Dua Cincin

Dua Cincin

Perkenalan Karakter

Setiap orang memiliki impian untuk bisa memiliki kehidupan yang sempurna, baik itu dalam urusan karir, pendidikan, maupun percintaan.

Setiap orang juga memiliki jalan ceritanya masing-masing, ada yang memang terlahir dengan segala bentuk kebahagiaan, ada pula yang harus berjuang untuk sebuah kebahagiaan itu sendiri.

Seperti yang di alami oleh Dion, terlahir dengan segala bentuk kebahagiaan. Namun di tengah perjalanan hidupnya yang hampir cemerlang, ia harus menelan pil pahit akan kehidupan rumah tangganya.

Impiannya untuk sukses dengan karir juga statusnya sebagai suami harus ia jalani dengan susah payah, ketika sebuah takdir telah Tuhan tuliskan pada garis tangannya.

Ia harus mampu menanggung segala beban sendirian, tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalaninya.

Berat rasanya ketika kenyataan, tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.

Namun tak ada pilihan, semua ia lakukan walau harus ada yang di korbankan. Terutama kebahagiaannya sendiri.

***

Aldion Malik Addausy seorang pria berusia dua puluh delapan tahun, berprofesi sebagai manager sekaligus pemilik cafe ternama di kota Bandung. Dion, orang-orang biasa memanggilnya begitu. Perawakannya yang tinggi juga memiliki postur tubuh profosional membuat siapapun terpesona, terutama wanita.

Dion memang memiliki daya tarik tersendiri dimata para wanita, ia kerap kali mendapat surat-surat kecil yang sengaja pengunjung wanita titipkan pada pelayan ketika hendak membayar tagihan makanan.

Impian para wanita lajang untuk bisa menjadi pendamping Dion pupus sudah, karena tepat dua tahun lalu ia memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya.

Ya, kini Dion sudah berstatus suami orang. Namun tak sedikit wanita yang tak peduli dengan statusnya itu, banyak para pengunjung cafe yang datang hanya agar bisa memandang ketampanan wajah Dion dari jarak dekat.

Jabatannya sebagai pemilik cafe tak membuatnya besar kepala, seringkali ia juga menyapa para pengunjung bahkan melayani pesanan mereka. Sungguh pria idaman setiap wanita.

Senyumnya mengembang ketika sosok seorang wanita melambaikan tangan padanya, sorot matanya tampak penuh cinta kasih.

"Sayang, kenapa kamu kesini?" Tanya Dion.

"Aku bosan dirumah, jadi aku memutuskan untuk menemuimu, Mas." Melati tersenyum indah.

Lesung pipi tampak menambah aura kecantikan padanya, sungguh pasangan yang serasi.

Melati Aurora, wanita beruntung yang dapat meluluhkan hati pria dingin seperti Dion.

Usianya tiga tahun lebih muda dari Dion, kaki jenjang juga lekuk tubuh bak biola membuat iri para wanita yang mengidamkan tubuh ideal.

Keduanya tampak begitu harmonis, sikap lembut tak canggung Dion perlihatkan didepan orang banyak.

"Ramai sekali hari ini," ucap Melati sembari mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru cafe

"Iya, mungkin karena menjelang malam minggu." Dion menjawab, ia juga melakukan hal yang sama dengan istrinya. Memperhatikan setiap aktifitas yang ada di cafe.

"Kamu istirahat di ruangan saja, Mas harus mengecek sesuatu dulu."

Melati mengangguk patuh, ia mengikuti langkah suaminya menuju sebuah ruangan di sudut cafe.

Dion membukakan pintu ruangannya, dan melati masuk kedalamnya.

"Mau Mas bawakan makanan atau minuman?" Tanya Dion.

"Boleh, aku mau jus alpukat saja."

"Pesanan segera datang," ucap Dion sembari mengelus lembut puncak kepala istrinya.

Melati tersenyum dengan manisnya, ia menatap punggung suaminya yang kini telah hilang dari pandangannya.

Melati menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa, ia juga memainkan ponselnya untuk sekedar menghilangkan kejenuhan.

Raut wajah Melati seketika berubah, hidungnya mengendus menghirup aroma masakan yang begitu kuat.

Tiba-tiba saja entah kenapa ia merasa sangat mual, Melati sontak berlari menuju kamar mandi.

Perutnya seakan meminta untuk memuntahkan isi didalamnya.

Dion kembali dengan segelas jus ditangannya, ia mengerutkan keningnya ketika tak melihat Melati ditempat dimana ia meninggalkannya.

Matanya beralih pada sudut ruangan, ia mendengar suara didalam sana.

"Sayang, kamu di dalam?" Tanya Dion sembari mengetuk pintu kamar mandi.

Tak ada jawaban, ia hanya mendengar Melati yang tengah muntah-muntah.

"Sayang, kamu kenapa? Tolong buka pintunya!" Teriak Dion.

Tak lama, pintu pun terbuka. Mata Dion kini menatap cemas pada istrinya, Melati tampak begitu pucat.

"Sayang, kamu kenapa? Apa kamu sakit?" Tanya Dion.

"Entahlah, aku tiba-tiba saja merasa mual." Melati menjawab dengan suara parau.

"Mual? Kenapa bisa?" Tanya Dion.

"Aku juga tidak tahu. Tadi aku mencium aroma masakan yang kuat, dan tiba-tiba saja aku mual."

Dion memapah Melati menuju sofa, ia mendudukkan istrinya disana.

"Apa perlu kita pergi ke dokter?" Tanya Dion.

Melati menggeleng, "tidak perlu," ucapnya.

Dion tampak begitu khawatir pada istrinya, pertama kali ia melihat Melati seperti ini.

"Baiklah kalau begitu. Oh iya, minumlah. Mudah-mudahan bisa meredakan mual."

Dion menyodorkan gelas berisi jus alpukat pada istrinya.

Melati mengangguk, ia meminum jus itu dengan cepat.

"Aku kenapa? Apa jangan-jangan..."

Melati bertanya-tanya dalam batinnya, tersimpan harapan besar di lubuk hatinya.

Sungguh ia menantikan kabar bahagia itu.

"Kenapa diam?" tanya Dion.

Melati menggeleng cepat, ia tak ingin suaminya tahu dulu tentang apa yang ia pikirkan.

"Tidak apa-apa," jawabnya.

"Gimana? Masih mual?" tanya Dion dengan khawatir.

"Sedikit, Mas. Oh iya, kalau Mas masih ada kerjaan tidak apa-apa, aku bisa sendiri, kok." Melati menyarankan.

"Mas khawatir, Mas disini saja." Dion menolak.

"Mas, cafe lagi rame. Aku sudah merasa baikan, kok. Mas kerja lagi aja," pinta Melati.

Dion memang tahu kondisi cafenya yang ramai, ia juga tak tega membiarkan karyawannya sewalahan.

"Ya sudah, Mas kerja lagi. Kalau ada apa-apa segera beritahu Mas, yah."

Melati mengangguk patuh, "iya, Mas. Sana kerja lagi," suruhnya.

Dion tersenyum, sebelum pergi meninggalkan ruangan ia lebih dulu meninggalkan kecupan di kening istrinya.

"Baik-baik disini, yah."

Melati tersenyum, ia merasa sangat beruntung memiliki suami yang sangat menyayanginya.

"Semoga aku bisa secepatnya memberimu keturunan, Mas. Sudah dua tahun kita menikah, tapi aku belum juga hamil."

Sudah seperti menjadi keharusan, setiap yang berumah tangga untuk memiliki keturunan. Hal itu juga banyak menjadi permasalahan diantara pasangan muda yang baru menjalani biduk rumah tangga, mereka akan merasa resah jika tak kunjung diberi keturunan.

Terlebih, ketika cemoohan datang dari setiap sudut.

Tak sedikit pula yang melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan keturunan, sekalipun harus menggelontorkan biaya tak sedikit. Bahkan upaya apapun mereka lakukan, agar dapat memiliki keturunan yang kelak akan melanjutkan kehidupan mereka.

Namun, semua kembali pada sang maha pemilik kehidupan. Kita hanya tokoh utama di setiap kehidupan masing-masing, dan Tuhanlah yang telah menyiapkan segalanya untuk kita jalani.

Tuhan akan menilai, sekuat apa kita menghadapi setiap ujian yang diberikan.

Dan siapa-siapa saja yang bersabar, kelak ia akan menuai hasil yang setara dengan usahanya.

Terpopuler

Comments

💜 Cindy Cantik 💜

💜 Cindy Cantik 💜

awaal yang bagusss 🥰 hayuukk komen sebanyakbanyaknyaa 😅

2021-06-29

0

YuliaBilqis

YuliaBilqis

Hafir ...😊

2020-12-29

1

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Like and ❤️

2020-12-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!