TINTA HITAM #2, CLARA MARA

“Semua sudah siap?” tanya Clara yang tampak letih. Lingkaran hitam tampak jelas di bawah

mata nya. Ini mungkin adalah pertama kali nya seorang Clara Mara terlihat letih

dan kacau.

“Mereka memanggil Fernando. Sekarang, tinggal Andrew dan ku rasa semua akan selesai.” Zach

membuang nafas panjang lalu menaruh kepala nya di meja. Kedai itu sangat pekat

dengan wangi kopi. Udara hujan yang dingin, dan AC yang juga dingin benar-benar

membuat Zach ingin tidur di sana.

“Beberapa hari lagi. Kita bisa melalui ini semua, bersabarlah.”

“Semua sudah siap?” Clara kaget. Ia sedang tidur di

kelas saat orang yang duduk di sebelah nya memanggil nama nya berulang kali.

Dia adalah Santriz Rosmichelle, sahabat Clara yang sama sekali tidak tau

apa-apa soal kebenaran dari kehidupan Clara Mara. Mereka sedang dalam pelajaran

Ibu Ros Zebua, kakak Zach yang juga mengajar sebagai guru. Pelajaran yang

terkenal karena santai dan bebas nya. Banyak orang yang karena itu tidak

terlalu menghargai Ros, tapi tidak bagi Clara. Clara adalah teman bicara Ros.

Selain tidak dekat dengan guru lain, Ros tidak punya siapa-siapa untuk diajak

bicara kecuali Clara dan Zach. Dan belakangan ini, pikiran Clara benar-benar

dibuat berputar akibat kejadian yang menimpa Marsella.

“Ya, ku rasa. Kita hanya perlu buru-buru pulang dan

pergi menonton. Aku benar-benar butuh tidur panjang setelah itu.” Clara melipat

tangan nya di meja lalu menaruh kepala nya di atas tangan. Dia berusaha kembali

tidur lagi. Sebenarnya Clara sedang tidak ingin pergi menonton. Bukan karena

Santriz, hanya saja Clara merasa dia sedang tidak ingin berbuat apa-apa. Bahkan

pulang ke rumah rasanya juga menyebalkan untuk dilakukan. Clara tidak mau

bertemu ayah dan ibu nya. Oleh karena itu sekarang Clara tinggal bersama kakek

dan nenek nya yang juga tinggal di Aseline.

“Uhm, sebenarnya kita tidak akan berbuat apa-apa hari

ini. Tetapi ada perintah dari kepala sekolah. Cari pasangan kalian, lalu

kerjakan soal percobaan ujian nasional ini.” Banyak orang yang berteriak ke Ibu

Ros, dan Clara hanya diam dan berusaha tidur. Ia bahkan tidak mencoba untuk

mengajak Santriz. Tidak hari ini, tetapi minggu ini, adalah minggu yang sial

dan brengsek bagi Clara. Bunyi suara meja yang digeser memenuhi ruangan, dan

tidak ada yang mengajak Clara bergabung. Santriz terlihat bingung terhadap

Clara. Tepat sebelum Santriz mengajak Clara berbicara, Zach datang ke meja

Clara. Zach menatap Santriz dengan tatapan memohon, dan Santriz yang tidak tau

apa-apa hanya mengangguk.

“Kau sudah punya pasangan?” tanya Zach yang berdiri

tepat di samping Clara dan berpura-pura bertanya padahal Zach sudah tau jawaban

nya. “Kelihatan nya tidak. Hei Santriz?” jawab Clara yang masih dalam posisi

tidur, sehingga suara nya terdengar tidak begitu jelas.

“Ku rasa aku akan berpasangan dengan Jorge! Maaf

Clara!” teriak Santriz yang sedang menggeser meja nya untuk menyatu dengan Jorge.

Clara langsung bangun dan melirik ke arah Santriz. Jorge juga terlihat bingung.

Dia hanya melambai-lambai ke arah Zach dengan tatapan yang sedikit canggung. Zach

mengangguk-angukkan kepala nya, meminta Jorge untuk bekerja sama.

“Wah, wah. Dan kau sudah membawa kursi dan meja mu

sendiri. Sebuah persiapan yang sungguh menarik Zach. Baiklah kita berpasangan.”

Zach menaruh lembaran percobaan ujian nasional di meja nya. Lalu duduk di

samping Clara. Satu hal yang Zach tidak sadari pada saat malam itu, di mana

mereka ber-empat duduk bersama adalah wangi rambut Clara. Ia sungguh wangi.

Sebelum semua ini, Zach tidak pernah dekat, bahkan berbicara dengan Clara. Zach

adalah orang yang pendiam dengan teman dan kelompok nya sendiri, dan begitu

juga dengan Clara. Atau malah lebih tepat nya, seluruh isi kelas Zach dipenuhi

dengan faksi-faksi dengan cara dan aturan yang berbeda-beda. Sangat sulit

merubah pertemanan dan kelompok jika semua orang sudah masuk pada suatu

kelompok tertentu.

Zach ingin memulai obrolan dengan pertanyaan yang dari

tadi ingin ia tanyakan, dan sekaligus menjadi tujuan Zach berpasangan dengan

Clara. Tapi, jelas rasanya tidak enak untuk langsung bertanya seperti itu dan

berbasa-basi bukan keahlian Zach. Clara dari tadi fokus terhadap lembaran soal,

dan Zach terlihat sungguh frustasi. “Ternyata benar, kau sungguh payah dalam

mengobrol.” Zach tertawa dan juga Clara. Itu adalah fakta yang tidak bisa Zach

singkirkan.

“Wah, terima kasih. Aneh, kita sama sekali jarang

berbicara selama ini.” Zach merogok kantung celana nya dan mengeluarkan oreo.

Zach mengulurkan tangan nya yang sedang menggengam sebungkus oreo ke arah

Clara. Clara mengambil nya dan langsung melahap nya sekaligus. “Kau tertarik

menjadi teman ku, Zach?” tanya Clara dengan datar, dan dengan senyum nya yang

khas. Terlihat arogan tetapi masih bisa disebut rendah hati.

“Bagaimana jika ku jawab iya?” Entah apa yang terjadi

pada Zach, tetapi hari ini dia bisa selancar ini menggoda. Zach tidak panik

atau takut atau cemas atau apa pun itu yang biasa muncul di pikiran nya pada

saat-saat seperti ini. Zach lancar dan hanya mengikuti arus. Clara tersenyum

manis, begitu juga dengan Zach. “Bagaimana jika ku bilang jika kau sebenarnya

seksi Zach?”

Zach meraih tangan Clara yang ada di atas meja. Dia

menaikkan bibir kanan nya dan tersenyum sambil menggigit bibir bawah nya. Clara

sekarang merasa apa yang baru saja ia katakan, bahwa Zach memang seksi jika dia

sedang ingin tampil seksi. “Kau terlihat cantik pagi ini,” ucap Zach yang

membuat Clara hampir hilang tampilan ke-angkuhan nya.

“Sebaiknya kita kerjakan soal ini dulu.” Clara

melepaskan tangan Zach dan kembali pada posisi duduk kaku nya. Ia kembali fokus

pada kertas yang ada di atas meja, tapi walau begitu, dia masih memikirkan yang

tadi. Clara tidak bodoh, dia pintar, cerdik, dan licik. Dia tau apa dan kenapa

Zach mendekati nya, tapi biar begitu, Clara hanya ikut bermain dengan permainan

apa pun yang sedang dimainkan Zach.

Sementara itu, Santriz dan Jorge terus memperhatikan

mereka berdua dari tadi. Lembar mereka belum tersentuh sama sekali. Zach yang

hanya terlihat bergaul dengan sesama atlit cowok dan Clara yang biasa bergaul

dengan Santriz dan Marsella. Tiba-tiba mereka bisa duduk berdua dan mengobrol

dengan sangat lancar. Jorge yang bahkan cuek langsung ingin tau apa yang

terjadi di antara mereka berdua. “Kau sibuk malam ini Jorge?” tanya Santriz

yang mata nya masih berada di Clara.

“Tidak. Tunggu, aku tau apa yang ada di pikiran mu,”

jawab Jorge yang juga sedang memandang Zach. Ibu Ros sadar akan dua kelompok

aneh itu dari tadi, dan memilih untuk membiarkan nya saja. Lagi pula ini SMA

kan?

“Kencan ganda, sore ini jam 5 ikut kami nonton. Clara

pasti akan mengajak Zach.” Jorge langsung memandang Santriz. Ini bukan hal yang

juga dipikirkan oleh Jorge. Jorge mengira mereka bakal bertanya-tanya pada

mereka berdua pada jam istirahat. Jorge tidak dekat dengan Santriz, Clara,

maupun Zach, dan bagi Jorge ini adalah sebuah bencana sosial jenis canggung

luar biasa. Tapi rasa penasaran Zach melebihi pikiran rasional nya. Ia kembali

menghadap ke arah mereka berdua dan menjawab iya pada ajakan Santriz.

“Kita sedang dipandang loh.” Clara menyikut perut Zach

dengan pelan. Zach reflek dan menyentuh sikut Clara sebelum menyentuh perut

nya. Zach, dengan posisi kepala nya yang diam melirikkan mata nya ke arah

Santriz dan Jorge. Ku rasa aku lupa menyebut salah satu keahlian Zach. Dia jago

melirik. Clara tertawa saat melihat bola mata Zach yang terlihat aneh dari

sudut pandang nya. “Wah kau benar. Kita sedang dilirik, tapi tenang aku

membalas lirikan mereka tanpa ketauan. Sekarang kita impas.”

Clara cekikikan. Dia tidak pandai menutup tawa nya.

Tapi agar Santriz dan Jorge tidak sadar kalau mereka sedang dibicarakan juga,

Clara berpura-pura sambil menyikut-nyikut Zach agar terkesan kalau mereka

berdua sedang tertawa karena lawakan aneh. “Baiklah, kau mau ikut nanti malam?

Nonton, bersama dengan Santriz dan juga ku rasa bersama dengan Jorge.” Zach

mengangguk-angukkan kepala nya dan tersenyum manis seperti anak anjing ke

Clara. Untuk menambah kepura-puraan yang tadi Clara lakukan, Zach mengelitik

perut Clara sampai Clara tertawa layak nya orang gila. Semua orang melihat ke

arah belakang, tempat mereka duduk. Sedangkan Ibu Ros hanya melihat dari depan,

dan tetap membiarkan saja. “Sampai ketemu nanti sore, ku rasa?” ucap Clara

sambil memandang Zach.

“Ya, ku rasa, hm?” jawab Zach yang sebenarnya tidak

terasa seperti sebuah jawaban dan juga tidak terasa seperti sebuah pertanyaan.

Mereka kemudian melanjutkan mengerjakan soal yang masih sedikit tersentuh itu.

Hingga waktu nya bel berbunyi, Zach pergi dari kelas. Santriz akhirnya duduk

kembali bersama Clara dan mulai bertanya-tanya apa saja yang baru mereka

lakukan. Hayden dan Andrew datang menghampiri Zach di kolam renang. Dan,

sekarang tersisa Jorge Loscamilo. Begini, Jorge adalah jenis orang yang punya

banyak teman, tetapi tidak punya teman dekat. Kedekatan sebentar nya dengan

Santriz membawa nya pergi meninggalkan realita nya yang sebenarnya, dan kini

Jorge kembali ke realita asli nya. Jorge menarik nafas panjang dan dengan

keputusan cepat yang ia buat ia segera berdiri dan mengejar Zach.

Di kolam renang hanya ada Zach, Hayden, dan Andrew.

Murid SMA Elizabeth memang tidak terlalu sering menggunakan kolam renang

sekolah. Mayoritas murid Elizabeth adalah pemain atau tidak, atlit klub voli.

Hal itu membuat kolam renang yang luas nya seluas lapangan ini sepi, dan hanya

digunakan oleh kelompok Zach. Yah, kelompok yang awal nya hanya dua orang ini

bertambah menjadi tiga, dan sepertinya akan bertambah lagi menjadi empat. “Hei!

Aku boleh ikut?” teriak Jorge yang berlari dari pintu masuk. Kedua tangan nya

bertumpu pada lutut nya, dan dia menarik-membuang nafas dengan cepat. Hal itu

karena jarak kelas dan kolam renang sangat, sangat, dan sangat, jauh. Kolam

renang Elizabeth berada di gedung khusus yang berada di luar gedung sekolah.

“Tentu saja, siapa nama mu?” tanya Hayden. Andrew

memandang Zach, dan Zach membalas pandangan Andrew dengan wajah yang sama

bingung nya. Baik Andrew dan Zach, mereka berdua kenal Jorge. Mereka hanya

keget, tiba-tiba Jorge memutuskan bergabung dengan mereka. Sudah lewat dua

tahun lebih sejak awal masuk SMA, dan ini adalah pertama kali nya mereka punya

interaksi yang sungguhan. “Jorge Loscamilo. Kau?” tanya Jorge yang mulai

melepaskan kemeja nya. “Hayden Haranta. Cukup Hayden, dan salam kenal!” Hayden

langsung menjatuhkan diri nya dalam air. Cipratan nya mengenai celana Jorge

yang belum ditanggalkan. “Maaf Jorge!”

Jorge segera melepaskan celana nya dan langsung

menjatuhkan diri nya ke dalam kolam. Sekarang cipratan nya mengenai tubuh Zach

dan Andrew yang masih berdiri kebingungan. Zach pun tertawa akan kebingungan

nya dan langsung ikut berenang bersama dengan Andrew. Air kolam terasa segar

dan dingin, dibandingkan dengan suasa Aseline yang sangat panas sekarang. Zach

tiba-tiba naik ke pundak Andrew. Andrew reflek memegang kedua kaki Zach dengan

stabil agar Zach tidak jatuh. Hayden dengan cepat melihat pergerakan Zach, dan

bagai jika ini sebuah pertempuran. Hayden menyuruh Jorge naik ke pundak nya.

Jorge langsung naik ke pundak Hayden, dan pertarungan kolam di selang istirahat

dimulai. Zach mendorong Jorge dengan sekuat tenaga. Dan Andrew serta Hayden

berusaha menahan bobot kedua orang yang sedang berdorong-dorongan itu agar

tidak jatuh. Otot-otot tangan Zach menguat. Urat-urat Jorge menonjol keluar.

Entah bagaimana, pertarungan ini menjadi serius. Pertarungan dimenangkan oleh

Zach dengan menjatuhkan Jorge dan Hayden ke dalam kolam.

“Astaga! Tadi seru gila!,” sahut Andrew kencang. Dia

keluar dari kolam dan langsung tiduran di lantai. Nafas nya benar-benar

berantakan. Disusul Zach, Jorge dan Hayden yang juga ikut keluar dari kolam.

Hayden mengambil handuk-handuk dari kamar ganti laki-laki, dan melemparkan nya

ke tubuh mereka semua yang sedang berbaring di lantai. “Kalian melakukan ini

setiap hari?” tanya Jorge penasaran. Jorge benar-benar merasakan keseruan dan

kesenangan luar biasa selama lima menit barusan. “Berenang? Beberapa hari dalam

seminggu. Kalau dorong-dorongan tadi tidak pernah. Permainan tadi butuh empat

orang, sedangkan kami hanya bertiga. Selamat datang di klub membosankan,

Jorge.” Hayden membantu mereka semua berdiri. Dan segera mereka kembali ke

kelas karena bel sudah berbunyi. Andrew meminjamkan jaket nya ke Jorge karena

seragam nya yang basah total akibat Hayden. Jam pelajaran selanjutnya adalah

pelajaran matematika, dan juga akan menjadi pelajaran terakhir hari ini.

Zach sedang duduk di kursi kayu karatan yang ada di

depan parkiran motor SMA Elizabeth. Jorge akan menjemput nya ke rumah Santriz.

Bagaimana Jorge bisa tau rumah Santriz? Tidak ada yang pernah tau, tapi yang

pasti, Jorge adalah pengfahal jalan terbaik yang bisa ditemukan di Aseline. Ini

semua terasa sedikit aneh. Karena hal serupa baru terjadi beberapa hari yang

lalu, tapi semua terasa benar-benar lama dan berubah total. Seperti jika hal

itu tidak pernah terjadi dalam hidup Zach. Marsella duduk di kursi ini, pada jam

yang sama, dan juga sedang menunggu.

Jorge datang dengan sepeda. Sepeda berwarna hitam,

merah, dan kuning yang tampak tua, dan dengan tempat duduk di belakang. Zach

menepuk jidat nya dan lalu, dahi nya tampak berkerut seraya melihat sepeda itu.

Zach tidak tau jika masih ada yang menggunakan sepeda ke sekolah, apalagi anak

SMA. Dan lagi sepeda itu terlihat terlalu pendek untuk Jorge dan Zach. Zach

segera berdiri dari kursi nya. Bukan karena ia ingin bertemu Jorge dengan

cepat, dia hanya merasa jika dia tetap duduk dan memanggil Jorge dari kursi ini

maka semua akan terasa lebih mirip pada saat waktu itu. Zach ingat dengan apa

tujuan dia melakukan ini semua sekarang. Dia ingin mengetahui kebenaran nya.

Oleh karena itu tidak ada waktu untuk memikirkan masa lalu.

“JORGE!” teriak Zach sambil menghampiri Jorge. Zach

menggunakan kaos tanpa lengan berwarna putih yang pas ke tubuh nya. Dengan

celana jin hitam panjang yang robek di bagian lutut nya. Sedangkan Jorge

menggunakan kaos hitam dengan overall putih. “Aku tidak menggunakan motor,” ucap Jorge dengan tawa kecil dan senyum

canggung. Dia lalu menepuk-nepuk tempat duduk yang terbuat dari besi itu. Zach

naik, dan awal nya terasa aneh. Sudah tiga tahun Zach tidak pernah menggunakan

sepeda lagi. Rasanya seperti takut jatuh, tapi lama kelamaan menjadi terbiasa

dan lalu ingatan SD dan SMP Zach yang menggunakan sepeda naik ke permukaan

lagi.

“Ngomong-ngomong, nama ku seharusnya disebut dengan

Horhe. J dibaca H. Ayah ku adalah orang Spanyol, ku harap kau mengerti hubungan

nya.” Zach baru sadar jika nama Jorge adalah Jorge, bukan George. Dia bahkan

tidak pernah tau jika Jorge adalah orang Spanyol. Kulit nya terlihat

putih-coklat. Hanya rambut keriting nya lah yang membuat Zach sekarang sadar.

“Baiklah, Horhe.” Zach tertawa karena rasanya aneh saat mengucapkan nya. Jorge

tertawa, dan rasa nya sepeda semakin bergoyang. Tapi saat sepeda itu bergoyang,

bukan rasa takut yang muncul, tapi tawa yang semakin membesar dari Zach dan

Jorge.

Sementara itu di kantor polisi, Fernando Germanotta datang sendirian. Dia keluar dari mobil

polisi dengan borgol di tangan. Muka nya sungguh berantakan. Lebam bekas tinju

Hayden masih tersisa di wajah nya. Dia tampak marah. Fernando baru saja selesai

mandi, rambut nya masih basah, dan dia langsung ditangkap polisi di rumah nya.

Orang tua nya tidak bisa berbuat apa-apa karena para polisi itu sudah memiliki

surat penangkapan resmi. Fernando belum ditetapkan menjadi pelaku, hanya

sebagai tersangka yang ‘penting’.

Fernando adalah orang ke-empat yang masuk ke ruang interograsi itu mengenai kasus Marsella.

Setelah Hayden, Fernando adalah tersangka yang sangat menarik dan berharga bagi

kepolisian. Ruangan interograsi masih remang. Cat putih kebiruan nya

menimbulkan efek gelap dan dingin di ruangan itu. “Perkenalkan nama ku Johanes

Alex El. Petugas polisi yang bertugas menginterograsi para tersangka dalam

kasus pembunuhan Marsella Gonzela.”

Fernando menatap mata Johanes dengan tajam. Jika ini bukan kantor polisi dan yang di hadapan nya

bukan petugas polisi, Fernando pasti akan menghajar dia sampai babak belur.

“Aku bisa menuntut kalian semua atas pelanggaran hak ku. Katakan, apakah kalian

bisa dengan mudah nya menangkap ku tanpa bukti yang jelas?!” teriak Fernando.

Dia menggebrak meja di depan nya. “Sayang nya Fernando, tiga dari tersangka

lain nya menunjuk mu sebagai pelaku. Dan dengan begitu kami harus mengamankan

mu. Maaf, tetapi bisakah kita mulai interograsi ini?” balas Johanes dengan

tenang. Johanes mendapatkan aura seram dari Fernando. Apalagi saat Fernando

menggebrak meja nya tadi. Ingin rasanya Johanes bilang ke Fernando jika dia

yakin ini hanya tuduhan. Johanes bukanlah pemula dalam kasus seperti ini. Dia

tau betul apa-apa saja yang bisa terjadi. Tapi, kasus Marsella adalah kasus

yang rumit dan unik.

“Pernyataan ini tidak ada hubungan nya dengan Marsella secara langsung. Tapi jawaban mu akan

bisa membantu kami menghubungkan semua nya, dan mencari tau siapa pelaku

sebenarnya. Jadi Fernando jawablah dengan jujur. Apa hubungan mu dengan Hayden

Haranta?”Hati Fernando terasa seperti ditikam oleh banyak pisau. Hati nya jadi

berdebar kencang, dan ia takut akan apa yang mulut nya keluarkan. Fernando dan

Hayden. Mereka berdua akan melakukan apa pun agar tidak ada dari mereka yang

terluka. Bahkan jika itu artinya salah satu dari mereka harus mengkhianati

sahabat mereka. Tapi itu semua adalah masa lalu. Entah apakah Fernando dan

Hayden masih punya pikiran yang sama atau tidak.

Fernando menarik

nafas panjang, dan menjawab pertanyaan itu. “Hayden adalah pacar ku. Dan jika

kalian benar-benar ingin tau siapa yang melakukan ini semua, biar ku bantu.

Clara Mara, Andrew Edden, Hari Haranta, Zach Zebua, Jorge Ray Loscamilo.

Selidiki lah mereka dan mungkin kau akan dapat jawaban nya. Sementara itu,

Hayden tidak bersalah.” Johanes sekarang mendapat gambaran akan apa yang

terjadi pada malam itu. Ini hanya bersifat pemikiran dan nalar Johanes saja,

dan dia juga berharap ini semua tidak benar. Hubungan antara Fernando, Hayden,

dan Marsella adalah kunci utama dalam memecahkan kasus ini, dan Fernando sudah

memberi jawaban nya. Lebih dari itu Johanes tidak peduli jika Fernando dan

Hayden adalah pasangan. Fernando adalah orang yang punya pemikiran terbuka dan

prioritas nya saat ini adalah untuk membawa Hayden lagi kemari secepat nya.

“Bagaimana kau bisa yakin, jika Hayden tidak terlibat? Rekaman kamera menunjukan jika dia pada

malam kejadian itu naik ke rumah Marsella tengah malam. Kami baru mendapat

bukti itu beberapa jam yang lalu” tanya Johanes. Johanes seharusnya tidak

membiarkan Hayden pergi, tapi Johanes tetaplah Johanes. Manusia yang punya

perasaan dan bisa melihat dari mata anak itu.

“Kau punya kekasih Johanes? Kau percaya pada kekasih mu apa pun keadaan nya? Jika aku tidak

percaya dan memihak nya pada keadaan seperti ini maka aku tidak pantas menjadi

kekasih nya Johanes,” Fernando menelan ludah nya. Rasanya sulit bagi nya untuk

berbicara. Apalagi mengatakan hal-hal seperti tadi ke orang asing. Fernando

sangat ingin menangis sekarang. Dia takut dan bingung. Lagi pula, dia hanya

seorang remaja. “Demi apa pun, aku tidak bersalah...”

Supir pribadi Clara lah yang mengantar mereka pergi

menonton. Zach berterima kasih kepada Santriz karena tanpa nya rasanya akan

canggung sekali. Zach duduk bersama Jorge di kursi paling belakang. Lalu Clara

dengan Santriz. Malam ini seharusnya menjadi kencan ganda anak SMA, tapi entah

mengapa Santriz memilih duduk bersama Clara di mobil. Sebelum itu Santriz sudah

berjanji untuk membiarkan Zach duduk bersama Clara saat menonton nanti, tapi

Santriz sekarang sedang ingin membicarakan sesuatu dengan Clara. Selama

perjalanan, Santriz terus berbicara dengan Clara, dan hal itu membuat Zach juga

berbicara dengan Jorge.

“Horhe, kau ikut klub apa di sekolah?” tanya Zach.

Pertanyaan itu resmi menjadi pertanyaan terburuk yang pernah keluar dari mulut

Zachary Zebua. Kau tau, ketika dua pria biasa ngobrol dan salah satu dari

mereka tidak punya kepribadian yang menarik, maka pertanyaan tadi bisa saja

keluar kapan pun.

Jorge tertawa. Dia tidak tau harus jawab apa. Jorge

sering dirundung atlit-atlit dan beberapa pria lain karena dirinya payah dalam

olah raga. Jorge sering dicap sebagai banci hanya karena itu. Dan pertanyaan

dari Zach barusan membuat nya takut akan reaksi Zach. Karena bagi Jorge, Zach

terlihat seperti atlit perundung Elizabeth. Bahkan Zach dan Andrew adalah

perundung. Jorge tau itu ketika bermain bersama mereka di kolam. Dan saat itu,

Jorge merasa tidak terlalu nyaman dan tidak yakin. Namun setelah mereka mulai

bermain, pikiran itu segera lenyap.

“Aku tidak ikut klub apa pun. Aku payah dalam olah

raga, dan aku tidak suka klub non-olah raga yang lain. But I still hit the gym, bro,” ucap Jorge menirukan suara orang

kulit putih. Zach tertawa dan menutup mulut nya dengan tangan nya. Badan nya

gemetar dan begitu juga Jorge yang melihat tawa Zach. Jorge lalu menguatkan

otot bisep, lalu trisep nya berkali-kali. Membuat Zach benar-benar lepas

kendali. Clara tersenyum bersama Santriz dari tempat duduk mereka. Clara

menganggap jika Zach imut jika tertawa. Mereka berdua terus menguatkan otot

mereka berdua dan lanjut tertawa hingga sampai.

Koi adalah bioskop kecil di Aseline. Sebenarnya tidak

kecil, malahan besar. Tapi orang-orang Aseline menyebutnya sebagai bioskop

kecil karena dulu nama nya memang begitu. Koi Sang Bioskop Kecil. Namun setelah

terjadi kerusuhan di Aseline, Koi hanya menjadi Koi saja. Gedung nya dibuat

klasik dan unik. Dengan banyak labu-labu ukir serta tanaman ivy di dinding-dinding nya yang terbuat

dari batu bata merah yang tidak diberi apa-apa lagi. Jadi benar-benar batu bata

merah dengan semen yang rapih. Lalu di atas bata merah itu terdapat lampu neon

bertuliskan ‘Koi’ seperti di Hong Kong. Lalu papan kayu kusam dengan tulisan

mandarin ‘Koi’, dan juga papan nama bioskop normal juga, yang juga bertuliskan

‘Koi’.

Sejak turun dari mobil Zach terus berpikir bagaimana

dia bisa mendapatkan informasi dari Clara. Dia bahkan sangat buruk dalam memulai

obrolan. Dan karena itu, sejak dari tadi Zach selalu memperhatikan Clara saat

membuka hp nya. Tangan Clara selalu berkeringat, Zach sadar itu saat mereka

mengerjakan soal bersama. Hal itu membuat sensor sidik jari hp Clara tidak

berguna, oleh karena itu Clara selalu menggunakan pola. Dan sebagai anak IPS

yang pintar, Zach sudah hafal bagaimana bentuk kode nya. Tapi sekarang kembali

ke titik awal. Pertanyaan bagaimana Zach akan mendapatkan hp Clara sama dengan

pertanyaan bagaimana Zach memulai mencari tau informasi nya.

Pada saat dalam perjalanan, Clara memberitau semua nya

kepada Santriz. Dari kenapa masalah ini bisa terjadi, sampai apa yang Clara

pikirkan mengenai tindakan mendadak Zach. Santriz awalnya kaget, dan merasa

jika ini hanya sebuah jebakan candaan bodoh Clara, sampai Clara menunjukan

wajah yang sangat serius. Clara terus memikirkan nya di mobil. Memikirkan

bagaimana kedepan nya. Clara, gadis 17 tahun itu sedang menanggung masalah yang

sungguh berat. Tindakan dan pilihan apa yang akan Clara ambil, akan menentukan

bagaimana semua nya nanti. Termasuk bagaimana nasib semua orang yang terlibat.

Dan sayang nya, Jorge dan Santriz sudah terlibat dalam kasus ini. Mereka sadari

atau tidak, dengan berhubungan dengan Zach dan Clara, mereka sudah jatuh terlalu

dalam.

Clara sangat ingin memberikan keadilan bagi Marsella.

Sungguh. Mereka adalah sahabat, dan Clara sendiri hampir jatuh ke dalam depresi

saat mengetahui apa yang menimpa Marsella, karena itu bisa saja terjadi pada

nya saat ini. Putri tunggal Keluarga Mara adalah segala sesuatu, tetapi jika

Clara mengkhianati keluarga nya maka Clara hanya lah sebuah rintangan yang

harus disingkirkan. Dan jika begitu, itu artinya Clara harus menaruh nasib nya

kepada teman-teman yang bahkan tidak terlalu dikenali nya. Dia hanya remaja.

Dia tidak bisa berpikir seperti ini, di bawah tekanan gadis yang sudah

meninggal dan tekanan keluarga nya sendiri.

Clara menghampiri Zach beberapa menit sebelum film

dimulai. Clara memberikan tas nya, yang di dalam nya terdapat hp Clara, dan

lalu masuk ke dalam toilet. Clara sengaja melakukan itu. Pada saat itu, Clara

benar-benar hanya bertindak dengan apa yang menurut nya benar. Dan pada saat

itu juga efek bola salju terjadi. Pada saat di mana Zach membuka hp Clara,

sesuatu yang kecil mulai terbentuk, yang lama kelamaan akan menjadi terlalu

besar. Terlalu besar hingga tidak bisa lagi disembunyikan. Terlalu besar hingga

menjadi kejatuhan mereka. Terlalu besar hingga mereka mulai bertindak untuk

menyelamatkan mereka semua.

Clara tidak benar-benar ke toilet. Dia bersender pada

dinding yang berbalut karpet itu. Dia berusaha mendengar jika kalau Zach

bereaksi, tapi suara orang-orang menutupi suara apa pun yang Clara harap. Saat

itu juga, Jorge berada di sisi Zach. Jorge tampak bingung dengan apa yang

dilakukan Zach. Dan mata Zach begitu bersinar saat melihat hp Clara. Zach

percaya pada Jorge untuk tidak membocorkan apa yang dia lihat. Entah bagiamana

Zach bisa percaya begitu cepat pada orang yang baru ia temui hari ini. Jorge

sendiri juga jadi penasaran apa yang ada di hp Clara.

Zach segera menuju ke aplikasi pesan Clara. Mata Zach

dengan cepat mencari hal-hal yang dirasa nya janggal. Gerakan tangan Zach

berhenti ketika ia menjumpai pesan dari Dad.

Tanpa segan, Zach segera membuka pesan yang belum dibaca itu. Ada banyak pesan

dari ayah Clara yang tidak Clara balas. Zach terus menggeser ke atas. Hingga

hari Marsella ditemukan meninggal. Jantung Zach berdebar sangat kencang ketika

membaca pesan itu. Rasa nya Zach ingin duduk, meremas kepala nya, dan mungkin

membanting hp Clara. Dia sangat ingin menelpon Andrew dan Hayden saat itu,

tetapi dia tau jika pikiran nya sedang tidak baik.

Dad    : Clara, jika kau tidak berbuat sesuatu mengenai Marsella maka

kita semua  akan hancur! Sayang, kami

sedang tidak berada di rumah, dan jika kami berada di rumah kami yang akan

melakukan nya. Kami mohon, sebagai bagian dari Keluarga Mara, lakukan tugas mu,

Clara.

Dad    : Kami sudah mendengar kabar soal Marsella. Bunuh diri? Kau yang

melakukan itu semua? Sungguh Clara. Kau hebat. Mama mu terus memuji mu dari

tadi. Kami tidak sabar bertemu dengan mu.

Dad    : Clara kau berada di mana sekarang? Kembali lah ke rumah.

Dad    : Tolong hubungi kami. Kami mohon Clara.

Dad    : Owen bilang jika kau bertemu dengan Andrew dan Hayden kemarin malam.

Biar ayah ingatkan kau Clara, jangan berbuat sesuatu yang tidak bisa kau

lakukan.

Dad    : Jika kau tidak pulang atau menghubungi ayah, Owen akan

menjemput mu secara paksa dari sekolah.

Dad    : Clara, ini peringatan terakhir.

Clara  : Jika begitu, biar ku pastikan anak angkat mu juga akan mati. Jangan lupa ayah,  aku tidak pernah suka Brook. Aku bisa membunuh nya sekarang. Berhenti menghubungi ku. Aku adalah anak mu, bukan budak suruhan

mu!

Clara akhirnya keluar dari kamar mandi. Dia tampak

gelisah, tapi masih bisa menampilkan muka tenang nya. “Aku melakukan ini semua

karena aku mau percaya pada kalian,” Clara menarik nafas nya dan memandang Zach

dengan dalam. Mata Zach benar-benar penuh emosi. Seperti jika Zach bisa saja

meledak kapan pun dari sekarang. “Aku tidak membunuh Marsella, maupun berniat

membunuh kakak angkat ku, Brook. Aku tidak akan pernah membunuh sahabat ku

sendiri. Aku berniat membantu Marsella kabur. Aku sudah siap, tapi semua

terlambat karena ada **** yang membunuh dia. Dan **** ini. **** ini

merusak hidup ku sekarang. Dan mungkin hidup kau dan kita semua nanti nya.

Zach, saat kau memilih untuk menyelidiki ku, pada saat itu juga kau sudah

menjadi bagian dari kami. Marsella mungkin tidak percaya pada ku, dan

menganggap ku sama seperti ayah ku, tetapi biar ku buktikan pada mu jika itu

semua tidak benar.”

Zach, seorang diri, tidak tau apa yang baru saja ia

dengar. Yang ia tau hanya diri nya yang sebenarnya tidak tau apa-apa. Dan bahwa

Andrew dan Hayden berbohong. Zach sungguh kesal. Sungguh kesal hingga rasanya

ia tidak mau menonton apa-apa saat ini. Zach mengembalikan hp dan tas Clara

lalu pergi dari bioskop. Dia tidak berbicara apa-apa. Dan Clara tau bagaimana

perasaan Zach saat ini. Jorge yang bingung segera mengejar Zach. Zach berada di

luar bioskop, sedang duduk sendirian, dan wajah nya sungguh merah. Jorge duduk

di sebelah Zach. Dia sebenarnya bingung harus berbuat apa.

“Kau tau kau bisa berbicara. Aku di sini, Zach.” Jorge

mencoba menatap mata Zach. Mata Zach penuh dengan emosi. Kedua tangan nya

dikepal dengan sangat kuat. Seperti siap untuk meninju orang. Jorge pelan-pelan

menyentuh tangan Zach. Lalu mencoba menatap kedua mata nya lagi. Zach membalas

tatapan mata Jorge, dan tersenyum. Dia menarik nafas lalu membuang nya dengan

dalam. “Aku rasa aku tidak mau berpikir apa yang akan terjadi jika kau tidak di

sini, Horhe.” Zach tertawa. Tawa nya terdengar menyedihkan dan miris. Dia

kelihatan sedih seperti pada malam di kamar mandi Hayden waktu itu. Zach

sungguh tidak tau apa-apa mengenai ini semua. Lalu tiba-tiba dia tau jika semua

orang di samping nya tau dan memilih diam serta berpura-pura pada nya untuk

tidak tau. Dia hanya mau tau kenapa.

“Aku benci pembohong. Sumpah, rasanya aku sangat benci

kepada Andrew dan Hayden hari ini,” Zach merendahkan kepala nya hingga

menyentuh paha. Suara nya kecil saat mengatakan itu. Ini adalah sisi lemah

Zach. Dan sisi yang paling jarah Zach tunjukan ke orang lain. Hanya Andrew yang

sering melihat Zach seperti ini. Sekarang Jorge. Melihat Zach, Jorge merasa

jika tidak semua orang sesuai dengan apa yang orang lain pikirkan. Zach adalah

atlit dan juga perundung, tapi bukan berarti dia tidak punya sisi lembut. Zach

tetap seorang manusia.

“Kau tidak benci. Kau marah. Dua hal itu berbeda, dan

sebaiknya kau tidak menggunakan kata benci kepada teman mu,” Jorge

menepuk-nepuk pundak Zach. Mata Jorge bersinar terkena refleksi lampu jalan

yang mulai menyala. Sebagian dari wajah nya bercahaya oranye. Zach

menghembuskan nafas nya. Pikiran nya masih belum tenang, walau begitu dia harus

bertemu dengan Andrew ataupun Hayden. Zach tidak yakin jika dia bisa tidur

sebelum mendapat jawaban.

Zach mengambil hp nya. Dia baru ingat kalau dia tidak

punya nomor Jorge. Dan jika Zach mau memasukan nomor seseorang ke hp nya itu

artinya orang itu sudah menjadi teman Zach. Sungguh, Zach tidak punya nomor

anak kelas nya. Dia bahkan tidak masuk ke dalam grup pesan kelas. “Tidak akan

ada yang mengatakan ini, tetapi Horhe, kau adalah teman yang baik. Selamat datang

di klub perundung.” Zach menyodorkan hp nya ke Jorge dengan jendela kontak yang

sudah terbuka. Jorge memandang Zach sekali untuk memastikan jika apa yang

dipikirkan nya benar atau tidak. Lalu Zach tersenyum dan tertawa melihat

tingkah Jorge. Jorge memasukan nomor nya ke hp Zach. Nama kontak nya adalah

Horhe.

“Hayden, sayang...,” ada jeda sebelum Fernando bisa melanjutkan kalimat nya. Dia menarik nafas yang

cukup panjang. “Kita sama sekali belum berbicara, dan aku tau aku bersalah. Aku

minta maaf. Sungguh, aku tau aku tidak layak untuk dimaafkan. Aku menyakiti mu,

*dan Marsella. Aku sungguh **** dan brengsek. Tapi ku mohon jangan diamkan

aku seperti ini. Rasanya seperti mati.” Fernando mengakhiri rekaman suara nya

dan langsung mengirim nya ke Hayden.*

Sejak misa waktu itu, Hayden dan Fernando tidak pernah berbicara atau bertemu lagi. Hayden lepas

kendali dan begitu juga Fernando. Tidak ada yang bisa menyalahkan mereka berdua

pada kondisi yang seperti itu. Bahkan, orang dengan otak terdingin dan yang paling

tenang sekali pun pasti akan lepas kendali jika ada di posisi mereka. Dan hari

demi hari sejak kejadian itu, rasa nya bagi Fernando seperti mati. Dia dituduh

oleh Zach dan yang lain nya, dan Hayden, satu-satu nya orang yang dicintai dan

mencintai nya menghilang.

Pernah sempat terpikirkan oleh Fernando untuk kabur dari Aseline atau bahkan bunuh diri. Tapi

dia yakin jika nyawa nya lebih berharga dari tuduhan murahan ini. Fernando

masih ingin bahagia. Dia masih ingin bisa bahagia bersama Hayden, seperti dulu.

Fernando sedang duduk di bar. Dia minum terlalu banyak, dan menangis terlalu banyak. Walau

kedua orang tua nya percaya jika Fernando tidak bersalah, Fernando tetap merasa

jika dia sendirian dalam masalah ini. Dia hanya tidak tau bagaimana bisa Zach

dan teman-teman nya menuduh Fernando terlibat dalam pembunuhan Marsella.

Fernando memang terlibat. Tapi dia tidak membunuh Marsella. Fernando memiliki hubungan dengan

Marsella. Hubungan kecil-bodoh yang dibuat Fernando sendiri. Fernando ingin

mencoba melakukan nya dengan perempuan. Tapi yang disebut ‘coba’ oleh Fernando

jelas adalah jelas pemerkosaan. Dan hal itu membuat Fernando tidak bisa tenang.

Dia tau dia bersalah, dan dengan sangat jelas Fernando tau dia tidak lebih dan

lain dari iblis.

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!