sekolah, dan kehidupan, serta hal lain nya. Zach tidak pernah
berpikir bagaimana bisa Zach mendapat uang-uang itu.
“Kau tau kan setelah kematian kedua orang tua ku, aku
benar-benar bingung bagaimana cara mencari uang. Aku ditinggalkan adik ku, dan
bahkan membiayai hidup ku sendiri saja rasa nya mustahil. Lalu aku bertemu
dengan pria ini yang ku kenal di bar. Sebelum kau bertanya bagaimana bisa aku ke
bar, aku memalsukan KTP ku bersama dengan Fernando. Pria ini memperkenalkan ku
dengan pria lain nya bernama Ivan Gonzela.”
Zach langsung menyela cerita Andrew. Dia tau apa yang
Andrew coba katakan. “Ayah Marsella?” tanya nya untuk memastikan dugaan nya. Andrew
menganggukkan kepala nya. Dia tau jika Zach sudah bereaksi seperti ini, reaksi
selanjut nya pasti akan lebih parah.
“Lanjut. Singkat cerita, dia bilang aku punya peluang
dan kesempatan. Dia butuh pekerja dan aku butuh uang.” Zach terlihat ingin
berbicara lagi, tapi Andrew memberi nya isyarat untuk diam sebentar hingga
cerita nya selesai. Jantung nya berdebar semakin kencang semakin cerita nya
berlanjut. “Aku bekerja sebagai male
escort bagi Ivan dan klien nya. Dia berjanji tidak akan ada ****, ciuman, apa
pun itu yang sensual. Hanya aku dan klien nya berbicara dan makan malam. Aku
bersumpah pada mu Zach. Tapi...”
Mata Andrew terlihat berkaca-kaca. Tidak butuh waktu
lama hingga dia menangis. Ini adalah pertama kali nya Zach melihat Andrew
menangis. Zach segera berlari menghampiri nya dan merangkul Andrew. Dia
betul-betul tidak tau apa yang terjadi. Tapi Zach yakin jika apa yang akan
dikatakan Andrew berikut nya akan sangat buruk dari apa yang sudah ia katakan.
Andrew mengelap air mata nya dengan lengan kemeja nya. Dan melanjutkan cerita
nya.
“Malam itu aku diberi alkohol. Sangat banyak, aku
bahkan tidak ingat berapa gelas yang aku minum. Sangat itu aku sungguh stres.
Adik ku masuk rumah sakit karena berkelahi dan sekolah kita terus menagih uang
pembayaran. Ivan memberi ku satu hari khusus di mana aku harus menghabiskan 24
jam bersama klien nya. Aku tidak tau siapa nama nya. Dia cowok yang masih muda.
Kira-kira 20 tahun. Aku waktu itu tidak sadarkan diri, tapi aku bisa merasakan
nya. Dia naik ke atas, dan 1 jam itu benar-benar terasa seperti neraka. Aku
tidak punya kontrol akan tubuh ku, dan rasa nya seperti seluruh jiwa ku keluar
dari tubuh ku saat itu juga. Aku melihat nya melakukan itu semua, tetapi aku
tidak bisa melawan balik.”
Zach segera memeluk Andrew. Dia tidak peduli lagi
dengan emosi nya yang tadi membara-bara. Dia hanya peduli satu, yaitu sahabat
nya sedang membutuhkan diri nya, dan Zach tidak ada pada saat itu. Jika Zach
merasa marah hanya karena Andrew yang tidak memberi tau nya, maka seharusnya Zach
lah yang merasa marah pada diri nya sendiri. Zach tidak melihat tanda-tanda
nya. Zach tidak sadar jika sahabat satu-satu nya sedang butuh bantuan. Sungguh,
Zach merasa dungu dan tidak berguna.
“Bodoh, sungguh bodoh. Aku tidak sadar akan semua itu.
Kenapa kau tidak bicara pada ku Andrew?” nada Zach masih terdengar
mengebu-gebu, dengan sedikit emosi di dalam nya. Zach marah, dan sangat-sangat
marah pada diri nya sendiri. Dia tidak pernah merasa setidak berguna ini,
selain setelah ayah nya yang terus memanggil ia anak tidak berguna.
Andrew membangkitkan kepala nya dan menatap mata Zach.
Kedua mata Andrew merah. Air mata nya mengalir membasahi pipi nya. Dia
menggeleng-gelengkan kepala nya. “Ini adalah alasan kenapa aku tidak memberi
tau mu. Kau punya segudang masalah di rumah dengan ayah mu, dan aku tidak mau
menambah tumpukan beban itu Zach.” Zach menangis. Dia tertawa, bingung harus
bagaimana menanggapi. Andrew juga bingung melihat Zach dan juga ikut tertawa.
“Kenapa kau yang menangis?” tanya Andrew tertawa.
Zach lalu mengelap air mata nya. Dia kemudian
tersenyum dan memeluk Andrew. “Ku rasa jika kita berbagi tangis, rasa nya akan
lebih mudah. Kau tau hidup ku sungguh menyedihkan karena ayah ku dan tambah
menyedihkan lagi saat aku sendirian. Rasa nya hanya aku dengan dunia. Lalu kau
muncul, dan sekarang dengarkan aku Andrew. Kau tidak sendirian dalam masalah
ini brengsek. Jadi ceritakan pada ku, apa hubungan mu dengan semua ini.” Andrew
merasa sangat bersyukur punya Zach, dan begitu pun sebalik nya. Soal masalah
ini Andrew percaya ke Zach. Andrew mengelap air mata nya sekali lagi. Lalu
membaringkan tubuh nya di atas mobil. Sinar matahari siang hari langsung
mengenai tubuh dan wajah nya.
“Marsella berencana melaporkan ayah nya atas tuduhan
pemerkosaan kepada ku, walau Ivan bukan pemerkosa nya, dan atas mempekerjakan
ku di bawah umur dan dengan pekerjaan yang seperti itu. Aku tidak mau. Jelas
aku tidak siap. Aku tidak yakin akan konsekuensi dari membeberkan hal itu. Aku
mencoba menghentikan Marsella pada malam itu. Tapi aku menemukan dia sudah
meninggal. Aku tidak begitu mengenal hubungan Hayden dalam kasus ini, tapi
Clara, dia hanya berusaha melindungi ku, itu saja.”
Zach membuang nafas yang berat, lagi. Rasa-rasa nya
Zach belakangan ini sering membuang nafas secara dramatis. Dia kemudian rebahan
di samping Andrew. Matahari berada tepat di atas mereka. Pada jam segini,
mereka kira-kira sudah melewatkan dua pelajaran. Tas mereka ada di kelas, dan
pasti mereka sedang dicari-cari. Tapi bagi Zach ini lebih penting. Tidak ada
persoalan di dunia yang lebih penting dari masalah Andrew sekarang. Tapi semua
begitu sulit untuk diselesaikan. Sampai detik ini, polisi belum dilibatkan
dalam kasus Marsella. Tapi pasti nanti akan, dan pada saat itu terjadi Zach
tidak tau harus bagaimana untuk melindungi teman-teman nya.
“Andrew, katakan. Jika saat nya polisi turun tangan
nanti, maukah kau berbohong? Kita harus menutupi fakta kau mengenal Marsella.”
Zach, orang yang jarang berbohong dan menentang kebohongan baru saja berkata
seperti itu. Andrew sadar jika mereka benar-benar putus asa. Andrew tidak
pernah terlihat dengan polisi, begitupun dengan Zach. Fakta jika Andrew dan
Zach punya hubungan dengan semua ini benar-benar membuat mereka takut. Zach
bahkan mulai mengurungkan niat nya untuk mencari kebenaran dari kasus ini. Zach
hanya ingin mencari cara untuk bisa selamat. Bukan hanya diri nya yang selamat,
tetapi semua orang. Terutama Andrew, untuk sekarang. “Pasti nya. Kau menjaga
ku, dan aku akan menjaga mu, Zach.”
Sirine mobil polisi terdengar semakin kencang. Fernando dan Hayden berlari sekencang mungkin. Tidak
ada dari mereka yang mengira ini bisa terjadi begitu cepat. Hayden terus
berusaha mencari tau kenapa, siapa dan bagaimana. Malahan interogasi nya belum
selesai, tapi para polisi itu kembali mengejar Fernando. Kali ini, Hayden
bertekad untuk tidak membiarkan mereka membawa Fernando. Jika saja mereka tidak
berlari, mungkin mereka tidak akan terlihat sebegitu bersalah nya. Mereka
berlari, bagai jika hidup mereka bergantung pada itu.
“Bajingan! Kenapa mereka tau tempat ini!?” teriak Fernando dengan keras sambil berlari. Andai
Hayden tau jawaban nya, karena Hayden juga bingung akan apa yang terjadi.
Berbagai skenario sedang berputar di otak nya sekarang. Salah satu nya adalah,
bagaimana jika polisi hanya datang untuk menjemput nya untuk interogasi lagi,
dan fakta jika mereka kabur dari polisi hanya akan membuat Fernando tampak
bersalah. Apalagi Fernando sedang membawa tas olahraga yang isi nya baju-baju
nya. Pikiran-pikiran itu membuat langkah Hayden sempat melambat. Sampai
Fernando sadar itu dan segera menarik tangan Hayden agar lari nya kencang
kembali.
“Kau lelah Hayden?!” tanya Fernando yang nafas nya sudah terengah-engah. Berribu-ribu
peluh keringat tampak mengalir di wajah nya. Dan keringat menembus jaket
varsity nya. Hayden menggeleng-gelengkan kepala nya. “Tidak! Kita masih harus
berlari lebih kencang lagi!” Bagi Hayden sangat sulit untuk melihat sekarang.
Mata nya terasa perih. Banyak keringat masuk ke dalam mata nya. Dia terus
menyibak rambut nya ke atas atau ke samping agar tidak mengenai mata nya.
Mereka terus berlari melalui gang-gang kecil. Lalu, polisi berdiri tepat di ujung gang. Di
depan maupun belakang. Mereka terkepung. Hayden terasa seperti mau pingsan dan
muntah saat itu. Jatung nya tidak pernah berdebar lebih kencang dari pada
sekarang. Keringat jatuh dari dagu nya bagai air dari pancuran. Dan mata nya
berkunang-kunang saat melihat Fernando.
“Fernando Germanotta, anda kami tahan atas tuduhan sebagai tersangka dalam pembunuhan
Marsella Gonzela. Kami menemukan darah Marsella di baju yang andai pakai waktu
kami mengadakan pemeriksaan. Anda berhak diam, dan anda punya hak untuk
mendapat pengacara,” salah seorang polisi yang berbadan berotot itu segera maju
dengan membawa borgol. Johanes bersender pada pintu mobil. Dia
menggeleng-gelengkan kepala nya pada Fernando dan Hayden. Mata nya tampak
sedih, dan dia seperti sedang menyerah pada keadaan. Saat itu juga Hayden
merasa marah, bingung dan segala rasa perasaan tidak baik lain nya. Hayden tau
soal darah itu, dan dia juga merasa seharusnya darah itu sudah kering. Kejadian
itu sudah lama. Bagi Hayden ini tidak masuk akal.
Hayden. Dengan penuh keberanian, rasa sayang, cinta, hasrat, keputusasaan, serta hati manusia,
maju di depan Fernando. Dia menatap mata polisi itu dengan tajam. “Aku adalah
pembunuh Marsella. Aku menyuruh Fernando kabur bersama ku saat melihat kalian
tadi. Jika kalian ingin menangkap ku tangkaplah aku. Fernando tidak berhak
ditangkap. Dia adalah warga negara yang tidak bersalah sampai terbukti
bersalah. Tangkap aku dan biarkan dia pergi, untuk saat ini.” Johanes menatap
Hayden penuh keraguan. Dia berdiri dari posisi bersender nya dan maju untuk
melihat Hayden. Jika Johanes harus membuat keputusan saat itu, maka dia tidak
tau harus memilih apa. Tidak ada pilihan yang benar, kedua pilihan itu salah.
“Pak?” tanya salah seorang polisi, menunggu perintah Johanes. Johanes menatap
Fernando. Dia terlihat lebih putus asa. Dia terus menggeleng-gelengkan kepala
nya. Dia menangis. “Tangkap Hayden Haranta, dan bebaskan Fernando Germanotta.”
Fernando segera berlari menuju polisi-polisi itu. Bersiap untuk menahan mereka membawa Hayden.
Lalu Johanes dengan cepat menahan Fernando. Johanes berbisik di telinga
Fernando, “ini demi kebaikan mu. Pergilah dan cari siapa dalang nya. Aku akan
menjaga Hayden.” Johanes kemudian mendorong Fernando jatuh ke tanah. Fernando
mencoba berdiri lagi dan berusaha pergi ke arah Hayden yang sedang dibawa
polisi. Lagi, Johanes menahan nya. “Kata-kata mu kemarin malam... aku percaya
pada mu. Ada yang tidak beres dengan orang-orang yang kau curigai. Demi Tuhan!
Fernando, percayalah pada ku!”
Fernando berbalik dan meninju dinding bata di samping nya. Dia lalu menatap punggung Hayden yang
semakin menjauh. Mata nya berair-air. “Brengsek! AKU AKAN MEMBAWA MU KELUAR
DARI SANA, HAYDEN! ITU JANJI!” Hayden memutar kepala nya. Dia tersenyum dengan
lebar dan manis. Tidak ada penyesalan dalam hati Hayden. Dia tau dia bisa bergantung
pada Fernando. Hayden mengangukkan kepala nya. Lalu ia masuk ke dalam mobil.
Johanes segera pergi meninggalkan Fernando sendirian. Saat itu sebenarnya tidak
ada yang selamat dari takdir yang menunggu mereka. Hayden hanya memperlambat
takdir, dan Fernando hanya menjalankan rencana takdir. Tidak ada yang bisa
kabur dari nya. Baik Zach, Andrew, maupun Clara.
Zach dan Andrew kembali ke sekolah saat mendekati jam
terakhir. Mereka masuk begitu saja pada saat jam istirahat. Tidak ada yang
sadar akan hal itu karena semua orang sedang sibuk makan siang. Bahkan setelah
membicarkan nya tadi selama berjam-jam, Zach masih merasakan beban itu,
begitupun Andrew. Rasa-rasa nya beban ini baru akan hilang saat masalah ini
selesai. Menyelesaikan masalah ini juga menimbulkan masalah bagi Zach, karena
untuk menyelesaikan nya perlu dilakukan usaha hebat untuk menyelamatkan semua
orang dari kebenaran.
Andrew duduk di kantin sambil membawa baki nya yang
terdiri dari lasagna vegan, sekotak susu murni, dengan pisang. Zach
mengeluarkan semua buku yang berisikan tugas-tugas yang tadi mereka semua
lewatkan. Sambil makan, Zach dengan cepat berusaha menyelesaikan itu semua agar
tidak menjadi PR bagi mereka. Kantin mendadak diam. Zach tidak terlalu
memperdulikan nya, hingga Zach melihat Andrew juga menaruh perhatian nya pada
pria yang tiba-tiba muncul di kantin. Pria itu sungguh terlihat seperti Hayden,
dia seperti kembaran nya. Rambut nya dipotong dengan buzz cut. Kedua mata nya yang hitam segera menatap ke arah Andrew
dan Clara yang sedang berdiri tepat di belakang Zach. Pria itu berjalan dengan
tegap ke arah Andrew. Dia menarik kerah baju Andrew. Tangan nya yang tidak
dilindungi lengan baju memperlihatkan tato-tato bintang hitam saat ia berusaha
mengangkat Andrew ke tembok terdekat dengan posisi nya. Zach segera memegang
pundak pria itu untuk menghentikan nya.
“Anjing, Edden, di mana adik ku? katakan!” bentak nya.
Clara segera berdiri di hadapan pria itu. Mata nya menatap nya balik dengan
tajam. Dia memegang kedua tangan nya yang sedang memegang kerah Andrew. “Hari,
hentikan ini. Aku juga sedang mencari Hayden dari pagi.” Zach baru sadar jika
dari tadi dia tidak melihat Hayden di kantin. Zach tidak tau di mana keberadaan
Hayden, begitupun Andrew dan Clara.
Pria itu adalah Hari Andrea Haranta, kakak Hayden.
Sekaligus salah satu dari sekain orang yang terlibat dengan Marsella dalam
kisah ini. Hari sangat sayang dan perhatian kepada Hayden, terutama setelah apa
yang terjadi pada kedua orang tua mereka. Pagi ini mereka berdua bertengkar.
Hayden meninju Hari, dan dia pingsan. Hal berikut nya yang Hari ketahui adalah
Hayden menghilang dari rumah, dan tidak pergi ke sekolah. Hal yang paling membuat
Hari takut dan panik adalah Hayden yang membawa pergi paspor dan semua surat
nya.
“Hari!” teriak Fernando dari ujung ruangan. “Apa yang
terjadi pada Hayden?” Emosi yang dari tadi ditahan oleh Hari segera terlepas.
Dari semua orang, dia paling benci terhadap Fernando. Hari masih berpikir jika
Hayden tidak bertemu dengan Fernando semua hal ‘aneh’ itu tidak akan terjadi
pada adik nya. Dia berlari sangat kencang. Seperti bagaimana Hayden berlari
saat ingin meninju Fernando. Cuman kali ini Zach, Andrew dan Clara memegang
tangan Hari dengan sekuat tenaga. Fernando terkejut saat melihat reaksi Hari.
“Jangan diem aja! Panggil satpam!” teriak Clara kepada semua orang yang malah
melihat mereka.
Kepala sekolah dan satpam datang sebelum ada satu pun
orang melapor. Hari memberontak semakin kencang, dan lalu mendorong mereka
bertiga ke belakang. Dia menatap kepala sekolah sebentar sebelum kabur lewat
taman belakang kantin. Hari loncat melewati tembok dan pergi entah kemana.
Kepala sekolah hanya berdiri dan tidak memberikan perintah kepada satpam untuk
mengerjar nya. Keluarga Haranta punya hubungan khusus dengan kepala sekolah.
Hanya mereka yang tau hubungan apa yang dimaksud, tapi yang jelas, kepala
sekolah tidak akan berbuat apa-apa terhadap Hari dan Hayden.
Zach segera mendatangi Fernando. Dia sungguh terpaksa
untuk berbicara dengan Fernando. Karena jika hanya dia dan Fernando sebagai
orang terakhir di bumi, maka Zach lebih memilih mati ketimbang bekerja sama
dengan nya. “Di mana Hayden Fernando?” tanya Zach. Masalahnya Fernando juga
sama bingung nya dengan mereka. Dan entah kenapa siang itu, keberadaan Hayden
sangat penting nya bagi mereka semua. Zach yang belum tau pasti hubungan Hayden
dengan masalah ini dan di pihak mana Hayden berdiri. Lalu Fernando, yang ingin
meluruskan semua nya dengan Hayden.
Hayden Haranta. Pria misterius bagi semua teman nya,
dan juga yang menyimpan segudang masalah nya seorang. Dia sedang berada di atas
jembatan. Memandang ke sungai, dan juga berpikir apakah yang dilakukan nya
sekarang benar. Hayden ingin menangis tapi tidak bisa. Dia juga ingin pulang
tapi dia tidak bisa. Dia butuh Fernando dan Zach, tapi dia rasa jika dia hanya
akan menghancurkan mereka. Saat ini Hayden adalah orang yang paling tersakiti.
Dia hanya berharap jika ada orang yang berteriak dan menganggap nya akan bunuh
diri agar dia punya alasan untuk turun. Sejauh ini tidak ada.
Dia berpikir untuk pergi ke rumah tante nya yang ada
di Ottawa. Dia sudah membawa paspor dan baju nya, serta kartu kredit untuk
membeli tiket. Hanya saja, dia merasa jika dia pergi sekarang sama saja dengan
kabur. Sama saja dengan pembunuh Marsella. Kabur dan pengecut. Hayden
memikirkan orang lain pada saat seperti ini. Seperti, bagiamana nasib Fernando
dan Zach jika ia pergi. Lalu, bagaimana dengan pendidikan nya jika dia akan
tinggal bersama tante nya di Ottawa. Tante Hayden hanyalah seorang kasir.
Menyekolahkan Hayden terdengar bagai mimpi.
Hp Hayden berbunyi. Bukan kontak Hayden yang
menghubungi hp nya. Dia juga sebelum nya sudah mematikan nomor dari Zach dan
Fernando, jika kalau mereka mau menelpon Hayden. Hayden mengangkat nya. Dia
menunggu orang di telepon untuk berbicara duluan. “Hayden!” itu adalah suara
Fernando. Zach meminjam hp Jorge untuk melepon Hayden. Tidak ada satu pun dari
mereka yang bisa menelpon Hayden, oleh karena itu Zach berasumsi jika Hayden
memblokir mereka.
Seketika mata Hayden basah. Tangis yang dari tadi mau
ia keluarkan akhir nya keluar juga. Ia menangis dan terdengar jelas dari
telepon. “Hayden, kau di mana?” tanya Fernando lagi. Hayden tidak tau harus
menjawab apa. Fernando tau jika Hayden masih marah terhadap nya. Dia lalu
memberikan hp nya ke Zach, agar Zach yang berbicara dengan Hayden. Saat itu,
sebenarnya tidak ada yang tau soal hubungan Fernando dengan Hayden. Entah bagaimana
siang itu, banyak rahasia yang terbuka. Dan juga mungkin hanya siang itu di
mana mereka semua bekerja sama.
“Aku akan menampar mu jika kau tidak menjawab ku
sekarang Hayden.”
Hayden tertawa. Tapi tidak terdengar sampai ke
telepon. Dia hanya butuh perhatian dan tanda kalau dia dibutuhkan. Sedikit
saja. Dan sekarang dia sudah mendapatkan nya. Tapi walau begitu, hati nya masih
terasa sakit. “Jembatan.” Hayden mematikan hp nya lalu menangis sambil membekap
wajah nya di antara kaki nya.
Mereka semua berlari ke parkiran. Mereka bahkan tidak
pergi ke ruang kepala sekolah untuk meminta ijin pergi sebentar. Jembatan yang
dimaksud Hayden pasti adalah Jembatan Regren. Tinggi, dan sungguh tinggi.
Mereka semua saat itu punya satu pemikiran yang sama. Dan demi apa pun, mereka
berharap yang mereka pikirkan salah. Fernando segera menyalakan mesin mobil
nya, dan berkendara dengan sangat kencang. Butuh waktu satu jam dari sekolah
menuju jembatan. Tapi Fernando akan membuat nya menjadi lima belas menit. Waktu
itu siang hari, dan itu artinya Aseline sedang sepi. Fernando mengambil jalan
tikus agar bisa menghindari polisi dan lampu merah. Untuk jalan yang sempit
seperit itu, berkendara dengan kecepatan di atas 90 sungguh bukan hal yang
menyenangkan untuk dirasakan. Clara terus memegang kursi mobil kencang karena.
Zach membuka kaca jendela nya saat Jembatan Regren sudah terlihat. Dari atas
terlihat seseorang yang sedang tiduran. Zach sungguh geram karena tidak ada
yang menyadari atau bahkan mencoba untuk menurunkan Hayden dari atas sana.
Zach mengeluarkan kepala nya sedikit lalu berteriak
dengan sangat kencang. “HAYDEN!” Itu terlihat seperti perbuatan yang sia-sia.
Tapi tidak. Andrew, Clara, Jorge, dan Fernando yang sedang berkendara juga ikut
berteriak. Teriakan mereka sangat kencang sampai-sampai semua orang
memperhatikan mereka. Dan dari atas jembatan Hayden mendengar semua nya. Dia
tertawa, dan masih menangis. Dia merasa malu atas apa yang ia lakukan sekarang.
Dia sungguh terlihat menyedihkan, tapi tidak apa. Setiap orang memang harus
terlihat menyedihkan. Setiap orang perlu saat-saat menyedihkan dalam hidup
mereka, agar mereka bisa belajar dari ke-menyedihkan-an itu agar jika
selanjutnya terjadi mereka tidak akan merasa terlalu menyedihkan dan tau
bagiamana mengatasi nya. Hayden Haranta hanya remaja yang kesepian. Tidak tau
bagaimana mengeluarkan benak-benak nya. Dia merasa sendiri, walau sebenarnya,
Hayden Haranta punya banyak teman. Ada banyak orang yang menyayangi nya.
Hayden membuka hp nya dan membatalkan semua blokiran
nya terhadap nomor-nomor teman-teman nya. Dia lalu membuat panggilan bersama.
Dia menelpon semua orang, dan juga nomor yang tadi menghubungi nya itu, walau
Hayden tidak tau nomor siapa. Mereka semua langsung mengangkat nya dengan
cepat, terutama Fernando, dia yang tercepat. Hayden berbicara dengan nada
bahagia-aneh-riang nya yang normal. Walau dia masih terdengar menarik ingus
nya. “Tebak siapa yang sedang melihat kerumunan pelajar aneh dari atas
jembatan?” Dia lalu mematikan telepon nya, dan turun dari atas jembatan. Hayden
menunggu mereka tepat di taman di bawah jembatan. Beberapa orang yang sedang
duduk di taman kaget saat melihat Hayden turun dari atas.
Zach segera keluar dari mobil dan berlari memeluk
Hayden. Andrew, Clara dan Jorge berdiri di belakang Hayden. Fernando keluar
lalu bersender di pintu mobil nya sambil melihat ke arah Hayden. Mata mereka
berdua saling bertatap. Fernando melambaikan tangan nya dan tersenyum. Hayden
yang saat itu marah pada diri nya dan juga pada Fernando hanya mengangguk dan tersenyum.
Bagaimana pun juga Hayden tau kalau apa pun yang ia lakukan dan katakan
terhadap Fernando tidak bisa merubah perasaan Fernando pada diri nya.
“Terima kasih, Zach,” bisik Hayden pelan. Dia lalu
menatap Zach karena Zach tidak berkata apa-apa. Zach tersenyum lalu memeluk
Hayden makin erat. “Tolong, jangan lakukan hal ini lagi. Kau membuat ku sungguh
gelisah.”
Fernando berjalan menuju jembatan sesuai dengan janji nya kepada Andrew. Saat itu sore hari, dan
sedang banyak orang di taman. Fernando duduk di salah satu bangku dekat dengan
air mancur yang penuh dengan ikan. Fernando merasa tidak nyaman berada di taman
itu. Rasa-rasanya hanya ia yang terlihat sedih. Banyak anak-anak yang sedang
bermain layangan dengan suara tawa yang melengking tinggi. Dan Fernando
membuang nafas berat, terus memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu.
Andrew datang seorang diri sesuai apa yang ia janjikan kepada Hayden. Andrew duduk di depan
Fernando. Ia langsung sadar saat kedua mata Fernando terlihat sembab dan merah.
Andrew tampak ragu untuk bertanya, tapi dia langsung menggapai tangan Fernando
dengan perlahan. “Nando? Ada apa?” Tubuh Fernando bergetar. Dia menangis lagi
saat Andrew bertanya. Dia menutup wajah nya dengan kedua kaki nya yang ia tekuk
ke atas. “Mereka membawa Hayden. Hayden menggantikan ku sebagai tersangka.”
Andrew tidak berkata apa-apa. Hati nya terasa sakit saat melihat Fernando. Dia tidak tau
jika dampak nya akan sebesar ini. Saat dia setuju dengan rencana untuk menuduh
Fernando sebagai pembunuh agar semua nya selesai, dia tidak tau jika semua nya
akan separah ini. Saat itu Andrew goyah. Dia tidak bisa berkata dan berbuat
apa-apa. “Kau belum diinterogasi. Ku mohon katakan yang sejujur nya kepada
mereka. Aku tidak tau apa salah ku pada kalian, tapi ku mohon. Selamatkan
Hayden dan aku.”
Saat itu juga Andrew hendak bangun dan mungkin pergi berlari karena tidak tahan dengan
kemunafikan nya. Dia tidak bisa menatap mata Fernando. “Nando... maaf, tapi kau
harus tau jika kau dan Hayden tidak bersalah. Aku tidak bisa menolong mu karena
kita semua terlibat di sini. Tapi satu hal yang harus kau tau, aku dan Zach
akan menolong Hayden untuk bebas.”
Fernando segera bangun. Dengan cepat mengelap air mata nya yang tersisa. Ia menarik leher kaos
Andrew ke atas. Senyum terukir di wajah Fernando saat itu. Kedua mata nya tidak
lagi terlihat sedih, namun marah. Marah yang tidak pernah dilihat Andrew.
“Bangsat, kau pikir aku akan memohon tolong kepada mu? Hanya untuk kau ketahui.
Semua sudah ku rekam, dan aku sama sekali tidak takut kepada kalian, anjing!”
Fernando mendorong Andrew jatuh ke tanah. Tapi Andrew berhasil menahan bobot
nya dengan kaki nya. Dia mengepalkan tangan nya dan bersiap meninju Fernando.
Fernando menunduk untuk menghindar dan lalu dengan lutut nya ia menyerang perut
Andrew. Dia menonjok nya sekali lagi di pipi sampai darah keluar dari mulut
nya. Tidak ada yang berusaha memisahkan meraka. Semua orang malah mengeluarkan
hp mereka dan merekam nya. “Bilang ke Zach atau pun jablay yang kalian
lindungin itu. Aku akan membawa kebenaran nya dan menyelamatkan Hayden. Akan ku
bersihkan nama ku.”
Sebelum Fernando pergi ia menelpon Zach. “Zachary Zebua, pergi ke jembatan sekarang. Ada teman
mu yang sekarat menunggu.” Fernando menutup telepon nya dan pergi menuju kantor
polisi berserta rekaman suara yang tadi ia rekam. Saat ini kesedihan yang
Fernando alami sudah berubah total menjadi kemarahan terhadap semua orang.
Semua orang yang menuduh nya, dan semua orang yang bersikap sok suci dan tidak
bersalah dalam kasus ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments