Dahlia Hitam

Dahlia Hitam

TINTA HITAM #1, HAYDEN HARANTA

Ini adalah kisah normal anak SMA. Kisah normal anak-anak yang dipandang sebagai

remaja oleh masyarakat. Kisah normal anak-anak yang ingin merasakan menjadi

remaja. Kisah normal, mereka yang salah bertindak dan ingin kembali menjadi

anak-anak lagi. Kisah normal Zachary Zebua di SMA Elizabeth, di kota kecil

bernama Aseline. Pada awal semester kelas 12, seorang murid baru pindah ke SMA

Elizabeth. Marsella Gonzela. Kedatangan nya diikuti sejumlah ‘bencana’ bagi SMA

Elizabeth. Bencana-bencana tidak masuk akal yang membuat Zachary memutuskan untuk

mencari akar dari permasalahan ini. Bukan kebenaran mengeai ‘bencana; itu yang

Zach temukan. Sesuatu yang lebih besar dan mengikat. Suatu kebohongan besar

yang disusun telah mempersatukan murid-murid SMA Elizabeth, dan seluruh pondasi

nya akan ikut jatuh bersamaan dengan kebenaran yang akan segera terungkap.

Siang. Panas. Sesak. Zach sedang duduk dan berpikir di ruangan perpustakaan yang memang tidak

ada ventilasi nya sama sekali. Dia berpikir keras dalam keheningan yang total.

Tidak ada suara sama sekali di perpustakaan. Hanya ada suara kipas angin yang

sama sekali tidak membantu. Suara nya menyebalkan, tapi Zach terus terdiam, dan

tenggelam dalam pikirannya sendiri. Siapa itu Marsella Gonzela?

Keringat demi keringat jatuh dari kening Zach. Tumpah ke meja kayu berkali-kali. Zach

yang akhirnya kesal, mulai melepas seragam nya. Sekarang dia tidak menggunakan

baju. Dan seluruh anak di perpustakaan tidak memberikan setitik peduli. Sudah

hal biasa ini terjadi di Perpustakaan Lama. Pihak sekolah sudah membangun yang

baru, tapi masih banyak anak yang memilih perpustakaan ini. Dan banyak juga

anak kelas 12 yang ke sini. Mereka menyebut nya sebagai ‘Sauna Elizabeth ’.

Sudah pemandangan lazim pula jika Zachary Zebua datang ke sini tanpa baju. Dan

berlaku juga bagi teman-teman nya. Mereka adalah atlet-atlet SMA Elizabeth .

Zach adalah atlet tenis, dan satu-satu nya pria di klub tenis. Kalau bukan

karena taruhan yang ia buat 2 tahun yang lalu, maka ia tidak akan pernah ikut

klub tenis. Dan juga mungkin, tidak akan pernah mendapat Beasiswa menuju

Barcelona.

Beragam skenario sedang bermain di kepala Zach yang basah dan lengket. Mulai dari

sesuatu yang memang tidak bisa dijelaskan, sampai sama sekali tidak masuk di

akal sehat manusia, dan remaja pada umum nya. Tiga bulan sejak semester 1 kelas

12 dimulai, dan juga tiga bulan sejak masuk nya Marsella Gonzela ke SMA Elizabeth

. Juga, tiga bulan sudah sejak insiden bertubi-tubi menghantam SMA Elizabeth .

Salah satu nya yang paling tidak masuk akal adalah, selalu terjadi nya

perampokan setiap akhir pekan di ruang kepala sekolah dan ruang arsip sekolah.

Lalu, yang paling membuat Zach panik adalah saat guru penjas dituduh

menggunakan narkoba, dan ditangkap. Zach kenal betul siapa itu Pak Ulu. Dan dia

berani bertaruh atas seluruh keringat di tubuh nya, Pak Ulu tidak bersalah, dan

ini adalah tuduhan.

Tumpukan buku tahunan dan buku sejarah SMA Elizabeth  menumpuk di meja nya. Namun, serangan dari

udara musim kemarau yang terasa seperti panas nya iblis membuat Zach tidak mau

bergerak. Jantung nya masih berdebar kencang, dan keringat tidak henti-henti

nya keluar dari pori-pori kulit nya. Sungguh, ia benar-benar ingin keluar dan

melompat masuk ke dalam kolam.

“Halo?Kau baik-baik saja?” Itu adalah sahutan dari Andrew Edden. Sahabat Zach dan

atlet renang Elizabeth . Andrew mendorong tubuh Zach. Zach hampir saja oleng ke

lantai. Kedua tangan Zach berhasil menahan bobot tubuh nya. “Aku tidak tau

panas bisa membuat orang jadi tampak menyedihkan.”

“Diamlah Andrew.” Zach mengambil kemeja nya yang sudah tidak beraturan, dan mengelap

wajah nya. Dia lalu mengambil dasi nya dan mengikatkan nya di kening nya, layak

nya sebuah bandana. Tangan nya meraih ke buku yang bertuliskan BUKU TAHUNAN 2017/2018.

Andrew terus memperhatikan Zach dengan serius. Kedua nya terlihat bingung. Andrew yang

bingung akan apa yang diperbuat teman nya, dan Zach yang bingung harus mulai

dari mana dan bagaimana bisa ruangan ini sungguh panas. Andrew menampar-nampar

pipi Zach berkali-kali. “Halo? Sebenarnya apa yang kita lakukan di sini dengan

buku tahunan tahun lalu?”

Zach mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah nya. Lalu, dengan sangat gesit

menusuk samping perut Andrew. Andrew tidak bisa menahan gejolak untuk tertawa.

Tertawa nya sungguh kencang. Dan lagi, seluruh anak di perpustakaan tidak heran

dan mau peduli. Sudah hal yang lagi, normal. Bagi Zach dan Andrew untuk seperti

ini. Zach dan Andrew pun pernah berlari telanjang di sepanjang perpustakaan

karena tantangan bodoh. Tidak ada murid yang berani berbicara dengan Andrew.

Andrew Edden adalah anak yang galak, dan terlihat terkadang suka menindas murid

lain. Walau begitu, Andrew bersifat dan berperilaku berbeda ketika bersama

teman-teman nya.

“Lebih tepatnya, sebenarnya apa yang KAU lakukan di sini? Andrew.” Zach mulai membuka

buku dengan cepat. Pupil mata nya bergerak dengan cepat dari kiri ke kanan. Dia

berusaha mencari siapa pun itu, yang memiliki nama belakang Gonzela. Tapi

sedikit yang Zach ketahui, bahwa SMA Elizabeth  tidak pernah memiliki satu pun murid dengan

nama belakang Gonzela. Bahwa, hanya Marsella lah, satu-satu nya gadis baru di

kota, dan gadis baru di kelas dengan nama belakang Gonzela.

Sekarang seluruh tubuh Zach bagaikan orang yang sehabis mandi keluar rumah, tanpa

mengeringkan tubuh nya dulu. Lalu menghabiskan waktu nya dengan mengurung diri

nya di sauna selama berjam-jam. Itulah bagaimana tubuh Zach terlihat sekarang.

“Kau mau berenang Edden?”

“Aku menunggu ajakan mu dari tadi loh, Zebua!” Andrew menarik tubuh Zach dengan

kuat, dan langsung menarik nya berlari. Zach belum sempat mengambil kemeja nya

yang masih tergeletak bersama dengan buku-buku yang belum disentuh nya. Andrew

berlari dengan kencang, walau dengan sangat jelas terdapat tulisan di dinding untuk

tidak berlari-lari di koridor. Sebelum sampai di kolam, Andrew melepaskan

tangan Zach. Berjalan mundur, melepaskan baju nya, celana nya, celana dalam

nya. Dan melemparkan ketiga nya di entah-di-mana.

“ASTAGA, AKHIRNYA!” Andrew melemparkan diri nya ke dalam kolam. Air nya mengenai tubuh

Zach bahkan sebelum dia bisa masuk ke dalam kolam. Seluruh dingin nya air kolam

merasuki tubuh Zach. Seperti layaknya orang kerasukan, tapi kali ini Zach

sedang kerasukan rasa panas berlebih. Dia melepaskan celana dan celana dalam

nya, lalu melompat ke kolam.

“Ah... rasanya kepala ku bisa berpikir lebih baik.” Jika kulit manusia bisa

mengeluarkan asap, maka ruangan ini akan dipenuhi asap yang keluar dari kulit

Zach yang panas saat terkena air kolam yang dingin. Andrew berenang ke sana dan

kemari. Dan Zach diam, dan mengapung di tengah-tengah kolam. Dia paling suka

mengapung. Seluruh masalah nya terasa bisa ditinggalkan nya sementara. Dan diri

nya, hanya mengapung, mengikuti gerakan air.

Saat ini hanya ada suara percikan air dari gerakan tangan Andrew di air. Zach

menutup mata nya, dan lalu menjatuhkan diri nya ke dalam, dan semakin dalam ke

dasar kolam. Dia merilekskan tubuh nya. Saat ini, dia benar-benar terlihat

bagai orang yang sedang tenggelam. Andrew yang ingin berbicara betapa kolam

lebih baik ketimbang perpustakaan kaget. Sebelum dia sempat membuka mulut nya,

sahabat nya sudah tidak ada di kolam. Dan betapa beruntung nya Andrew, dia

melihat tubuh Zach yang berada di dasar kolam, dengan kedua tangan nya yang seperti

terangkat ke atas.

“Oh tidak lagi!” Andrew segera berenang ke bawah, dan menarik tubuh Zach ke lantai.

“Astaga, Zachary Zebua! Aku tidak tau ini sudah keberapa kali nya kau begini!”

Zach membuka mata nya perlahan dan tersenyum, lalu diikuti dengan ketawa puas yang

sungguh, amat kencang. “Jeez,

tenanglah Andrew. Aku hanya berusaha rileks.”

Andrew membantu Zach berdiri. Tanpa mengeringkan tubuh mereka, mereka langsung

menggunakan seragam mereka. Kemeja dan celana putih Andrew langsung menempel

dan mencetak bentuk tubuh nya. Sementara itu, Zach menepuk jidat nya. “Aku

merasa bodoh. Aku lupa kemeja ku ada di atas. Aku akan mengambil nya, kau

tunggu di sini.”

Zach berjalan dengan cepat, tapi tidak sedang berlari. Seraya ia berjalan di lorong,

banyak pula tetes-tetesan air yang membentuk jejak mengikuti nya di lorong.

Masih ada beberapa kelas IPA yang masih belajar. Dan sepanjang Zach berjalan di

lorong, seluruh dari isi kelas itu memperhatikan Zach. Basah, dan tidak

menggunakan baju. “Jika itu bukan Zach si Zina, siapa lagi?,” ucap salah satu

gadis dari kelas IPA.

Ku rasa aku lupa menceritakan jika Zachary Zebua pernah dituduh berzina dengan

gadis dari kelas 12 IPS. Tentu tidak ada yang tau itu benar atau tidak. Versi

kedua dari cerita itu adalah, seseorang dari kelas 12 IPS tidak suka terhadap

kedekatan Zach dengan gadis tersebut, sehingga keajabian terjadi. Dan foto

editan itu meluncur di atmosfer SMA Bearis. Berita baik nya, tidak terjadi

apa-apa pada Zach dan gadis itu. Hanya saja, reputasi Zach sedikit rusak. Dan

bagi anak IPA, dia bukan lagi Zachary Zebua, tapi dia adalah Zach si Zina.

Langkah Zach terhenti, ketika ia melihat Marsella. Seketika dia langsung

mengintip-ngintip melalui tembok. Marsella adalah anak 11 IPS, aneh rasanya

bagi anak IPS untuk belum pulang. Zach berpikir jika mungkin Marsella sedang

melakukan apa yang selama ini Zach duga. “Sedang apa kau mengintip Sella?”

Muncul seorang pria yang juga bersembunyi di tembok seperti Zach. Dia tinggi

dan rambut nya benar-benar pendek. “Tunggu, Sella? Maksud ku, apa yang JUGA kau

lakukan di sini?,” tanya Zach sambil berbisik yang dengan nada teriak.

“Ku rasa jawaban kita sama. Kau sedang menyelidiki ‘bencana’ yang terjadi di sini

bukan? Semua orang membicarakan nya, tapi tidak ada yang mau bertintak. Hayden Haranta.

Panggil aku Hayden.” Zach tidak bisa fokus pada apa yang ia ucapkan. Zach hanya

bisa mengingat soal siapa namanya, dan sisa nya, Zach hanya terfokus pada noda

tinta hitam yang tersebar dari celana hingga kemeja putih nya. Dari bau nya itu

adalah tinta spidol. Bagaimana Zach tau? Dia adalah orang yang selalu

ditugaskan mengisi tinta spidol kelas.

“Zachary Zebua, atau Zachary si Zina.” Zach mengintip dengan cepat, dan begitu ia sadar

Marsella sudah tidak ada, dia bergerak dengan cepat. Lagi, dia tidak berlari,

hanya berjalan dengan sungguh cepat. “Aku tau siapa kau, Zach. Dan ku rasa,

kita bisa bekerja sama?,” tanya Hayden yang juga mengikuti Zach dari belakang. “Ya,

ku rasa. Setelah kita tau kemana gadis ini pergi.” Hayden hanya mengangguk di

belakang, dan mengikuti apa yang dilakukan Zach.

Marsella menghilang. Atau, itulah yang bisa disimpulkan Zach karena tidak bisa menemukan

keberadaan Marsella. Zach menepuk jidat nya lagi, salah satu kebiasaan yang

tidak bisa ia hilangkan sejak kecil. Hayden menepuk bahu Zach, dan

menggeleng-gelengkan kepala nya, lalu tersenyum sambil menengok ke arah Zach.

“Kau tau? Kita butuh usaha ekstra untuk memecahkan misteri ini. Kita bisa

bicarakan itu di rumah mu, bung? Dan ngomong-ngomong, di mana baju mu? Tidak,

tidak. Aku bukan nya iri dengan tubuh mu yang sempurna, tapi tidakkah kau

merasa dingin?”

Zach sedikit bingung. Bingung yang pertama adalah kenapa Hayden selalu mengakhiri

kalimat nya dengan nada orang yang bertanya. Lalu, kenapa dia lupa lagi akan

tujuan utama nya, bahwa Zach hanya berniat mengambil seragam nya di

perpustakaan. Dan lalu, kenapa tiba-tiba orang yang tidak dikenal ini menjadi

sangat akrab!?. Suatu ingatan yang seharusnya diingat Zach dari tadi melewati

otak nya dengan cepat, hingga rasanya dia baru saja tersengat listrik. Zach

menepuk jidat nya lagi. “Aku lupa mengabari Andrew.” Buru-buru Zach mengambil

hp nya dan mengirim pesan ke Andrew untuk menyuruhnya pulang duluan. Lalu Zach

berlari menuju perpustakaan sebelum perpustakaan ditutup, atau ia akan pulang

tanpa baju.

Pintu perpustakaan telah ditutup. Dan rasanya sekarang Zach sangat ingin meninju

pintu kayu lemah perpustakaan ini sampai terbuka. “Kau tau Hayden? Mari kita ke

rumah mu. Tas, kunci, dan semua barang ku ada di dalam, termasuk kemeja ku.”

Hayden tersenyum bersemangat. Dia menepuk-nepuk bahu Zach lagi. “Biarkan aku yang

memimpin.”

Jam lima sore. Namun matahari masih

bersinar terik. Malah terlalu terik, hingga rasanya Zach benar-benar ingin

sampai ke rumah Hayden dengan cepat. Tidak banyak orang yang memperhatikan Zach.

Dari celana putih yang ia pakai, orang-orang sudah cepat tau jika dia adalah

anak SMA Elizabeth, dan lagi pasti dia adalah salah satu atlet Elizabeth. SMA

Elizabeth punya reputasi besar di Aseline. Sekolah swasta terbaik, dengan

murid-murid brengsek. “Apakah kita masih jauh?,” tanya Zach yang kira-kira sudah

berjalan selama 30 menit. “Tidak. Maaf, tadi pagi aku tidak membawa motor.

Ngomong-ngomong bagaimana dengan mu besok? Maksud ku, jika kunci rumah mu ada

di perpustakaan maka itu artinya kau tidak bisa masuk ke rumah. Itu lagi

artinya jika kau tidak bisa menyiapkan buku-buku mu besok.”

Satu hal yang disadari Zach selama pembicaraan ini berlangsung adalah Hayden adalah

orang yang suka berbicara, dan Hayden terlihat begitu tertarik pada Zach. Zach

bukan orang yang suka berbicara, tapi dia suka jika ada orang yang berisik di

sekitarnya, tentunya selain Andrew. “Aku mengartikan ini sebagai tawaran

menginap.” Hayden menepuk bahu Zach, lagi. “Tentu saja.” Zach membalas menepuk

bahu Hayden. “Ku rasa kita teman sekarang.”

Begitu pintu rumah Hayden terbuka, rasanya ada beragam bau yang keluar dari rumah nya.

Zach berusaha untuk tidak membuat muka konyol nya, atau menyentuh hidung nya

untuk reflek. Terdapat sebuah pohon besar yang miring ke samping kanan. Tidak

ada buah atau apa pun dari daun-daun nya. Beberapa detik setelah bau keluar

dari rumah Hayden, keluar sebuah anjing husky yang sungguh besar, dan langsung

memeluk Zach. Mungkin sepinggang Hayden besar nya. Zach tidak tahan dengan

wangi bulu-bulu anjing itu. Dia terus-terusan tersenyum, bahkan ketika saat

anjing nya sudah tidak memeluk Zach lagi.

“Katakan hai pada Erza.” Hayden mengulurkan kaki Erza ke Zach. Dengan cepat, namun

lembut, Zach menjabat kaki Erza dan menggoyang-goyangkan nya seperti sedang

berjabat tangan sungguhan. “Salam. Aku Zach, panggil aku Zachy, Erza lucu.”

Seketika Zach merasa jika ia ingin pulang, menghubungi mama nya dan meminta

untuk adopsi anjing secepat nya. Sayangnya mama Zach benci binatang. Dan hal

itu tidak akan pernah bisa berubah, apalagi sejak kejadian puluhan kucing yang menjadikan

atap rumah Zach sebagai sarang.

Hayden langsung naik ke lantai dua. Saat Zach melihat tangga kayu yang mungkin tidak

akan pernah ditemukan lagi di rumah-rumah jaman sekarang, Zach kaget. Takut

akan ketinggian dan takut akan jatuh dari tangga membuat nya diam sebentar, dan

berusaha agar tidak terlihat seperti pengecut di hadapan teman baru nya. “Halo,

Zachy kenapa kau diam?” Zach berusaha melangkah, namun langkah nya di tangga

membuat nya sekarang terlihat takut. Dia naik satu anak tangga, dengan sangat

pelan. Tangga nya terbuat dari kayu, dengan tempat tapak kaki yang sangat

kecil. Wajar bagi Zach untuk merasa canggung saat naik, malahan, tangga di

rumah Hayden adalah salah satu hal yang tidak disukai banyak orang dari rumah

nya. Sekarang, Zach masuk ke dalam daftar orang yang benci tangga rumah Hayden.

“Aku sumpah demi apa pun, kau punya tangga terburuk di seluruh penjuru kota,

Hayden.” Zach menggeser pintu kamar Hayden. Kamar nya terlihat berantakan,

namun terlihat nyaman. Seprai putih nya terlihat menumpuk di kasur nya,

menumpuk meninggi ke atas, sehingga ranjang terlihat sangat tinggi. Ada banyak

poster penyanyi yang tidak dikenal Zach. Tapi yang jelas, terdapat Jessica

Lange yang berpenampilan sebagai David Bowie di American Horror Story. “Aku

tidak tau kau suka AHS,” ucap Zach terkagum-kagum. Dan saat Zach mendekat ke

poster nya, ia sadar terdapat tanda tangan Jessica Lange

“Bagaimana bisa kau mendapat tanda tangan nya!?,” teriak dan tanya Zach dengan sangat

girang. “Tunggu, sepertinya pertanyaan yang benar adalah bagaimana bisa kau tau

Jessica Lange? Aku mendapat nya saat aku menemui Jessica Lange di Comic Con San

Diego 2015.”

Zach menjatuhkan diri nya di kasur Hayden yang ternyata benar-benar empuk. Tubuh nya

langsung merosot kebawah. Seluruh kasur nya terasa seperti sebuah pasir hisap

yang benar-benar nyaman, sehingga kau akan rela terhisap oleh pasir hisap. “Kau

terbang ke San Diego? Untuk Jessica Lange?” Hayden menyalakan konsol PS4, lalu

melempar dua kontroler ke samping Zach. Lalu memutuskan untuk juga menjatuhkan

diri nya ke kasur. “Si. Jika kau

sadar, orang tua ku tidak ada di rumah. Mereka berdua tinggal di San Diego, dan

aku tinggal bersama kakak ku.” Zach mengambil kontroler PS4 nya dan menunggu

tindakan selanjut nya dari Hayden. Sedikit bocoran, Zach tidak pernah bermain

PS4, dan dalam hati nya dia sangat girang, tapi tentu ia tidak menunjukan nya

dengan berlebih.

“Kau tau? Jika kau merasa sepi atau apa pun itu, kau bisa meminta ku ke sini atau

kau yang ke rumah ku, Hayden. Dan aku pernah tinggal di Madrid selama 3 tahun,

jadi jangan kaget lagi soal bahasa yang mendadak berubah itu.” Momen terjarang

yang bisa terjadi di Kota Aseline adalah Zachary Zebua yang mengekspresikan

simpati nya duluan. Zach adalah introver, dan Andrew adalah salah satu

ekstrover yang mengajak Zach berbicara duluan. Hayden tertawa kecil, dan

sedikit berusaha menutup tawa nya yang terlihat bahagia, tapi entah bagaimana

mengungkap kan nya. “Aku sangat tersanjung loh Zach. Kau mau bocoran mengenai

hidup ku? Kau adalah salah satu nya teman yang ku punya.” Kalimat yang

dilontarkan Hayden membuat Zach merasa sedikit sedih, dan merubah total suasana

ruangan menjadi suram-suram-sedih.

Zach dengan cepat berdiri, dan dari belakang berusaha menegakkan tubuh Hayden. Lalu

memberi nya kontroler. “Baiklah, mari kita singkirkan suasana suram-sedih ini,

dan soal bocoran hidup mu Hay, aku tidak peduli. Setidaknya kau punya teman dan

itu bagus. Lagi pula asal kau tau saja, aku juga hanya punya satu teman sebelum

aku bertemu dengan mu.”

Hayden hanya mengikuti apa kata Zach.

Mereka memainkan permainan Trine 3. Zach sebagai penyihir Amadeus dan Hayden

sebagai Zoya sang pemanah. Tidak ada yang bisa mengatakan jika Hayden tidak

bahagia dan sedih sore itu. Mendapatkan teman hanya karena pertemuan tidak

sengaja di lorong sekolah saat membuntui gadis misterius kelas? Suatu

pengalaman yang sedikit aneh jika dipikir lagi.

Zach seketika lupa akan tujuannya berada

di perpustakaan hari ini. Atau mungkin kata yang lebih tepat mendeskripsikan

isi kepala Zach adalah, jika dia berusaha untuk lepas dari beban pikiran itu.

Bermain PS4 mungkin akan membantu nya. Bertemu dan bermain dengan Hayden

mungkin juga akan membantu nya. Zach akan berusaha dan melakukan apa pun, agar

hari ini bisa lepas dari belunggu itu. Dia tidak tau bagaimana, dan dia takut

jika apa yang sedang ia perjuangkan ini hanya menjadi sia-sia, dan sebuah

tindakan yang membuang-buang waktu.

Saat Pak Ulu, guru penjas ditangkap karena

dia dituduh menggunakan narkoba di area sekolah, Zach tau keadaan hanya akan

menjadi buruk bagi diri nya dan keluarga nya. Kakak Zach, Ros Zebua, adalah

guru geografi di sekolah nya. Mereka bahkan bisa dibilang beruntung bisa

bertahan dengan kondisi keuangan mereka untuk tinggal di Kota Aseline. Zach

takut, jika Ros akan menjadi korban dari bencana dan tuduhan di sekolah. Zach

juga sudah berjanji pada diri nya, untuk menemukan dalang di balik semua ini

sebelum mengenai kakak nya.

“Apa yang kau pikirkan?,” tanya Hayden

yang memutar badan nya 180 derajat, sehingga kepala nya menghadap ke

langit-langit kamar.

“Aku memikirkan bagaimana caranya untuk

mengungkap kebenaran soal Marsella.” Zach mem-pause game nya, dan lalu merebahkan kepala nya di bantal tumpuk tiga.

“Clara Mara, kau tau dia? Dia sering

berjalan dan berbicara dengan Marsella. Jika kau bisa dekati dia dan mengajak

nya berbicara, kau tau.” Hayden sekarang dalam posisi duduk di ranjang. Dia

memegang kuat tangan Zach, dan menarik nya dengan kuat agar Zach bisa duduk

juga. Hayden memegang tangan Zach dengan posisi seperti sedang panco. Saat

Hayden memegang tangan nya dengan kuat, Zach juga berusaha menguatkan tangan

nya. Dan karena itu, Zach sekarang duduk dalam posisi yang benar-benar tegang.

“Lihat? Kau tidak sendiri. Kita lakukan ini bersama, dan kita akhiri drama

sekolah ini bersama. Kau mengerti Zachy?”

Hayden melepas genggaman tangan nya dan

mendorong tubuh Hayden kebawah. Saat tubuh Hayden hampir jatuh dari kasur,

dengan cepat Zach memegang tangan nya dengan kuat lagi, menahan bobot nya agar

tidak jatuh. “Dan jika salah satu dari kita jatuh, kau atau pun aku, aku akan

ada di sana untuk menolong mu agar tidak jatuh, Hayden.” Hayden tersenyum. Dia

melepas genggaman tangan Zach, dan memeluk nya. “Genggaman panco itu bisa

menjadi jabat tangan kita, kau tau?,” ucap nya setelah melepas pelukannya.

“Dan, pelukan tanpa baju tidak bisa

menjadi pelukan kita, Hayden.” Zach tertawa saat mengucapkan nya. Entah dia

sedang serius atau tidak, tapi jika kita menjadikan kedekatan sebagai pengukur

hubungan antara Andrew dan Hayden. Maka jelas, Zach tidak pernah sedekat ini

dengan Andrew.

Zach menghabiskan waktu yang lama di kamar

mandi Hayden. Mandi, bercukur dengan pisau cukur yang diberi oleh Hayden, dan

menatap kaca kamar mandi dengan waktu yang lama. Kira-kira ada 30 menit Zach

berdiri diam di pancuran air panas. Rasanya nyaman. Dan rasanya Zach ingin

sendirian malam ini. Selagi berdiam di pancuran, Zach berusaha mencari-cari

alasan yang bagus untuk bisa pergi berjalan ke mana saja, yang penting bisa

sendirian. Tapi lalu, dia juga ingin tinggal. Hayden adalah anak yang baik, dan

entah bagaimana dia bisa membuat orang seperti Zach merasa nyaman.

“Brengsek. Aku merasa sangat bahagia dan

juga kesepian malam ini.” Zach mendongkakkan kepala nya hingga tepat dibawah

pancuran. Seluruh air dari pancuran jatuh tepat di wajah, sehingga tidak ada

satu pun air yang mengenai tubuh Zach. Zach membekam wajah nya dengan kedua

telapak tangan nya.

Begitu keluar dari kamar mandi, Hayden

sudah menunggu di pintu. Tangan Hayden menyodorkan sekotak rokok. Zach terdiam,

menunggu hingga Hayden setidaknya melontarkan kalimat yang menjelaskan tindakan

nya. Hayden terus menggoyang-goyangkan kotak rokok nya, hingga Zach memutuskan

untuk mengambil satu. Hayden menggeluarkan pematik dari kantung celana nya, dan

menyalakan rokok Zach yang sudah tertanam di mulut.

“Terima kasih. Bagaimana bis--.”

“Wajah dan lama mu mengatakan semua nya

Zachy. Lagi pula teman selalu tau jika teman membutuhkan bantuan. Itulah guna

nya kau menginap di sini, selain karena seragam mu yang tertinggal di

perpustakaan.” Hayden membuka pintu loteng rumah nya. Dia lalu menaiki tangga

menuju genteng rumah. Zach mengikuti nya dari belakang. Hayden lalu duduk di

genteng. Dari atas bisa terlihat segala nya. Gedung SMA Elizabeth, anak-anak

yang sedang mendatangi pedagang pecel, dan ratusan lampu cahaya motor dan mobil

di jalan yang jarak nya jauh dari genteng tempat mereka berdiri.

“Aku malas sekolah besok.” Hayden

mengambil batang rokok dari kantung celana nya dan mulai menghisap nya. Asap

nya melayang-layang ke atas, lalu hilang bercampur dengan langit malam.

“Aku harus masuk. Aku butuh nilai-nilai

itu untuk universitas, lalu, soal Clara Mara.” Zach menjatuhkan rokok nya, lalu

menginjak-injak nya sampai tidak terlihat ada api yang menyala. Kali ini, asap

nya tidak sempat bercampur dengan langit malam.

Sunyi. Tidak ada yang mau membuka suara, atau mungkin, dia yang tidak mau membuka

suara? Gadis itu masih bisa tersenyum lebar. Bersikap tenang, padahal sekujur

tubuh nya sudah merasakan kengerian yang luar biasa. Pertama kali nya ke kantor

polisi, dan pertama kali nya juga mempertaruhkan hubungan keluarga. Walau

begitu, semua sudah sesuai dengan rencana. Dia hanya perlu bersikap tenang, dan

sisa nya sudah diurus oleh yang lain.

“Ku mohon kerja sama nya. Apakah kau yakin, jika dia adalah pelaku nya? Atas semua

bukti yang kau berikan ini, kau mau meyakinkan kami jika dia adalah orang yang

kami cari? Karena menurut data-data kami, anda adalah teman nya. Serta,

keluarga kalian saling bersahabat.” Salah satu petugas polisi terus menerus

mengulangi kalimat itu. Dia hampir saja jenuh, dan semakin lama kengerian nya

pun bisa hilang.

“Tugas anda adalah menangkap sang pelaku. Aku hanya melakukan apa yang ku rasa benar.

Sebagai warga negara yang baik. Bahwa Fernando Germanotta adalah pelaku dibalik

semua ini.”

Terpopuler

Comments

Robiatul Adawiyah

Robiatul Adawiyah

keren Thor semngat terus. dan mampir yuk ke novel ku yg berjudul LELAKI TUA BIADAB

2020-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!