NovelToon NovelToon

It'S You

Episode 1

"Briannnn" jerit Mery dari dapur. Wanita paruh baya dengan wajah baby face itu tengah sibuk di dapur, bukan masak tapi hanya nyuci piring.

Karna sudah 3 hari tak dicuci dan mulai berkerak, semua itu karna dirinya sakit dan kedua anak dan suaminya tidak ada yang mau melakukan pekerjaan rumah sama sekali, mungkin hanya menyapu dan itu kamarnya masing masing.

Haih, sungguh kasihan Mery. Harus mengerjakan pekerja rumah sendirian di rumah segede gudang garam ini, belum lagi pekerjaannya sebagai pejabat negara yang akan semakin menguras tenaga dan otaknya.

Untung dia punya wajah baby face jadi kulit wajahnya itu masih kencang dan mulus, jadi suaminya tak akan berani melirik wanita lain disaat istrinya yang seharusnya sudah keriput kek emak emak, masih terlihat seperti perawan berumur 20 an.

"Dalem ma, kenapa? Kangen kah sama Brian yang unyuk ini" seru Brian menghampiri wanita kesayangannya itu dengan malas. Karna pasti ia akan menyuruhnya melakukan sesuatu.

"Unyuk dari hongkong! Muka kek tatakan daging pasar aja pedenya selangit" ucap Thalia sarkas.

"Adik luknut. Dari mana lo? Kucel decil kek jemuran mamel" balas Brian tak kalah sengit.

Mery hanya mendengus melihat keduanya yang mulai bertengkar lagi. "Haduhhhh udah deh! Brian beliin mama ikan"

"Hah? Mama suruh Brian beli apa?" Ucapnya sok tuli.

"Ikan sayang"

"Dimana ma?"

"Ya pasar ikan lah bego!" Sahut Thalia ketus melihat tingkah abangnya yang selalu menolak jika mamanya meminta tolong, walau dirinya juga tak jauh beda sih, tapi Brian ini lebih parah.

"Duh ma, bau tau ma. Lagian mana ngerti Brian jenis ikan ma" protesnya sudah lemas dan malas.

"Tau lah! Orang biasanya kamu makan"

"Ya tuhan mamaku sayang. Yang aku makan itu udah mama goreng! Semuanya sama aja perasaku mamycu cayang" ujarnya gemas.

"Duhh, lo tuh ya bang. Mama kan baru sembuh masa iya lo tega nyuruh mama ke pasar?"

"Ya lo aja sana ke pasar kalo mau"

"Gue kan baru pulang. Capek mau mandi lah, gilak lo" seru Thalia nyolot.

Uhuk..uhuk..batuk Mery lemas. Tubuhnya itu masih terasa sakit dan berat. Tapi ia paksa untuk bangun karna tak tega membiarkan keluarganya makan di luar setiap waktu. Belum lagi makanan cepat saji yang biasa dikonsumsi mereka itu kan tidak sehat untuk tubuh.

Keduanya langsung terdiam. Menatap Mery yang duduk dimeja makan dengan tangan yang menopang kepalanya yang masih terasa pusing.

Brian mendengus, ia tak tega melihat Mery seperti itu. Walau ia malas untuk disuruh suruh tapi jika keadaan mepet seperti ini, dia berubah jadi orang yang bisa diandalkan. Tentu saja itu semua karna terpaksa. "Ya udah deh Brian beliin. Lagian kenapa mau masak segala sih ma? Belum sembuh juga. Nanti sakit lagi"

"Terus? Biarin liat kalian bertiga tiap hari makan micin gitu? Mana tega emak mu ini nak! Entar kalo anak sama suami mama jadi tambah dodol gimana? Masa mama yang harus kerja banting tulang sendirian? Terus ngurus semua kerjaan rumah? Capek deh" jawab Mery panjang alay bin lebay.

"Halah bersihin rumah aja loh ma, gampang! Brian mah bisa. Urusan masak ada Thalia tuh, pasti bisa aja! Kan dia anak mama hehehe "

"Owhhh bisa? Lupa ya kemaren siapa ya? yang ngepel rumah sampek banjir gitu! Terus siapa ya? yang ceplok telur aja sampek gosongin wajan mama" ucap Mery bersungut sungut saat mengingat kejadian 2 hari lalu.

Rumahnya seperti kapal pecah hanya karna suami dan anaknya ini berusaha mengurus rumah saat dirinya sedang terbaring sakit.

Brian dan Thalia tersenyum konyol karna merasa bersalah juga merasa bodoh akan diri mereka yang tak bisa melakuan apa apa selain belajar dan bermain.

Mery menghela nafasnya kuat. "Udah sana beliin mama ikan gurame 2 kg, bandengnya 1 kg! Thalia buruan mandi terus beliin mama beras di toko depan, beras emak abis" pinta Mery diangguki kedua anaknya.

Brian mengulurkan tangannya, meminta uang belanja. "Ma beli lele juga boleh? 1 kg aja! Brian pengen sambel lele sama tempe hehe"

"Iya beli aja! Sekalian beli lalapannya. Tau kan?"

"Iya! Timun, kubis, sama kemangi kan ma?"

Mery mengangguk singkat. Brian langsung melesat keluar rumah, dan mengambil motornya dari dalam garasi. Tapi tiba tiba berhenti saat Mery kembali memanggilnya. "Brian!"

Brian menoleh "Apa lagi ma? Ada yang perlu di beli lagi kah?"

Mery melemparkan sesuatu. Hup! Brian menangkapnya. Ia manatap kunci motor yang di lemparkan ibunya. "Brian kan udah bawa motor ma?"

"Kamu mau pakek motor kamu? Yakin? Ntar bau amis marah marah" seketika

Brian mendelik, ia tersenyum kecut dan kemudian menyimpan kunci motornya di saku celananya. Dan mengeluarkan motor mio berwarna hitam dari bagasi.

"Ya udah Brian berangkat ya mom!"

...🐢 🐢 🐢...

Brian berhenti disalah seorang pedagang ikan. Ia tersenyum melihat nenek yang tengah duduk di bangku kayu kecil di antara dagangannya, tengah tersenyum ramah menyambut kedatangannya.

"Mau beli apa den?" Tanya nenek itu dengan suara lembut.

"Nenek" tiba tiba seorang gadis dengan riang menyapa wanita tua tersebut. Brian pun menoleh kesamping saat gadis itu menyela percakapannya.

"Eh non Delia! Mau beli apa non?" Ucap nenek itu dengan menyungging senyuman yang merekah.

Delia berjongkok di dekat nenek itu, ia meletakkan kotak bekal di pangkuan wanita tua itu.

"Ini apa non?"

"Delia buat roti kukus, tapi agak hambar. Kurang gula hehe tapi masih manis kok dikit. Gak papa kan nek? Nenek kan gak boleh makan yang terlalu manis" seru Delia tersenyum lebar.

"Gak papa. Makasih ya non!" Nenek itu kembali menoleh pada Brian yang setia menunggunya. "Maaf ya den! Tadi mau beli apa ya?"

Brian hanya tersenyum "Guramenya 2 kg, bandeng 1 kg, sama lele nya 1 kg" sebut Brian dengan ramah.

Pandangannya seketika beralih pada Delia yang berdiri di depannya dengan menatap ikan segar yang masih menggeliat di dalam ember.

Brian jadi gagap karna ikutan melihat ikan tersebut. Menggeliat geliat bebas di dalam sana, tanpa sadar tangannya terulur dan hendak menjangkau ikan tersebut.

Set!

Delia menangkap tangannya. Sontak Brian langsung menoleh karna terkejut.

"Kenapa sih?"

"Nanti kotor tangannya" ucap Delia dengan menatap mata Brian tepat di manik mata birunya tersebut.

Brian mengerjap dan kemudian menepis tangan Delia kasar. "Apa sih! Orang gue mau menggang juga" ketus Brian dan mengambil satu ikan lele yang lumayan besar.

Delia mengernyit, ia berjalan mundur beberapa langkah, menjaga jaraknya dari Brian "Hiiiyy" rengeknya takut.

Dengan iseng, Brian malah menyodorkan ikan itu ke wajah Delia. Alhasil tangan gadis itu langsung menepisnya dan tangan Brian berusaha memegang ikan itu agar tak jatuh, tapi malah? Plakk...

Brian tertegun. Sedangkan si nenek dengan tepat waktu menangkap ikan tersebut sebelum jatuh di atas tanah.

Delia membulatkan matanya dan sontak tertawa terbahak kemudian. Bagaimana tidak tertawa? Saat pipi lelaki yang berusaha mengusilinya itu tak sengaja tertampar ekor ikan lele hingga memarah membentuk ekor.

Brian mengerjap, mengusap pipinya yang berbau amis karna insiden tersebut.

"Diem!" Bentak Brian kesal setengah mati.

Tapi Delia masih terus terbahak, menertawakan kemalangannya. Brian mendengus, ia segera membayar pesanannya dan berlalu secepatnya, karna jujur ia sangat malu akan kejadian konyol barusan.

Mimpi apa sih gue sampek kena sial gini, rutuk Brian pada dirinya sendiri dengan sebal.

*****

Hai, terimakasih sudah membaca cerita ini. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian disini. Terimakasih...

IG : @otvianasofie 

See you next time All.

Episode 2

Dean menatap Delia yang berjalan melewati rumahnya dengan membawa 2 kantung belanjaan besar di kedua tangannya.

"Dari mana mak?" Seru Dean membuat gadis yang tengah cengengesan itu sontak menoleh ke arahnya.

"Habis ke pasar nak! Gak mau bantuin emak kah? Berat nih" celetuk Delia mengangkat kedua kantung besar ditangannya.

"Sini gue bantuin mak!" Sambar Roy, kembaran Dean, keluar dari rumah dengan membawa sekaleng cola kesukaannya.

Roy berlari ke arah Delia setelah memberikan kaleng minuman itu pada Dean yang tengah duduk santai di teras rumahnya.

"Habis belanja apaan sih mak? Berat amat kek nya?" tegur Roy merebut dua kantung itu segaligus.

"Biasa si emak dirumah suka gitu kan! Belanja buanyak entar ujung ujungnya masak kebanyakan terus dibagi bagi ke rumah elu" ucap Delia sambil berucap terimakasih pada Roy yang telah membantunya.

"Owh jadi nenek di rumah mau masak masak? Gue bantuin ya mak" sekarang ganti Dean yang mendekat ke arah mereka dengan antusias setelah mendengar Winda, mamy Delia akan memasak, tentu saja dia sangat doyan masakan Winda yang pasalnya adalah mantan koki restorant.

Roy sama Dean ini kebiasaan manggil Delia itu emak karna Delia cerewetnya kek emak ke anaknya. Jadi ya gitu deh..

"Gimana kalo bantuin gue aja nak? Kerjain PR emak aja gimane?"

"Idih ogah, kerjain sendiri lah" ketus Dean seketika menjadi kesal.

"Huh pelit deh lo! Punya otak tuh dibagi bagi"

"Ngaku gak punya otak dia Roy wkwkwk" ejek Dean tertawa menyebalkan.

Melihat kembaran dan sahabatnya itu bertengkar, Roy hanya memutar bola matanya malas dan membawa masuk belanjaan Delia ke dalam rumah gadis itu.

Di sambut dengan Qila, adik perempuan Delia yang baru duduk di bangku kelas 3 SMP tapi tingginya sudah hampir menyamai dirinya dan Delia kalah jauh. Karna Delia itu pendek kek mamanya.

"Loh kakak gue mana bang? Kok lo jadi yang bawa belanjaan mama?"

"Di depan tuh. Lagi tengkar sama adek gue di jalanan" "Ini taroh mana Qil?"

"Dapur bang! Ada mama kok, masuk aja"

"Okey!" Roy berjalan masuk dan melihat tante Winda yang tengah mencuci peralatan dapur. "Tante! Ini belanjanya ya"

Winda menoleh, menatap Roy yang meletakkan kantong belanja di atas meja. "Loh Delia mana Roy? Makasih ya"

"Iya tante, Delia di depan. Tante lagi apa?" Tanya Roy melihat tangan Winda yang sibuk mencuci walau mulutnya sedang sibuk menanyai dirinya.

"Ngamen! Ya nyuci piring lah ganteng. Masa gak kelihatan sih"

Roy terkekeh "Hehe, mata Roy merem sih tan wkwkwk. Mau di bantuin kah?"

"Gak usah tanya! Sini kamu. Punggung tante dah sakit dari tadi nih. Punya anak cewe dua tapi gak guna semua. Pusing deh tante Roy"

"Wkwkwk iya iya nyonya. Ngeluh nya ke panjangan tuh wkwkwk"

Delia dan Dean masuk ke dapur dengan ricuh. "Ma Dean ngeselin nih"

"Apaan sih Del! Engga loh tan. Delia aja tuh ngambekan"

Winda hanya menggelengkan kepalanya pasrah melihat dua kucing yang ribut adu mulut di hadapannya. Ia pun memilih masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat dari pada melihat keduanya debat tak berfaedah.

"Tuh rajin kek Roy sana lu. Jangan adu mulut aja lu sama gue, kek cabe aja! Padahal yang cabe kan si Roy" seru Delia.

"Idih yang betul aja lu! Males amat gue jadi pembantu gratisan dirumah lo, cih" balas Dean memasang wajah geli.

"Nih gue kasih buruan nih!" Delia melempar uang lima ratus perak padanya.

"Apaan njir! Dompet gue tebel. Gak butuh duit dari lo" Dean melempar balik duit receh itu ke muka Delia.

"Astafirullah mentang mentang tajir lo setan. Ya apalah gue yang kere ini" Delia mendengus kesal dan meninggalkan Dean di tempatnya, memilih membantu Roy yang dengan ikhlas membantu pekerjaan rumahnya.

Dean diam, tak enak pada Delia. Dia takut menyinggung Delia atas ucapannya itu.

"Sorry! Gue bantu deh" ucap Dean mengingat mereka sudah dari bibit sampai bonsor gini udah kenal lama.

"Apaan gilak! Gak usah sana lo jauh jauh. Hambur duit sana biar cepet kempes dompet lo" sensi Delia mengibas tangan Dean dari lengannya.

Pasalnya Delia ini sangat sensitif dengan masalah status sosial, entah mengapa dia kesal kalo mengingat dia ini sangat kere alias miskuin.

"Ya allah mak maapin Dean dong, iya deh Dean durhaka mak huhu" manja Dean bergelayutan manja di lengan Delia.

Delia menghela nafasnya kesal "Roy adek lo nih. Kesel gue"

Roy menoleh sekilas dan kembali melanjutkan acara cuci piringnya. "Udah sih Del, Dean kan mulutnya emang gitu. Lagian lo emang kere kan"

Mendadak Delia menjadi semakin kesal "Iya deh gue kere lo bedua kaya kek kolongmerat. Cih.."

"Apa sih De, sensi amat lu. Biasanya kita juga yang jajanin lo. Udah kek suami jajanin istrinya, noh dua suami lo kan" seru Roy santai, karna emang seperti itu adanya.

Dean dan Roy sering membelikan Delia ini itu, tentu saja karna kehendak mereka sendiri, tak mungkin Delia yang memintanya. Delia bukan orang matre.

"Bodo! Males gue sama kalian. Pulang sana. Sebel gue liat muka papan iklan kek lo bedua" kesal Delia mengibas tangannya mengusir keduanya.

"Idih jutek! Hayuk es cream sayang. Suami yang ini bakal beliin deh" ujar Roy memeluk leher Delia akrab.

"Jijik lo bencong. Sana enyah! Males gue ah. Qilaaaaa usir tikus tikus ini dari sini dekkkk" jerit Delia membuat Qila keluar dari gua nya.

"Cabut lu pada! Ganggu kakak gue mulu kerjanya. Cabut sana" usir Qila menyeret mereka keluar rumah kasar.

"Cih mentang mentang dah sabuk item, jadi tenaga lo kek sumo ya Qil" celetuk Dean yang kalah kuat dari gadis yang jauh lebih kurus dari dirinya itu.

Setelah melemparkan kedua orang sahabat kakaknya plus tetangga sebelah rumahnya keluar rumah! Qila kembali ke dapur dan membantu kakaknya yang tengah mencuci piring.

"Buat makanan dong kak! Qila laver nih" rengek gadis manja itu pada Delia.

"Udah tau gue gak bisa masak! Gitu masih minta di maskin. Ini tuh maksudnya emang minta tolong apa ngejek" sebal Delia menatap sengit adik semata wayangnya itu.

Qila pun menyengir kuda "Hehehehe ngejek dong! Sesekali durhaka. Kan Qila jarang durhaka sama kakak. Yang sering mah ke Bapak ya kan kak" seru Qila sambil mengedip ngedipkan matanya genit.

"Wkwkwk ngaku lu dek! Dasar anak durhaka. Udah sana goreng telur. Sekalian kakak juga mau yak!"

"Okey kakaku cayang"

Episode 3

Dean bersandar dimobil BMW hitam kesayangannya yang tengah terparkir di depan rumah. Ia memberikan nama mobilnya itu dengan blakcy.

"Woy bang buruan napa sih lu! Lelet amat kek siput. Lagi bikin alis lu?!" Teriak Dean kesal, karna menunggu saudaranya yang tak kunjung keluar setelah 15 menit berlalu.

Padahal tadi yang lebih dulu berganti baju itu si Roy! Tapi sampai Dean udah selesai mandi, ganti plus sarapan! Abangnya itu tak kunjung keluar dari kamar.

"Iya ma! Delia berangkat ya!" jerit Delia keluar dari pekarangan rumahnya.

Mendengar suara Delia yang nyaring bak toak hajatan itu Dean yang tadinya uring uringan mendadak menjadi slow melihat kehadiran wanita yang kerap ia panggil emak itu, tengah berjalan keluar dari rumahnya dengan seragam lengkap dan rapi seperti biasanya.

"Mak...uy! Bareng anak, sini mak. Gak usah naik angkot dah.." ucap Dean melambaikan tangannya dengan cepat.

Delia pun menoleh dan tersenyum, lantas berjalan mendekati Dean dengan sedikit berlari.

"Tumben belum berangkat? Si Roy ngaret lagi?"

(Ngaret \= telat! Bukan motongin rumput pakek sabit ya maksud gue)

Dean mengangguk. "Gue susul bentar. Lo tungguin entar ya mak. Jangan naik angkot! Awas lu!" Ucap Dean berlari masuk ke rumah untuk menyeret kembarannya keluar.

Tak berujung lama. Suara gaduh 2 bersaudara itu terdengar dari ambang pintu.

"Ya allah Dean sabar napa babi. Ini pakek sepatu dulu. Kaos kaki gue kotor dong somplak" marah Roy melihat adiknya yang menyeret paksa dirinya keluar rumah bak seorang maling habis bobol rumah.

"Lu lama bang! Telat entar. Pakek di mobil kan bisa" balas Dean tak kalah kesal.

"Ya udah gendong gue ke mobil. Becek tuh. Lo abis maindiin si blacky kan?!"

Dean mencibik dan menggendong abangnya itu melewati genangan air yang tercecer disepanjang jalan keluar rumah mereka. Delia membukakan pintu untuk Roy masuki.

"Peka amat lu mak. Co cweet deh kek anak emak kanguru yang tau aja kalo anaknya minta gendong"

Delia hanya memutar bola matanya malas dan masuk ke dalam mobil. Duduk di sebelah Roy yang sudah sibuk mengibaskan kaos kakinya yang kotor terkena tanah.

Sedangkan Dean mengambil alih kemudi dan mulai menjalankan mobil ke sekolah, ke SMA Sejahterah, sekolah yang paling mereka cintai.

"Minggu depan ulangan. Mak, lo gak mau les sama gue?" Ujar Dean meliriknya dari kaca spion tengah. Dan memandang wajah Delia dari sana.

Delia sontak menjulurkan kepalanya ke samping Dean, dan Dean pun berhasil terlonjak kaget melihat pergerakannya.

"Hayuk nak. Kapan? Nanti malem gimana? Udah tinggal 3 hari lagi kan? Sekarang udah kamis" ujar Delia dengan wajah polos dan suara santai.

Mau gimana pun Delia ini sangat cantik, jadi seberapa pun menjengkelkannya tingkah laku Delia, Dean tidak benar benar bisa marah padanya. Karna kelemahan Dean adalah cewe cantik plus sisi imutnya.

Setelah beberapa saat memandang wajah Delia dari dekat tanpa berkedip! Akhirnya Dean mengangguk sambil mengulas senyum tipis.

"Entar beli snack. Gue yang beliin, oke?!" seru Roy yang sedari tadi memperhatikan interaksi dua orang tersebut.

Bak bocah tk yang mendapat balon dari sang ayah keduanya bersorak senang. Sementara Delia langsung melompat memeluk Roy erat. "Duh dipeluk badak. Sesek gue!"

"Ck" cibir Delia kesal.

Sampai di parkiran sekolah. Mereka lekas turun dan berjalan ke kelas masing masing.

"Del" seru seorang perempuan berhijap tengah melambaikan tangan ke arah mereka bertiga.

Wajah Roy langsung bersemu melihat senyuman merekah dari sahabat Delia itu. Zahra namanya. Siswi perempuan yang terkenal dingin pada kaum adam itu sukses mendapat julukan es krim, dingin dingin tapi manis eak. Bukan itu saja! Zahra ini murid terpintar nomer 2 setelah Dean yang menjabat sebagai peringkat pertama di sekolah.

"Assalamuallaikum" sapa Dean dengan senyum ramah. Sedangkan Roy sudah kaku karna melihat Zahra yang berdiri tepat di hadapannya. Dekat dengan Zahra membuat Roy merasa jadi cowo terkikuk di dunia.

"Wallaikumsalam. Selamat pagi" sapa Zahra tak kalah ramah. Aduh adem deh kalo liat Zahra itu. Udah cantik, alim, kalem, pinter lagi kan jadi teduh penglihatan.

"Yok ke kelas. Kamu udah belajar? Ada kuis bahasa loh nanti" seru Zahra menggiring Delia masuk ke kelas.

"Ih sumpah lo Ra? Gue lupa. Buku aja gak gue bawa huhu" rengek Delia mendapatkan tawa renyah dari Zahra yang sukses ngibulin sahabatnya.

"Bohong Del hehe. Udah jangan kek bayi ah. Masih pagi udah manja manja meong lu ama gue"

"Ih ngeselin amat sih jadi orang. Biar aja! Namanya sayang" sahut Delia dengan mengerucutkan bibirnya sok imut.

Tuk..tuk..Dean menyenggol bahu Roy.

"Udah pergi jauh bang. Dah yok masuk. Jam pertama Kimia. Gue males kena omel pak Rama" seru Dean menyeret kembarannya ke kelas.

Sedangkan yang diseret masih belum sadar dari lamunannya padahal yang diliatin udah ilang masuk kelas dari tadi.

Dan tiba tiba saja...

"Oi.. Roy.. Roy..!" Jerit Zahra yang keluar kelas kembali dan berlari kecil menyusul langkah kedua lelaki tersebut.

Seketika yang di panggil langsung membulatkan mata sedangkan si Dean sudah berhenti menyeret abangnya pergi.

"Kenapa lagi Ra?" Tanya Dean mewakil kan abangnya yang sudah kelepek kelepek di liatin sang pujaan hati dari dekat.

"Ini! Kemaren kan gue pinjam buku bahasanya Roy. Ini gue balikin, udah selesai gue salin. Makasih ya" Zahra menyodorkan buku tulis tersebut kepada yang punya.

Roy dengan gagap menerimanya "Em..i..iya! Sama sama hehe"

Zahra pun tersenyum manis "Gue balik kelas ya" pamitnya tapi seketika dia menatap wajah Roy lekat lekat sebelum pergi dan berujar "Kenapa gagap sih kalo sama gue? Lo suka ama gue?"

Blussshhh...

Tepat!

Wajah Roy memerah pedam dan segera ia tundukan kepalanya agar tidak ketahuan oleh Zahra jika ia sedang blusing karna kalimat wanita itu.

Zahra terkikik. Sementara Dean menahan tawa karna sikap salting abangnya.

Dean menatap Zahra yang seketika balas menatapnya dengan senyum yang masih sama. "Dasar usil" celetuk Dean tanpa suara.

Zahra hanya menjulurkan lidahnya dan melenggang pergi tanpa ingin mempertanggung jawabkan perbuatannya yang sudah membuat anak orang jadi kebaperan.

"Dahh.. cabut dulu ya! Jangan lama lama saltingnya Roy.." jerit Zahra disela langkahnya.

Mendengar itu Roy langsung merosot dan berjongkok dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Mampus gue malu banget! Dasar Zahra" gumam Roy kesal tapi dengan wajah yang masih blusing.

Dean hanya terkekeh geli melihatnya. Jauh di lubuk hatinya ia bergumam

"Dasar bucin lu bang!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!