Siapa sangka pagi yang harusnya menjadi pagi cerah
untuk mengantuk berubah menjadi pagi kelam untuk berkabung. Marsella Gonzela
ditemukan bunuh diri di kamar nya. Semua orang terkejut. Tidak ada yang tau
mengapa, dan tidak ada yang tau siapa teman Marsella di sekolah. Tidak ada yang
tau harus mengucapkan prihatin kepada siapa. Seorang gadis dengan rambut hiutam
lurus sebahu itu menyender ke tembok. Membelakangi semua orang di lapangan yang
terus membicarakan Marsella. Dia tidak sedih, dan juga bingung, kecewa, maupun
marah. Clara Mara tidak tau apa yang harus ia rasakan saat itu.
Saat seseorang ditinggalkan oleh orang yang ia
sayangi, ada beberapa tahap yang harus dilalui yang ditinggalkan. Tahap pertama
adalah penyangkalan. Dan itu adalah yang dirasakan Clara saat ini. Penyangkalan
bahwa Marsella telah tidak ada lagi di dunia. Saat ini Clara benar-benar hanya
ingin membalas. Tapi semua itu terdengar mustahil. Dia hanya anak-anak,
bagaimana bisa dia membalas perbuatan seseorang yang lebih berkuasa dan
menakutkan? Clara menyalahkan diri nya, tapi ia juga takut. Takut untuk
mengakui jika dia punya peranan dalam terbunuh nya Marsella.
Di lain sisi, Zach baru datang ke sekolah bersama
dengan Andrew. Zach keliatan tidak peduli dengan banyak nya orang yang
berkumpul di lapangan. Padahal seharusnya jam pelajaran pertama sudah berbunyi
beberapa menit yang lalu. Sejak dari rumah Andrew, Zach sudah mempersiapkan
permohonan maaf nya kepada Marsella atas tindakan norak nya kemarin malam. Zach
yakin jika ini akan jadi yang terakhir kali ia harus berbicara dengan Marsella.
Karena setelah ini, Zach ingin menyelidiki semua nya tanpa melibatkan Marsella,
atau memiliki kontak dengan Marsella.
Hayden berdiri dan bersender di samping Clara. Mereka
berdua saling tatap. Saling berbagi kesedihan, dan juga kebingungan, serta
ketakutan. Clara adalah gadis yang cerdik dan mempesona. Ia sungguh tidak
tampak sedih. Ia tampak normal, bagai hari ini tidak terjadi apa-apa. Nada
bicara nya juga, normal, lembut, dan cuek. Hayden berusaha berbicara dengan
Clara, tapi entah mengapa tenggorokan nya tidak mau menuruti Hayden.
“Apa ini semua sungguh adil, Hayden?” ucap Clara yang
masih bersandar di tembok. Hayden paham apa arti dari kalimat Clara. Tapi
rasanya bagi Hayden sangat sulit berbicara. Tiga orang dengan dampak terbesar
terhadap kematian Marsella, adalah mereka berdua, dengan seseorang lagi dari
kelas Zach. “Kita harus berbuat sesuatu...” Clara langsung menatap mata Hayden.
Ia menunjukan penolakan. Hati Clara berdebar kencang, seketika ia merasa malu
kepada diri nya sendiri. Apa reflek yang baru saja ia lakukan? “Hayden, jika
kita berbuat sesuatu terhadap masalah ini, bukan hanya kau dan aku yang akan
jatuh, dan juga bukan hanya dia yang akan ikut jatuh. Tetapi, semua. Keluarga
ku dan Keluarga Gonzela.”
Entah itu ancaman atau bukan. Tapi yang jelas, Hayden
juga tidak akan mau bertindak sendirian. Sejak dari pagi dia gemetar. Bahkan
sebenarnya Hayden berniat tidak masuk sekolah. Tapi dia takut absen nya akan
menjadi kecurigaan. Hayden terus menyembunyikan kedua tangan nya di balik saku
celana nya. Hal itu karena saat ini kedua tangan nya terus bergetar. Dan juga terasa
dingin jika disentuh. Dari luar, Hayden dan Clara terlihat sama. Mereka
terlihat biasa saja, bahkan terlalu biasa saja untuk hari yang sial ini. Tetapi
di dalam, mereka sungguh hancur lebur.
“Hayden!” teriak Zach dari lorong utama sekolah. Zach
melambai-lambaikan tangan nya agar bisa dilihat Hayden. Hayden tau jika Zach
pasti belum tau soal ini semua. Hanya butuh beberapa kata untuk mengubah senyum
di wajah Zach menjadi sama seperti seluruh murid di sekolah hari ini. Dan demi
apa pun, Hayden tidak mau melakukan itu, tapi tidak ada cara untuk menghindari
kabar duka ini.
“Apa kabar mu Zach?” tanya Hayden basa-basi. Kau tau
momen ketika seseorang takut untuk membicarakan sesuatu, sehingga orang
tersebut terus mengulur-ngulur waktu dengan percakapan yang tidak ada artinya?
Yap, itu yang dilakukan Hayden.
“Cukup baik dan cukup ngantuk. Kau? Ngomong-ngomong
apa yang terjadi hari ini? Study tour?
Persami? Atau?” Zach terus menatap mata Hayden sambil menunggu jawaban nya. Oh,
Zach andai dia tau apa yang akan ia dengar. Senyun itu tidak akan pernah muncul
hari ini.
“Kau harus tau sesuatu. Marsella ditemukan bunuh diri
di kamar nya hari ini, Zach, jika kau perlu teman untuk berbicara, aku ada di
sini, kau tau?” jawab Hayden
Zach awalnya tidak bereaksi. Sampai akhirnya ia
melihat ke sekeliling. Banyak orang yang berbicara, ada yang terlihat sedih,
ada yang terlihat tidak percaya, sambil menggeleng-gelengkan kepala nya.
Seketika bagi Zach, semua suara di sekeliling nya memudar. Hati nya tidak
berdebar kencang, dan ia tidak berkeringat, maupun bergetar. Tapi rasanya untuk
bernafas saja berat. Zach sungguh merasa jika ia akan meledak sebentar lagi.
Semua yang ia rencakan hari ini berubah total, atau bisa dibilang Zach yang
tadinya akan menghindari Marsella akan benar-benar menghindari Marsella. Entahlah
semua nya sekarang mendadak berputar-putar bagi Zach. Tidak ada perasaan yang
tepat untuk mendeskripsikan perasaan nya sekarang. Zach sendiri tidak tau apa
yang sekarang ia rasakan. Baru kemarin malam mereka bersama, dan semua berubah
sangat cepat esok pagi nya.
“Bangsat! Kemarin kami baru mengobrol bersama...
kenapa? Anjing!,” teriak Zach penuh amarah. Hayden memeluk Zach. Berusaha
menenangkan hati teman nya. Clara masih tidak bergerak dari posisi nya. Ia
hanya melihat dan juga bertanya-tanya, siapa pria yang tampak kesal itu?. Di
sisi lain, Andrew juga memeluk Zach. Zach tidak menangis. Ia hanya bingung,
akan bagaimana semua ini bisa berubah dan terjadi dengan sangat cepat. Bahkan
jika Zach punya kekuatan untuk memutar waktu, untuk bisa menghabiskan waktu
dengan Marsella lagi. Zach akan menolak nya.
“Apa dia sedang mengalami depresi?” tanya Zach pelan
ke Hayden. Entah mengapa pertanyaan itu dilontarkan ke Hayden. Hayden tidak tau
harus jawab apa. Jika bisa dibilang, semua orang tau penyebab meninggalnya
Marsella. Hanya Zach yang tidak tau, dan hanya Zach yang bukan bagian dari
mereka.
“Entahlah Zach, tapi Marsella tidak menceritakan
apa-apa kepada siapa pun. Guru BK kita bahkan juga kaget saat mengetahui soal
ini.” Kalimat itu tidak ada artinya bagi Zach sekarang. Dia bertanya juga hanya
sebatas untuk menenangkan diri nya. Zach terus menarik dan membuang nafas
dengan teratur. Saat ini dia sudah separuh tenang. Walau begitu, rasanya masih
aneh dan sungguh menyedihkan. Yang ada di otak Zach saat ini adalah untuk
mengganti prioritas nya. Dari mencari tau akar dari misteri sekolah, menjadi
apa penyebab Marsella bunuh diri.
Zach memeluk Hayden dan Andrew. “Hei, terima kasih.
Aku sudah tenang sekarang.” Hayden dan Andrew memeluk balik Zach dengan waktu
yang cukup lama. Mereka tau satu, jika Zach memang sudah tenang, tetapi tidak
hati nya. Zach adalah seseorang dengan jiwa pemberontak. Setelah ini dia pasti
akan merencanakan sesuatu.
Sekolah diliburkan. Semua murid pulang ke rumah
setelah pemberitahuan duka dari kepala sekolah dan guru BK. Sudah berhari-hari
Zach tidak pulang ke rumah. Dia tau saat pulang nanti dia akan kena omelan yang
sangat panjang dan akan sangat menjengkelkan. Padahal situasi sedang tidak
mendukung untuk omelan tidak penting ayah nya. Zach berjalan kaki sendiri. Ia
meminta untuk tidak diusik oleh Andrew maupun Hayden. Dia memasukan earphone dan mulai memainkan musik.
Daftar putar lagu yang khusus untuk perasaan ketika ingin sendiri. Terdengar
sungguh klise, tetapi daftar putar lagu itu sungguh manjut untuk mengobati
perasaan seperti ini.
Zach tinggal di apartemen dengan kamar di lantai
paling atas. Dia sebenarnya tinggal sendirian untuk waktu beberapa lama. Tapi
sejak ibu nya meninggal, ayah Zach memutuskan untuk tinggal bersama Zach. Ayah
Zach sungguh bukan orang yang bisa diajak bicara. Ayah Zach amat teramat
menyebalkan, tidak pengertian, dan juga tidak mendukung apa pun pilihan Zach.
Selalu menyalahkan Zach apabila ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak
mereka berdua. Tentu, hal ini membuat Zach kadang kesal maupun depresi, tetapi
tidak ada pilihan bagi Zach. Ayah Zach tetap akan menjadi ayah Zach apa pun
yang terjadi.
“ASTAGA! KAU KEMANA SAJA SIH!? GILA YA, AKU MENUNGGU
MU DARI KEMARIN!” Zach baru masuk dan muncul teriakan yang amat besar dari
ruang tamu. Sungguh, Zach sedang tidak dalam perasaan untuk berdeba, walau itu
adalah kerjaan nya setiap hari dengan ayah nya. Mungkin satu bentakan lagi
untuk membuat Zach lepas kendali. Zach sangat ingin membetulkan bentakan ayah
nya. Karena yang benar adalah beberapa hari yang lalu, bukan kemarin.
Zach masuk ke kamar nya tanpa mengeluarkan kata apa
pun ke ayah nya. Dia menaruh tas nya di lantai dan langsung menjatuhkan diri
nya ke atas ranjang. Dia membekam wajah nya di bantal. Merasa ingin tidur tapi
tidak ingin membuang waktu nya untuk tidur. Ayah nya terus berteriak dari luar
kamar Zach. Ayah Zach, Ferdinand Zebua terus berteriak mengenai hal-hal buruk
soal Zach, berpikir jika mungkin Zach tidak mendengar apa yang ada di benak
nya. Padahal Zach mendengar dengan sangat jelas. Sangat jelas sampai-sampai
rasanya Zach ingin berbalik berteriak dari dalam kamar nya. Zach tidak pernah
berharap mendapat ayah yang baik. Dia hanya berharap jika ayah nya bisa
mengerti diri nya. Terutama pada hari ini. Zach sedang butuh waktu sendiri yang
hening, tetapi ayah nya benar-benar mengubah keheningan yang diinginkan Zach
menjadi kebisingan yang amat teramat.
Ferdinand adalah orang yang terlalu religius. Terlalu
religius sampai-sampai dia mengkesampingkan kebutuhan Zach. Saat Zach sakit,
seharusnya Ferdinand membawa nya ke rumah sakit, tetapi Ferdinand malah hanya
berdoa dan menyuruh Zach untuk terus dan terus berdoa. Ke-religiusan Ferdinand
juga menjengkelkan. Segala hal yang dianggap Zach biasa aja dan normal untuk
remaja di masa kini, dianggap Ferdinand sebagai sesuatu yang berdosa, tidak
baik, dan harus dijauhi. Hal itu menyebabkan Zach tidak terlalu menganggap
Ferdinand lebih dari status nya sebagai seorang ayah. Mereka tidak dekat, malah
sangat terasa asing. Hanya berbicara ketika butuh, dan tidak pernah
mendiskusikan hal-hal kecil, layaknya ayah dan anak. Dan bagi Ferdinand ini
adalah normal. Dia menganggap jika memang begini anak nya. Bahwa Zach sedang
tidak menghindari nya, tetapi memang sifat Zach yang demikian.
Hp Zach berdering. Zach mendiamkan nya. Lalu berdering
lagi. Itu adalah surel dari sekolah, mengenai misa yang akan diadakan malam
ini. Perhatian Zach terfokuskan pada surel itu. Lokasi misa nya berada di
halaman sekolah. Tanpa pikir panjang, Zach segera menghubungi Andrew dan Hayden
dalam satu panggilan. Zach mau hadir dan Zach juga mau mereka berdua untuk
hadir. Zach berpikir, jika mungkin ini adalah langkah awal untuk mengetahui
penyebab meninggal nya Marsella.
“Kalian sudah menerima surelnya?” tanya Zach yang sambil bergerak untuk mencari pakaian yang pantas untuk misa.
“Sudah, kau ingin pergi?” jawab dan tanya Andrew yang terlihat sedang menggunakan masker teh hijau nya.
“Aku akan pergi, kalian?” jawab Hayden yang terlihat sedang berada di dalam pancuran.
“Bagus. Mari bertemu di sekolah. Kau harus datang
Andrew.” Zach langsung mematikan telepon nya. Dia memilih kemeja hitam pas
lengan pendek dengan tali yang menggulung di bagian leher nya. Serta bretel
yang juga berwarna hitam. Zach lekas pergi begitu ia selesai mandi. Zach pergi
melalui tangga darurat yang terhubung dengan kamar nya. Zach sering melakukan
hal ini ketika ia sedang tidak ingin bertemu dan berbicara dengan Ferdinand.
Dan membuat Ferdinand kemudian mengeluhkan soal tangga darurat dan meminta
pihak apartemen untuk segera menghilangkan nya.
Sore hari seharusnya belum saat nya bagi lampu sekolah
untuk dinyalakan. Apa lagi dinyalakan dalam kondisi remang-remang seperti ini.
Sekolah sudah ramai. Seluruh murid hadir untuk misa Marsella, dan semua dari
mereka menggunakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki. Anak dari kelas
Marsella masing-masing membawa mawar merah dan ketua kelas mereka membawa
figura dengan foto Marsella di dalam nya. Zach sendiri berusaha untuk mencari
Andrew dan Hayden. Serta juga mencari tau di mana kedua orang tua Marsella.
Karena orang dewasa yang bisa dilihat Zach hanyalah para guru, pekerja, dan
romo.
Andrew bersama Hayden berjalan bersama menghampiri
Zach. Hayden memegang sepucuk kertas yang ia pegang dengan jari telunjuk dan
tengah nya. “Mereka menemukan ini di kamar Marsella. Baju mu dan kertas yang
ditujukan kepada mu.” Zach mengambil kertas itu. Dia langsung membuka lipatan
nya dan membaca nya sekarang di depan Andrew dan Hayden. Hati nya berdebar
karena sangat penasaran apa isi nya.
Maaf kan aku Zachary. Tapi seharusnya surat ini tidak
pernah ada. Tapi aku merasa jika ini semua tidak adil. Hidup memang brengsek
dan tidak adil. Tapi dan tapi lagi, setidaknya aku ingin apa yang ku pilih bisa
merubah sesuatu.
Satu permintaan setelah kematian ku. Awasi Clara Mara. Dia
adalah penghubung mu dengan kematian ku, Zachary. Jangan beritau apa isi surat
ini kepada siapa pun. Siapa pun teman mu, jangan percayai mereka, percayai diri
mu saja untuk saat ini.
Maaf sudah melibatkan mu pada masalah ini. Tapi Zachary,
masalah ini jauh lebih dalam dari pada yang kau pikirkan. Ini bukan hanya bunuh
diri seorang gadis kaya SMA. Ini adalah revolusi, dan juga memang, bunuh diri
seorang gadis kaya SMA.
Terima kasih, Zachary, aku berhutang.
Marsella Gonzela
Zach tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia
bingung atas apa yang baru ia baca. Rasa-rasanya seperti ia baru saja terlibat
dalam suatu kasus dan drama yang besar. Tapi Zach tau betul maksud Marsella
untuk tidak memberitau isi surat ini pada siapa pun. Zach langsung mengikuti
perintah Marsella, bahkan sebelum dia tau apa maksud Marsella yang sebenarnya.
Zach menelan ludah nya, dan mulai saat ini ia berkomitmen. Untuk menemukan akar
di balik ini semua.
“Apa isi suratnya?” tanya Andrew. Hayden melipat
tangan nya di depan dada. Ia seperti menunggu jawaban Zach. Zach bukan orang
yang bisa berbohong. Sejak SMP rasanya dia berubah menjadi orang yang sungguh
jujur, dan hanya Ferdinand yang selalu ia bohongi. Berbohong kepada Andrew dan
Hayden adalah perkara yang mudah, tetapi saat tidak enak untuk dilakukan.
“Surat soal baju ku. Ia bilang tidak usah khawatir.” Zach berbicara sambil
menatap kedua mata Andrew dan Hayden. Zach tidak suka berbohong, tetapi sekali
nya ia berbohong, ia adalah permbohong yang hebat.
Mereka bertiga berjalan menuju aula sekolah. Di sana
semua lampu sudah padam. Hanya lilin-lilin yang dinyalakan. Semua kursi di
dalam aula sudah penuh. Sehingga Zach, Andrew, dan Hayden berdiri dan mengikuti
misa nya dari luar aula. Zach memilih untuk tidak memikirkan mengenai surat itu
sekarang. Dan hanya fokus kepada misa. Tepat sebelum bisa benar-benar dimulai,
kepala sekolah mengumumkan jika kedua orang tua Marsella tidak hadir malam ini,
dan tidak ada keluarga Marsella untuk misa malam ini. Sekarang setelah bunuh
diri Marsella, absen nya kedua orang tua nya menjadi pembicaraan di kalangan
sekolah.
“Kita langsung saja ke inti nya. Nama ku Zachary Zebua. Aku ke sini untuk bersaksi mengenai
kasus bunuh diri Marsella. Itu bukan lah bunuh diri, itu adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh Fernando Germanotta.” Zach menatap kedua mata petugas dengan
tajam dan kuat. Petugas perlu beberapa detik sebelum bisa menjawab pernyataan
Zach. Biasanya, ketika orang berbohong, orang tersebut tidak bisa menatap mata
lawan bicara nya. Petugas tau itu, dia sudah berulang kali berurusan dengan
orang-orang seperti itu. Tapi Zach berbeda. Tatapan nya jujur.
“Atas dasar apa? Jika kau punya bukti, mohon tunjukan kepada kami.” Petugas melipat tangan nya
di meja. Semua tersangka yang sudah ia interograsi mempunyai cara mereka
sendiri untuk bisa menutupi fakta yang ada. Dan jika ini terus berlanjut sampai
tersangka terakhir, maka Fernando Germanotta akan ditetapkan sebagai pelaku.
Zach tidak punya bukti yang menunjuk kepada Fernando. ‘Bukti’ yang mereka persiapkan belum siap.
Kunci utama kesuksesan mereka adalah tahap interograsi ini. Seberapa kuat
mereka bisa meyakinkan petugas. Semakin mereka berhasil membuat petugas yakin,
semakin lama waktu yang didapat Clara untuk mengubah sesuatu yang ia miliki
menjadi butki untuk menjerumuskan Fernando.
“Jika bisa mari kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu
Zachary?”Zachary menatap petugas dengan senyum. Senyum yang benar-benar terlihat
menyebalkan. Karena memang Zach merasa sebal terhadap pertanyaan itu. Bukankah
semua sudah jelas? Apa yang terjadi malam itu seharusnya adalah bukti kuat
untuk menjatuhkan Fernando. Apa yang terjadi pada malam itu seharusnya sudah
sangat jelas.
“Ledakan, yang terjadi adalah ledakan.”
Misa selesai. Beberapa orang masih ada yang tinggal di
sekolah untuk acara makan malam bersama. Kondisi lampu masih remang-remang, dan
malam saat itu terasa dingin. Zach duduk di kursi yang menempel dengan dinding
di pojok sekolah. Mata nya terfokus pada aula. Masih banyak kursi kosong
sebenarnya jika Zach ingin ikut. Tapi saat ini, dia sedang tidak ingin makan
bersama murid lain nya. Dia ingin pulang dan membaca surat nya, tapi dia juga
tidak mau berpisah dari keramaian ini.
Fernando keluar dari aula. Mulut nya masih
mengunyah-ngunyah. Dia kelihatan sangat terburu-buru menuju toilet. Zach
terfokus kepada Fernando, karena di belakang nya ada Hayden yang belari menuju
ke arah Fernando dengan kepalan tangan seperti ingin meninju. Diikuti Andrew
dan Clara yang juga berlari berusaha menahan Hayden dari belakang. Zach segera
berlari berusaha menghentikan Hayden, walau Zach tidak tau apa yang terjadi.
Satu tinju melayang menghantam pipi Fernando. Nasi dan
lauk yang masih dikunyah di mulut nya langsung terhempas keluar. Fernando
terlihat sedikit linglung. Berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi
terhadap diri nya. Hayden mengepal tangan nya lagi. Kali ini Hayden ingin
melayangkan tinju kedua nya. Zach segera menahan Hayden. Clara dan Andrew
membantu Zach dengan menarik Hayden mundur.
“Bangsat! Mana tanggung jawab mu Fernando!!!?” Banyak
orang yang langsung tertuju pada mereka saat itu. Guru-guru dan romo langsung
keluar dari aula untuk melihat apa yang terjadi saat itu. Fernando yang saat
itu baru kembali kesadaran nya langsung berlari ke arah Hayden untuk membalas
tinju nya. Zach dengan sigap menahan badan untuk Hayden. Tinju melayang ke
tangan kanan Zach dan Zach berhasil menahan nya, namun Fernando adalah orang
yang jago bela diri. Fernando menghantam balik ke sebelah kiri Zach. Zach
terjatuh.
Andrew terpancing begitu melihat sahabat nya ditinju
Fernando. Andrew melepas tubuh Hayden dan meninggalkan Clara sendiri untuk
menahan Hayden agar tidak ikut campur lagi. Andrew berlari ke arah Fernando dan
meninju nya sekali, dua kali, dan tiga kali. Tapi tidak cukup untuk membuat
Fernando jatuh. Fernando masih berdiri dalam kuda-kuda nya. Kedua tangan nya
berada di depan bersiap untuk menghantam lagi. Dan darah segar mengalir dari
kening, hidung, dan mulut Fernando.
Clara melepas tubuh Hayden, agar Hayden bisa membantu
Zach berdiri lagi. Kepala Zach rasanya sangat pusing. Sekeliling nya terasa
berputar-putar dan dia sangat ingin tidur sekarang. Clara maju ke samping
Hayden. Sekarang empat melawan satu. Banyak guru langsung maju untuk memisahkan
mereka. Sekarang, guru-guru itu terlihat seperti sekelompok badut. Mereka
sungguh telat, karena perkelahian nya sudah selesai bahkan sebelum mereka
datang untuk memisahkan.
Mereka ber-empat langsung pergi keluar dari sekolah.
Mereka duduk di sebuah halte bus yang tidak ada seorang pun, kecuali mereka
ber-empat. Zach mengelus-ngelus pipi nya yang terlihat biru. Clara lalu pergi
ke warung kecil di belakang halte, dan kembali dengan es yang ia taruh di sapu
tangan nya dan sebotol soda. Clara menepuk-nepuk pipi Zach dengan sapu tangan
nya. Zach mengedipkan mata nya berkali-kali ketika kulit nya yang biru
bersentuhan dengan es.
Hayden menghela nafas panjang dan membuang nya. Ia
mengacak-ngacak rambut nya. Dan mendongkakkan kepala nya ke atas . Tidak ada
dari mereka yang mau berbicara. Terlebih Zach. Dia tidak mau tau apa yang
terjadi untuk sementara. Terlalu banyak yang terjadi malam itu, dan semua
bergerak terlalu cepat. Terlalu sedikit pula waktu yang Zach miliki, sebelum
malam itu berakhir.
Clara membuka botol soda yang tadi ia beli. Ia meminum
nya sedikit, lalu memberi nya pada Zach. Lalu bergilir terus sampai tiba di tangan
Andrew dan habis. Jika beberapa hari yang lalu Zach tidak bertemu dengan Hayden
mungkin malam ini hanya akan ada Zach dan Andrew. Lalu jika Zach tidak bertemu
dengan Marsella malam itu, mungkin tidak akan ada Clara di sini. Entah
bagaimana, mereka ber-empat bisa dipersatukan karena masalah ini. Malam ini,
mereka ber-empat tidak merasa seperti orang asing. Mereka merasa seperti harus
menjaga satu sama lain. Jika salah satu dari mereka jatuh, maka mereka semua
akan menarik orang itu agar tidak ada yang jatuh. Maka, dimulai lah kisah tahun
ajaran baru di SMA Elizabeth. Mulai hari ini dan seterus nya, hidup mereka
ber-empat akan jauh dari kata normal.
“Zachary, mengapa menurut mu Fernando Germanotta bisa berbuat demikian?” tanya petugas yang masih
bersikeras mendapat jawaban dari Zach. Zach sendiri malah tertarik, dan
berharap agar petugas bisa melontarkan lebih banyak pertanyaan. Semakin banyak
Zach menjawab, mungkin semua ini akan semakin cepat selesai juga.
“Apa kalian bercanda? Semua pertanyaan yang kalian tanyakan dari tadi sudah jelas jawaban
nya. Fernando berbuat demikian, karena Marsella berniat melaporkan Fernando.
Bahwa Fernando memperkosa Marsella.” Jawaban ketiga yang petugas terima, dan
ketiga jawaban dari tiga orang yang berbeda itu sama.
Petugas mengambil hp nya. Dia terdiam sebentar. Seperti jika dia sedang akan membuat keputusan
yang kritis bagi keadaan yang sekarang. Dia terlihat ragu untuk menekan tombol
telepon. Dia lalu menekan tombol telepon itu, dan mendekatkan hp ke telinga
nya. Beberapa saat itu kemudian dia berbicara. “Bawa Fernando Germanotta ke
sini sekarang. Pindahkan jadwal interograsi Andrew Edden dan ganti menjadi
Fernando Germanotta.”
“Interograsi kita belum selesai. Aku akan memanggil mu lagi saat aku butuh jawaban lebih. Untuk
saat ini, pulang lah dulu dan istirahat lah. Ini adalah minggu yang berat bagi
kita semua.” Zach lalu pergi membuka pintu dan mengucapkan terima kasih dan
selamat malam. Zach mengambil jaket kanvas merah nya itu dari stand hanger di
kantor polisi. Zach membuka payung nya. Malam itu gerimis. Kota Aseline belum
juga tidur. Banyak sorot lampu dari mobil dan motor yang menerpa sisi jalan
Zach berada.
Zach sedang tidak berjalan pulang ke rumah. Dia sedang menuju ke kedai kopi dekat dari kantor
polisi. Andrew dan Hayden serta Clara sedang menunggu Zach di sana. Dan di sana
mereka akan mendiskusikan rencana mereka selanjut nya. Hujan yang semula
gerimis berubah menjadi deras. Lubuk hati Zach dari tadi, dari sejak
meninggalkan kantor polisi sangat berapi-api. Dia sangat ingin keadilan bagi
Marsella, tetapi dia juga tidak ingin teman-teman nya jatuh. Mengambil
keputusan untuk menutupi kejadian yang sebenarnya sungguh membuat Zach muak
terhadap diri nya. Dia merasa terlibat dalam rangkaian manipulasi ini, padahal
sebenarnya tidak. Zach adalah satu-satu nya orang dari mereka yang tidak tau
menau soal apa yang terjadi. Sampai beberapa hari yang lalu. Zach berhasil
menyusun segala kerangka yang terjadi. Zach tau apa yang sebenarnya terjadi,
bahwa teman-teman nya terlihat. Dan jika Zach memilih untuk mengejar keadilan
demi gadis yang bahkan tidak ia kenal, maka seluruh teman-teman nya akan jatuh
menjadi pelaku.
Pemilihan sepihak ini adalah hal berat bagi Zach. Menggerogoti batin Zach. Maka dari itu, Zach
akan berbuat apa saja agar kasus ini bisa cepat selesai. Dan teman-teman nya
bisa aman dari ancaman pidana.
Zach sampai. Kedai Kopi TehEh. Andrew, Hayden, dan Clara terlihat sedang duduk di bagian yang
bersofa. Belum ada cangkir kopi di meja mereka. Dan Hayden melambaikan tangan
nya ke arah Zach untuk menyuruh nya masuk. Lagi, mereka berkumpul ber-empat,
tapi dalam kondisi dan suasa yang sungguh kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments