BUNGA DAHLIA #1, MARSELLA GONZELA

“Apa hubungan mu dengan Fernando Germanotta?,” pertanyaan itu terdengar pertanyaan biasa. Tapi

bagi nya ini adalah pertanyaan yang menjebak. ‘Siapa yang memberi tau

kepolisian?’ benak itu terus berputar-putar di kepala nya. Dia tidak menjawab

pertanyaan itu. Dia diam selama beberapa detik, menanti dan memilih petugas

untuk mengajukan pertanyaan selanjut nya. Dia sadar jika petugas terus melihat

mata nya.

“Dia hanya pelanggan kakak ku, tidak lebih dari itu petugas.” Jelas sebuah kebohongan.

Sang petugas tau itu. Hayden Haranta menyimpan kebohongan yang lebih. Berbohong

kepada petugas polisi bukanlah hal bijak, apalagi jika dalam posisi interogasi.

Petugas polisi membiarkan hal itu. Dia hanya menuliskan fakta jika Hayden

berbohong mengenai hubungan nya dengan Fernando Germanotta. Fakta bahwa Hayden

berbohong, membuat nya masuk ke dalam tersangka utama dalam kasus ini.

“Kalau begitu, apa yang terjadi pada malam itu Hayden? Kami tau kau berada pada malam kejadian.

Malah, kami tau jika semua dari daftar tersangka ada pada lokasi kejadian malam

itu. Ceritakan versi mu Hayden.” Hayden merasa tercekik. Seperti orang asma

yang kurang oksigen. Tapi, Hayden tidak punya asma, dan oksigen sedang tidak

habis di ruangan interogasi. Petugas tau jika Hayden menyembunyikan sesuatu.

Muka nya terlihat takut dan panik. Dan petugas tau jika hanya butuh beberapa

kalimat, dan kasus melelahkan ini akan segera selesai. Bagi Hayden, kasus ini

jauh dari kata selesai. Pelaku utama nya masih berkeliaran, dan tidak akan

pernah bisa tertangkap pihak kepolisian. Hayden menggigit bibir bawah nya. Dan

tidak melepas nya, sampai dia membuka mulut.

“Aku butuh pengacara. Aku punya hak untuk diam. Kau tidak bisa memaksa ku berbicara

petugas,” ucap Hayden dengan tenang. Seperti semua kepanikan dan ketakutan yang

tadi ia rasakan lenyap. Dia hanya menghirup banyak udara, dan mengucapkan

kalimat itu.

“Kami mengerti. Terima kasih Hayden.”

Hari Rabu seharusnya menjadi hari di mana semua murid

menggunakan seragam pramuka. Lalu, muncul Zach yang menggunakan batik hitam

dengan celana panjang hitam. Tidak membawa tas. Jika ada murid yang tidak

mengenal Zach, maka bisa dipastikan jika orang akan mengira dia sedang melayat

di sekolah. Perpustakaan sekolah dibuka pada jam 4 pagi, dan seharusnya Zach

datang mengambil semua nya jam 4. Namun, dia bahkan tidak bisa bangun jam 6.

Mereka berdua baru bangun 10 menit yang lalu. Dengan Hayden dan Zach yang

sekarang memegang kotak makan mereka masing-masing sambil berjalan menuju

gerbang sekolah.

“Ola, Andrew.” Zach menjepit hp nya dengan kepala dan bahu nya sambil makan. Andrew

menelpon, dan patut diketahui Andrew adalah tipe orang yang tidak menggunakan

hp nya di pagi hari. Jika Andrew menelpon Zach sekarang, maka itu pasti urusan

yang penting.

“Bisa kau bawakan semua nya kepada ku? Aku sedang

berjalan menuju halaman sekolah. Ah, baiklah. Hayden! Bisa kau ambil hp ku dari

bahu ku?,” teriak Zach yang masih menjepit hp nya. Gerakan tangan nya yang

terus menyendok nasi kuning semakin cepat, saat jarak nya dengan kelas semakin

dekat.

Hayden mengambil hp Zach dan memasukan nya ke kantung

celana Zach. Mereka berdua berpisah saat sampai di ruang kelas Zach. Seketika,

Zach baru sadar jika dia tidak tau Hayden kelas berapa dan di mana kelas nya.

Begitu menengok ke arah Hayden pergi, Hayden sudah tidak terlihat lagi. Zach

bahkan lupa meminta nomor Hayden. Dia menepuk jidat nya. Dan Andrew yang sedang

bersandar di bingkai pintu hanya bisa bingung.

Andrew menyerahkan tas, dan juga kemeja Zach. “Ini

pagi yang aneh. Ngomong-ngomong siapa dia?.” Zach langsung memikul ransel nya.

Berat nya tidak bisa dideskripsikan. Ada kira-kira 6 buku tebal dari pelajaran

yang berbeda, tidak termasuk 2 buku besar. Dia menggulung-gulung kemeja nya di

pergelangan tangan nya. “Hayden Haranta, teman baru ku, dan ku rasa akan jadi

teman baru mu. Kau tau dia dari kelas mana?,” tanya Zach sambil masuk ke dalam

kelas yang masih setengah terisi. “12 IPS KHUSUS. Kau tau kelas yang isi nya

anak-anak beasiswa yang super-super pintar?”

Zach tidak pernah dengar apa pun soal kelas itu,

maupun kumpulan anak-anak beasiswa yang super-super pintar. Dia juga pemegang

beasiswa, tapi Zach merasa sekarang dia tidak sepintar itu. Zach tidak sadar

betapa banyak yang ia tidak ketahui soal Hayden. Padahal mereka berdua sudah

menghabiskan waktu banyak, dalam banyak, menurut Zach semalam sudah banyak. Dan

Zach merasa sudah dekat dengan Hayden. Tapi, tidak ada satu hal pun yang Zach

ketahui. Hayden masih terasa misterius bagi Zach.

Tiga jam bukan waktu yang lama bagi Zach untuk

dilewati. Tapi, barusan adalah tiga jam pelajaran Matematika. Zach memandang

anak-anak kelas nya kebanyakan sebagai munafik. Mereka suka meminta jawaban dan

meminta tolong dalam hal pelajaran pada Zach, tapi Zach sering kali mendapati

mereka berbicara mengenai Zach di belakang. Zach hanya benar-benar tidak peduli

jika yang meminta adalah Andrew. Dan Zach tidak terlalu peduli pada mereka.

Hanya satu tahun lagi menuju kelulusan, dan hal yang sanga tidak ingin Zach

miliki sekarang adalah pertengkaran dan drama SMA.

Fernando adalah yang terparah. Dulu nya adalah teman

Zach. Mereka bermusuhan karena Fernando mendapat teman yang baru, dan lama

kelamaan tidak sedekat yang dulu dengan Zach. Lalu, Zach yang terlalu kesal

dengan teman baru Fernando, mereka cemburu dan merasa takut sendirian. Beberapa

hari setelah memutuskan sendiri, Zach bertemu dengan Andrew di kantin sekolah.

Zach yang sedang duduk membaca novel nya, tanpa menyentuh gado-gado nya

dihampiri oleh Andrew. Sejak saat itu, mereka menjadi teman, dan rencana

menyendiri Zach lenyap begitu saja di kantin.

Andrew sedang tertidur di kelas. Sehingga Zach

memutuskan untuk turun ke kantin. Kantin SMA Elizabeth adalah yang terunik.

Ruang makan kantin nya berada di luar ruangan. Dengan sebuah taman bunga dahlia

yang dicat hitam. Aneh, tapi menurut anak klub seni, merah terlalu ‘normal’

bagi SMA Elizabeth. Zach membeli gado-gado dan duduk persis di samping taman

dahlia hitam. Tiba-tiba seorang gadis duduk di samping Zach, lalu menghadap ke

Zach dan tersenyum mengucapkan selamat pagi.

“Pagi Zachary. Aku jarang melihat mu duduk di sini.”

Saat orang mengatakan jika Marsella adalah gadis yang ramah, Zach tidak terlalu

yakin akan fakta itu. Hingga kejadian tadi terjadi. Ada apa dengan gado-gado di

kantin sekolah? Setiap dia makan gado-gado di kantin dan duduk sendiri, selalu

ada orang yang menghampiri diri nya. Zach sedikit merasa jijik dengan panggilan

Marsella pada diri nya. ‘Zachary’ menimbulkan efek mual dan merinding bagi

Zach. Dalam dua tahun lebih di SMA Elizabeth, hanya guru-guru yang memanggil

Zach ‘Zachary’ lalu muncul lah Marsella.

“Pagi. Aku sering membawa makanan dari rumah, namun

karena kesialan maka hari ini tidak. Bagaimana pagi mu?” Zach membuang ide

untuk mendekati Clara Mara hari ini. Ide itu digantikan dengan ‘mendekati

Marsella Gonzela’. Ini bagai tangkapan ikan yang besar. Orang yang mau Zach

dekati malah mendekati diri nya ke Zach. Tapi harus diakui, ini adalah

percakapan yang lumayan canggung. Zach yang gugup dan Zach yang tidak pernah

berbicara sepatah kata pun dengan Marsella.

“Membosankan! Hp ku disita Bu Hamjah hanya karena ibu

ku menelpon pada saat pelajaran. Padahal sudah berusaha ku matikan,” ucap

Marsella memelas. “Bagaimana dengan kau?.” Percakapan ini sungguh terlalu

normal. Zach merasakan kecanggungan luar biasa dari percakapan ini. Rasanya

Zach sangat ingin menguap, dan Zach terus menutup mulut nya untuk tidak memberi

kesan pertama yang kurang bagus. Sembari ia berbicara mengenai pagi nya, ia

terus memutar otak nya untuk mencari topik yang bagus. Kurang lebih bisa

disimpulkan jika Marsella lah yang menggendong topik percakapan ini.

“Biar ku tebak. Kau yang menggendong topik pembicaraan

ini Marsella?,” ucap Hayden yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. Ia lalu

melompati pondasi taman yang kira-kira tidak terlalu tinggi. Dan duduk di

tengah-tengah Zach dan Marsella. Entah ini hal yang Zach inginkan atau tidak.

Tapi setidaknya sekarang topik nya tidak akan se-keruh tadi.

Hayden menepuk pundak Zach dan Marsella, lalu menunjuk

ke belakang mereka. Bunga dahlia hitam. “Kau tau kenapa anak klub seni mencat

warna dahlia nya menjadi hitam?.” Hayden bergantian menatap mata Zach, lalu

Marsella, lalu terus diulangi sampai salah satu di antara mereka mau menjawab.

Zach hanya menggelengkan kepala nya, begitu juga Marsella. Jika Zach, dia hanya

ingin tau jawaban nya saja tanpa menebak-nebak.

“Dahlia merah melambangkan ketidakjujuran dan

pengkhianatan. Lalu anak klub seni berpikir jika ketidakjujuran dan

pengkhianatan tidak mencerminkan realita dunia. Mereka lalu menambahkan warna

hitam, yang mereka artikan sebagai kematian karena pengkhianatan dan

ketidakjujuran.” Zach tidak terlalu ambil pusing dan peduli soal arti dari

kumpulan bunga yang bahkan jarang dilihat nya. Tapi satu hal yang Zach dapat

dari informasi tadi adalah, bahwa anak klub seni isi nya adalah orang-orang edgy. Seketika, Zach mendapat kilas

balik masa SMP nya, terutama awal-awal puber. Ingatan-ingatan menjijikan itu

membuat Zach merinding dan merasa jika pembicaraan mengenai anak klub seni yang edgy harus segera dihentikan.

“Baiklah. Kita punya sekumpulan orang-orang aneh di

sini. Ehm! Mari kita ganti arah pembicaraan ini. Kau kosong malam ini

Marsella?,” tanya Zach dengan cepat dan yang entah dari mana Zach bisa selancar

barusan. Zach langsung sadar apa yang baru saja ia ucapkan ketika Hayden

memberi nya tampang ‘apa yang baru saja kau lakukan bung!?’. Zach menepuk jidat

nya dengan pelan.

“Mari bertemu di sekolah. Pukul 5, jangan terlambat

Zachary.” Marsella kemudian berdiri dan memegang kepala Zach lalu

mengelus-ngelus nya sebelum dia pergi meninggalkan kantin. Hayden nampak

binggung. Dan jika Hayden bingung, apalagi Zach. Dia terdiam dan super bingung

akan apa yang baru saja terjadi. Pertama, kencan mendadak itu, lalu tindakan

Marsella. Zach yakin jika dia hanya terlalu memikirkan ini, dan Zach

berkomitmen untuk tidak luluh. Tujuan Zach kepada Marsella hanyalah sebatas

informan untuk memecahkan misteri sekolah.

“Malam misa itu, mengapa kau meninju Fernando di sana Hayden?,” tanya petugas polisi. Hayden

sudah bersama pengacara nya. Tapi tetap saja, pengacara atau tidak ada

pengacara, tidak ada yang bisa menghilangkan rasa yang dialami Hayden saat ini.

Apa yang terjadi sekarang, tidak seperti yang direncanakan. Rencana mereka akan

gagal jika Hayden melakukan tindakan yang salah. Hayden tau itu, jika

keberhasilan mereka sekarang di pundak Hayden. Hayden adalah yang kedua untuk

diwawancara. Clara berhasil melakukan nya dengan baik, tapi Hayden, siapa yang

tau apa yang akan terjadi.

“Hanya sebuah pertengkaran normal anak SMA, aku yakin kau dulu juga pernah mengalami atau

bahkan melakukan hal serupa, petugas.” Petugas terlihat tidak memakan jawaban

Hayden. Tapi, tentu saja jawaban Hayden tidak cukup untuk melepaskan Hayden.

Petugas menarik secarik kertas dari amplop yang ada di atas meja. Kertas itu

dibaca nya dengan cepat, lalu dimasukan lagi ke dalam amplop. Tidak ada yang

tau apa isi amplop itu. Tapi yang jelas, ada hubungan nya dengan Hayden, Zach,

dan Marsella.

“Apa yang Fernando lakukan terhadap mu? Maksud ku, jika itu hanya pertengkaran normal anak SMA,

tidak ada salahnya untuk bercerita bukan?,” ucap petugas sembari memasukan

kertas ke dalam amplop. Mata nya menatap lurus ke arah Hayden.

Hayden menatap pengacara yang berdiri di belakang nya. Sang pengacara kemudian berdiri di

samping Hayden. Dia meletakkan kedua tangan nya di atas meja. “Pertanyaan itu

lebih baik disampikan kepada Fernando Germanotta. Ku rasa pertanyaan untuk

klien ku sudah selesai. Kami pergi. Selamat malam petugas.”Akhir dari

interograsi Hayden. Atau begitulah yang dikira Hayden. Siapa pun orang

selanjutnya, Hayden hanya berharap ia tidak gagal. Siapapun dia, dia harus bisa

menutup kasus ini untuk selamanya. Demi Marsella, dan demi keselamatan yang

lain.

Sekolah masih ramai. Hari rabu adalah hari ekstra bagi

klub pramuka Elizabeth. Klub tersepi sekaligus klub yang paling dibenci oleh

kebanyakan murid. Selain karena kebijakan wajib pramuka 1 tahun bagi semua

murid. Pramuka di Elizabeth dinilai terlalu banyak peraturan yang memaksa dan

mengikat murid nya. Hayden adalah salah satu murid pendiri Penolakan Klub

Pramuka Elizabeth, atau PKPE. Isi nya adalah seluruh klub-klub Elizabeth yang

bergabung satu untuk meminta kepala sekolah menutup klub itu dan menghilangkan

kebijakan wajib satu tahun. Mereka tidak pernah berhasil, tapi anggota mereka

selalu bertambah.

Marsella sedang duduk di bangku besi yang sudah

karatan di dekat parkiran motor. Dia terlihat cantik hari ini bagi Zach. Rambut

nya digerai, dan dia choker hitam dengan tali yang menjulai ke bawah. Zach

berhenti sebentar di sisi jalan dan melihat tubuh nya. Ya, memang tidak bisa

terlihat. Zach menggunakan jersey basket hitam dengan pinggiran berwarna emas

dan celana basket lusuh. Zach menepuk jidatnya dan merasa bodoh. Dia sekarang

terlihat seperti orang yang baru selesai bermain basket dan memutuskan untuk

mengajak orang berkencan.

“ZACHARY!,” teriak Marsella dari tempat duduk nya. Dia

melambai-lambaikan tangan nya. Lalu berlari menuju Zach. Zach sedang

mempersiapkan diri nya untuk berpikir keras dengan menyiapkan banyak topik

sepanjang perjalanan. Jantung nya berdebar kencang. Tidak, tentu saja bukan

karena Zach suka terhadap Marsella. Hanya saja Zach suka merasa canggung dengan

orang yang tidak dikenal nya dengan baik. Terutama karena Zach suka memikirkan

apa yang orang lain pikirkan terhadapnya.

“Kau terlihat cantik Marsella.” Hayden adalah orang

yang menyuruh Zach berkata seperti itu. Sekarang reaksi Marsella akan

menentukan, apakah Hayden akan dipukul Zach besok atau tidak.

“Dan kau terlihat seksi. Aku tidak tau kau menggunakan

anting telinga, hidung, dan punya tato.” Marsella menarik tangan Zach dan mulai

berjalan. “Ayo. Biarkan aku menjadi pemandu kota mu malam ini.”

Zach memerah. Sangat-sangat merah. Tidak ada yang

pernah menyinggung soal anting dan tato nya. Dan kini, ia sungguh merah.

Mengalahkan semua warna merah pada benda apa pun di jagad raya. Zach kemudian

memegang anting telinga nya, lalu hidung nya, dan berakhir di bisep kiri nya.

Aku tau, Zach sungguh terlihat bodoh sekarang. Zach tersenyum sendiri, dan

tiba-tiba menjadi semangat. Zach yang tampak nya mulai menggeser komitmen untuk

menyelidiki misteri sekolah.

Mereka tidak makan atau minum atau bahkan melakukan

hal yang biasa nya dipikirkan oleh kebanyakan remaja akan mereka lakukan saat

hanya ada dua orang. Berdua. Bersama. Dan mungkin saling menaruh harapan

berlebih? Hayden dan Marsella berjalan kaki mengelilingi kota. Cukup jauh,

sampai rasanya mereka sudah berjalan lebih dari 30 menit. Kali ini, banyak

percakapan yang mereka lakukan. Tentu saja, bukan Zach yang memulai. Marsella

yang terus memulai topik. Marsella tidak keberatan akan hal itu, malah dia

melihat Zach sebagai cowok yang imut dan seksi di saat bersamaan. Pikiran Zach

sedang bingung apa yang dia lakukan. Dia bahkan tidak bertanya apa pun soal

misteri sekolah pada Marsella. Malam itu, Zachary Zebua hanya menikmati malam

remaja normal nya bersama gadis populer SMA. Malam yang dinantikan cowok-cowok

SMA lain nya.

Mereka berjalan masuk ke dalam perumahan yang tampak

seperti perumahan orang kaya. Rumah-rumah bertingkat dengan banyak cat putih.

Taman rumah mereka sungguh luas, dan jika dipikir-pikir, luas taman di sini seluas

dapur rumah Zach. Di sini ramai. Banyak rumah yang sedang berpesta, atau begitu

kelihatan nya. Banyak juga orang yang berjalan di luar. Berpasangan dan tidak

sendiri. Marsella berhenti di suatu rumah. Rumah berlantai tiga di jalan

berbentuk T. Rumah bercat putih dengan kolam renang 360 derajat di lantai

paling atas.

Marsella menarik tangan Zach untuk masuk ke dalam.

Rumah nya gelap. Dan juga sepi. Tidak ada suara selain suara sepatu Zach dan

Marsella. “Orang tua ku tidak tinggal di sini. Jadi hanya ada kita berdua

Zachary.” Zach sudah terlalu sering menonton video dan film seperti ini,

kalimat tersebut, adalah awal dari permulaan yang tidak bagus dan juga bagus.

Zach tidak membalas apa-apa. Dia hanya mengikuti Marsella naik ke lantai tiga

rumah nya. Zach tau Andrew akan sangat girang begitu melihat kolam ini. Zach

mengambil foto kolam nya.

“Aku tidak tau atlet tenis suka terhadap kolam,” ucap

Marsella yang datang membawa botol soju. Bagaimana Zach bisa tau itu botol

soju? Zach dan Andrew adalah peminum soju terbaik di Aseline. Tentu saja,

mereka melanggar peraturan dengan minum di bawah umur. Tapi, bukankah semua

remaja berbuat demikian?

“Kita belum boleh minum Marsella,” ucap Zach agar

tampak polos di depan Marsella. Zach seketika merasa jijik dengan apa yang dia

ucapkan. Tidak biasanya dia berusaha menjaga reputasi nya seperti ini. Zach

adalah orang yang jujur ceplas ceplos. Dan perkataan nya barusan, benar-benar

merubah diri nya. “Berani bertaruh? Tidak ada remaja di kota kecil ini yang

belum pernah minum atau melanggar peraturan. Anak SMP di sekolah kita bahkan

sudah mengendarai motor. Itu juga melanggar peraturan bukan Zach.”

Marsella sungguh menggoda Zach malam ini. Pergantian

panggilan dari Zachary ke Zach membuat Zach benar-benar terbang. Dan jika bisa

diekspresikan dengan kata, Zach terangsang dengan suara Marsella. Zach

mendongkakkan kepala nya ke langit malam. Jari-jari tangan nya menekan bola

mata nya dan mengucek nya. Lalu, Zach menarik nafas yang banyak. Berusaha untuk

mewaraskan kembali otak nya. Berusaha untuk mengembalikan diri nya kembali ke

tujuan awal nya. “Maaf Marsella. Tapi, aku serius. Seperti nya aku harus

pulang.”

“Aku suka pada mu.”

Zach berusaha mencerna apa yang baru dia dengar.

Marsella menyakan suka pada Zach. Jika saja ada Andrew dan Hayden di sebelah

Zach saat ini untuk memberi tau nya apa yang harus ia katakan. Karena dalam

lubuk hati Zach yang terdalam, dia sama sekali tidak menaruh perasaan pada

Marsella. Malah, Zach menuduh Marsella sebagai dalang misteri sekolah. Kencan

ini, dan semua yang Zach lakukan hanya untuk mendapatkan informasi belaka. Dan

jika apa yang dikatakan Marsela benar, Zach merasa amat bersalah.

Tangan Zach meraih botol soju yang Marsella letakkan

di meja, dan meminum nya sampai habis dalam sekali teguk. Saat ku bilang Zach

adalah peminum yang terbaik, aku bersungguh-sungguh. Zach lalu menjatuhkan diri

nya ke dalam kolam di belakang nya. Sungguh, Marsella terlihat bingung apa yang

baru saja terjadi. Demikian juga Zach. Dia tidak tau bagaimana, kenapa, dan

mengapa. Zach tidak tenggelam seperti biasa ia lakukan. Dia mengapung di kolam

dengan sepatu dan seluruh pakaian nya yang masih melekat. “Marsella, kau yakin

jika kau tidak suka pada orang yang salah?,” ucap Zach pelan sambil menatap

langit malam. Hingga akhirnya semua terasa gelap, dan perlahan-lahan rasanya

Zach jatuh ke dalam, dan semakin dalam.

Badan Zach sudah tidak menapak tanah. Badan nya

bergetar-getar dan kepala nya berada di atas punggung orang. Zach sedang

dibopong oleh Andrew. Zach kemudian pura-pura tidur. Ingatan akan apa yang baru

saja terjadi mulai masuk dengan sangat cepat ke otak nya. Dia merasa malu.

Meneguk satu botol soju dan tenggelam di kolam orang yang bahkan tidak dikenal

nya dengan baik. Malam yang seharusnya menjadi kencan berubah menjadi sesuatu

yang jauh dari kata kencan. Zach masih bersender di punggung Andrew, namun mata

nya tidak tertutup. Dia terus melihat ke arah jalan.

“Terima kasih Andrew,” ucap Zach pelan seperti orang

yang habis bangun tidur. Dia kemudian menggeliat agar Andrew melepaskan nya.

“Haaa... kita, tidak perlu membahas apa yang baru saja terjadi, oke?”

“Apa yang baru saja terjadi di rumah Marsella, Zach?”

Saat Zach berharap tidak ada yang membahas hal memalukan itu, Andrew malah

memulai percakapan dengan topik itu. Bahkan, rasanya Zach tidak mau menatap

Marsella besok. Zach merasa sudah melakukan sesuatu yang sungguh memalukan,

yang tentu nya akan diingat Marsella sampai mereka lulus. Skenario bagaimana

cara menghindari Marsella selama satu tahun kini sedang dimainkan di otak Zach.

“Soju. Kolam. Jatuh. Pertolongan. Gendong.” Zach

rupanya belum sadar apakah dia sudah tidak mabuk atau mabuk atau memang

benar-benar bodoh. Zach kemudian jatuh dengan sengaja ke arah tubuh Andrew. “Ku

mohon maafkan aku, ini tidak akan terjadi lagi.” Zach menggeleng-gelengkan

kepala nya dan menggendong Zach lagi ke punggung nya. Mereka berjalan menuju

rumah Andrew. Andrew tau Zach tidak akan sadar betul hingga pagi. Mereka berdua

sudah terlalu sering menghabiskan waktu bersama, sampai-sampai bisa tau setiap

senti tubuh mereka berdua.

Bulan sedang bersinar terang. Malam ini tidak berawan.

Dan bulan berbentuk bulat sempurna. Jika Zach sedang di rumah nya, dia akan

naik ke genteng. Kepala menghadap ke langit. Menonton Netflix sambil memakan

biskuit yang dicelup ke dalam teh. Tapi malam ini, dia malah terkapar di

punggung Andrew. “Kau tau Andrew? Aku tidak yakin jika aku saat ini sadar atau

tidak?”

Andrew memundurkan kepala nya ke belakang, hingga

rambut nya mengenai muka Zach. “Rambut mu halus,” ucap Zach dengan pelan dan

sungguh lembut. Dia nampak seperti bayi sekarang. Bayi besar yang sungguh

menjengkelkan. “Berarti kau sadar. Baiklah Zach, kapan terakhir kali aku

memperingati mu untuk berhenti minum? Kita sudah kelas 12, bla bla dan bla bla

lagi, kita harus belajar, kau tau itu bukan? Aku sumpah ini terdengar bukan

seperti ku, tapi kau bermimpi masuk UI bukan?” Andrew Edden bukan lah orang

yang mengejar nilai, maupun bersikap layak nya murid yang belajar, ulangan, tidur,

dan mengulangi kegiatan itu sampai lulus. Andrew adalah pemberontak nakal yang

sial berbakat. Dia mendapat beasiswa ke Amerika Serikat. Oleh karena itu Andrew

bertekad untuk membantu Zach, setidaknya masuk ke universitas yang menurut ia

mustahil.

“Kau tidak terdengar seperti Andrew,” sahut Zach.

Jarak rumah Andrew dari posisi mereka sekarang masih jauh. Sedangkan Andrew

sudah berkeringat basah. Dia khawatir jika Zach sadar punggung nya basah, Zach

akan turun dan tidak mau merepotkan. Hayden mulai mencari bahan pembicaraan

untuk membuat mereka berdua lupa akan waktu. Berbicara di perjalanan suka

berhasil dalam mengurangi waktu perjalanan. “Ceritakan bagaimana Hayden orang

nya.” Andrew seketika sadar jika itu adalah pertanyaan yang aneh dan salah.

Zach baru saja menghabiskan malam di rumah seorang gadis, bukankah seharusnya

Andrew bertanya bagaimana Marsella?

Zach tertawa selama beberapa detik sebelum menjawab.

Tertawa nya kencang dan terdengar seperti maniak. “Aku tidak tau kau begitu

Andrew. Hayden orang yang sungguh seru, kalian harus bertemu. Dia selalu tau

saat aku tidak memberi tau, ku rasa kami bisa menjadi sahabat yang baik.” Jawaban

Zach terdengar keluar dari mulut orang yang sadar, walau begitu Andrew masih

terus menggendong nya. Andrew sendiri tidak punya opini apa-apa akan jawaban

Zach. Andrew kenal terhadap Hayden, walau hanya sebatas berpas-pasan di lorong.

Tapi satu hal lagi, Andrew tau sesuatu mengenai Hayden. Rahasia Hayden. Rahasia

yang seharusnya tidak Andrew ketahui.

“Lalu bagaimana dengan Marsella, kau menyukai dia?”

tanya Andrew yang mulai memelankan kecepatan jalan nya. Zach sadar akan hal

itu. Dia pun menarik pundak Andrew untuk jatuh ke salah satu kursi taman.

Andrew hanya mengikuti arahan dari dorongan Zach. Sekarang mereka berdua duduk

di taman. Di belakang mereka terdapat sebuah taman lagi yang tidak se-sepi

tempar mereka sekarang. “Tidak. Rencana ku untuk mendekati nya hanya sebatas

mengetahui keterlibatan nya dalam misteri sekolah kita, tidak lebih.” Zach

menyudahi jawaban nya sebelum ia hampir menyebut jika Marsella mengakui

perasaan nya kepada Zach. Zach tetap merasa bersalah, bahkan setelah sebotol

soju, dan malam yang panjang ini. Malu dan merasa bersalah, itu yang Zach

rasakan.

Zach merasa ingat sesuatu. Dia seperti, sadar jika ada

yang salah, tapi ia bahkan tidak tau apa itu yang salah. Zach meraba-raba tubuh

nya, lalu melihat baju dan celana nya. Lalu mengintip ke dalam celana untuk

melihat celana dalam nya. “Anjing! Apa-apaan Andrew!?” Andrew tidak bisa

menahan tawa nya saat Zach akhirnya benar-benar sadar. Sekarang, tawa Andrew

terdengar lebih maniak dari pada tawa Zach tadi. “Siapa. Yang. Mengganti. Baju.

Ku?”

“Kau ingin aku menjawab Marsella, atau aku, atau kami

berdua?”Andrew tidak bisa menatap Zach. Dia terus tertawa, bahkan lebih

kencang. Zach kemudian menjepit leher Andrew dengan tangan nya. Tapi usaha nya

tidak bisa menghentikan tawa Andrew. “Tentu saja aku bodoh.” Tidak ada jawaban

yang benar-benar membuat Zach tenang. Andrew berarti sudah melihat Zach telanjang,

dan pikiran itu membuat Zach lebih malu dari **** nya terhadap Marsella

tadi. “Astaga, malam ini sumpah malam yang sial!” teriak Zach berusaha

mengalahkan tawa Andrew yang masih kencang. Andrew benar-benar tidak tahan. Dia

mendapat telepon dari Marsella, meminta nya untuk datang menjeput Zach. Lalu

Marsella meminta lagi untuk membawa baju ganti. Andrew tidak pernah

membayangkan jika dia harus mengganti baju dan juga celana dalam dan lagi,

menggeringkan tubuh Zach dengan handuk. Hal yang tidak bisa dilupakan oleh Zach

dan juga Andrew.

“Pertanyaan tambahan. Di mana baju ku?” tanya Zach

yang badan nya bergetar-getar. Dia juga tertawa. Entah apakah Zach menertawai

kebodohan malam ini atau menertawai fakta jika teman nya melihat tubuh nya

telanjang. “Marsella akan membawa nya besok.” Zach tertawa lepas dan kencang.

Kesialan nya bertambah lagi. Besok dia benar-benar sudah tidak bisa menghindari

Marsella. Zach tertawa karena kesialan nya sudah berada jauh di luar kemampuan

nya untuk menerima kesialan.

“Kau lapar?” tanya Andrew. Rahang mereka berdua sudah

sakit akibat tertawa berlebih yang bertahan bermenit-menit. Zach menguap hingga

air mata nya keluar. Rupanya tawa tadi membuat nya mengantuk. “Entahlah Andrew,

aku hanya ingin pulang ke rumah mu dan tidur sekarang, mungkin kita bisa makan

pagi saja?”

Andrew berdiri dan menarik tangan Zach untuk bangun.

Tangan Andrew melingkari pundak Zach dan juga Zach demikian. Mereka berdua

berjalan pulang ke rumah, dengan postur jalan dan tubuh layaknya dua pria

kantor lembur yang mabuk. Mungkin kata mabuk tepat untuk mendeskripsikan Zach.

Zach sengaja jalan terhuyung-huyung untuk membuat candaan orang mabuk, dan

Andrew juga mengikuti nya jalan terhuyung-huyung. Sekarang jika muncul satpol

pp, maka keadaan bisa menjadi lebih sempurna bagi mereka.

Petugas polisi ikut keluar dari ruang interograsi setelah Hayden dan pengacara nya ikut

keluar. “Tunggu!,” petugas menarik nafas yang dalam, dan memandang Hayden dari

belakang. Hayden sama sekali tidak melirik ke belakang untuk melihat apa yang

terjadi. Pengacara Hayden menyuruh Hayden untuk terus berjalan. “Hayden

Haranta, anda kami tahan atas dasar tuduhan dalam pengikut sertaan pembunuhan

Marsella Gonzela.”

Hayden langsung berbalik menghadap petugas polisi. Dia sekarang tidak merasakan takut dan

gemetar yang tadi ia rasakan. Dia marah. Hayden sungguh amat marah, karena ia

mengetahui kebenaran yang ada. Tapi kebenaran itu tidak bisa ia sampaikan. Jika

sampai kebenaran soal Marsella jatuh ke kepolisian, maka yang akan ikut jatuh

bukan hanya sang pelaku, tapi juga mereka semua. Hayden, Zach, Andrew, Clara,

Fernando, dan Hari.

“APA SEMUA TIDAK JELAS BAGI MU!? MARSELLA BUNUH DIRI. DIA TIDAK DIBUNUH SIAPA PUN. TUHAN TOLONG AKU, TAPI KAU HARUS MEMBUKA MATA MU UNTUK SADAR!,” teriak Hayden. Banyak

anggota kepolisian yang keluar dari ruangan mereka untuk melihat apa yang

terjadi.

“Kau sentuh Hayden dan hal terakhir yang akan terjadi adalah laporan dari ku soal tuduhan tidak

berbukti kalian.” Zach datang sambil berlari-lari di lorong. Nafas nya

terengah-engah. Dia kelihatan pucat, dan juga lebih panik dari pada Hayden.

Petugas tidak bingung melihat datang nya Zach. Zach, orang terdekat kedua

dengan Marsella selain Clara Mara. Merupakan tersangka dalam kasus ini. “Nama

ku Zachary Zebua, aku datang duluan untuk bersaksi. Bebaskan Hayden, dia tidak

bersalah!”

Zach maju dan berpas-pasan dengan Hayden. Zach menepuk punggung Hayden. Memegang tangan nya

dengan posisi panco mereka. “Tenang lah bung, kami akan membereskan sisa nya.”

“Kau bisa pergi Hayden. Silahkan ikut aku Zachary.” Petugas pergi bersama Zach masuk ke dalam

ruang interograsi. Hayden bersama pengacara nya pergi meninggalkan kantor

polisi. Hayden terus menarik nafas panjang. Dia sungguh tenang sekarang. Hati

nya berhenti berdebar kencang, dan kembali dalam kecepatan normal. Sedangkan

mata nya, terus menatap ke belakang. Dia khawatir akan apa yang Zach hadapi di

dalam. Dia berharap semua ini tidak harus terjadi. Hayden berharap dia tidak

pernah melihat ‘itu’ semua. Hayden sangat berharap, dia tidak menjadi adik dari

Hari Haranta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!