Cafe di perempatan jalan di Jakarta Barat
Tiga hari kemudian, Detektif Dhani menyamar menjadi seorang pria lanjut usia dengan mengenakan janggut putih serta wig putih. Detektif Dhani pun tengah duduk di pojokan kafe di perempatan jalan di dekat apartemen miliknya, berniat mengintai.
"Kafe ini merupakan tempat yang paling mudah untuk mengintai apartemen milik ku, yang berada di lantai dua."
"Pembunuh itu pasti sedang menyamar, kemudian berbaur di antara para pengunjung kafe ini." Gumam Detektif Dhani, sambil pura-pura membaca sebuah buku.
Satu jam pun telah berlalu, para pengunjung kafe telah silih berganti. Hanya seorang pemuda tampan berusia sekitar 20 tahunan sejak tadi tidak beranjak dari kursinya sedikit pun. Ekpresi pemuda ini sangat dingin, sorot matanya pun tajam dan selalu melihat ke luar jendela.
"Pemuda itu sejak pagi tidak pernah beranjak dari kursinya, mungkinkah dia adalah pembunuh yang tengah menyamar." Gumam Detektif Dhani.
"Matanya selalu menuju ke arah apartemen milikku, seolah-olah dia sedang mengintai nya." Gumam Detektif Dhani.
Detektif Dhani pun kemudian mengeluarkan pistolnya lalu segera menutupi dengan jaket hitam miliknya, bersiap untuk segala situasi apapun.
"Saatnya aku memancing pembunuh itu keluar, kemudian meringkusnya hari ini." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
Detektif Dhani kemudian memberikan sinyal kepada Rian dan Shilla, dengan cara memiscall nomer HP milik Rian. Rian dan Shilla sedang berada di dalam mobil Honda Accord milik Rian, yang tengah terparkir di seberang jalan.
"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam........" Suara nada dering HP milik Rian.
"Om-om pecinta kupu-kupu malam sepertinya, Om Rian ini." Gumam Shilla.
"Dek Shilla, bos sudah memberi kan sinyal nya,"
"Ayo kita segera masuk kedalam kafe tersebut."
"Om...eh tidak...tidak maksudku Kak Rian, aku takut."
"Aku sangat takut Kak, lihat nich tangan ku saja sudah gemetaran" Ucap Shilla, sambil memperlihatkan tangannya yang tengah gemetaran.
"Wah tidak hanya wajah nya yang cantik, bahkan tangannya saja indah." Gumam Rian di dalam hati.
"Kita harus meringkus pembunuh ini, aku khawatir jika kita tidak menangkapnya sekarang akan banyak korban jiwa kedepannya,"
"Pembunuh ini juga sangat lihai dan nekat, bahkan para polisi saja kewalahan menangkapnya,"
"Aku dan Detektif Dhani sudah berkonsultasi dengan Pak Dayat selaku Kasat Reskrim yang bertugas di sini, mereka tengah berjaga di dekat sini." Ucap Rian, mencoba menenangkan Shilla.
"Dengan satu panggilan saja dari ku, mereka akan segera tiba disini." Ucap Rian.
Shilla pun membeku untuk sesaat, berniat meredam ketakutannya terhadap pembunuh berantai tersebut.
"Baiklah kak, aku sudah siap." Ucap Shilla.
"Kau harus kuat Shilla..... kuat... fight... fight..... " Gumam Shilla.
"Aku sudah siap, seperti orang mau nikahan aja,"
"Yang penting dia sudah mau ikut mensukseskan rencana bos lah." Gumam Rian di dalam hati.
Rian dan Shilla pun turun dari mobil honda Accord tersebut, kemudian berjalan perlahan menyeberangi perempatan jalan ini menuju kafe.
"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam..... " Suara nada dering HP milik Rian.
"Siapa lagi yang menelpon." Gumam Rian sambil membuka handphone nya.
"Mira, sebaiknya aku tidak mengangkatnya aku tengah dalam misi penting." Gumam Rian, sambil beranjak kedalam cafe.
Beberapa saat yang lalu, Di Cafe lainnya di perempatan jalan sebelum Rian mendapatkan panggilan dari Mira.
Mira tengah duduk bersama salah satu pengguna jasanya, Om Amran.
"Hah..............Rian lagi jalan sama cewek cantik, dasar lelaki, padahal selama beberapa hari ini dia selalu nginap di kos-kosan ku," Gumam Mira, sambil melihat Rian keluar dengan seorang gadis cantik.
"Baru tadi malam dia mengemis tidur di ranjang ku, dan menggoda ku dengan kata-kata mutiaranya"
"Kalau kau menjadi makanan aku akan menjadi lalat, lho kok lalat Rian, ya biar aku bisa selalu menghinggapi mu setiap hari di sisa-sisa hidupku ini Mira. " Gumam Mira.
"Cuih........ " Gumam Mira.
"Begitu lihat makanan lain yang lebih fresh saja kamu lupa dengan makanan yang lama,"
"Sebaiknya aku telpon Fuckboy Rian saja lah, aku ingin mendengar apa alasan nya." Gumam Mira, kemudian menelpon Rian.
"Tetttt..... tetttt...... tettt........ " Suara HP di matikan.
"Rian..... awas ya malam ini datang ke kosan ku, ku suruh kau untuk tidur di kursi luar biar berangin tuch barang." Gumam Mira.
"Arghhh....... Riannnnnnnn." Gumam Mira, sambil menghembuskan nafas panjang.
"Ehm...ehm....Mira gimana kok termenung aja sambil ngeliat keluar jendela?" Tanya om Amran.
"Iya om Amran aku teringat mamaku di kampung." Jawab Mira.
"Awas kau Rian Setiawan." Gumam Mira.
Mira pun melanjutkan bisnis nya dengan Om Amran dengan hati yang tersakiti oleh Rian, ternyata ada hubungan spesial antara Mira dan Rian sejak malam itu di Apartemen Detektif Dhani.
Kembali kedalam Cafe di perempatan jalan.
"Hi... Hi... " Suara tawa kecil pemuda tampan tersebut, ketika melihat Shilla dan Rian yang tengah menyebrang menuju ke arah nya.
"Saatnya kau mati Shilla, kali ini akan kupastikan kau mati dengan tanganku sendiri." Gumam Pembunuh Berantai tersebut.
Pemuda tadi kemudian mengeluarkan HP dari saku celananya dan juga sebuah masker hitam, Ia pun mulai mengetik pesan singkat melalui handphone nya kemudian memasukkan kembali handphone tersebut ke saku nya. Pemuda itu kemudian mengenakan masker hitam untuk menutupi mulutnya, ia pun kemudian membuka jaket hitam nya. Pisau pun ia keluar kan dari balik pinggang belakangnya, kemudian ia tutupi dengan jaket hitam nya.
"Analisa ku tepat, tidak ku sangka pelakunya sebaya dengan Shilla,"
"Bahkan sangat tampan." Gumam Detektif Dhani di dalam hati.
Ternyata pembunuh berantai itu tengah mengirimkan pesan teks kepada temannya, yang tengah berada di sebuah basement parkiran mal di daerah Jakarta Barat.
Di basement salah satu mal di Jakarta Barat
"Dia sudah datang." Gumam Teman Pembunuh Berantai itu, sambil membaca pesan teks di handphonenya.
"Hi.... Hi.... Hi......" Tawa kecil Teman Pembunuh Berantai, sambil menoleh ke arah jok kursi di sebelah nya.
Di jok kursi sedan tersebut terlihat sebuah senapan laras panjang berjenis AK 47 dan beberapa geranat lontar.
"Sudah lama sekali sejak aku menggunakan senjata laras berat ini dan beberapa geranat ini, semoga saja hari ini aku dapat menggunakannya." Gumam Teman Pembunuh Berantai tersebut di dalam hati, sambil menyalakan mobilnya menuju ke cafe.
Cafe di perempatan jalan di Jakarta Barat
Pembunuh berantai itu pun mulai beranjak dari kursinya, setelah meletakkan uang sebesar 100 ribu di meja. Ia pun berniat menikam Shilla di luar, pembunuh ini belum menyadari kehadiran Detektif Dhani.
"Buang pisau di balik jaket mu pembunuh." Teriak Detektif Dhani, sambil menodongkan pistol ke arahnya.
"Siapa orang tua ini, sepertinya dia polisi bagaimana ia bisa mengetahui gerak-gerikku." Gumam Pembunuh Berantai.
Pembunuh itu pun mengangkat tangannya, menandakan ia hendak menyerah. Detektif Dhani pun maju perlahan sambil menodongkan pistolnya, berniat memborgol Pembunuh Berantai tersebut.
"Pembunuh, pemuda itu ternyata pembunuh." Ucap salah seorang pengunjung, sambil beranjak meninggalkan cafe.
Ternyata di dalam cafe ini tengah duduk juga seorang wartawan muda cantik bernama Santi yang tengah mencari inspirasi melalui secangkir kopi, begitu melihat tindak kriminal terjadi tepat di hadapannya darah jurnalistik nya pun mendidih.
"Binggo......" Gumam Santi.
"Ini adalah kesempatan langka aku harus segera men video kan nya." Gumam Santi, sambil men video kan kejadian hari ini menggunakan HP nya.
Tidak ada yang menyangka nya, setelah hari ini Detektif Dhani akan menjadi Detektif terkenal berkat artikel dan video milik Santi.
"Mantap sekali..... berita besar..... berita besar..... " Gumam Santi.
Beberapa pengunjung pun mulai meninggalkan cafe dan beberapa tetap di dalam cafe, namun mereka berdiri menjauh dari pintu cafe.
"Cepat buang pisau itu, atau kutembak." Ancam Detektif Dhani, sambil perlahan mendekat.
Kini jarak antara Detektif Dhani dan Pembunuh Berantai itu hanya sekitar 50 cm. Mata pembunuh itu menatap tajam ke arah Detektif Dhani, sambil menjatuhkan pisau yang ada di tangan nya.
"Tring.....tring............................" Suara pisau yang terjatuh di lantai.
Detektif Dhani pun lengah untuk beberapa detik, matanya terkecoh dan mengikuti arah jatuhnya pisau. Pembunuh itu segera melesat kan tendangannya ke arah pistol milik Detektif Dhani, hingga terpental ke bawah salah satu meja cafe.
"Akh..................... sialan." Ucap Detektif Dhani.
Pembunuh itu pun kembali mengambil pisau yang jatuh di bawah kemudian berusaha menusuk perut Detektif Dhani. Dengan susah payah Detektif Dhani pun menahan pisau tersebut dengan tangannya, Pembunuh itu terus menekan pisau itu ke perut nya. Dari arah pintu cafe, Rian pun menendang muka Pembunuh Berantai tersebut hingga tersungkur ke bawah. Akhirnya mereka pun berhasil mem borgolnya setelah pergulatan sengit.
"Dio..... ternyata kau Dio, yang selama ini hendak membunuhku." Ucap Shilla setelah melihat wajah Pembunuh tersebut.
Shilla pun membeku untuk beberapa saat.
"Salahkan dirimu sendiri Shilla, karena telah memutuskan ku, hanya kematian yang menunggumu." Ucap Dio.
"Ha...... ha...... ha......... " Tawa Dio.
Tiba-tiba saja dari arah luar terjadi berondongan senjata berat ke arah cafe.
"Dup..dup....dup....dup...dup........... " Suara berondongan peluru dari AK 47.
Kaca jendela cafe pun pecah Detektif Dhani dan tim pun segera tiarap, dan membalas tembakan kearah luar.
"Dor...... dor...... dor..... " Suara pistol milik Detektif Dhani.
Terlihat di dalam cafe beberapa pengunjung pun ada yang terkena tembakan, berondongan peluru pun berlanjut.
"Dup...... dup...... dup..... dup...... " Suara berondongan peluru dari AK 47.
Detektif Dhani dan yang lainnya pun segera tiarap, setelah mendengar berondongan peluru.
"Rian segera kau telpon Pak Dayat, minta mereka memberikan bantuan kemari." Ucap Detektif Dhani.
"Dan bawa Shilla bersama mu, biar aku yang menahan ******* di luar sana." Ucap Detektif Dhani, sambil membalas tembakan.
"Dor... dor..... dor........" Suara tembakan balasan Detektif Dhani.
"Hati-hati lak Kak." Ucap Shilla.
"Baik Bos, tenang saja akan kujaga pacar...eh maksudku Shilla, ayo Shilla." Ucap Rian.
Rian pun membawa Shilla keluar dari Cafe tersebut, kemudian menghubungi Pak Dayat seperti yang di perintahkan Detektif Dhani.
"Ha.... ha.... ha............ " Tawa Dio.
"Kalian semua akan mati, saudaraku itu lebih gila di banding aku." Ucap Dio.
Detektif Dhani pun kesal melihat perilaku Dio, dia pun memukul kepala Dio hingga pingsan.
"Duarghhh ............ " Suara gagang senjata mengenai kepala Dio.
"Aku tidak sanggup mendengarkan ocehan dari maniak ini, sebaiknya aku berkonsentrasi berhadapan dengan ******* yang satu lagi ini." Gumam Detektif Dhani.
Salah seorang pelayan wanita yang melihat kejadian Detektif Dhani tengah memukul kepala Pembunuh Berantai itu pun memberikan isyarat jempol kepadanya.
"Wah cantik juga wanita itu." Gumam Detektif Dhani, kemudian melepaskan janggut dan rambut palsunya.
Seketika pelayan cantik itu pun memberikan kode isyarat untuk menelponnya, dengan tangannya.
"Dup...... dup..... dup.......... " Suara berondongan senjata kembali.
"Ah sial peluru ku habis." Gumam Detektif Dhani, sambil mengisi kembali pelurunya.
Melihat tidak ada balasan tembakan dari dalam cafe, ******* itu pun keluar dari mobilnya dengan membawa AK 47 di tangan kanannya dan geranat di tangan kirinya. Setelah mengisi kembali pelurunya, Detektif Dhani pun kembali melesat kan tembakan.
"Dor...... dor....... dor........ " Suara tembakan.
"Dari ketiga tembakan salah satunya mengenai betis kiri dari ******* tersebut.
"Kena juga, walau kakinya yang terkena." Ucap Detektif Dhani, sambil mengintip di balik jendela.
******* itu kemudian melemparkan geranat di tangan kirinya, Detektif Dhani pun tidak sempat memindahkan Dio yang tengah tergeletak di lantai.
"Duarghhh....................... " Suara ledakan akibat geranat lontar.
"Miu.... Miu..... Miu....... " Suara sirene mobil polisi.
Begitu mendengar sirene polisi, ******* itu pun melarikan diri. Detektif Dhani sampai lupa terhadap Dio yang telah bersimbah darah dengan luka bakar hampir di seluruh tubuhnya, dan sedang bingung menoleh ke sana dan kemari. Gadis pelayan itu seolah-olah tahu Detektif Dhani sedang mencari kunci sepeda motor nya yang jatuh.
"Detektif yang ceroboh, pasti kunci nya jatuh ketika bergulat dengan pembunuh tersebut." Gumam Pelayan Cantik.
Gadis itu pun menghampiri Detektif Dhani, dan berbisik kepadanya.
"Ini pakai lah sepeda motorku, Ninja Warrior merah itu Kak." Bisik Gadis Pelayan Cantik itu.
"Aku pinjam sebentar kereta ini, ya Nona." Ucap Detektif Dhani, kemudian beranjak ke luar.
Sesampai diluar Detektif Dhani pun mengejar sedang Vios tersebut, bersama tiga mobil dinas polisi di belakangnya. Sedan gelap itu melaju kencang di jalanan yang padat, Detektif Dhani menempel ketat di belakang nya begitu juga dengan para polisi.
"Sial lampu merah." Ucap Detektif Dhani.
Sedan gelap pun menerobos lampu merah di perempatan jalan akibatnya mobil di sekelilingnya mengalami tabrakan, mobil dinas polisi pun tidak bisa mengejar untuk sementara. Detektif Dhani pun ikut menerobos lampu merah dan tetap mengejar ******* tersebut.
"Siapa orang itu, kenapa dia ngotot sekali mengejarku." Ucap ******* tersebut, sambil melemparkan geranat kembali.
Dengan lincah Detektif Dhani pun melesatkan Ninja Warrior nya, hingga dapat menghindari ledakan geranat tersebut.
"Duarghhh................ " Suara ledakan akibat geranat.
Kembali terjadi tabrakan akibat geranat lontar yang meledak di jalanan tersebut.
"Benar-benar gila, manusia ini lebih psikopat dari psikopat." Ucap Detektif Dhani, sambil terus mengejar di belakang Sedan gelap.
Sedan gelap ini pun kembali berbelok ke kiri dan masuk ke jalur yang berlawanan Arah, dengan lincah Sedan ini berbelok kesana-kemari menghindari mobil di depannya. Detektif Dhani pun menempel ketat di belakang nya, Sedan gelap pun kembali berbelok
"******* gila, dia nekat menerobos jalanan satu arah ini." Gumam Detektif Dhani.
Mereka pun tiba di perempatan jalan ada sebuah mobil truk besar yang tengah melintas, ******* ini pun menerobos lampu merah dan melintas di bawah kolong mobil truk tersebut. Atap mobil ******* ini pun hancur, hingga mobil miliknya tidak memiliki atap lagi.
"Aku tidak boleh melepaskannya, apa pun yang terjadi." Ucap Detektif Dhani, sambil ikut menerobos lampu merah kemudian ikut masuk kedalam kolong mobil tersebut juga.
Setelah beberapa jam mengejar dan memutar ke sana kemari akhirnya ******* tersebut memasuki jalanan tanah yang sepi, kecepatan Sedan gelap ini pun sudah sedikit menurun.
"Miu..... Miu..... Miu...... " Suara sirene polisi.
Dari perempatan jalan, tiga buah Mobil polisi keluar dan kembali mengejar Sedan gelap tersebut.
"Ternyata cerdas juga kamu Rian,"
"Tidak rugi kau mengikuti ku sejak dari bangku SMA." Gumam Detektif Dhani, sambil terus mengejar.
Beberapa saat kemudian terlihat di depan sebuah rumah pondok di pinggiran laut. ******* tersebut pun menerobos pagar berduri milik rumah pondok ini. ******* ini pun segera keluar dari mobilnya dan melemparkan dua buah geranat ke arah pintu pagar masuk tadi.
"Duarghhh........................ Duargh.............. " Suara ledakan akibat geranat.
Detektif Dhani pun kemudian mengerem Ninja Warrior yang di naiki nya, begitu pula dengan ketiga mobil polisi lainnya pun ikut mengerem. Detektif Dhani pun kemudian memarkirkan sepeda motornya dan berlari masuk ke arah rumah pondok tersebut, bersama Pak Dayat dan beberapa polisi lainnya. Terlihat sebuah Sedan Vios terparkir di depan rumah pondok dari kayu dengan pintu terbuka.
"Pak ******* itu tengah mengendarai speedboard." Ucap salah satu polisi.
"Ternyata ******* ini tidak hanya nekat, dia juga telah mempersiapkan segala sesuatu nya." Gumam Detektif Dhani.
Para polisi pun menembak beberapa kali ke arah ******* yang tengah mengendarai speedboard.
"Dor......... dor........ dor........... " Suara tembakan polisi.
Setelah beberapa saat, ******* tersebut tidak terlihat lagi di perairan ini.
"Tolong..... tolong..... tolong........ " Terdengar suara teriakan wanita dari basement bawah rumah pondok.
Detektif Dhani dan para polisi pun beranjak ke basement bawah secepatnya, alangkah terkejutnya mereka melihat pemandangan di basement bawah ini setelah menghidupkan lampu.
"Orang itu benar-benar kejam, dia menyekap lima orang wanita di dalam sini." Ucap Pak Dayat.
"Pak orang itu harus kita tangkap, sepertinya mereka berdua sudah banyak membunuh sebelumnya."
"Saya sangat setuju Detektif Dhani, saya juga berharap dapat menangkap nya segera." Ucap Pak Dayat.
"Oh iya Pak Dayat, saya sampai lupa temannya yang kami tangkap sebelumnya terluka parah akibat terkena ledakan geranat,"
"Aku khawatir Rian lupa membawanya ke Rumah Sakit, aku serahkan yang disini kepada Pak Dayat ya,"
"Aku harus segera kembali." Ucap Detektif Dhani.
"Baiklah Detektif Dhani, terima kasih atas kerja samanya." Ucap Pak Dayat, kemudian mereka pun berjabat tangan.
Para petugas polisi pun menyisir lokasi penyekapan tersebut. Beberapa menit kemudian beberapa mobil polisi lainnya tiba untuk mengamankan lokasi penyekapan, dan beberapa mobil ambulance untuk membawa korban yang disekap di rumah pondok ini. Santi pun tiba beberapa saat kemudian dan meliput kronologis kejadian di rumah pondok pinggir laut tersebut. Sementara itu Detektif Dhani pun telah meninggalkan lokasi kejadian, dan berniat kembali menjumpai Rian dan Shilla dengan mengendarai Ninja Warrior merah milik pelayan cantik.
Kembali ke cafe sesaat setelah Detektif Dhani mengejar *******.
Beberapa saat kemudian dua orang petugas polisi beserta paramedis membawa Dio ke Rumah Sakit Bhayangkari, begitu juga dengan pengunjung lainnya.
"Ini hidup wanita si kupu-kupu malam..... " Suara nada dering HP milik Rian.
"Selamat siang Pak Rian, kami telah kehilangan Detektif Dhani." Ucap Pak Dayat melalui HP.
"Hah maksud Pak Dayat, Detektif Dhani telah di culik oleh ******* tadi." Ucap Rian melalui HP.
Shilla dan pelayan cantik yang mendengar Detektif Dhani di culik pun menjadi sedih.
"Kak Dhani telah di culik, gara-gara aku Kak Dhani sampai di culik." Gumam Shilla.
"Ninja Warrior ku, padahal belum lunas." Gumam Pelayan Cantik.
"Bukan begitu Pak Rian, kami tidak bisa mengikuti Detektif Dhani lagi karena jalanan sedang kacau,"
"Detektif Dhani tengah mengejar ******* itu sendirian." Ucap Pak Dayat melalui HP.
"Oh begitu syukurlah saya kira Detektif saya di culik, tenang saja Pak Dayat ada pelacak di HP Detektif Dhani sebentar lagi akan saya share lokasi nya." Ucap Rian.
"Detektif Dhani memang benar-benar penuh kejutan, baiklah Pak Rian mohon kerja samanya." Ucap Pak Dayat.
"Syukurlah bukan di culik." Gumam Kompak Shilla dan pelayan cantik.
Beberapa saat kemudian seorang wanita cantik pun menghampiri Rian
"Dari nada dering nya orang ini pasti sering menggoda perempuan, sebaiknya aku merayunya sedikit agar dia mau membantu ku." Gumam Santi
"Selamat siang Tampan saya seorang wartawan online, boleh kah saya minta Pak Rian mengshare kan lokasi Detektif Dhani berada kepada saya juga." Ucap Santi, sambil memberikan kartu namanya kepada Rian.
"Cantiknya, ternyata namanya Santi Atmodijoyo," Gumam Rian, sambil membaca kartu nama yang di berikan oleh Santi.
"Boleh Nona cantik, berapa nomer whatsapp mu Santi." Ucap Rian.
"Giliran cewek aja cepat Kak Rian ini." Gumam Shilla.
Di perairan Jakarta
Speedboard milik ******* itu tengah melaju kencang di tengah perairan.
"Ugh........ sial kakiku berdenyut, gara-gara tembakan polisi tersebut,"
"Adik bodoh ku Dio sudah ketangkap, identitas ku pun pasti terbongkar,"
"Sebaiknya aku pergi ke Korea untuk melakukan operasi plastik, dan membuat identitas baru." Gumam ******* tersebut.
"Shilla tunggulah aku akan kembali mencabut nyawamu." Teriak ******* sambil melesatkan Speedboard nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
༈•⃟ᴋᴠ•♡⃝ 𝕬𝖋 🦄𝘠𝘶𝘻𝘶Cђαη🍇
semangat bro
2020-10-03
1