Sibuk

5 tahun kemudian..

Chea hidup dengan wajah dingin dan sikap yang dingin. Siapapun yang berjenis kelamin cowok bakal Chea judesin. Kecuali orang yang dianggap Chea baik.

Umur Chea memang masih muda. Secara umur Chea baru 23 tahun bulan Mei ini. Tetapi walau umur Chea masih muda dan udah lulus kuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta, Chea sudah sukses bangun usaha S&W Wedding Organizer.

Usaha yang dibangun Chea sejak umur 19 tahun begitu sukses. Dana yang dipinjam dari kedua orang tuanya sudah dikembalikan Chea dan itu membuat kedua orang tua serta keluarga Chea bangga.

Satu hal yang mereka tidak ketahui tentang Chea dan hanya diketahui Fajar seorang. Chea sering berantem dan ikut balapan liar.

Fajar sampai ingin memenjarakan adiknya di rumah adiknya itu. Ya Chea tinggal di salah satu perumahan yang dia beli sendiri dan tinggal sendiri tanpa Fajar.

"Che. Udah dong ngambeknya. Abang ngaku salah deh."

Chea yang masih fokus ke arah laptopnya hanya bisa mendengus. Fajar membuat acara Chea untuk bertemu dengan calon klien gagal. Chea marah dan memukul Fajar. Jika Chea gak ingat siapa Fajar, udah mati Fajar dihajar Chea.

"Gara-gara abang calon klien Chea ilang. Itu duwit Chea ilang bang."

Chea masih fokus dengan laptopnya sambil sesekali menggerutu. Klien berharga karena banyak duwit.

"Iya abang tau. Maafin abang ya. Jangan ngambek dong Che. Abang khilaf deh."

Chea menghela nafas dan melihat Fajar.

"Emang ada apa dengan calon klien Chea barusan?."

"Kau terlalu polos atau bego sih Che. Itu om om lagi lihatin body mu. Abang yang tau maksud dan tujuan otaknya ya abang pukul lah. Gak rela adek abang dilecehin di depan abang."

Chea terdiam sesaat. Benar kata abangnya. Memang klien tadi agak gimana gitu dipandangan Chea. Tapi tinggal pukul aja kan beres.

"Tinggal pukul aja kalau kurang ajar sama Chea."

Fajar yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas kasar.

"Gini nih cewek kalau otak kayak cowok. Dikit-dikit main pukul. Gak semua masalah bisa diselesaiin sama tinju sayang."

"Bodo! kan tadi abang juga mukul kok. Gak pakek otak lagi."

Fajar milih diam. Debat dengan adiknya hanya akan membuat masalah semakin panjang.

"Che. Abang boleh nanya gak?."

"Tinggal nanya aja susah banget sih bang."

Chea jawab dengn nyolot. Fajar ganggu konsentrasi Chea untuk melihat urutan kegiatannya selama seminggu ini. Benar-benar padat.

"Gak usah nyolot juga kali Che. Ini abangmu. Dosa. Itu abang mau nanya soal si Gilang. Dia kok sering dateng ke gedung WO lo sih."

"Tau. Bukan urusan aing bang."

"Ini serius Che."

"Duarius bang. Chea gak tau."

Chea tetap fokus tetapi semua buyar saat ada telpon masuk. Dengan enggan Chea mengankat telpon itu.

"Halo. Dengan Chea sendiri."

"Halo mbak Chea ini Ririn."

Chea menghela nafas beratnya. Fix gue nginep di kantor.

"Iya kenapa Rin."

"Ini mbak ada email masuk dari klien yang namanya ibu Weni. Emailnya akan saya kirim ke mbak . Saya kasih info garis besarnya. Beliau ingin bertemu mbak sekarang guna membahas acaranya yang akan diselenggarakann 6 hari lagi mbak."

"Kirim aja emailnya. Atur aja mau jetemu kapan dan tempatnya. Nanti saya kesana."

"Siap mbak Che. Udah ya mbak."

Chea hanya bisa menghela nafas berat. Ini masih pukul 1 siang dan udah dihadapkan dengan rapat sama klien. Padahal ini adalah hari liburnya.

"Abang makan sendiri ya nanti malam. Chea ada acara sama klien. Mau bahas acaranya yang tinggal 6 hari lagi."

Fajar cemberut. Selalu ditinggilkan dirinya. Klien adalah prioritas adiknya.

"Iya. Ntar abang makan sendiri. Tapi bisa kan abang ikut meetingnya?."

Chea tampak berfikir dan menghela nafas lagi. Over protective.

"Ntar abang bosen?."

"Gak juga. Asal pembahasan kalian gak bosenin aja."

"Serah."

TING

Chea memeriksa email yang masuk. Chea ingat siapa Ibu Weni. Ibu Hasan.

TING

Chea melihat ada pesan masuk lewat aplikasi whatsappnya.

**From Ririn

Pertemuan dengan Ibu Weni di Opee Restaurant jam 15.20**

Ibu Weni minta ketemu jam dan tempat itu mbak.

Mbak bisa?

*To Ririn

Bisa kok Rin.

Sampaiin ke beliau,

aku bakal dateng jam segitu.

Tapi akalu telat maklum ya.

Soalnya aku juga ketemu klien dulu yang lain sebelum dia*.

Tak lama berselang masuk pesan balasan dari Ririn sekretaris Chea.

**From Ririn

Siap 45 mbak.

Bakal Ririn sampaiin.

Mbak semangat kerjannya**.

Chea hanya bisa pasrah. Setiap kali dia mengeluh capek dengan kerjaannya pasti omelan tujuh turunan mami sama ayahnya bakal tergiang-ngiang.

Ini adalah pekerjaan yang dia mau. Ini yang dia cita-citakan dari dulu. Jadi segala resiko dia harus bisa nanggung.

"Bang. Jadi ikut Chea ketemu klien gak?."

Fajar yang masih asik ngegame di ruang tamu rumah Chea hanya bisa berdehem. Takut kalah kalau hilang fokus.

"Nanti Chea pergi jam 3. Abang siap-siap gih sana. Ini udah mau jam 2. Nanti abang siap-siapnya lama. Chea tinggal. Ngamuk. Ngambek. Ngadu ke ayah sama Mami. Chea dimarahi. Abang kena bogem dari Chea."

Fajar yang masih fokus sama game hanya bisa berdehem.

"Bentar lagi dek. Nanggung. Kamu katanya mau ketemu sama fotografer WO kamu?."

"Oh Iya. Lupa."

Chea langsung menelpon Yeni. Fotografer ke 4 nya. Maklum usaha WO Chea gede. Banyak klien yang minta foto prewed dimana-mana. Terpaksa nyari fotografer lebih dari 3 buat nanganin klien.

"Halo Yen ini gue Chea."

"Iya tau Che. Kenapa? udah gak amnesia sama janji lo sendiri?."

"Hehehe.  Sorry Yen. Gue lagi meriksa laporan kegiatan di klien kemarin. Sibuk sendiri. Lo masih disana kan?."

"Masihlah. Gue sabar nungguin elo yang udah telat sejam. Buruan kesini. Bawa sekalian laptop lo. Gue mau ngomongin juga soal klien lo yang rewel banget tadi."

Chea menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Komplain adalah makanan seharichari Chea.

"Iya. Gue siap-siap. Bang cepetan sana siap-siap."

"Iya bawel."

Fajar bergegas mematikan komputer di depannya dan langsung masuk kamarnya.

"Eh Che. Abang ganteng lo ikut nih?."

"Ikut. Kenapa? gak ada caper! najis lo. Awas kalau lo caper ke abang gue. Gue pecat lu jadi sahabat gue."

"He he he. Selow mbak bro. Gue udah ada Bima. Gak mungkin gue sama abang lo yang over posesif itu."

"Awas aja. Udah ya gue tutup. Gue mau siap-siap. Bye."

"Bye."

Setelah sambungan telepon mati. Chea bergegas siap-siap untuk ketemu Yeni sekalian buat ketemu klien yang lain.

Tbc...

Terpopuler

Comments

Susi Lanita

Susi Lanita

next..

2020-07-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!