NovelToon NovelToon

Supernatural Detective

Gadis di dalam toilet

Lantai empat di sebuah Mal di Jakarta Selatan

"Hah..... hah...... hah....... " Suara nafas Detektif Dhani.

"Hai mau kemana kamu dasar maling," Teriak Detektif Dhani, sambil mengejar maling tersebut.

Maling itu pun terus berlari dengan membawa sebuah tas kecil di tangannya . Maling tersebut pun tidak perduli keadaan di sekitarnya, ia pun langsung menabrak para pengunjung serta menjatuhkan barang dagangan mal yang ada di sekitar nya.

"Sial...... kenapa aku harus berurusan dengan orang ini, dia terus mengejar ku sejak tadi." Gumam Maling tersebut.

Detektif Dhani pun masih menempel ketat di belakang maling tersebut, para pengunjung dan penjual di mal pun hanya bisa diam saat melihat aksi kejar-kejaran tersebut.

"Berhenti........ " Teriak Detektif Dhani, sambil terus mengejar.

"Hah..... hah....... hah....... " Suara hembusan nafas Detektif Dhani.

"Siapa kau tiba-tiba mengejar ku." Teriak Maling tersebut, sambil berlari.

"Berhentilah, aku akan memberi tahu kan siapa diriku." Teriak Detektif Dhani.

"Memang nya aku bodoh jika aku berhenti kau akan langsung menangkap ku." Gumam Maling tersebut.

Maling ini pun melompat ke baliho panjang yang ada di samping pagar pembatas mal untuk sampai lebih cepat ke lantai ketiga, Detektif Dhani pun melakukan hal yang sama.

"Ma... lihat itu." ucap Billy Salah satu pengunjung, sambil menunjuk kearah Maling yang tengah menuruni baliho.

"Tindakan seperti itu tidak baik Billy, jangan ikutin om-om itu ya kalau sudah besar." Ucap Mama Billy, sambil menutup matanya.

"Apa sedang ada syuting film ya." Gumam Mama Billy di dalam hati, sambil berdiri di eskalator menuju lantai empat.

Di lantai ketiga pun maling tersebut masih terus berlari, karena panik maling ini kemudian berbelok ke arah lorong yang buntu. Lorong buntu ini adalah lorong menuju toilet wanita di mall ini, melihat hal itu detektif Dhani kemudian menelpon asisten nya.

"Teett..... teeett....... teett....." Suara dari Handphone Rian.

"Kemana bocah itu pergi?"

"Kenapa tidak di angkat nya, padahal ini saat-saat penting dan genting." Gumam Detektif Dhani di dalam hati, sambil terus mengejar maling tersebut.

Sementara itu di lantai satu, Rian tengah asyik menggoda seorang gadis cantik di mal yang sedang berjalan sendiri. Gadis cantik yang di godanya merupakan salah seorang anak kuliahan.

"Hai adik cantik, mau kemana nich abang temenin ya." Ucap Rian, dengan tutur kata yang lembut.

Gadis cantik itu pun hanya diam saja dan mengacuhkan Rian, melihat gadis itu mengacuhkannya Rian pun menghadang jalan gadis cantik itu.

"Hmmm........ gak tau apa gue lagi cari mangsa." Gumam Gadis Cantik itu di dalam hati.

"Ayolah Adik cantik, abang kan cuman mau kenalan."

"Sini Kakak bawain kantong belanjaan nya." Ucap Rian, sambil berusaha mau menolong Gadis Cantik ini membawakan belanjaan nya.

"Wah... wah..... ni cowok gak tau apa gue ini lagi nyari mangsa." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.

Gadis cantik itu pun melewati Rian dan berjalan ke tempat yang sunyi.

"Akan gue selesai in di tempat sunyi ini, yuk kita lihat gimana reaksi om om ini." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.

Rian pun masih terus mengikutinya dan tidak berhenti menggodanya di sepanjang jalan.

"Gombalan om om ini kalah anak abg di buatnya,"

"Kalau kau jadi cabe merah aku yang jadi blender nya, jadi aku bisa menghaluskan dirimu di dalam hatiku." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.

"Uekkkk............ " Suara mau muntah dari Gadis Cantik.

"Lho kenapa Adik Cantik, masuk angin ya,"

"Ya udah sini Kakak kerokin punggung nya biar anginnya keluar,"

"Kakak rela kok jadi tukang kerokin nya." Ucap Rian.

"Ah..... gak kuat dah gue." Gumam Gadis Cantik di dalam hati.

Akhirnya gadis itu pun berhenti dan menghampiri Rian. Sementara itu Detektif Dhani terus menelepon Rian berkali-kali, namun Rian tidak meresponnya mungkin karena tengah menggoda seorang Gadis Cantik.

"Om 500 aja semalam, jangan kan nama malam ini kutemani om."

"Di jamin om puas aku lemas, gaya apa aja boleh om yang jangan dua lawan satu." Bisik Gadis Cantik tersebut yang ternyata Ayam Kampus Profesional.

Mendengar itu Rian pun langsung membatu untuk beberapa saat, ternyata Gadis Cantik yang tengah di goda nya sejak tadi adalah seekor "Ayam Kampus Profesional" yang tengah mengintai mencari mangsa. Gadis cantik itu pun kemudian mengeluarkan sebuah buku kecil lalu menuliskan nomor handphone nya, beberapa saat kemudian ia pun menyobek selembar kertas tadi dan melipat nya serta menyelipkan nya ke dalam saku baju milik Rian.

"Om namaku adalah Mira, nanti hubungi aku ya di hotel mana kita jumpa,"

"Di rumah om juga boleh, asal istri om gak ada di rumah,"

"Pastikan om minum obat kuat dulu yach, di jamin uang kembali." Bisik Mira di telinga Rian, dengan suara lembut.

"Hi..... Hi..... Hi..... " Tawa kecil Mira, kemudian meniup telinga Rian.

Sementara itu Rian masih membeku, tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mira itu adalah Ayam Kampus.

"Ee.. iya, .." Ucap Rian, keceplosan.

Mira pun pergi meninggalkan Rian yang tengah membeku.

"Busyet, ayam kampus rupanya," Gumam Rian di dalam hati.

"Oh iya, sepertinya tadi ada yang menelepon aku, coba aku cek dulu siapa ya." Gumam Rian di dalam hati.

Kembali ke lantai tiga mal

Setelah memasuki jalan yang ternyata buntu, maling tersebut pun berhenti di depan toilet wanita kemudian mengeluarkan sebuah pisau dari pinggang belakang nya. Melihat maling tersebut mengeluarkan pisau, para wanita dan pria disekitar lokasi tidak berani mendekat.

"Kyaaa............... ada penjahat." Teriak Wanita-wanita di sekitar toilet.

"Hah..... hah..... ha......" Suara nafas Detektif Dhani yang terengah-engah setelah berlarian.

Maling tersebut menjulurkan pisau nya ke hadapan Detektif Dhani berkali-kali, berniat memberikan ancaman agar tidak mendekat.

"Kau sudah tidak bisa lari lagi, menyerahlah" Ucap Detektif Dhani.

"Siapa kau?"

"Kenapa kau mengejar ku tiba-tiba, apa kau polisi?" Ucap maling tersebut, sambil mengacungkan pisau ke arah Detektif Dhani.

"Aku orang yang akan menangkapmu." Ucap Detektif Dhani.

"Sepertinya dia polisi, aku seperti nya ketahuan." Gumam Maling tersebut, di dalam hati.

Maling tersebut panik kemudian menyerang Detektif Dhani dengan berusaha menusuk ke arah perut. Detektif Dhani dengan lincah menendang pisau di tangan maling tersebut, hingga pisau tersebut terpental ke lantai. Maling itu pun menendang ke arah ************ Detektif Dhani, namun sekali lagi berhasil di tahan. Kemudian Detektif Dhani pun memegang kaki kiri maling yang berniat menendang selangkangannya tersebut, kemudian menghempaskan tubuh maling ke arah dinding toilet.

"Masih bau kencur berani menyerang seorang detektif." Ucap Detektif Dhani.

Maling tersebut pun tersungkur jatuh, Detektif Dhani segera memborgol nya dan mengunci pergerakan nya. Setelah memborgol maling tersebut, Detektif Dhani menduduki tubuhnya yang tergeletak di lantai dekat pintu masuk toilet.

"Lepaskan.....lepaskan......aku."

"Aku ingin pengacara ku......."

"Kau benar-benar biadap, lantai ini begitu jorok." Teriak Maling tersebut.

Lantai di dekat pintu toilet ini sedikit becek, disebabkan lalu lalang para wanita yang keluar masuk toilet, saat ini maling tersebut tengah tergeletak didekat pintu toilet.

"Diam kamu dasar pencuri, aku sudah capek mengikuti mu seharian ini,"

"Nanti ketika kau di kantor polisi, kau bisa meminta bantuan pengacara,"

"Jadi sebaiknya kau diam." Ucap Detektif Dhani, kemudian menyumpal mulut maling tersebut dengan sapu tangan miliknya.

Sambil mengunci pergerakan pencuri tadi, Detektif Dhani pun menelpon Rian.

"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam......" Suara Nada Dering milik HP Rian.

"Wah Bos Dhani nich nelpon." Ucap Rian, kemudian mengangkat HP nya.

"Halo bos, gimana saya sudah berjaga disini tapi maling itu belum keliatan,"

"Saya sudah bersiap padahal." Ucap Rian di HP.

"Bas...bos....bas.....bos, kemari terus aku tengah berada di lantai tiga dekat toilet, malingnya sudah kutangkap." Ucap Detektif Dhani di HP.

"Baik bos, aku segera ke sana." Ucap Rian.

Rian pun mengecek panggilan lainnya di HP nya.

"Pantesan si bos marah, ternyata ia telah menelpon ku berkali-kali sebelumnya." Gumam Rian di dalam hati.

Rian pun bergegas ke lantai tiga, sementara itu maling tersebut terus melawan dan mencoba melepaskan diri. Sambil menunggu Rian Detektif Dhani pun membakar sebatang rokok dan menghisap nya perlahan.

"Kepada pengunjung sekalian, sekarang sudah jam setengah sepuluh malam,"

"Sebentar lagi mal akan ditutup." Suara pengeras suara di mal.

"Wah sudah mau tutup nich, gara gara keparat ini,

"Dari pagi kami tungguin, malah malam ini ia mulai munculnya." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.

"Errrgggg...erghhhhh.." Suara Maling yang mulutnya di sumpah, sambil meronta-ronta.

Setelah beberapa menit, akhirnya Rian pun tiba di tempat Detektif Dhani berada.

"Huft....hah....hah.....hah..." Suara nafas Rian yang terengah-engah, karena berlari kemari.

"Maaf bos tadi saya sedang berada di kamar mandi, makanya gak terangkat bos." Ucap Rian, sambil menggaruk rambut kepala di bagian belakangnya.

"Bisa di potong nich gajiku bulan ini, kalau dia sampai tahu aku tadi tengah menggoda Mira,"

"Ayam Kampus pula, tapi cantik juga." Gumam Rian di dalam hati.

Sebenarnya ketika di telfon oleh Detektif Dhani, Rian sedang menggoda Mira si ayam kampus.

"Aku sedang capek dan males mengomeli si Rian, kali ini akan kubiarkan dia." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.

"Ya sudah lah malingnya pun sudah tertangkap,"

"Ini malingnya kamu bawalah ke kantor polisi terdekat." Ucap Detektif Dhani, Sambil mengambil HP yang ada di dalam tas Maling tersebut.

"Dan tas ini berisi barang bukti hasil pencurian yang di lakukan Maling selama ini." Ucap Detektif Dhani, sambil memberikan tas kecil milik Maling tersebut.

"Baik bos serahkan dia padaku, akan ku serahkan dia pada pihak yang berwajib." Ucap Rian, sambil melihat isi didalam tas.

"Wah banyak sekali dompet didalamnya, dan HP,"

"Tapi kenapa si bos cuman mengambil HP berwarna putih itu, Ah itu urusan bos sebaiknya aku tidak banyak tanya." Gumam Rian di dalam hati, sambil memegang maling yang telah di borgol tersebut.

"Erghhh..... erghhh......... " Suara maling yang berusaha bicara, namun mulutnya di sumpal.

"Ya sudah sana cepat pergi, aku mau ke toilet dulu." Ucap Detektif Dhani.

"Bisa kena batu ginjal nih, kalau kelamaan kencing." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.

Rian pun membawa maling tersebut ke kantor polisi terdekat, bersama barang bukti sebuah tas yang berisi banyak dompet dan HP. Detektif Dhani pun beranjak masuk ke toilet, tanpa ia sadari ia pun tengah memasuki toilet wanita.

"Lho kemana kloset berdirinya hilang, kenapa hanya ada cermin, ini pasti toilet model terbaru,"

"Bilik toilet itu pintunya terbuka, sebaiknya aku kesitu." Gumam Detektif Dhani.

Detektif Dhani pun masuk ke bilik kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka itu.

"Wit..... wit....... wit..... " Suara siulan Detektif Dhani, sambil membuka resleting celananya.

Detektif Dhani pun menoleh kearah kloset duduk, dan berniat kencing kedalamnya.

"Akh.................. " Teriak Terkejut Detektif Dhani, ia pun langsung menutup resleting celananya.

"Erghhh........eeghhhh........" Suara wanita yang berusaha bicara tetapi mulutnya di lakban.

Ternyata di dalam bilik kamar mandi tersebut ada seorang wanita yang tangannya terikat lakban dan kakinya juga di lakban begitu juga mulut nya, sepertinya ini penyekapan.

"Siapa yang menyekap wanita cantik ini di dalam toilet." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.

Detektif Dhani pun melepas lakban di mulut wanita tersebut. Wanita ini memiliki rambut berwarna hitam, dan mata berwarna biru wajahnya sangat cantik dan ke barat-baratan.

"Tolong aku..tolong aku Kak..lepaskan aku," Teriak wanita tersebut sambil menangis.

"Tenang nona, akan kulepaskan lakban yang mengikat mu terlebih dahulu." Ucap Detektif Dhani, sambil melepaskan lakban di kaki dan tangan gadis cantik ini.

"Tarik nafas dalam dalam, kemudian hembuskan kembali" Ucap Detektif Dhani, sambil memperagakan nya.

Gadis cantik itu pun mengusap air matanya, dan menarik nafasnya.

"Tolong aku kak, pembunuh itu akan segera kembali membunuhku." Ucap Gadis itu

"Hiks.... hiks.... " Tangis kecil Gadis Cantik itu.

"Tenang nona, ayo biar ku antar kan kamu kembali kerumah mu." Ucap Detektif Dhani, sambil memegang bahu gadis cantik itu.

Beberapa saat kemudian seorang pria setinggi 180 cm menggunakan mantel hitam panjang berwarna hitam, dan juga memakai sarung tangan berwarna hitam serta memakai masker dan topi berwarna hitam memasuki toilet. Keadaan di toilet wanita ini menjadi hening untuk sesaat.

"Dia.... dia... itu....itu....kak.....itu pembunuhnya." Ucap gadis cantik itu sambil berlindung di belakang Detektif Dhani.

Pembunuh itu pun langsung mengambil pisau di balik mantelnya dan berusaha menusukkan ke arah perut Detektif Dhani. Detektif Dhani pun berhasil menahan pisau tersebut dengan kedua belah tangannya, pembunuh itu terus menekan pisau itu ke arah Detektif Dhani.

"Hari ini sudah dua kali, orang mencoba menusukku di perut." Gumam Detektif Dhani, di dalam hati.

"Kak........ hiks.... hiks.... " Suara dan tangis Gadis cantik itu.

Beberapa saat kemudian ada dua wanita kembali memasuki toilet, melihat aksi pembunuh yang sedang berusaha menancapkan pisau ke perut Detektif Dhani mereka berdua pun histeris.

"Ahhhh...... ahhhh.... tolong..... " Teriak kedua wanita tersebut.

"Tolong...... ada perampokan." Teriak kedua wanita tersebut, berpikir semua ini adalah perampokan.

Mendengar teriakan kedua wanita tersebut pembunuh itu pun langsung melarikan diri. Detektif Dhani hendak mengejar nya namun gadis cantik tersebut menarik lengan jaket Detektif Dhani.

"Hiks.... hiks..... hiks..... jangan kejar Kak, tolong aku." Tangis dan Suara Gadis Cantik tersebut.

Detektif Dhani pun kemudian menoleh ke belakang. Terlihat jelas wajah yang pucat dan ketakutan dari gadis cantik itu, bahkan tangannya masih gemetaran.

"Tenang nona, kita sudah aman sekarang." Ucap Detektif Dhani.

Beberapa saat kemudian Detektif Dhani kembali masuk ke dalam bilik kamar mandi.

Sementara itu kedua wanita yang hendak masuk ke toilet langsung kembali keluar toilet dikarena kan ketakutan, kemudian meninggal kan kami berdua di toilet. Tak lama kemudian dua orang petugas keamanan di mal ini pun datang, Detektif Dhani pun kemudian menjelaskan semua kejadian sebelumnya serta memperlihatkan lencana lisensi detektif milik nya kepada kedua petugas keamanan tersebut. Setelah itu Detektif Dhani pun membawa gadis cantik tersebut bersamanya.

Didalam mobil Feroza milik Detektif Dhani

"Nona tenanglah, pembunuh itu sudah melarikan diri,"

"Namaku Dhani Prasetyo, kalau boleh tahu siapa namamu nona cantik?" Ucap Detektif Dhani, sambil menyetir jeep nya.

"Terima kasih Kak Dhani, sudah menyelamatkan ku,"

"Nama ku Shilla Lesmana, aku takut sekali ia akan kembali mencariku." Ucap Shilla denga wajah yang ketakutan.

"Kryuuuukkkkk......... kryuukkkk....." Suara perut Shilla.

Ternyata Shilla seharian ini belum makan apa-apa.

"Ya sudah lah, sepertinya kamu belum makan apa-apa ya,"

"Sebaiknya kita cari tempat untuk makan terlebih dahulu." Ucap Detektif Dhani.

"Ia Kak, dari pagi aku belum makan apa-apa." Ucap Shilla dengan polosnya.

"Cantik sekali, paha nya aja mulus." Gumam Detektif Dhani, sambil menoleh ke bawah.

"Ada apa kak?" Tanya Shilla, melihat Detektif Dhani memperhatikan nya.

"Gak apa-apa kok, Shilla." Ucap Detektif Dhani.

Karena sudah pukul sebelas malam kebanyakan rumah makan sudah tutup di Kota Jakarta ini, Detektif Dhani pun berhenti di warteg yang berada di pinggiran jalan Kota Jakarta.

Di Warteg

"Pak saya pesan lele penyet satu ya sama nasi uduk." Ucap Detektif Dhani.

"Ia dek, pacarnya mau pesan apa dek." Ucap Bapak Pemilik Warteg,

Bapak pemilik warteg salah paham dan mengira gadis cantik yang bersama Detektif Dhani adalah pacarnya.

"Pacar, aku bahkan sudah lama sekali tidak membawa cewek,"

"Tapi Shilla hanya tersenyum mendengar perkataan bapak ini, wah kayak nya ada kesempatan nich." Gumam Detektif Dhani didalam hati, sambil menoleh ke arah Shilla.

Mendengar Bapak pemilik warteg berkata seperti itu Shilla pun tersenyum kecil ke arah Bapak tersebut.

"Saya pesan sama dengan yang dipesan Kak Dhani ya pak, dan buatkan es teh manis nya juga ya pak." Ucap Shilla.

"Jadikan dua pak es teh manisnya, malam ini banyak yang manis-manis." Ucap Detektif Dhani, mencoba menggoda Shilla.

"Iya dek." Ucap Bapak tersebut, sambil kembali menyiapkan pesanan mereka.

"Apa nya yang manis Kak Dhani?" Tanya Shilla.

"Ntah kenapa hati Kakak serasa manis sekali malam ini." Jawab Detektif Dhani, sambil tersenyum ke arah Shilla.

Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan pun telah tiba di meja warteg, Shilla dan Detektif Dhani mulai menyantap makanan tersebut.

"Ayo Shilla, tampaknya lezat nich." Ucap Detektif Dhani.

"Iya ayo Kak." Ucap Detektif Dhani.

"Sudah seminggu aku tidak makan makanan ber pri kemanusiaan, baiklah selamat makan." Gumam Shilla si dalam hati.

Detektif Dhani sengaja belum menanyakan perihal kejadian yang tengah menimpa Shilla saat ini, sehingga dia bisa sampai berada di dalam toilet dengan kondisi terlakban. Melihat Shilla sudah agak tenang, Detektif Dhani pun mulai menginterogasi Shilla.

"Shilla sebenarnya apa yang terjadi padamu?"

"Kenapa kamu bisa sampai berada di dalam toilet, dengan keadaan terikat?" Tanya Detektif Dhani.

"Sebaiknya aku mulai menceritakan kejadiannya, Kak Dhani sepertinya orang baik,"

"Padahal baru kenal, dia bahkan membahayakan dirinya dengan berhadapan dengan pembunuh tersebut di dalam toilet." Gumam Shilla di dalam hati.

"Begini ceritanya Kak Dhani." Jawab Shilla, sambil menyantap lele penyet dan nasi uduk.

Apartemen Shilla, di jalan Diponegoro

Saat itu malam pukul 22.00 wib, Shilla baru saja diantar pulang oleh teman-temannya kembali ke apartemennya. Apartemen Shilla berada di lantai 10, Shilla pun lalu masuk ke apartemen nya. Sesampai di dalam Shilla lantas menghidupkan lampu, Shilla pun duduk di sofa di ruang tengah apartemen nya.

Shilla pun menghidupkan TV dan menonton nya, beberapa saat kemudian listrik apartemen Shilla tiba-tiba padam. Shila pun bangun dari sofa dan mencoba mencetek cetek saklar lampu, namun tak kunjung menyala. Shilla pun kemudian keluar dan berniat melaporkan keluhan padamnya listrik di apartemen nya kepada pihak pengurus apartemen di lantai dasar.

Shilla pun berjalan di lorong gedung seorang diri, tiba-tiba saja sesorang dari belakang membius nya. Shilla pun tak sadarkan diri setelah di bius oleh sosok misterius tersebut.

Di kamar yang gelap

Setelah itu Shilla terbangun di sebuah kamar berukuran 2 x 3 meter dengan toilet di dalam nya.

Hari pertama

"Ugh........ kepalaku pusing sekali, di mana ini kenapa sangat gelap sekali?" Ucap Shilla.

"Sebaiknya aku mencari cara keluar dari ruangan yang gelap ini." Gumam Shilla, kemudian mulai meraba-raba sekitar nya.

Beberapa saat kemudian.

"Ugh..... apa ini yang basah." Gumam Shilla, kemudian ia pun merabanya.

Setelah meraba-raba nya untuk beberapa saat ia pun menyadari benda apa yang dirabanya tersebut.

"Hiks..... hiks..... hiks..... " Tangis kecil Shilla.

"Sial...... aku sangat sial,"

"Ternyata aku meraba sebuah kloset duduk." Ucap Shilla.

Kemudian ia terus meraba-raba dinding dan akhirnya berhasil menemukan pintu keluar.

"Kali ini aku menemukannya, tidak salah lagi,"

"Ini pasti lah pintu sebuah toilet?" Gumam Shilla, kemudian berusaha menarik pintu tersebut.

"Ugh.......... keras sekali..... "

"Sepertinya karena mabuk semalam aku terkunci di sebuah toilet yang rusak, sebaiknya aku berteriak minta tolong saja," Gumam Shilla.

"Tolong.......... "

"Tolong.......... " Teriak Shilla beberapa kali.

Saat ini Shilla masih mengira bahwa dirinya mabuk lalu terkurung di dalam sebuah toilet rusak. Hingga saat sore hari nya, seseorang memasukkan sepiring makanan dan segelas minuman dari pintu kecil di bawah pintu utama untuk nya.

"Tring............. " Suara piring yang diletakkan di lantai melalui pintu kecil.

"Makanlah..... ini akan menjadi makanan terakhir mu." Ucap Pembunuh tersebut.

"Siapa kau... lepaskan aku... " Teriak Shilla.

"Tolong......... tolong....... " Teriak Shila.

Akhirnya Shilla pun sadar dirinya sedang di culik.

"Ternyata aku tidak sedang berada di dalam sebuah toilet rusak, saat ini ternyata aku sedang di culik." Gumam Shilla

"Hiks...... hiks...... hiks..... "

"Hiks........ hiks...... hiks....... " Tangis Shilla pun pecah saat menyadari dirinya telah di culik.

Beberapa hari kemudian.

Shilla di kurung selama beberapa hari di dalam ruangan yang gelap tersebut, hingga sampai hari ini.

"Krakk................ " Suara pintu terbuka.

"Akh..................silau sekali, apakah polisi sudah berhasil menemukanku." Gumam Shilla.

Pembunuh itu lalu memegang tangan Shilla.

"Lepaskan..... lepaskan..... " Teriak Shilla, sambil terus melawan.

"Ini hari kematian mu." Ucap Pembunuh tersebut, kemudian menyuntikkan bius ke leher Shilla.

"Akh....... tubuh ku serasa lemas." Gumam Shilla.

Saat Shilla mulai tak sadar kan diri, Pembunuh tersebut pun berbisik di telinga Shilla.

"Sudah saatnya kau mati." Ucap sosok misterius itu

Di toilet

Ketika sosok misterius itu akan menyuntik mati Shilla di dalam toilet, Shilla pun membuka matanya.

"Ugh.......... kepalaku pusing sekali,"

"Silau sekali, dimana ini?" Gumam Shilla.

"Gadis ini sudah bangun, sebaiknya aku segera mengirimnya ke alam lain." Gumam Pembunuh tersebut, lalu berusaha menusukkan jarum suntik ke leher Shilla.

"Tidak..... hentikan.... " Teriak Shilla, lalu ia melawan dengan kekuatan nya yang tersisa.

"Ugh...... Gadis keras kepala." Gumam Pembunuh tersebut, sambil berusaha menyuntik leher Shilla.

"Hentikan.................... " Teriak Shilla, sambil terus melawan.

"Blurpppppppppp.................. " Suara jarum suntik yang jatuh ke dalam kloset.

"Dasar mau mati pun menyusahkan." Gumam Pembunuh tersebut.

Melihat jarum suntik nya jatuh kedalam kloset pembunuh berantai itu lalu memukul kepala Shilla hingga tak sadarkan diri.

Saat ini

"Begitulah ceritanya Kak Dhani, setelah itu aku terbangun dan melihat burung... eh maksudku kak Dhani di hadapanku." Ucap Shilla, sambil menyedot es teh manis di depannya.

"Ternyata dia melihat burung ku, dasar gadis mesum,"

"Tadi sebelum makan dia ada mencuci tangan gak ya, dia kan meraba kloset." Gumam Detektif Dhani, lalu menoleh ke mangkok cuci tangan.

"Oh...... ada, syukurlah." Gumam Detektif Dhani.

"Ya sudah kalau begitu aku mau beli rokok dulu di kios disana, kamu cepat habiskan makananmu setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Detektif Dhani, sambil beranjak dari kursi di warteg tersebut ke arah kios didepannya.

Shilla pun kembali menyantap makanannya, Tiba-tiba saja sebuah mobil sedan toyota vios berhenti di depan warteg. Sosok misterius itu pun turun dari mobil tersebut, dan bergegas kearah Shilla berniat untuk membius nya. Melihat sosok misterius yang hendak membiusnya datang, Shilla pun berteriak histeris.

"Tolong.... tolong.... " Teriak Shilla.

Sosok misterius itu pun berusaha kearah Shilla, namun di halangi oleh bapak penjual warteg. Pembunuh itu pun berusaha menusuk bapak pemilik warteg berkali-kali, namun bapak pemilik warteg berhasil menghindarinya. Mendengar teriakan dari Shilla, Detektif Dhani pun berlari kearah Shilla dan mengeluarkan pistol serta menembak ke atas sebanyak tiga kali.

"Dor... dor.... dor... " Suara tembakan.

Mendengar suara tembakan tersebut pembunuh itu pun langsung bergegas lari kembali ke dalam mobil sedan nya, dan langsung melarikan diri setelah berhasil melukai bapak pemilik warteg. Detektif Dhani pun mengarahkan pistolnya ke arah mobil pembunuh yang melaju tersebut, namun ia mengurungkan niat nya menembak.

"Ah... tidak... " Ucap Detektif Dhani.

Detektif Dhani khawatir tembakannya akan meleset dan mengenai mobil lainnya di jalanan yang padat ini, ia pun segera menghampiri pemilik warteg

"Pak.. anda tidak apa-apa pak?" Ucap Detektif Dhani.

"Ia tidak apa-apa anak muda, Terima kasih ya."

"Sudah menembakkan pistol itu, jika tidak aku khawatir tidak sanggup menahan nya lagi." Ucap bapak pemilik warteg.

Sementara itu Shilla wajahnya sudah pucat, dan air mata pun menetes dari matanya. Detektif Dhani pun membuka jaketnya dan menutupi tubuh Shilla dengan jaketnya agar tidak kedinginan. Kemudian Detektif Dhani pun membayar makanan yang mereka makan kepada Bapak pemilik warteg dan beranjak ke mobil jeep. Shilla masih membeku bibirnya gemetaran, Shilla trauma melihat pembunuh tersebut.

Di dalam Mobil Sedan Honda Accord milik nya Rian.

Saat ini Rian sedang berada di tepi Jalan dan sedang Gegana, gelisah galau merana. Ia telah mengambil uang 500 ribu di dalam tas barang bukti tersebut, saat ini ia berniat menelpon Mira.

"Telpon ayam kampus apa gak ya, uang pun sudah ada di tangan,"

"Bensin pun sudah terisi penuh, pengaman masih sisa tiga,"

"Ya sudah lah aku telpon saja, ini kan uang setan,"

"Habisnya ke setan juga." Gumam Rian.

Rian pun lalu menelpon Mira.

Di Halte di dekat Mal tersebut.

Tampak Mira tengah berdiri menunggu angkot.

"Kring....... Kring........ Kring...... " Suara HP milik Mira berdering.

"Ini pasti telpon Om-om yang menggodaku di mal tadi, sepertinya dia udah kentang nih,"

"Sebaiknya aku angkat saja,"

"Malam ini pun sepi klien." Gumam Mira, lalu mengangkat telpon tersebut.

"Halo Mira cantik, lagi dimana ni?" Tanya Rian.

"Om jemput aku ya, aku lagi di halte di deket mal nich,"

"Cepetan ya om, tubuhku udah mulai kedinginan nih,"

"Akibat terkena angin malam ini, aku butuh kehangatan Om." Jawab Mira.

"Ugh..... Mira kau memang ayam kampus pro, tubuhku bergetar mendengar nya." Gumam Rian.

"Mira jang panggil aku om donk, panggil aku Rian aja,"

"Ya udah aku kesitu ya Mira, tunggu jangan pergi sama yang lainnya ya,"

"Malam ini aku pasti memberimu kehangatan." Ucap Rian.

"Dia pikir aku PSK apaan?" Gumam Mira.

"Iya Rian, cepetan ya sayang." Ucap Mira, lalu mematikan HP nya kemudian menunggu kedatangan Rian.

"Hi..... Hi..... Hi....... " Tawa kecil Mira.

"Gak akan ada om-om yang tahan dengan godaan pro ku yang seperti tadi." Gumam Mira.

Berberapa menit kemudian Rian pun tiba, ia membunyikan klakson nya sebanyak dua kali.

"Teen...... teen......... " Suara klakson mobil Rian.

Mira pun kemudian masuk ke dalam kabin depan Sedan Accord milik Rian.

Di dalam Kabin depan

"Rian sabar donk, ayo kita cari tempat." Ucap Mira, sambil menoleh sesuatu di bawah perut Rian yang sedikit menonjol.

"Ugh.... Malunya dia pasti melihat nya." Gumam Rian, lalu mulai menjalankan Sedan nya.

"Ya Mira, ini uang nya." Ucap Rian, lalu menyerahkan uang setan tersebut.

"Wah.....Rian ini kelewat Jujur, aku belum melakukan apa-apa dia sudah membayar ku." Gumam Mira, lalu mencium bibir Rian.

"Ugh..... Mira." Gumam Rian, membalas ciumannya.

Untung saja kondisi jalan sedikit sepi saat ini, beberapa saat kemudian mereka pun menyudahi ciuman bonus tersebut. Akibat ciuman itu, Rian tanpa sengaja menyerempet pemulung yang sedang mendorong gerobak di sampingnya.

"Hei................kalau bawa mobil pakek mata." Teriak Pemulung tersebut, lalu melempar botol aqua ke arah Sedan milik Rian.

Rian dan Mira pun tertawa kecil melihat Pemulung tersebut marah.

"Ha.... Ha.... Ha.... " Tawa Mira dan Rian.

"Itu tadi bonus Sayang, karena telah menjemput ku tepat waktu." Ucap Mira.

Rian lalu memberanikan diri memegang tangan Mira.

"Untukmu apa pun akan ku lakukan Mira." Ucap Rian.

"So... Sweet... "

"Aku sudah lama tidak mendengar gombalan maut seperti ini." Gumam Mira, lalu menyandarkan kepala nya di pundak Rian.

Seperti nya Mira si Ayam Kampus mulai sedikit tertarik terhadap Rian sang asisten Detektif.

"Wah..... Harum nya, dia memang pro." Gumam Rian.

Pria bertopi hitam ber masker hitam

Didalam mobil Feroza milik Detektif Dhani.

"Sudah tenang lah Shilla, aku akan mengantarkan mu pulang ke rumah." Ucap Detektif Dhani, sambil menyetir mobil.

Shilla masih gemetaran, wajah nya pucat dan tatapan nya kosong.

"Shilla terlihat sangat pucat, seperti baru saja melihat hantu." Gumam Detektif Dhani.

Beberapa saat kemudian Shilla menatap ke arah Detektif Dhani. Ia pun kemudian menarik lengan baju Detektif Dhani dengan ekspresi wajah yang sedih.

"Kak Dhani, kumohon aku khawatir malam ini pembunuh itu akan kembali ke apartemen ku,"

"Lalu membunuh ku, atau memperkosa ku baru membunuh ku,"

"Izinkan aku menginap di tempat mu Kak Dhani, jika perlu aku juga akan membayar nya," Ucap Shilla, sambil meneteskan air mata.

"Hiks.... hiks.... hiks..... " Tangis kecil Shilla.

"Wah aku tidak tega melihat gadis ini menangis, ya sudah aku akan menjaganya malam ini saja," Gumam Detektif Dhani dalam hati.

"Apartemenku ku agak jauh dari sini dan berada di daerah Jakarta Barat,"

"Mungkin kita akan tiba sekitar pukul satu malam, agak kemalaman karena jauh Shilla." Ucap Detektif Dhani.

"Iya tidak apa-apa kak, aku merasa aman jika disamping Kak Dhani." Ucap Shilla, sambil tersenyum ke arah Detektif Dhani.

Shilla pun kemudian memeluk Detektif Dhani yang sedang menyetir, untuk beberapa saat suasana di dalam Feroza ini pun hening.

Detektif Dhani pun kembali menyetir mobil jeep tersebut dan beranjak kembali ke apartemen nya yang berada di Jakarta Barat.

"Oh ia si mesum itu kan ada di apartemen ku, aku harus segera menyuruhnya tidur di kantor saja malam ini."

"Aku harus segera meneleponnya sekarang," Gumam Detektif Dhani dalam hati.

Apartemen Detektif Dhani.

Detektif Dhani pun menelepon asisten nya, Rian yang sedang berada di apartemen nya. Sementara itu di apartemen Detektif Dhani, Rian ternyata sedang bersama Mira si ayam kampus. Mira ternyata sedang mandi di kamar mandi apartemen Detektif Dhani, sedang Rian sedang duduk di ranjang kamar hanya mengenakan celana Boxer saja. Ternyata Rian habis berperang dengan Mira, sisa-sisa peperangan masih terlihat berserakan di atas ranjang. Maksudnya pakaian super sexi dan dalaman milik Mira berserakan di atas ranjang milik Detektif Dhani.

Ternyata Rian mengambil 500 ribu uang dari dalam dompet yang menjadi barang bukti kejahatan, ketika mengantarkan maling tadi ke kantor polisi setempat. Rian memakai uang tersebut untuk mengencani Mira.

"Wah lelahnya, semoga saja tidak ketahuan dengan bos aku mengambil uang yang menjadi barang bukti,"

"Kalau ketahuan pun ya sudahlah aku terima, ternyata Mira tidak hanya cantik tapi juga profesional." Gumam Rian dalam hati.

"Kringg...... kring...... kring... " Suara HP Rian.

Rian pun membuka HP nya.

"Wah si bos nich, tapi katanya dia tidur di kantor malam ini,"

"Sebaiknya ku angkat sajalah dulu," Gumam Rian dalam hati.

"Rian, adikku dari kampung baru saja tiba,"

"Jadi untuk malam ini kamu tidur di kantor dulu ya, mungkin sekitar setengah jam lagi kami akan tiba,"

"Bergegas lah Rian." Ucap Detektif Dhani.

"Lho bos bukannya, si bos anak tunggal?" Tanya Rian.

"Sudah jangan banyak tanya, atau nanti ku potong gajimu bulan ini." Ucap Detektif Dhani, dengan nada suara agak keras.

"Siap Bos, laksanakan." Ucap Rian.

"Sayang, tolong ambilkan celana dalam dan baju ku." Ucap Mira dari dalam toilet.

Detektif Dhani pun dapat mendengar suara Mira.

"Wah enak ya ada cewek yang lagi minta tolong sama kamu Rian, siapa itu?" Ucap Detektif Dhani.

"Ehmm... ehm... itu... itu... kakak ku tadi menumpang mau kerumah pamanku, ya baiklah kami akan segera beranjak dari apartemen mu bos." Ucap Rian, sambil mematikan HP.

"Tunggu.... dulu Rian, aku belum habis bicara." Ucap Detektif Dhani.

"Beepppp..... beepppp...... " Suara HP Rian.

"Awas anak itu kalau ketemu nanti, akan kuberi pelajaran,"

"Beraninya dia membawa cewek ke apartemen ku, aku saja masih jomblo sampai saat ini." Gumam Detektif Dhani dalam hati.

Di dalam Mobil Feroza Detektif Dhani.

Shilla masih sangat ketakutan akibat kejadian di warteg tadi, tangan nya masih gemetaran. Detektif Dhani pun iba dan berniat menenangkan Shilla.

"Shilla tenang lah, untuk malam ini kau harus beristirahat." Ucap Detektif Dhani.

"Ia Kak aku masih takut dengan pria berjaket hitam yang mencoba membunuhku itu." Ucap Shilla.

"Ketakutan adalah sifat manusia yang beranggapan bahwa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa terhadap suatu kondisi tertentu, Bahkan ia belum sempat mencoba nya sama sekali untuk berhadapan melawan kondisi tersebut,"

"Kau paham maksudku, Shilla?" Ucap Detektif Dhani.

"Aku tidak paham kak, emang gimana maksudnya?" Tanya Shilla.

"Berhentilah takut terhadap penjahat itu, untuk saat ini cobalah Shilla istirahat dulu,"

"Besok ketika tubuh kita sudah segar, fikiran pun pasti ikutan segar,"

"Saat itu baru kita pikirkan jalan keluar nya." Ucap Detektif Dhani.

Mendengarkan wejangan dari Detektif Dhani, Shilla pun jadi sedikit tenang.

"Baik lah Kak." Ucap Shilla.

Detektif Dhani pun tidak menyadarinya beberapa menit yang lalu mobil sedan milik pembunuh itu mulai mengikuti mobil mereka, dan sedang menanti sebuah kesempatan. Detektif Dhani pun tiba di jalanan yang agak sepi, Mobilnya pun melaju normal dan hendak melewati jembatan. Melihat jalan sepi, mobil sedan berwarna hitam dan tidak memiliki pelat melaju cepat dari arah belakang. Mobil sedan itu kemudian memepet mobil Detektif Dhani dari arah kanan dan mendesak nya ke arah pagar pembatas. Sedan ini kemudian menghantamkan sisi kiri mobil nya ke sisi kanan mobil Detektif Dhani berulang kali. Hingga mobil feroza milik Detektif Dhani pun kewalahan, dan ketika mobil Detektif Dhani tiba di sebuah jembatan.

Pengemudi mobil sedan itu kemudian membanting setiur nya kearah kiri secara mendadak. Akibat nya mobil jeep feroza milik Detektif Dhani pun terdorong ke sisi jembatan, beberapa saat kemudian mobil milik Detektif Dhani pun melesat jatuh ke sungai setelah menabrak pagar pembatas jembatan.

"Duaghh...... " Suara mobil jeep yang menabrak pagar pembatas.

Didalam mobil yang oleng dan jatuh tersebut, Detektif Dhani pun berniat melompat keluar dengan membawa Shilla.

"Tenanglah Shilla, jangan panik." Ucap Detektif Dhani, sambil membuka pintu jeep disamping nya serta menarik lengan Shilla untuk melompat keluar dari mobil.

"Aaaaaa...... tidak." Teriak Shilla.

"Byurr.............. " Suara mobil yang terjatuh kedalam sungai dan perlahan tenggelam.

Mereka berdua pun selamat dari mobil feroza serta terjatuh kedalam sungai, karena melompat keluar segera. Detektif Dhani kemudian berenang ke tepian sungai,sambil membawa Shilla yang sudah tak sadar kan diri. Melihat mobil itu tenggelam perlaha, pembunuh yang sedang berada di tepian jembatan pun mengeluarkan pistolnya, berniat untuk menembak dan menyelesaikan pembunuhan kali ini. Pembunuh itu pun kemudian menembakkan beberapa tiga kali pistol nya kearah mobil jeep yang perlahan tenggelam tersebut.

"Dor... dor.... dor.... " Suara tembakan dari pistol si pembunuh, beberapa saat kemudian pembunuh tersebut pun beranjak pergi mengendari sedan gelap miliknya.

"Sinyal nya sudah tidak bergerak lagi, sepertinya gadis itu sudah tewas, ha... ha... ha... " Gumam si pembunuh dalam hati, sambil menancap gas mobil sedan gelap nya.

Ternyata selama ini, si pembunuh memasang sebuah pelacak di tubuh Shilla tanpa Shilla sadari, sehingga di dapat mengetahui lokasi persis Shilla berada. Ketika terjatuh kedalam sungai pelacak ttersebut ikut erjatuh ke dasar sungai, sementara itu Detektif Dhani dan Shilla berhasil selamat dan berenang ke tepian sungai. Setelah beberapa saat, Detektif Dhani pun mencapai tepian sungai. Detektif Dhani pun mencoba membangunkan Shilla yang tak sadarkan diri sejak terjatuh kedalam sungai, ternyata Shilla sudah tidak bernafas karena menelan terlalu banyak air sungai ketika terjatuh.

Detektif Dhani pun memompa dada Shilla dengan kedua tangannya, namun Shilla tetap tidak bereaksi.

"Shilla..... Shilla.... sadarlah.... " Ucap Detektif Dhani.

Kemudian Detektif Dhani pun memberikan nafas buatan kepada Shilla, setelah beberapa kali menyalurkan nafas buatan dari mulut ke mulut. Shilla pun kemudian memuntahkan banyak sekali air dari mulutnya hingga membasahi muka Detektif Dhani. Detektif Dhani pun duduk di tepian danau tersebut dengan kedua tangan menopanh tubuhnya ke belakang.

"Ah.. my first kiss,..... " Gumam Shilla dalam hati.

"Syukur lah Shilla kamu sudah sadar, kamu menelan banyak sekali air sungai tadi, sebaiknya kita bergegas ke permukiman penduduk sekarang Shilla,"

"Aku khawatir pembunuh itu akan segera kemari, sepertinya dia tipe pembunuh yang brutal." Ucap Detektif Dhani.

Mendengar perkataan Detektif Dhani tentang si pembunuh, raut wajah Shilla pun pucat dan bibirnya gemetara.

"Ia kak, Terima kasih sudah dua kali menyelamatkanku," Ucap Shilla.

"Shilla sepertinya kaki ku terkilir, sebaiknya kamu pergi saja ke rumah penduduk terdekat dan meminta bantuan mereka untuk menjemput ku." Ucap Detektif Dhani.

Shilla pun langsung bangun dan memapah Detektif Dhani menyusuri hutan si tepian sungai ini dan menuju ke permukiman penduduk terdekat. Beberapa jam kemudian, kami pun sampai di desa terdekat. Shilla pun memapah ku ke pos ronda di desa kali hasan ini, para warga yang ronda pun membantu kami dan mengantar kan kami ke rumah kepala desa. Detektif Dhani pun menceritakan seluruh kejadian yang dialami oleh nya dan Shilla, Setelah mendengarkan seluruh kejadiannya Kepala Desa pun iba kepada Detektif Dhani dan berniat menolong mereka.

"Jadi begitu kejadiannya, kok ada manusia bejat seperti itu,"

"Ya sudah nak Dhani malam ini menginap saja disini, besok pagi-pagi akan saya antarkan nak Dhani dan istrinya menginap disini dulu." Ucap Kepala Desa.

Detektif Dhani terpaksa berbohong kepada kepala desa dan mengatakan bahwa Shilla adalah istrinya, Hal ini disebabkan oleh Shilla yang sangat ketakutan oleh pembunuh bertopi hitam yang menyerang mereka berulang kali di malam ini.

"Ya Pak Yayan, Terima kasih banyak telah menolong kami malam ini,"

"Dan membiarkan kami menginap disini pak." Ucap Detektif Dhani.

"Ya sudah kalau begitu istirahat lah di kamar tamu, ini pakailah baju ini mungkin agak kebesaran ini baju mendiang anak saya,"

"Kalian pasti kedinginan." Ucap Pak Yayan.

Pak Yayan pun memberikan dua stelan baju kaos dan celana kaos pendek buat kami pakai malam ini, setelah itu Pak Yayan pun beranjak kekamarnya. Pak Yayan sungguh Kepala Desa yang sangat baik dan ramah, Detektif Dhani pun segera mandi dan bergegas ke kamar tamu sambil di papah oleh istrinya bohongannya.

Didalam kamar tamu rumah Pak Yayan.

"Untung saja handuk ku tidak jatuh ketika Shilla memapah ku kembali kekamar, jika tidak wah gawat,"

"Bakal kelihatan,"

"Sebaiknya aku segera berganti pakaian sementara Shilla sedang mandi." Gumam Detektif Dhani dalam hati.

Shilla pun mandi dengan terburu-buru, Shilla masih sangat ketakutan terhadap pembunuh bertopi hitam tersebut.

Sementara itu Detektif Dhani pun sudah tertidur pulas di atas ranjang, karena kelelahan dan cedera di kakinya. Shilla pun kembali kekamar dan langsung naik ke atas ranjang, dan memeluk erat Detektif Dhani. Detektif Dhani tidak sadar tubuhnya tengah di peluk oleh Shilla, akhirnya setelah beberapa menit Shilla pun tertidur juga. Cerita bohongan Detektif Dhani yang mengaku Shilla adalah istrinya, namun diatas ranjang ini mereka tidur seperti suami istri beneran dan bukan bohongan.

Kembali ke saat Rian terburu-buru mematikan HP nya karena ketahuan membawa cewek ke apartemen Detektif Dhani.

Karena panik dan khawatir Detektif Dhani akan memotong gajinya, Rian pun nyelonong ke dalam kamar mandi dan menarik tangan Mira untuk segera keluar dari apartemen bos nya. Ketika menarik lengan Mira, Rian tidak sadar jika Mira hanya menutupi tubuhnya dengan sehelai handuk saja.

"Tunggu sebentar bagaimana dengan bajuku, Rian." Ucap Mira, sambil beranjak keluar dari kamar mandi.

"Aku akan membelikan yang baru nanti Mira, sebaiknya kita tinggalkan Apartemen ini terlebih dahulu." Ucap Rian, sambil menarik lengan Mira.

"Tunggu Rian aku akan mengambil tas ku dulu, kalau baju ku tinggal tidak masalah namun tas ku tidak aku harus membawanya." Ucap Mira, sambil melepaskan tangan nya dari genggaman tangan Rian dan pergi mengambil tas.

Setelah itu Mira kembali menghampiri Rian dengan menyandang sebuah tas kecil berwarna pink, dan menggandeng tangan Rian.

"Ayo Rian kita pergi." Ucap Mira.

Rian dan Mira pun akhirnya keluar dari apartemen Detektif Dhani. Rian sangat kebingungan, risih dan juga malu karena mulai dari lift hingga sampai ke basement bawah, tiap orang yang berpapasan dengannya dan Mira selalu melihat dengan tatapan sinis dan merendahkan. Sesampai di dalam mobil honda accord tahun 90 an milik Rian, karena penasaran Rian pun mencoba bertanya kepada Mira kenapa tiap orang yang berpapasan dengan mereka selalu sinis, merendahkan, bahkan para cewek-cewek sampai keceplosan dan mengatakan Rian "Mesum".

"Wajar cewek-cewek tadi keceplosan dan berkata mesum, toh kamu Rian membawa turun seorang gadis hanya mengenakan sehelai handuk saja dengan rambut yang basah di tengah malam,"

"Kalau gak mesum ya cabul." Ucap Mira.

"Ha.... ha.... ha..... " Tawa kecil Mira.

Rian pun menatap kearah tubuh Mira, dan baru menyadari nya, bahwa selama ini dari mulai di lift sampai turun ke basement bawah dan naik ke dalam mobil Mira hanya mengenakan sehelai handuk saja.

"Ahhh.... aku kelupaan Mira, ya sudah semuanya sudah terjadi."

"Ini gara-gara sibos, konsentrasi ku pun pecah," Ucap Rian.

Melihat tingkah Rian, Mira pun kembali tersenyum kecil.

"Baiklah aku akan mengantarmu bali ke kosan." Ucap Rian, sambil menekan gas mobil sedan tuanya.

"Untuk baju dan celanaku Rian, kau harus membayar 500 ribu lagi,"

"Itu barang bermerek dan merupakan pakaian dinas malamku." Ucap Mira.

Maksud Mira disini ialah baju dinas nya sebagai ayam kampus selama ini.

"Mira bisakah aku membayar nya saat gajian nanti, uang ku sudah habis,"

"Lagian ini kan tanggal tua Mira, kasihanilah aku Mira." Ucap Rian.

"Boleh tapi dengan satu syarat Rian." Ucap Mira.

"Wah satu syarat, apaan itu ya?" Gumam Rian dalam hati.

"Kau harus mengantar dan jemput aku sampai kau membayar nya, aku akan mengisi minyak mobilmu,"

"Gimana Rian, apa kau sepakat." Ucap Mira.

"Baiklah Mira, aku setuju,"

"Hanya saja, ketika aku sedang bekerja aku tidak bisa mengantar atau menjemput mu, bos ku itu orangnya galak." Ucap Rian.

"Sepakat." Ucap Mira, sambil mengecup pipi Rian.

"Dan itu bonus dari malam ini." Ucap Mira.

Pembunuh Psikopat

Keesokan paginya Detektif Dhani pun terbangun, Detektif Dhani memiliki sebuah kebiasaan yaitu meraba-raba tempat tidurnya ketika bangun. Detektif Dhani pun mulai meraba-raba ke sisi kiri ranjang, tanpa sengaja ia meraba sesuatu yang kenyal dan lembut di sampingnya. Tanpa disadari Detektif Dhani ternyata sesuatu yang empuk dan kenyal itu adalah dada Shilla, akibatnya Shilla pun terbangun.

"Akh.... dadaku..... " Gumam Shilla didalam hati.

Ketika Shilla membuka mata nya terlihat tangan kiri milik Detektif Dhani sedang berada di atas dada nya, Shilla pun langsung bangun dan menutupi kedua dada nya dengan kedua tangannya.

"Kak Dhani, apa yang kakak sedang lakuin?"

"Kenapa tangan kakak ada di atas dadaku?" Tanya Shilla.

Shilla tidak langsung berfikir negatif terhadap Detektif Dhani, karena Detektif Dhani sudah dua kali menyelamatkan hidupnya.

"Maaf Shilla, sudah kebiasaan bagiku bangun di pagi hari dan meraba-raba HP ku diatas ranjang,"

"Maaf.... maaf.... aku tidak bermaksud yang aneh-aneh." Ucap Detektif Dhani.

Shilla pun menurunkan tangannya, pipinya pun memerah.

"Aku lupa ternyata kita tidur seranjang malam ini." Ucap Detektif Dhani, Sambil duduk diatas ranjang dan memunggungi Shilla.

"Ya sudah kak kalau begitu, gimana dengan kaki kakak apakah masih terasa sakit." Ucap Shilla.

"Sepertinya sudah agak membaik tapi sepertinya aku harus segera ke tempat tukang urut untuk mengurut kaki ku yang terkilir ini, Shilla." Ucap Detektif Dhani.

Suasana di kamar pun menjadi canggung sesat, wajah Shilla pun memerah setiap menatap ke arah Detektif Dhani. Benih-benih cinta sepertinya mulai tumbuh di dalam hati Shilla.

"Selama hidupku selama 32 tahun ini, baru kali ini lah aku tidur seranjang dengan seorang gadis,

"Sepertinya nya Shilla berumur sekitaran 20 tahunan, aku bahkan sudah mencium nya dan pagi ini aku telah meraba dadanya." Gumam Detektif Dhani, sambil meneteskan air mata kebahagiaan.

"Lho Kak Dhani kok menangis, nyut-nyutan lagi kaki kakak ya?" Ucap Shilla sambil mengambil handuk dan bersiap mau kekamar mandi.

Yang di maksud mencium Shilla oleh Detektif Dhani, yaitu ketika Detektif Dhani memberikan nafas buatan di pinggir sungai ketika Shilla tidak bernafas lagi.

"Benar Shilla sepertinya kaki ku terasa nyeri lagi." Ucap Detektif Dhani, sambil memegang kakinya yang sakit.

"Aduh.... aduh.... " Ucap Detektif Dhani, Pura-pura kesakitan.

"Ya sudah kakak, Aku mau mandi dulu jika ada yang kau butuhkan bilang saja kak." Ucap Shilla.

"Tidak apa-apa Shilla aku hanya perlu melempangkan kaki ku, agar nyerinya hilang.

Kemudian Pak Yayan berniat mengantar kan kami kembali ke apartemen, namun Detektif Dhani khawatir jika mereka kembali ke apartemen saat ini pria bertopi hitam akan kembali mengincar Shilla. Detektif Dhani pun memutuskan untuk menginap di hotel di daerah Jakarta Selatan, membawa serta Shilla dengannya. Setelah itu Pak Yayan pun mengantarkan kami ke hotel melati, hotel melati ini merupakan hotel yang sering di pakai kaula muda dan om-om beserta selingkuhannya untuk check in. Detektif Dhani sengaja memilih lokasi ini, karena akan sulit untuk seorang pembunuh masuk kemari dan akan mudah dikenali. Dan yang pasti jika menginap di hotel ini tidak perlu menunjukkan identitas diri, sehingga akan sulit dilacak.

"Terima kasih pak sudah mengantarkan kami kemari." Ucap Detektif Dhani.

"Ia nak Dhani, saya permisi dulu." Ucap Pak Yayan, sambil beranjak pergi dengan mobil kijang lamanya.

"Shilla ayo kita masuk, tidak baik kita berlama-lama disini." Ucap Detektif Dhani.

"Lho kak ini kan hotel tempat biasanya orang esek-esek." Ucap Shilla keceplosan.

"Tempat ini adalah yang paling aman untuk bersembunyi sementara ini, Shilla. Ucap Detektif Dhani, sambil beranjak masuk kedalam.

Di hotel melati ini rata-rata yang menginap disini pastinya sepasang kekasih, atau orang yang berasal dari luar daerah yang tengah di berdinas di Jakarta. Detektif Dhani pun menghampiri resepsionis hotel melati ini.

"Mbak apa masih ada kamar, saya ingin menginap." Ucap Detektif Dhani, sambil menatap kearah resepsionis wanita ini.

Resepsionis ini terlihat cantik dengan baju berwarna merah, dan rok mini yang ketat sehingga paha mulusnya dapat terlihat dari meja resepsionis ini. Detektif Dhani pun melihat kearah bed nama yang tersemat di dadanya.

"Oh nama gadis cantik ini ternyata "Lala Sutra", nama yang aneh,"

"Seperti nya ketika kedua orang tuanya memberikan nama teringat kepada ****** merek sutra, wah sayang nich cewek cantik-cantik namanya begitu." Gumam Detektif Dhani dalam hati.

Detektif Dhani telah salah paham atas nama yang ada di bed Lala, sebenarnya itu adalah kesalahan pengetikan. Lala berniat telah memesan bed baru, namun esok hari baru siap. Jadi hari ini Lala harus menggunakan bed yang salah pengetikan tersebut.

"Masih kak, ada dilantai sepuluh mau sewa berapa hari kak." Ucap Lala, sambil menatap ke arah Shilla yang tengah duduk di lobi hotel menggunakan rok mini dan baju yang ketat milik anak Pak Yayan.

"Wah gadis itu terlihat masih sangat muda, sepertinya masih SMA,"

"Sepertinya Kakak ini mau ambil jatah siang-siang bolong begini." Gumam Lala dalam hati, yang juga telah salah paham.

Walau pun berumur 32 tahun namun perawakan dan wajah Detektif Dhani terlihat baru berusia 25 tahun, begitu pula dengan Shilla walau berumur 20 tahun namun Shilla terlihat baru berusia 17 tahun.

"Kami pesan tiga malam mbak." Ucap Detektif Dhani.

Didalam pikiran Lala, Detektif Dhani menyewa kamar selama tiga hari tiga malam untuk mengambil jatah bersama Shilla. Benak Lala pun membayangkan hal yang aneh-aneh, pipinya pun memerah.

"Hah.... tiga hari tiga malam, benarkah itu Kak,"

"Selama itu?" Ucap Lala, sambil menatap wajah Detektif Dhani dan kemudian menatap ke arah Shilla.

"Ada masalah mbak, apakah tidak bisa karena ada orang lain yang memboking nya?" Ucap Detektif Dhani.

"Bisa-bisa kak, saya hanya sedikit kaget saja." Ucap Lala.

Detektif Dhani pun menyelesaikan masalah administrasi sewa kamar, dan beranjak ke kamar 303 di lantai sepuluh.

"Kak tunggu ini ada hadiah sedikit dari hotel kami karena sudah menginap selama lebih dari satu malam." Ucap Lala, sambil memberikan sebotol madu ditangannya.

"Terima kasih mbak." Ucap Detektif Dhani sambil mengambil sebotol madu tersebut.

Setelah menatap botol madu tersebut, Shilla sepertinya paham akan maksud dari Mbak Lala dan apa yang dibayangkan Mbak Lala.

"Hi.... Hi.... Hi.... " Tawa kecil Shilla.

"Semangat kak." Ucap Mbak Lala, sambil mengepalkan tangannya dan mengangkat nya keatas seperti pose memberikan dukungan.

Shilla pun membalas salam dukungan dari Mbak Lala dengan pose yang sama, sementara itu Detektif Dhani pun terus berjalan kearah lift.

"Wah gila tuch cewek masih muda tapi doyan begituan, aku kasian melihatnya padahal itu madu rencana akan ku minum malam ini,"

"Ini kan malam jumat, tapi ya sudahlah kasian nona kecil itu." Gumam Mbak Lala dan terus memperhatikan Detektif Dhani dan Shilla hingga memasuki lift hotel.

Dikamar 303 hotel melati, di siang harinya.Jakarta Pusat

Beberapa saat kemudian.

"Shilla menurut analisa ku, pembunuh yang mengejar mu itu ada dua orang,"

"Saat ini mereka pasti tengah menyelidiki ku, dan sedang memastikan kematian kita berdua." Ucap Detektif Dhani, sambil menghisap sebatang rokok dan duduk di kursi hotel.

"Jadi kita harus bagaimana Kak Dhani?" Ucap Shilla, yang tengah duduk di ranjang hotel.

"Kita harus memancing pembunuh ini mendatangi kita, aku memiliki sebuah rencana untuk memancingnya." Ucap Detektif Dhani.

"Bagaimana rencananya Kak?" Tanya Shilla.

Detektif Dhani pun menceritakan rencananya kepada Shilla. Beberapa saat kemudian.

"Gimana rencana ku Shilla, brilian kan." Ucap Detektif Dhani.

"Ya agak nyeleneh dikit sih kak, tapi aku ok aja gimana yang terbaik menurut kakak aja." Ucap Shilla.

"Ya sudah kita akan mulai rencananya tiga hari lagi, aku juga akan meminta bantuan asisten ku Rian untuk membantu kita." Ucap Detektif Dhani.

"Sekarang gunakan HP ku dan cari bahan-bahan yang kita perlukan, ingat suruh antar ke lobi hotel setelah memesan barang-barang nya." Ucap Detektif Dhani, sambil memberikan HP nya kepada Shilla.

"Baik kak, aku sangat senang Kak Dhani mau menolongku." Ucap Shilla.

"Sepertinya pembunuh ini seorang psikopat, ia tidak hanya menargetkan mu saja tetapi juga menargetkan ku sekarang,"

"Jadi kita harus segera menangkapnya." Ucap Detektif Dhani.

Di Kantor Detektif Dhani di Daerah Jakarta Selatan

Ternyata semalam Rian tidak jadi menginap di kantor Detektif Dhani, karena sudah kemalaman Mira mengizinkan Rian menginap di kos-kosan nya. Pagi ini Rian kembali ke kantor untuk mandi dan berganti pakaian di kantor Detektif Dhani. Rian pun membuka pintu kantor Detektif Dhani.

"Loh kok tidak terkunci, perasaan semalam kan sudah aku kunci kantornya, sepertinya ada yang tidak beres disini." Gumam Rian di dalam hati.

Rian pun masuk kekantor dengan pistol ditangannya, Ia pun melihat sekeliling ruang tamu kantor. Tampak banyak dokumen berserakan seakan-akan baru saja diacak-acak. Rian pun kemudian masuk kedalam ruangan Detektif Dhani, ternyata itu adalah pembunuh yang tengah mengejar Shilla dan Detektif Dhani. Melihat Rian membuka pintu ruangan, Pembunuh itu pun menembakkan pisto yang berada di genggamannya.

"Dor............. " Suara letusan pistol pembunuh psikopat.

"Arghhhh........ bahuku." Rian pun menembak balas kearah pembunuh tersebut.

"*******." Teriak Rian.

"Dor............ Dor...... " Suara tembakan dari pistol milik Rian.

Suasana pun menjadi hening untuk sementara, di dalam kantor Detektif Dhani.

"Kenapa tidak ada suara sama sekali dari dalam ruangan bos, apa maling itu sudah mati,"

"Coba aku intip saja,"

"Argghhhh.... sakitnya bahuku, sialan maling itu main tembak saja." Gumam Rian didalam hati.

Rian pun mengintip perlahan kedalam ruangan tersebut, ternyata ruangan telah kosong dan jendela di kantor Detektif Dhani telah terbuka.

'Sialan maling itu kabur, melalui jendela,"

"Bedebah, maling aja udah punya pistol zaman sekarang,"

"Sedangkan bos dan aku saja butuh berbulan-bulan untuk mendapatkan izin menggunakan senjata." Gumam Rian didalam hati.

"Ah sial nya aku hari ini, mana stamina belum pulih setelah tempur semalam,"

"Ini pasti karena aku belum mandi, gara-gara Mira sich bawaannya minta terus." Gumam Rian dalam hati, sambil duduk di sofa ruangan Detektif Dhani.

"Sebaiknya aku memberitahukan bos, perihal maling ini,"

"Nanti jangan di kira aku yang mengacak-acak ruangan nya." Gumam Rian, sambil menyalakan sebatang rokok.

Kembali ke hotel melati

Detektif Dhani sedang tidur di ranjang hotel dan Shilla duduk di samping Detektif Dhani memakai rok ketat, dan baju yang ketat.

"Kring...... kring..... kring..... " HP Detektif Dhani berbunyi.

Kebiasaan tidur Detektif Dhani pun dimulai lagi, ia mulai meraba-raba sekitar ranjang. Tanpa sengaja kali ini Detektif Dhani meraba paha mulus milik Shilla.

"Mulai lagi dech Kak Dhani, kebiasaannya ini mesum." Gumam Shilla dalam hati, sambil mengambilkan HP diatas meja dan memberikannya di tangan Kak Dhani.

"Bangun kak Dhani, ada yang nelpon kakak." Ucap Shilla.

Detektif Dhani pun bangun dan duduk di ranjang bersebelahan dengan Shilla, kemudian baru mengangkat HP nya.

"Ternyata Rian, aku berencana menelponnya agak sore nanti."

"Sepertinya prediksi ku lebih cepat dari sebelumnya." Gumam Detektif Dhani dalam hati.

Sementara itu Shilla pura-pura membaca majalah yang ada di atas meja, sebenarnya ia tengah menguping pembicaraan Detektif Dhani.

"Halo bos, maaf mengganggu bos,"

"Gawat bos, ada maling yang mengacak-acak kantor bos,"

"Bahkan dia menembak ku bos, untung bukan kepalaku yang kena." Ucap Rian melalui HP.

"Rian coba buka laci di mejaku, ada foto kopi KTP ku disitu,"

'Coba lihat apa masih ada." Ucap Detektif Dhani melalui HP.

Rian pun membuka laci meja Detektif Dhani, ternyata foto kopi KTP milik Detektif Dhani sudah diambil oleh pembunuh itu.

"Wah bos aneh sekali, ada segepok uang di amplop tapi malah foto kopi KTP bos yang diambil,"

"Sepertinya nich maling pernah terbentur benda keras kepalanya, aduh.... arghhh.... " Ucap Rian melalui HP.

"Rian sebaiknya kamu berobat dulu sana, ambil amplop yang ada didalam laci ku buat biaya pengobatan mu, tiga hari lagi kita akan menjebak maling itu aku sudah ada rencana,"

"Akan ku kabari rencanaku besok pagi, Rian,"

"Rian.... " Ucap Detektif Dhani melalui HP.

"Ia bos ada apa lagi?" Tanya Rian melalui HP.

"Berobatnya jangan ke dokter hewan ya, ha... ha... ha... " Canda Detektif Dhani melalui HP.

Kemudian mematikan HP nya.

"Wah jarang-jarang bos bercanda pasti dia lagi senang hatinya, ah masa bodoh yang penting aku dapat segepok uang hari ini." Gumam Rian dalam hati.

Di sebuah lorong yang gelap disudut Kota Jakarta

"Oh jadi nama pahlawan kesiangan ini Dhani Prasetyo pekerjaan Detektif Swasta , berani sekali dia mengambil mangsaku,"

"Aku yakin kalian berdua belum mati ketika tenggelam di sungai, jika tidak mayat kalian sudah pasti ditemukan di pinggiran sungai,"

"Aku akan buru kalian berdua, setelah itu akan kuburu juga pemuda yang menembaki ku dengan pistol tadi."

"Ha.... ha..... ha..... " Suara tawa pembunuh psikopat.

"Sebaiknya aku mulai berjaga didekat rumah Detektif Swasta ini menunggu hingga ia kembali dan menusuk perutnya..... ha.... ha.... ha...... " Ucap pembunuh psikopat itu, sambil beranjak pergi menuju kediaman Detektif Dhani.

Kembali ke hotel melati

"Hatsyimmmmm....... " Detektif Dhani bersin.

"Sepertinya ada yang membicarakan ku." Gumam Detektif Dhani di dalam hati, sambil menulis di buku kecil dan duduk di kursi didalam kamar.

"Shilla tolong ambilkan madu yang diberikan oleh mbak lala tadi, aku haus ingin meminumnya." Ucap Detektif Dhani.

"Tapi kak itu kan.... " Ucap Shilla, sambil mengambil botol madu tadi dan memberikan nya ke Detektif Dhani.

"Tapi apa Shilla, kalau kau mau juga minumlah aku haus sekali." Ucap Detektif Dhani, sambil meminum madu dari dalam botol tersebut.

"Glukk.... glukk.... glukk..... " Suara Detektif Dhani sedang meneguk madu tersebut.

Setengah madu didalam botol habis diminum oleh Detektif Dhani, Shilla hanya menatap dan kemudian menyambung perkataan nya yang belum selesai tadi.

"Madu itu obat kuat kak." Ucap Shilla.

"Hah...... apa, kenapa tidak bilang dari tadi Shilla, aku sudah meminumnya bahkan sudah habis setengah botol." Ucap Detektif Dhani.

"Aku kan udah mencoba menghentikan Kak Dhani, tapi Kak Dhani tidak mau mendengar kan ku sampai selesai bicara." Ucap Shilla.

Beberapa saat kemudian tubuh Detektif Dhani terasa agak panas, Detektif Dhani pun langsung masuk ke kamar mandi hotel, berniat berendam di bak air agar panas ditubuhnya berkurang.

"Hi... Hi... Hi..." Tawa kecil Shilla.

"Detektif yang ceroboh, tapi jika diperhatikan Kak Dhani ganteng juga sich," Gumam Shilla dalam hati.

Sementara itu didalam bak air dikamar mandi.

"Dasar Mbak Lala Sutra ini, apa yang ada di benaknya hingga memberikan hadiah obat kuat bagi tamu hotel,"

"Jika anak dibawah umur yang dapat obat kuat ini kan bahaya, dasar Sutra." Ucap Detektif Dhani.

Shilla yang mendengar curhatan Detektif Dhani dari dalam kamar mandi pun tertawa lagi.

"Ha... ha... ha... " Tawa kecil Shilla.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!