Supernatural Detective
Lantai empat di sebuah Mal di Jakarta Selatan
"Hah..... hah...... hah....... " Suara nafas Detektif Dhani.
"Hai mau kemana kamu dasar maling," Teriak Detektif Dhani, sambil mengejar maling tersebut.
Maling itu pun terus berlari dengan membawa sebuah tas kecil di tangannya . Maling tersebut pun tidak perduli keadaan di sekitarnya, ia pun langsung menabrak para pengunjung serta menjatuhkan barang dagangan mal yang ada di sekitar nya.
"Sial...... kenapa aku harus berurusan dengan orang ini, dia terus mengejar ku sejak tadi." Gumam Maling tersebut.
Detektif Dhani pun masih menempel ketat di belakang maling tersebut, para pengunjung dan penjual di mal pun hanya bisa diam saat melihat aksi kejar-kejaran tersebut.
"Berhenti........ " Teriak Detektif Dhani, sambil terus mengejar.
"Hah..... hah....... hah....... " Suara hembusan nafas Detektif Dhani.
"Siapa kau tiba-tiba mengejar ku." Teriak Maling tersebut, sambil berlari.
"Berhentilah, aku akan memberi tahu kan siapa diriku." Teriak Detektif Dhani.
"Memang nya aku bodoh jika aku berhenti kau akan langsung menangkap ku." Gumam Maling tersebut.
Maling ini pun melompat ke baliho panjang yang ada di samping pagar pembatas mal untuk sampai lebih cepat ke lantai ketiga, Detektif Dhani pun melakukan hal yang sama.
"Ma... lihat itu." ucap Billy Salah satu pengunjung, sambil menunjuk kearah Maling yang tengah menuruni baliho.
"Tindakan seperti itu tidak baik Billy, jangan ikutin om-om itu ya kalau sudah besar." Ucap Mama Billy, sambil menutup matanya.
"Apa sedang ada syuting film ya." Gumam Mama Billy di dalam hati, sambil berdiri di eskalator menuju lantai empat.
Di lantai ketiga pun maling tersebut masih terus berlari, karena panik maling ini kemudian berbelok ke arah lorong yang buntu. Lorong buntu ini adalah lorong menuju toilet wanita di mall ini, melihat hal itu detektif Dhani kemudian menelpon asisten nya.
"Teett..... teeett....... teett....." Suara dari Handphone Rian.
"Kemana bocah itu pergi?"
"Kenapa tidak di angkat nya, padahal ini saat-saat penting dan genting." Gumam Detektif Dhani di dalam hati, sambil terus mengejar maling tersebut.
Sementara itu di lantai satu, Rian tengah asyik menggoda seorang gadis cantik di mal yang sedang berjalan sendiri. Gadis cantik yang di godanya merupakan salah seorang anak kuliahan.
"Hai adik cantik, mau kemana nich abang temenin ya." Ucap Rian, dengan tutur kata yang lembut.
Gadis cantik itu pun hanya diam saja dan mengacuhkan Rian, melihat gadis itu mengacuhkannya Rian pun menghadang jalan gadis cantik itu.
"Hmmm........ gak tau apa gue lagi cari mangsa." Gumam Gadis Cantik itu di dalam hati.
"Ayolah Adik cantik, abang kan cuman mau kenalan."
"Sini Kakak bawain kantong belanjaan nya." Ucap Rian, sambil berusaha mau menolong Gadis Cantik ini membawakan belanjaan nya.
"Wah... wah..... ni cowok gak tau apa gue ini lagi nyari mangsa." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.
Gadis cantik itu pun melewati Rian dan berjalan ke tempat yang sunyi.
"Akan gue selesai in di tempat sunyi ini, yuk kita lihat gimana reaksi om om ini." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.
Rian pun masih terus mengikutinya dan tidak berhenti menggodanya di sepanjang jalan.
"Gombalan om om ini kalah anak abg di buatnya,"
"Kalau kau jadi cabe merah aku yang jadi blender nya, jadi aku bisa menghaluskan dirimu di dalam hatiku." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.
"Uekkkk............ " Suara mau muntah dari Gadis Cantik.
"Lho kenapa Adik Cantik, masuk angin ya,"
"Ya udah sini Kakak kerokin punggung nya biar anginnya keluar,"
"Kakak rela kok jadi tukang kerokin nya." Ucap Rian.
"Ah..... gak kuat dah gue." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.
Akhirnya gadis itu pun berhenti dan menghampiri Rian. Sementara itu Detektif Dhani terus menelepon Rian berkali-kali, namun Rian tidak meresponnya mungkin karena tengah menggoda seorang Gadis Cantik.
"Om 500 aja semalam, jangan kan nama malam ini kutemani om."
"Di jamin om puas aku lemas, gaya apa aja boleh om yang jangan dua lawan satu." Bisik Gadis Cantik tersebut yang ternyata Ayam Kampus Profesional.
Mendengar itu Rian pun langsung membatu untuk beberapa saat, ternyata Gadis Cantik yang tengah di goda nya sejak tadi adalah seekor "Ayam Kampus Profesional" yang tengah mengintai mencari mangsa. Gadis cantik itu pun kemudian mengeluarkan sebuah buku kecil lalu menuliskan nomor handphone nya, beberapa saat kemudian ia pun menyobek selembar kertas tadi dan melipat nya serta menyelipkan nya ke dalam saku baju milik Rian.
"Om namaku adalah Mira, nanti hubungi aku ya di hotel mana kita jumpa,"
"Di rumah om juga boleh, asal istri om gak ada di rumah,"
"Pastikan om minum obat kuat dulu yach, di jamin uang kembali." Bisik Mira di telinga Rian, dengan suara lembut.
"Hi..... Hi..... Hi..... " Tawa kecil Mira, kemudian meniup telinga Rian.
Sementara itu Rian masih membeku, tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mira itu adalah Ayam Kampus.
"Ee.. iya, .." Ucap Rian, keceplosan.
Mira pun pergi meninggalkan Rian yang tengah membeku.
"Busyet, ayam kampus rupanya," Gumam Rian di dalam hati.
"Oh iya, sepertinya tadi ada yang menelepon aku, coba aku cek dulu siapa ya." Gumam Rian di dalam hati.
Kembali ke lantai tiga mal
Setelah memasuki jalan yang ternyata buntu, maling tersebut pun berhenti di depan toilet wanita kemudian mengeluarkan sebuah pisau dari pinggang belakang nya. Melihat maling tersebut mengeluarkan pisau, para wanita dan pria disekitar lokasi tidak berani mendekat.
"Kyaaa............... ada penjahat." Teriak Wanita-wanita di sekitar toilet.
"Hah..... hah..... ha......" Suara nafas Detektif Dhani yang terengah-engah setelah berlarian.
Maling tersebut menjulurkan pisau nya ke hadapan Detektif Dhani berkali-kali, berniat memberikan ancaman agar tidak mendekat.
"Kau sudah tidak bisa lari lagi, menyerahlah" Ucap Detektif Dhani.
"Siapa kau?"
"Kenapa kau mengejar ku tiba-tiba, apa kau polisi?" Ucap maling tersebut, sambil mengacungkan pisau ke arah Detektif Dhani.
"Aku orang yang akan menangkapmu." Ucap Detektif Dhani.
"Sepertinya dia polisi, aku seperti nya ketahuan." Gumam Maling tersebut, di dalam hati.
Maling tersebut panik kemudian menyerang Detektif Dhani dengan berusaha menusuk ke arah perut. Detektif Dhani dengan lincah menendang pisau di tangan maling tersebut, hingga pisau tersebut terpental ke lantai. Maling itu pun menendang ke arah ************ Detektif Dhani, namun sekali lagi berhasil di tahan. Kemudian Detektif Dhani pun memegang kaki kiri maling yang berniat menendang selangkangannya tersebut, kemudian menghempaskan tubuh maling ke arah dinding toilet.
"Masih bau kencur berani menyerang seorang detektif." Ucap Detektif Dhani.
Maling tersebut pun tersungkur jatuh, Detektif Dhani segera memborgol nya dan mengunci pergerakan nya. Setelah memborgol maling tersebut, Detektif Dhani menduduki tubuhnya yang tergeletak di lantai dekat pintu masuk toilet.
"Lepaskan.....lepaskan......aku."
"Aku ingin pengacara ku......."
"Kau benar-benar biadap, lantai ini begitu jorok." Teriak Maling tersebut.
Lantai di dekat pintu toilet ini sedikit becek, disebabkan lalu lalang para wanita yang keluar masuk toilet, saat ini maling tersebut tengah tergeletak didekat pintu toilet.
"Diam kamu dasar pencuri, aku sudah capek mengikuti mu seharian ini,"
"Nanti ketika kau di kantor polisi, kau bisa meminta bantuan pengacara,"
"Jadi sebaiknya kau diam." Ucap Detektif Dhani, kemudian menyumpal mulut maling tersebut dengan sapu tangan miliknya.
Sambil mengunci pergerakan pencuri tadi, Detektif Dhani pun menelpon Rian.
"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam......" Suara Nada Dering milik HP Rian.
"Wah Bos Dhani nich nelpon." Ucap Rian, kemudian mengangkat HP nya.
"Halo bos, gimana saya sudah berjaga disini tapi maling itu belum keliatan,"
"Saya sudah bersiap padahal." Ucap Rian di HP.
"Bas...bos....bas.....bos, kemari terus aku tengah berada di lantai tiga dekat toilet, malingnya sudah kutangkap." Ucap Detektif Dhani di HP.
"Baik bos, aku segera ke sana." Ucap Rian.
Rian pun mengecek panggilan lainnya di HP nya.
"Pantesan si bos marah, ternyata ia telah menelpon ku berkali-kali sebelumnya." Gumam Rian di dalam hati.
Rian pun bergegas ke lantai tiga, sementara itu maling tersebut terus melawan dan mencoba melepaskan diri. Sambil menunggu Rian Detektif Dhani pun membakar sebatang rokok dan menghisap nya perlahan.
"Kepada pengunjung sekalian, sekarang sudah jam setengah sepuluh malam,"
"Sebentar lagi mal akan ditutup." Suara pengeras suara di mal.
"Wah sudah mau tutup nich, gara gara keparat ini,
"Dari pagi kami tungguin, malah malam ini ia mulai munculnya." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
"Errrgggg...erghhhhh.." Suara Maling yang mulutnya di sumpah, sambil meronta-ronta.
Setelah beberapa menit, akhirnya Rian pun tiba di tempat Detektif Dhani berada.
"Huft....hah....hah.....hah..." Suara nafas Rian yang terengah-engah, karena berlari kemari.
"Maaf bos tadi saya sedang berada di kamar mandi, makanya gak terangkat bos." Ucap Rian, sambil menggaruk rambut kepala di bagian belakangnya.
"Bisa di potong nich gajiku bulan ini, kalau dia sampai tahu aku tadi tengah menggoda Mira,"
"Ayam Kampus pula, tapi cantik juga." Gumam Rian di dalam hati.
Sebenarnya ketika di telfon oleh Detektif Dhani, Rian sedang menggoda Mira si ayam kampus.
"Aku sedang capek dan males mengomeli si Rian, kali ini akan kubiarkan dia." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
"Ya sudah lah malingnya pun sudah tertangkap,"
"Ini malingnya kamu bawalah ke kantor polisi terdekat." Ucap Detektif Dhani, Sambil mengambil HP yang ada di dalam tas Maling tersebut.
"Dan tas ini berisi barang bukti hasil pencurian yang di lakukan Maling selama ini." Ucap Detektif Dhani, sambil memberikan tas kecil milik Maling tersebut.
"Baik bos serahkan dia padaku, akan ku serahkan dia pada pihak yang berwajib." Ucap Rian, sambil melihat isi didalam tas.
"Wah banyak sekali dompet didalamnya, dan HP,"
"Tapi kenapa si bos cuman mengambil HP berwarna putih itu, Ah itu urusan bos sebaiknya aku tidak banyak tanya." Gumam Rian di dalam hati, sambil memegang maling yang telah di borgol tersebut.
"Erghhh..... erghhh......... " Suara maling yang berusaha bicara, namun mulutnya di sumpal.
"Ya sudah sana cepat pergi, aku mau ke toilet dulu." Ucap Detektif Dhani.
"Bisa kena batu ginjal nih, kalau kelamaan kencing." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
Rian pun membawa maling tersebut ke kantor polisi terdekat, bersama barang bukti sebuah tas yang berisi banyak dompet dan HP. Detektif Dhani pun beranjak masuk ke toilet, tanpa ia sadari ia pun tengah memasuki toilet wanita.
"Lho kemana kloset berdirinya hilang, kenapa hanya ada cermin, ini pasti toilet model terbaru,"
"Bilik toilet itu pintunya terbuka, sebaiknya aku kesitu." Gumam Detektif Dhani.
Detektif Dhani pun masuk ke bilik kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka itu.
"Wit..... wit....... wit..... " Suara siulan Detektif Dhani, sambil membuka resleting celananya.
Detektif Dhani pun menoleh kearah kloset duduk, dan berniat kencing kedalamnya.
"Akh.................. " Teriak Terkejut Detektif Dhani, ia pun langsung menutup resleting celananya.
"Erghhh........eeghhhh........" Suara wanita yang berusaha bicara tetapi mulutnya di lakban.
Ternyata di dalam bilik kamar mandi tersebut ada seorang wanita yang tangannya terikat lakban dan kakinya juga di lakban begitu juga mulut nya, sepertinya ini penyekapan.
"Siapa yang menyekap wanita cantik ini di dalam toilet." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
Detektif Dhani pun melepas lakban di mulut wanita tersebut. Wanita ini memiliki rambut berwarna hitam, dan mata berwarna biru wajahnya sangat cantik dan ke barat-baratan.
"Tolong aku..tolong aku Kak..lepaskan aku," Teriak wanita tersebut sambil menangis.
"Tenang nona, akan kulepaskan lakban yang mengikat mu terlebih dahulu." Ucap Detektif Dhani, sambil melepaskan lakban di kaki dan tangan gadis cantik ini.
"Tarik nafas dalam dalam, kemudian hembuskan kembali" Ucap Detektif Dhani, sambil memperagakan nya.
Gadis cantik itu pun mengusap air matanya, dan menarik nafasnya.
"Tolong aku kak, pembunuh itu akan segera kembali membunuhku." Ucap Gadis itu
"Hiks.... hiks.... " Tangis kecil Gadis Cantik itu.
"Tenang nona, ayo biar ku antar kan kamu kembali kerumah mu." Ucap Detektif Dhani, sambil memegang bahu gadis cantik itu.
Beberapa saat kemudian seorang pria setinggi 180 cm menggunakan mantel hitam panjang berwarna hitam, dan juga memakai sarung tangan berwarna hitam serta memakai masker dan topi berwarna hitam memasuki toilet. Keadaan di toilet wanita ini menjadi hening untuk sesaat.
"Dia.... dia... itu....itu....kak.....itu pembunuhnya." Ucap gadis cantik itu sambil berlindung di belakang Detektif Dhani.
Pembunuh itu pun langsung mengambil pisau di balik mantelnya dan berusaha menusukkan ke arah perut Detektif Dhani. Detektif Dhani pun berhasil menahan pisau tersebut dengan kedua belah tangannya, pembunuh itu terus menekan pisau itu ke arah Detektif Dhani.
"Hari ini sudah dua kali, orang mencoba menusukku di perut." Gumam Detektif Dhani, di dalam hati.
"Kak........ hiks.... hiks.... " Suara dan tangis Gadis cantik itu.
Beberapa saat kemudian ada dua wanita kembali memasuki toilet, melihat aksi pembunuh yang sedang berusaha menancapkan pisau ke perut Detektif Dhani mereka berdua pun histeris.
"Ahhhh...... ahhhh.... tolong..... " Teriak kedua wanita tersebut.
"Tolong...... ada perampokan." Teriak kedua wanita tersebut, berpikir semua ini adalah perampokan.
Mendengar teriakan kedua wanita tersebut pembunuh itu pun langsung melarikan diri. Detektif Dhani hendak mengejar nya namun gadis cantik tersebut menarik lengan jaket Detektif Dhani.
"Hiks.... hiks..... hiks..... jangan kejar Kak, tolong aku." Tangis dan Suara Gadis Cantik tersebut.
Detektif Dhani pun kemudian menoleh ke belakang. Terlihat jelas wajah yang pucat dan ketakutan dari gadis cantik itu, bahkan tangannya masih gemetaran.
"Tenang nona, kita sudah aman sekarang." Ucap Detektif Dhani.
Beberapa saat kemudian Detektif Dhani kembali masuk ke dalam bilik kamar mandi.
Sementara itu kedua wanita yang hendak masuk ke toilet langsung kembali keluar toilet dikarena kan ketakutan, kemudian meninggal kan kami berdua di toilet. Tak lama kemudian dua orang petugas keamanan di mal ini pun datang, Detektif Dhani pun kemudian menjelaskan semua kejadian sebelumnya serta memperlihatkan lencana lisensi detektif milik nya kepada kedua petugas keamanan tersebut. Setelah itu Detektif Dhani pun membawa gadis cantik tersebut bersamanya.
Didalam mobil Feroza milik Detektif Dhani
"Nona tenanglah, pembunuh itu sudah melarikan diri,"
"Namaku Dhani Prasetyo, kalau boleh tahu siapa namamu nona cantik?" Ucap Detektif Dhani, sambil menyetir jeep nya.
"Terima kasih Kak Dhani, sudah menyelamatkan ku,"
"Nama ku Shilla Lesmana, aku takut sekali ia akan kembali mencariku." Ucap Shilla denga wajah yang ketakutan.
"Kryuuuukkkkk......... kryuukkkk....." Suara perut Shilla.
Ternyata Shilla seharian ini belum makan apa-apa.
"Ya sudah lah, sepertinya kamu belum makan apa-apa ya,"
"Sebaiknya kita cari tempat untuk makan terlebih dahulu." Ucap Detektif Dhani.
"Ia Kak, dari pagi aku belum makan apa-apa." Ucap Shilla dengan polosnya.
"Cantik sekali, paha nya aja mulus." Gumam Detektif Dhani, sambil menoleh ke bawah.
"Ada apa kak?" Tanya Shilla, melihat Detektif Dhani memperhatikan nya.
"Gak apa-apa kok, Shilla." Ucap Detektif Dhani.
Karena sudah pukul sebelas malam kebanyakan rumah makan sudah tutup di Kota Jakarta ini, Detektif Dhani pun berhenti di warteg yang berada di pinggiran jalan Kota Jakarta.
Di Warteg
"Pak saya pesan lele penyet satu ya sama nasi uduk." Ucap Detektif Dhani.
"Ia dek, pacarnya mau pesan apa dek." Ucap Bapak Pemilik Warteg,
Bapak pemilik warteg salah paham dan mengira gadis cantik yang bersama Detektif Dhani adalah pacarnya.
"Pacar, aku bahkan sudah lama sekali tidak membawa cewek,"
"Tapi Shilla hanya tersenyum mendengar perkataan bapak ini, wah kayak nya ada kesempatan nich." Gumam Detektif Dhani didalam hati, sambil menoleh ke arah Shilla.
Mendengar Bapak pemilik warteg berkata seperti itu Shilla pun tersenyum kecil ke arah Bapak tersebut.
"Saya pesan sama dengan yang dipesan Kak Dhani ya pak, dan buatkan es teh manis nya juga ya pak." Ucap Shilla.
"Jadikan dua pak es teh manisnya, malam ini banyak yang manis-manis." Ucap Detektif Dhani, mencoba menggoda Shilla.
"Iya dek." Ucap Bapak tersebut, sambil kembali menyiapkan pesanan mereka.
"Apa nya yang manis Kak Dhani?" Tanya Shilla.
"Ntah kenapa hati Kakak serasa manis sekali malam ini." Jawab Detektif Dhani, sambil tersenyum ke arah Shilla.
Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan pun telah tiba di meja warteg, Shilla dan Detektif Dhani mulai menyantap makanan tersebut.
"Ayo Shilla, tampaknya lezat nich." Ucap Detektif Dhani.
"Iya ayo Kak." Ucap Detektif Dhani.
"Sudah seminggu aku tidak makan makanan ber pri kemanusiaan, baiklah selamat makan." Gumam Shilla si dalam hati.
Detektif Dhani sengaja belum menanyakan perihal kejadian yang tengah menimpa Shilla saat ini, sehingga dia bisa sampai berada di dalam toilet dengan kondisi terlakban. Melihat Shilla sudah agak tenang, Detektif Dhani pun mulai menginterogasi Shilla.
"Shilla sebenarnya apa yang terjadi padamu?"
"Kenapa kamu bisa sampai berada di dalam toilet, dengan keadaan terikat?" Tanya Detektif Dhani.
"Sebaiknya aku mulai menceritakan kejadiannya, Kak Dhani sepertinya orang baik,"
"Padahal baru kenal, dia bahkan membahayakan dirinya dengan berhadapan dengan pembunuh tersebut di dalam toilet." Gumam Shilla di dalam hati.
"Begini ceritanya Kak Dhani." Jawab Shilla, sambil menyantap lele penyet dan nasi uduk.
Apartemen Shilla, di jalan Diponegoro
Saat itu malam pukul 22.00 wib, Shilla baru saja diantar pulang oleh teman-temannya kembali ke apartemennya. Apartemen Shilla berada di lantai 10, Shilla pun lalu masuk ke apartemen nya. Sesampai di dalam Shilla lantas menghidupkan lampu, Shilla pun duduk di sofa di ruang tengah apartemen nya.
Shilla pun menghidupkan TV dan menonton nya, beberapa saat kemudian listrik apartemen Shilla tiba-tiba padam. Shila pun bangun dari sofa dan mencoba mencetek cetek saklar lampu, namun tak kunjung menyala. Shilla pun kemudian keluar dan berniat melaporkan keluhan padamnya listrik di apartemen nya kepada pihak pengurus apartemen di lantai dasar.
Shilla pun berjalan di lorong gedung seorang diri, tiba-tiba saja sesorang dari belakang membius nya. Shilla pun tak sadarkan diri setelah di bius oleh sosok misterius tersebut.
Di kamar yang gelap
Setelah itu Shilla terbangun di sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter dengan toilet di dalam nya.
Hari pertama
"Ugh........ kepalaku pusing sekali, di mana ini kenapa sangat gelap sekali?" Ucap Shilla.
"Sebaiknya aku mencari cara keluar dari ruangan yang gelap ini." Gumam Shilla, kemudian mulai meraba-raba sekitar nya.
Beberapa saat kemudian.
"Ugh..... apa ini yang basah." Gumam Shilla, kemudian ia pun merabanya.
Setelah meraba-raba nya untuk beberapa saat ia pun menyadari benda apa yang dirabanya tersebut.
"Hiks..... hiks..... hiks..... " Tangis kecil Shilla.
"Sial...... aku sangat sial,"
"Ternyata aku meraba sebuah kloset duduk." Ucap Shilla.
Kemudian ia terus meraba-raba dinding dan akhirnya berhasil menemukan pintu keluar.
"Kali ini aku menemukannya, tidak salah lagi,"
"Ini pasti lah pintu sebuah toilet?" Gumam Shilla, kemudian berusaha menarik pintu tersebut.
"Ugh.......... keras sekali..... "
"Sepertinya karena mabuk semalam aku terkunci di sebuah toilet yang rusak, sebaiknya aku berteriak minta tolong saja," Gumam Shilla.
"Tolong.......... "
"Tolong.......... " Teriak Shilla beberapa kali.
Saat ini Shilla masih mengira bahwa dirinya mabuk lalu terkurung di dalam sebuah toilet rusak. Hingga saat sore hari nya, seseorang memasukkan sepiring makanan dan segelas minuman dari pintu kecil di bawah pintu utama untuk nya.
"Tring............. " Suara piring yang diletakkan di lantai melalui pintu kecil.
"Makanlah..... ini akan menjadi makanan terakhir mu." Ucap Pembunuh tersebut.
"Siapa kau... lepaskan aku... " Teriak Shilla.
"Tolong......... tolong....... " Teriak Shila.
Akhirnya Shilla pun sadar dirinya sedang di culik.
"Ternyata aku tidak sedang berada di dalam sebuah toilet rusak, saat ini ternyata aku sedang di culik." Gumam Shilla
"Hiks...... hiks...... hiks..... "
"Hiks........ hiks...... hiks....... " Tangis Shilla pun pecah saat menyadari dirinya telah di culik.
Beberapa hari kemudian.
Shilla di kurung selama beberapa hari di dalam ruangan yang gelap tersebut, hingga sampai hari ini.
"Krakk................ " Suara pintu terbuka.
"Akh..................silau sekali, apakah polisi sudah berhasil menemukanku." Gumam Shilla.
Pembunuh itu lalu memegang tangan Shilla.
"Lepaskan..... lepaskan..... " Teriak Shilla, sambil terus melawan.
"Ini hari kematian mu." Ucap Pembunuh tersebut, kemudian menyuntikkan bius ke leher Shilla.
"Akh....... tubuh ku serasa lemas." Gumam Shilla.
Saat Shilla mulai tak sadar kan diri, Pembunuh tersebut pun berbisik di telinga Shilla.
"Sudah saatnya kau mati." Ucap sosok misterius itu
Di toilet
Ketika sosok misterius itu akan menyuntik mati Shilla di dalam toilet, Shilla pun membuka matanya.
"Ugh.......... kepalaku pusing sekali,"
"Silau sekali, dimana ini?" Gumam Shilla.
"Gadis ini sudah bangun, sebaiknya aku segera mengirimnya ke alam lain." Gumam Pembunuh tersebut, lalu berusaha menusukkan jarum suntik ke leher Shilla.
"Tidak..... hentikan.... " Teriak Shilla, lalu ia melawan dengan kekuatan nya yang tersisa.
"Ugh...... Gadis keras kepala." Gumam Pembunuh tersebut, sambil berusaha menyuntik leher Shilla.
"Hentikan.................... " Teriak Shilla, sambil terus melawan.
"Blurpppppppppp.................. " Suara jarum suntik yang jatuh ke dalam kloset.
"Dasar mau mati pun menyusahkan." Gumam Pembunuh tersebut.
Melihat jarum suntik nya jatuh kedalam kloset pembunuh berantai itu lalu memukul kepala Shilla hingga tak sadarkan diri.
Saat ini
"Begitulah ceritanya Kak Dhani, setelah itu aku terbangun dan melihat burung... eh maksudku kak Dhani di hadapanku." Ucap Shilla, sambil menyedot es teh manis di depannya.
"Ternyata dia melihat burung ku, dasar gadis mesum,"
"Tadi sebelum makan dia ada mencuci tangan gak ya, dia kan meraba kloset." Gumam Detektif Dhani, lalu menoleh ke mangkok cuci tangan.
"Oh...... ada, syukurlah." Gumam Detektif Dhani.
"Ya sudah kalau begitu aku mau beli rokok dulu di kios disana, kamu cepat habiskan makananmu setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Detektif Dhani, sambil beranjak dari kursi di warteg tersebut ke arah kios didepannya.
Shilla pun kembali menyantap makanannya, Tiba-tiba saja sebuah mobil sedan toyota vios berhenti di depan warteg. Sosok misterius itu pun turun dari mobil tersebut, dan bergegas kearah Shilla berniat untuk membius nya. Melihat sosok misterius yang hendak membiusnya datang, Shilla pun berteriak histeris.
"Tolong.... tolong.... " Teriak Shilla.
Sosok misterius itu pun berusaha kearah Shilla, namun di halangi oleh bapak penjual warteg. Pembunuh itu pun berusaha menusuk bapak pemilik warteg berkali-kali, namun bapak pemilik warteg berhasil menghindarinya. Mendengar teriakan dari Shilla, Detektif Dhani pun berlari kearah Shilla dan mengeluarkan pistol serta menembak ke atas sebanyak tiga kali.
"Dor... dor.... dor... " Suara tembakan.
Mendengar suara tembakan tersebut pembunuh itu pun langsung bergegas lari kembali ke dalam mobil sedan nya, dan langsung melarikan diri setelah berhasil melukai bapak pemilik warteg. Detektif Dhani pun mengarahkan pistolnya ke arah mobil pembunuh yang melaju tersebut, namun ia mengurungkan niat nya menembak.
"Ah... tidak... " Ucap Detektif Dhani.
Detektif Dhani khawatir tembakannya akan meleset dan mengenai mobil lainnya di jalanan yang padat ini, ia pun segera menghampiri pemilik warteg
"Pak.. anda tidak apa-apa pak?" Ucap Detektif Dhani.
"Ia tidak apa-apa anak muda, Terima kasih ya."
"Sudah menembakkan pistol itu, jika tidak aku khawatir tidak sanggup menahan nya lagi." Ucap bapak pemilik warteg.
Sementara itu Shilla wajahnya sudah pucat, dan air mata pun menetes dari matanya. Detektif Dhani pun membuka jaketnya dan menutupi tubuh Shilla dengan jaketnya agar tidak kedinginan. Kemudian Detektif Dhani pun membayar makanan yang mereka makan kepada Bapak pemilik warteg dan beranjak ke mobil jeep. Shilla masih membeku bibirnya gemetaran, Shilla trauma melihat pembunuh tersebut.
Di dalam Mobil Sedan Honda Accord milik nya Rian.
Saat ini Rian sedang berada di tepi Jalan dan sedang Gegana, gelisah galau merana. Ia telah mengambil uang 500 ribu di dalam tas barang bukti tersebut, saat ini ia berniat menelpon Mira.
"Telpon ayam kampus apa gak ya, uang pun sudah ada di tangan,"
"Bensin pun sudah terisi penuh, pengaman masih sisa tiga,"
"Ya sudah lah aku telpon saja, ini kan uang setan,"
"Habisnya ke setan juga." Gumam Rian.
Rian pun lalu menelpon Mira.
Di Halte di dekat Mal tersebut.
Tampak Mira tengah berdiri menunggu angkot.
"Kring....... Kring........ Kring...... " Suara HP milik Mira berdering.
"Ini pasti telpon Om-om yang menggodaku di mal tadi, sepertinya dia udah kentang nih,"
"Sebaiknya aku angkat saja,"
"Malam ini pun sepi klien." Gumam Mira, lalu mengangkat telpon tersebut.
"Halo Mira cantik, lagi dimana ni?" Tanya Rian.
"Om jemput aku ya, aku lagi di halte di deket mal nich,"
"Cepetan ya om, tubuhku udah mulai kedinginan nih,"
"Akibat terkena angin malam ini, aku butuh kehangatan Om." Jawab Mira.
"Ugh..... Mira kau memang ayam kampus pro, tubuhku bergetar mendengar nya." Gumam Rian.
"Mira jang panggil aku om donk, panggil aku Rian aja,"
"Ya udah aku kesitu ya Mira, tunggu jangan pergi sama yang lainnya ya,"
"Malam ini aku pasti memberimu kehangatan." Ucap Rian.
"Dia pikir aku PSK apaan?" Gumam Mira.
"Iya Rian, cepetan ya sayang." Ucap Mira, lalu mematikan HP nya kemudian menunggu kedatangan Rian.
"Hi..... Hi..... Hi....... " Tawa kecil Mira.
"Gak akan ada om-om yang tahan dengan godaan pro ku yang seperti tadi." Gumam Mira.
Berberapa menit kemudian Rian pun tiba, ia membunyikan klakson nya sebanyak dua kali.
"Teen...... teen......... " Suara klakson mobil Rian.
Mira pun kemudian masuk ke dalam kabin depan Sedan Accord milik Rian.
Di dalam Kabin depan
"Rian sabar donk, ayo kita cari tempat." Ucap Mira, sambil menoleh sesuatu di bawah perut Rian yang sedikit menonjol.
"Ugh.... Malunya dia pasti melihat nya." Gumam Rian, lalu mulai menjalankan Sedan nya.
"Ya Mira, ini uang nya." Ucap Rian, lalu menyerahkan uang setan tersebut.
"Wah.....Rian ini kelewat Jujur, aku belum melakukan apa-apa dia sudah membayar ku." Gumam Mira, lalu mencium bibir Rian.
"Ugh..... Mira." Gumam Rian, membalas ciumannya.
Untung saja kondisi jalan sedikit sepi saat ini, beberapa saat kemudian mereka pun menyudahi ciuman bonus tersebut. Akibat ciuman itu, Rian tanpa sengaja menyerempet pemulung yang sedang mendorong gerobak di sampingnya.
"Hei................kalau bawa mobil pakek mata." Teriak Pemulung tersebut, lalu melempar botol aqua ke arah Sedan milik Rian.
Rian dan Mira pun tertawa kecil melihat Pemulung tersebut marah.
"Ha.... Ha.... Ha.... " Tawa Mira dan Rian.
"Itu tadi bonus Sayang, karena telah menjemput ku tepat waktu." Ucap Mira.
Rian lalu memberanikan diri memegang tangan Mira.
"Untukmu apa pun akan ku lakukan Mira." Ucap Rian.
"So... Sweet... "
"Aku sudah lama tidak mendengar gombalan maut seperti ini." Gumam Mira, lalu menyandarkan kepala nya di pundak Rian.
Seperti nya Mira si Ayam Kampus mulai sedikit tertarik terhadap Rian sang asisten Detektif.
"Wah..... Harum nya, dia memang pro." Gumam Rian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sandhya
hadirr thorr, udah bagus ajaa nih..
numpang promsi, mampir juga di novel ku yaakkk.. 🙏🙏
2021-07-25
0
ⱮαLєƒι¢єηт
Dukungan dari awal..
2020-10-17
1
Manusia
bagus thor
mampir yuk kecerita ku SiCupuXPentolan
2020-08-31
1