It'S You
"Briannnn" jerit Mery dari dapur. Wanita paruh baya dengan wajah baby face itu tengah sibuk di dapur, bukan masak tapi hanya nyuci piring.
Karna sudah 3 hari tak dicuci dan mulai berkerak, semua itu karna dirinya sakit dan kedua anak dan suaminya tidak ada yang mau melakukan pekerjaan rumah sama sekali, mungkin hanya menyapu dan itu kamarnya masing masing.
Haih, sungguh kasihan Mery. Harus mengerjakan pekerja rumah sendirian di rumah segede gudang garam ini, belum lagi pekerjaannya sebagai pejabat negara yang akan semakin menguras tenaga dan otaknya.
Untung dia punya wajah baby face jadi kulit wajahnya itu masih kencang dan mulus, jadi suaminya tak akan berani melirik wanita lain disaat istrinya yang seharusnya sudah keriput kek emak emak, masih terlihat seperti perawan berumur 20 an.
"Dalem ma, kenapa? Kangen kah sama Brian yang unyuk ini" seru Brian menghampiri wanita kesayangannya itu dengan malas. Karna pasti ia akan menyuruhnya melakukan sesuatu.
"Unyuk dari hongkong! Muka kek tatakan daging pasar aja pedenya selangit" ucap Thalia sarkas.
"Adik luknut. Dari mana lo? Kucel decil kek jemuran mamel" balas Brian tak kalah sengit.
Mery hanya mendengus melihat keduanya yang mulai bertengkar lagi. "Haduhhhh udah deh! Brian beliin mama ikan"
"Hah? Mama suruh Brian beli apa?" Ucapnya sok tuli.
"Ikan sayang"
"Dimana ma?"
"Ya pasar ikan lah bego!" Sahut Thalia ketus melihat tingkah abangnya yang selalu menolak jika mamanya meminta tolong, walau dirinya juga tak jauh beda sih, tapi Brian ini lebih parah.
"Duh ma, bau tau ma. Lagian mana ngerti Brian jenis ikan ma" protesnya sudah lemas dan malas.
"Tau lah! Orang biasanya kamu makan"
"Ya tuhan mamaku sayang. Yang aku makan itu udah mama goreng! Semuanya sama aja perasaku mamycu cayang" ujarnya gemas.
"Duhh, lo tuh ya bang. Mama kan baru sembuh masa iya lo tega nyuruh mama ke pasar?"
"Ya lo aja sana ke pasar kalo mau"
"Gue kan baru pulang. Capek mau mandi lah, gilak lo" seru Thalia nyolot.
Uhuk..uhuk..batuk Mery lemas. Tubuhnya itu masih terasa sakit dan berat. Tapi ia paksa untuk bangun karna tak tega membiarkan keluarganya makan di luar setiap waktu. Belum lagi makanan cepat saji yang biasa dikonsumsi mereka itu kan tidak sehat untuk tubuh.
Keduanya langsung terdiam. Menatap Mery yang duduk dimeja makan dengan tangan yang menopang kepalanya yang masih terasa pusing.
Brian mendengus, ia tak tega melihat Mery seperti itu. Walau ia malas untuk disuruh suruh tapi jika keadaan mepet seperti ini, dia berubah jadi orang yang bisa diandalkan. Tentu saja itu semua karna terpaksa. "Ya udah deh Brian beliin. Lagian kenapa mau masak segala sih ma? Belum sembuh juga. Nanti sakit lagi"
"Terus? Biarin liat kalian bertiga tiap hari makan micin gitu? Mana tega emak mu ini nak! Entar kalo anak sama suami mama jadi tambah dodol gimana? Masa mama yang harus kerja banting tulang sendirian? Terus ngurus semua kerjaan rumah? Capek deh" jawab Mery panjang alay bin lebay.
"Halah bersihin rumah aja loh ma, gampang! Brian mah bisa. Urusan masak ada Thalia tuh, pasti bisa aja! Kan dia anak mama hehehe "
"Owhhh bisa? Lupa ya kemaren siapa ya? yang ngepel rumah sampek banjir gitu! Terus siapa ya? yang ceplok telur aja sampek gosongin wajan mama" ucap Mery bersungut sungut saat mengingat kejadian 2 hari lalu.
Rumahnya seperti kapal pecah hanya karna suami dan anaknya ini berusaha mengurus rumah saat dirinya sedang terbaring sakit.
Brian dan Thalia tersenyum konyol karna merasa bersalah juga merasa bodoh akan diri mereka yang tak bisa melakuan apa apa selain belajar dan bermain.
Mery menghela nafasnya kuat. "Udah sana beliin mama ikan gurame 2 kg, bandengnya 1 kg! Thalia buruan mandi terus beliin mama beras di toko depan, beras emak abis" pinta Mery diangguki kedua anaknya.
Brian mengulurkan tangannya, meminta uang belanja. "Ma beli lele juga boleh? 1 kg aja! Brian pengen sambel lele sama tempe hehe"
"Iya beli aja! Sekalian beli lalapannya. Tau kan?"
"Iya! Timun, kubis, sama kemangi kan ma?"
Mery mengangguk singkat. Brian langsung melesat keluar rumah, dan mengambil motornya dari dalam garasi. Tapi tiba tiba berhenti saat Mery kembali memanggilnya. "Brian!"
Brian menoleh "Apa lagi ma? Ada yang perlu di beli lagi kah?"
Mery melemparkan sesuatu. Hup! Brian menangkapnya. Ia manatap kunci motor yang di lemparkan ibunya. "Brian kan udah bawa motor ma?"
"Kamu mau pakek motor kamu? Yakin? Ntar bau amis marah marah" seketika
Brian mendelik, ia tersenyum kecut dan kemudian menyimpan kunci motornya di saku celananya. Dan mengeluarkan motor mio berwarna hitam dari bagasi.
"Ya udah Brian berangkat ya mom!"
...🐢 🐢 🐢...
Brian berhenti disalah seorang pedagang ikan. Ia tersenyum melihat nenek yang tengah duduk di bangku kayu kecil di antara dagangannya, tengah tersenyum ramah menyambut kedatangannya.
"Mau beli apa den?" Tanya nenek itu dengan suara lembut.
"Nenek" tiba tiba seorang gadis dengan riang menyapa wanita tua tersebut. Brian pun menoleh kesamping saat gadis itu menyela percakapannya.
"Eh non Delia! Mau beli apa non?" Ucap nenek itu dengan menyungging senyuman yang merekah.
Delia berjongkok di dekat nenek itu, ia meletakkan kotak bekal di pangkuan wanita tua itu.
"Ini apa non?"
"Delia buat roti kukus, tapi agak hambar. Kurang gula hehe tapi masih manis kok dikit. Gak papa kan nek? Nenek kan gak boleh makan yang terlalu manis" seru Delia tersenyum lebar.
"Gak papa. Makasih ya non!" Nenek itu kembali menoleh pada Brian yang setia menunggunya. "Maaf ya den! Tadi mau beli apa ya?"
Brian hanya tersenyum "Guramenya 2 kg, bandeng 1 kg, sama lele nya 1 kg" sebut Brian dengan ramah.
Pandangannya seketika beralih pada Delia yang berdiri di depannya dengan menatap ikan segar yang masih menggeliat di dalam ember.
Brian jadi gagap karna ikutan melihat ikan tersebut. Menggeliat geliat bebas di dalam sana, tanpa sadar tangannya terulur dan hendak menjangkau ikan tersebut.
Set!
Delia menangkap tangannya. Sontak Brian langsung menoleh karna terkejut.
"Kenapa sih?"
"Nanti kotor tangannya" ucap Delia dengan menatap mata Brian tepat di manik mata birunya tersebut.
Brian mengerjap dan kemudian menepis tangan Delia kasar. "Apa sih! Orang gue mau menggang juga" ketus Brian dan mengambil satu ikan lele yang lumayan besar.
Delia mengernyit, ia berjalan mundur beberapa langkah, menjaga jaraknya dari Brian "Hiiiyy" rengeknya takut.
Dengan iseng, Brian malah menyodorkan ikan itu ke wajah Delia. Alhasil tangan gadis itu langsung menepisnya dan tangan Brian berusaha memegang ikan itu agar tak jatuh, tapi malah? Plakk...
Brian tertegun. Sedangkan si nenek dengan tepat waktu menangkap ikan tersebut sebelum jatuh di atas tanah.
Delia membulatkan matanya dan sontak tertawa terbahak kemudian. Bagaimana tidak tertawa? Saat pipi lelaki yang berusaha mengusilinya itu tak sengaja tertampar ekor ikan lele hingga memarah membentuk ekor.
Brian mengerjap, mengusap pipinya yang berbau amis karna insiden tersebut.
"Diem!" Bentak Brian kesal setengah mati.
Tapi Delia masih terus terbahak, menertawakan kemalangannya. Brian mendengus, ia segera membayar pesanannya dan berlalu secepatnya, karna jujur ia sangat malu akan kejadian konyol barusan.
Mimpi apa sih gue sampek kena sial gini, rutuk Brian pada dirinya sendiri dengan sebal.
*****
Hai, terimakasih sudah membaca cerita ini. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian disini. Terimakasih...
IG : @otvianasofie
See you next time All.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
BELVA
hallo aithor kece aku hadir membawa bnyak like nih
2021-01-20
1
ACILMEY
aku nyimak dulu ya sekalian bawa bom like +rate 5 untukmu, 👍👍
2021-01-03
1
HIATUS
bagus thoor ceritanya 😍😍
mampir juga yuk ke karya aku, kita sama2 suport rating &like ❤
2020-12-12
1