Keesokan paginya Detektif Dhani pun terbangun, Detektif Dhani memiliki sebuah kebiasaan yaitu meraba-raba tempat tidurnya ketika bangun. Detektif Dhani pun mulai meraba-raba ke sisi kiri ranjang, tanpa sengaja ia meraba sesuatu yang kenyal dan lembut di sampingnya. Tanpa disadari Detektif Dhani ternyata sesuatu yang empuk dan kenyal itu adalah dada Shilla, akibatnya Shilla pun terbangun.
"Akh.... dadaku..... " Gumam Shilla didalam hati.
Ketika Shilla membuka mata nya terlihat tangan kiri milik Detektif Dhani sedang berada di atas dada nya, Shilla pun langsung bangun dan menutupi kedua dada nya dengan kedua tangannya.
"Kak Dhani, apa yang kakak sedang lakuin?"
"Kenapa tangan kakak ada di atas dadaku?" Tanya Shilla.
Shilla tidak langsung berfikir negatif terhadap Detektif Dhani, karena Detektif Dhani sudah dua kali menyelamatkan hidupnya.
"Maaf Shilla, sudah kebiasaan bagiku bangun di pagi hari dan meraba-raba HP ku diatas ranjang,"
"Maaf.... maaf.... aku tidak bermaksud yang aneh-aneh." Ucap Detektif Dhani.
Shilla pun menurunkan tangannya, pipinya pun memerah.
"Aku lupa ternyata kita tidur seranjang malam ini." Ucap Detektif Dhani, Sambil duduk diatas ranjang dan memunggungi Shilla.
"Ya sudah kak kalau begitu, gimana dengan kaki kakak apakah masih terasa sakit." Ucap Shilla.
"Sepertinya sudah agak membaik tapi sepertinya aku harus segera ke tempat tukang urut untuk mengurut kaki ku yang terkilir ini, Shilla." Ucap Detektif Dhani.
Suasana di kamar pun menjadi canggung sesat, wajah Shilla pun memerah setiap menatap ke arah Detektif Dhani. Benih-benih cinta sepertinya mulai tumbuh di dalam hati Shilla.
"Selama hidupku selama 32 tahun ini, baru kali ini lah aku tidur seranjang dengan seorang gadis,
"Sepertinya nya Shilla berumur sekitaran 20 tahunan, aku bahkan sudah mencium nya dan pagi ini aku telah meraba dadanya." Gumam Detektif Dhani, sambil meneteskan air mata kebahagiaan.
"Lho Kak Dhani kok menangis, nyut-nyutan lagi kaki kakak ya?" Ucap Shilla sambil mengambil handuk dan bersiap mau kekamar mandi.
Yang di maksud mencium Shilla oleh Detektif Dhani, yaitu ketika Detektif Dhani memberikan nafas buatan di pinggir sungai ketika Shilla tidak bernafas lagi.
"Benar Shilla sepertinya kaki ku terasa nyeri lagi." Ucap Detektif Dhani, sambil memegang kakinya yang sakit.
"Aduh.... aduh.... " Ucap Detektif Dhani, Pura-pura kesakitan.
"Ya sudah kakak, Aku mau mandi dulu jika ada yang kau butuhkan bilang saja kak." Ucap Shilla.
"Tidak apa-apa Shilla aku hanya perlu melempangkan kaki ku, agar nyerinya hilang.
Kemudian Pak Yayan berniat mengantar kan kami kembali ke apartemen, namun Detektif Dhani khawatir jika mereka kembali ke apartemen saat ini pria bertopi hitam akan kembali mengincar Shilla. Detektif Dhani pun memutuskan untuk menginap di hotel di daerah Jakarta Selatan, membawa serta Shilla dengannya. Setelah itu Pak Yayan pun mengantarkan kami ke hotel melati, hotel melati ini merupakan hotel yang sering di pakai kaula muda dan om-om beserta selingkuhannya untuk check in. Detektif Dhani sengaja memilih lokasi ini, karena akan sulit untuk seorang pembunuh masuk kemari dan akan mudah dikenali. Dan yang pasti jika menginap di hotel ini tidak perlu menunjukkan identitas diri, sehingga akan sulit dilacak.
"Terima kasih pak sudah mengantarkan kami kemari." Ucap Detektif Dhani.
"Ia nak Dhani, saya permisi dulu." Ucap Pak Yayan, sambil beranjak pergi dengan mobil kijang lamanya.
"Shilla ayo kita masuk, tidak baik kita berlama-lama disini." Ucap Detektif Dhani.
"Lho kak ini kan hotel tempat biasanya orang esek-esek." Ucap Shilla keceplosan.
"Tempat ini adalah yang paling aman untuk bersembunyi sementara ini, Shilla. Ucap Detektif Dhani, sambil beranjak masuk kedalam.
Di hotel melati ini rata-rata yang menginap disini pastinya sepasang kekasih, atau orang yang berasal dari luar daerah yang tengah di berdinas di Jakarta. Detektif Dhani pun menghampiri resepsionis hotel melati ini.
"Mbak apa masih ada kamar, saya ingin menginap." Ucap Detektif Dhani, sambil menatap kearah resepsionis wanita ini.
Resepsionis ini terlihat cantik dengan baju berwarna merah, dan rok mini yang ketat sehingga paha mulusnya dapat terlihat dari meja resepsionis ini. Detektif Dhani pun melihat kearah bed nama yang tersemat di dadanya.
"Oh nama gadis cantik ini ternyata "Lala Sutra", nama yang aneh,"
"Seperti nya ketika kedua orang tuanya memberikan nama teringat kepada ****** merek sutra, wah sayang nich cewek cantik-cantik namanya begitu." Gumam Detektif Dhani dalam hati.
Detektif Dhani telah salah paham atas nama yang ada di bed Lala, sebenarnya itu adalah kesalahan pengetikan. Lala berniat telah memesan bed baru, namun esok hari baru siap. Jadi hari ini Lala harus menggunakan bed yang salah pengetikan tersebut.
"Masih kak, ada dilantai sepuluh mau sewa berapa hari kak." Ucap Lala, sambil menatap ke arah Shilla yang tengah duduk di lobi hotel menggunakan rok mini dan baju yang ketat milik anak Pak Yayan.
"Wah gadis itu terlihat masih sangat muda, sepertinya masih SMA,"
"Sepertinya Kakak ini mau ambil jatah siang-siang bolong begini." Gumam Lala dalam hati, yang juga telah salah paham.
Walau pun berumur 32 tahun namun perawakan dan wajah Detektif Dhani terlihat baru berusia 25 tahun, begitu pula dengan Shilla walau berumur 20 tahun namun Shilla terlihat baru berusia 17 tahun.
"Kami pesan tiga malam mbak." Ucap Detektif Dhani.
Didalam pikiran Lala, Detektif Dhani menyewa kamar selama tiga hari tiga malam untuk mengambil jatah bersama Shilla. Benak Lala pun membayangkan hal yang aneh-aneh, pipinya pun memerah.
"Hah.... tiga hari tiga malam, benarkah itu Kak,"
"Selama itu?" Ucap Lala, sambil menatap wajah Detektif Dhani dan kemudian menatap ke arah Shilla.
"Ada masalah mbak, apakah tidak bisa karena ada orang lain yang memboking nya?" Ucap Detektif Dhani.
"Bisa-bisa kak, saya hanya sedikit kaget saja." Ucap Lala.
Detektif Dhani pun menyelesaikan masalah administrasi sewa kamar, dan beranjak ke kamar 303 di lantai sepuluh.
"Kak tunggu ini ada hadiah sedikit dari hotel kami karena sudah menginap selama lebih dari satu malam." Ucap Lala, sambil memberikan sebotol madu ditangannya.
"Terima kasih mbak." Ucap Detektif Dhani sambil mengambil sebotol madu tersebut.
Setelah menatap botol madu tersebut, Shilla sepertinya paham akan maksud dari Mbak Lala dan apa yang dibayangkan Mbak Lala.
"Hi.... Hi.... Hi.... " Tawa kecil Shilla.
"Semangat kak." Ucap Mbak Lala, sambil mengepalkan tangannya dan mengangkat nya keatas seperti pose memberikan dukungan.
Shilla pun membalas salam dukungan dari Mbak Lala dengan pose yang sama, sementara itu Detektif Dhani pun terus berjalan kearah lift.
"Wah gila tuch cewek masih muda tapi doyan begituan, aku kasian melihatnya padahal itu madu rencana akan ku minum malam ini,"
"Ini kan malam jumat, tapi ya sudahlah kasian nona kecil itu." Gumam Mbak Lala dan terus memperhatikan Detektif Dhani dan Shilla hingga memasuki lift hotel.
Dikamar 303 hotel melati, di siang harinya.Jakarta Pusat
Beberapa saat kemudian.
"Shilla menurut analisa ku, pembunuh yang mengejar mu itu ada dua orang,"
"Saat ini mereka pasti tengah menyelidiki ku, dan sedang memastikan kematian kita berdua." Ucap Detektif Dhani, sambil menghisap sebatang rokok dan duduk di kursi hotel.
"Jadi kita harus bagaimana Kak Dhani?" Ucap Shilla, yang tengah duduk di ranjang hotel.
"Kita harus memancing pembunuh ini mendatangi kita, aku memiliki sebuah rencana untuk memancingnya." Ucap Detektif Dhani.
"Bagaimana rencananya Kak?" Tanya Shilla.
Detektif Dhani pun menceritakan rencananya kepada Shilla. Beberapa saat kemudian.
"Gimana rencana ku Shilla, brilian kan." Ucap Detektif Dhani.
"Ya agak nyeleneh dikit sih kak, tapi aku ok aja gimana yang terbaik menurut kakak aja." Ucap Shilla.
"Ya sudah kita akan mulai rencananya tiga hari lagi, aku juga akan meminta bantuan asisten ku Rian untuk membantu kita." Ucap Detektif Dhani.
"Sekarang gunakan HP ku dan cari bahan-bahan yang kita perlukan, ingat suruh antar ke lobi hotel setelah memesan barang-barang nya." Ucap Detektif Dhani, sambil memberikan HP nya kepada Shilla.
"Baik kak, aku sangat senang Kak Dhani mau menolongku." Ucap Shilla.
"Sepertinya pembunuh ini seorang psikopat, ia tidak hanya menargetkan mu saja tetapi juga menargetkan ku sekarang,"
"Jadi kita harus segera menangkapnya." Ucap Detektif Dhani.
Di Kantor Detektif Dhani di Daerah Jakarta Selatan
Ternyata semalam Rian tidak jadi menginap di kantor Detektif Dhani, karena sudah kemalaman Mira mengizinkan Rian menginap di kos-kosan nya. Pagi ini Rian kembali ke kantor untuk mandi dan berganti pakaian di kantor Detektif Dhani. Rian pun membuka pintu kantor Detektif Dhani.
"Loh kok tidak terkunci, perasaan semalam kan sudah aku kunci kantornya, sepertinya ada yang tidak beres disini." Gumam Rian di dalam hati.
Rian pun masuk kekantor dengan pistol ditangannya, Ia pun melihat sekeliling ruang tamu kantor. Tampak banyak dokumen berserakan seakan-akan baru saja diacak-acak. Rian pun kemudian masuk kedalam ruangan Detektif Dhani, ternyata itu adalah pembunuh yang tengah mengejar Shilla dan Detektif Dhani. Melihat Rian membuka pintu ruangan, Pembunuh itu pun menembakkan pisto yang berada di genggamannya.
"Dor............. " Suara letusan pistol pembunuh psikopat.
"Arghhhh........ bahuku." Rian pun menembak balas kearah pembunuh tersebut.
"*******." Teriak Rian.
"Dor............ Dor...... " Suara tembakan dari pistol milik Rian.
Suasana pun menjadi hening untuk sementara, di dalam kantor Detektif Dhani.
"Kenapa tidak ada suara sama sekali dari dalam ruangan bos, apa maling itu sudah mati,"
"Coba aku intip saja,"
"Argghhhh.... sakitnya bahuku, sialan maling itu main tembak saja." Gumam Rian didalam hati.
Rian pun mengintip perlahan kedalam ruangan tersebut, ternyata ruangan telah kosong dan jendela di kantor Detektif Dhani telah terbuka.
'Sialan maling itu kabur, melalui jendela,"
"Bedebah, maling aja udah punya pistol zaman sekarang,"
"Sedangkan bos dan aku saja butuh berbulan-bulan untuk mendapatkan izin menggunakan senjata." Gumam Rian didalam hati.
"Ah sial nya aku hari ini, mana stamina belum pulih setelah tempur semalam,"
"Ini pasti karena aku belum mandi, gara-gara Mira sich bawaannya minta terus." Gumam Rian dalam hati, sambil duduk di sofa ruangan Detektif Dhani.
"Sebaiknya aku memberitahukan bos, perihal maling ini,"
"Nanti jangan di kira aku yang mengacak-acak ruangan nya." Gumam Rian, sambil menyalakan sebatang rokok.
Kembali ke hotel melati
Detektif Dhani sedang tidur di ranjang hotel dan Shilla duduk di samping Detektif Dhani memakai rok ketat, dan baju yang ketat.
"Kring...... kring..... kring..... " HP Detektif Dhani berbunyi.
Kebiasaan tidur Detektif Dhani pun dimulai lagi, ia mulai meraba-raba sekitar ranjang. Tanpa sengaja kali ini Detektif Dhani meraba paha mulus milik Shilla.
"Mulai lagi dech Kak Dhani, kebiasaannya ini mesum." Gumam Shilla dalam hati, sambil mengambilkan HP diatas meja dan memberikannya di tangan Kak Dhani.
"Bangun kak Dhani, ada yang nelpon kakak." Ucap Shilla.
Detektif Dhani pun bangun dan duduk di ranjang bersebelahan dengan Shilla, kemudian baru mengangkat HP nya.
"Ternyata Rian, aku berencana menelponnya agak sore nanti."
"Sepertinya prediksi ku lebih cepat dari sebelumnya." Gumam Detektif Dhani dalam hati.
Sementara itu Shilla pura-pura membaca majalah yang ada di atas meja, sebenarnya ia tengah menguping pembicaraan Detektif Dhani.
"Halo bos, maaf mengganggu bos,"
"Gawat bos, ada maling yang mengacak-acak kantor bos,"
"Bahkan dia menembak ku bos, untung bukan kepalaku yang kena." Ucap Rian melalui HP.
"Rian coba buka laci di mejaku, ada foto kopi KTP ku disitu,"
'Coba lihat apa masih ada." Ucap Detektif Dhani melalui HP.
Rian pun membuka laci meja Detektif Dhani, ternyata foto kopi KTP milik Detektif Dhani sudah diambil oleh pembunuh itu.
"Wah bos aneh sekali, ada segepok uang di amplop tapi malah foto kopi KTP bos yang diambil,"
"Sepertinya nich maling pernah terbentur benda keras kepalanya, aduh.... arghhh.... " Ucap Rian melalui HP.
"Rian sebaiknya kamu berobat dulu sana, ambil amplop yang ada didalam laci ku buat biaya pengobatan mu, tiga hari lagi kita akan menjebak maling itu aku sudah ada rencana,"
"Akan ku kabari rencanaku besok pagi, Rian,"
"Rian.... " Ucap Detektif Dhani melalui HP.
"Ia bos ada apa lagi?" Tanya Rian melalui HP.
"Berobatnya jangan ke dokter hewan ya, ha... ha... ha... " Canda Detektif Dhani melalui HP.
Kemudian mematikan HP nya.
"Wah jarang-jarang bos bercanda pasti dia lagi senang hatinya, ah masa bodoh yang penting aku dapat segepok uang hari ini." Gumam Rian dalam hati.
Di sebuah lorong yang gelap disudut Kota Jakarta
"Oh jadi nama pahlawan kesiangan ini Dhani Prasetyo pekerjaan Detektif Swasta , berani sekali dia mengambil mangsaku,"
"Aku yakin kalian berdua belum mati ketika tenggelam di sungai, jika tidak mayat kalian sudah pasti ditemukan di pinggiran sungai,"
"Aku akan buru kalian berdua, setelah itu akan kuburu juga pemuda yang menembaki ku dengan pistol tadi."
"Ha.... ha..... ha..... " Suara tawa pembunuh psikopat.
"Sebaiknya aku mulai berjaga didekat rumah Detektif Swasta ini menunggu hingga ia kembali dan menusuk perutnya..... ha.... ha.... ha...... " Ucap pembunuh psikopat itu, sambil beranjak pergi menuju kediaman Detektif Dhani.
Kembali ke hotel melati
"Hatsyimmmmm....... " Detektif Dhani bersin.
"Sepertinya ada yang membicarakan ku." Gumam Detektif Dhani di dalam hati, sambil menulis di buku kecil dan duduk di kursi didalam kamar.
"Shilla tolong ambilkan madu yang diberikan oleh mbak lala tadi, aku haus ingin meminumnya." Ucap Detektif Dhani.
"Tapi kak itu kan.... " Ucap Shilla, sambil mengambil botol madu tadi dan memberikan nya ke Detektif Dhani.
"Tapi apa Shilla, kalau kau mau juga minumlah aku haus sekali." Ucap Detektif Dhani, sambil meminum madu dari dalam botol tersebut.
"Glukk.... glukk.... glukk..... " Suara Detektif Dhani sedang meneguk madu tersebut.
Setengah madu didalam botol habis diminum oleh Detektif Dhani, Shilla hanya menatap dan kemudian menyambung perkataan nya yang belum selesai tadi.
"Madu itu obat kuat kak." Ucap Shilla.
"Hah...... apa, kenapa tidak bilang dari tadi Shilla, aku sudah meminumnya bahkan sudah habis setengah botol." Ucap Detektif Dhani.
"Aku kan udah mencoba menghentikan Kak Dhani, tapi Kak Dhani tidak mau mendengar kan ku sampai selesai bicara." Ucap Shilla.
Beberapa saat kemudian tubuh Detektif Dhani terasa agak panas, Detektif Dhani pun langsung masuk ke kamar mandi hotel, berniat berendam di bak air agar panas ditubuhnya berkurang.
"Hi... Hi... Hi..." Tawa kecil Shilla.
"Detektif yang ceroboh, tapi jika diperhatikan Kak Dhani ganteng juga sich," Gumam Shilla dalam hati.
Sementara itu didalam bak air dikamar mandi.
"Dasar Mbak Lala Sutra ini, apa yang ada di benaknya hingga memberikan hadiah obat kuat bagi tamu hotel,"
"Jika anak dibawah umur yang dapat obat kuat ini kan bahaya, dasar Sutra." Ucap Detektif Dhani.
Shilla yang mendengar curhatan Detektif Dhani dari dalam kamar mandi pun tertawa lagi.
"Ha... ha... ha... " Tawa kecil Shilla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rozh
Hai Thor 👋
semangat terus nulisnya ya💪
salam dari
•suami dadakan
•kisah danau hijau buatan kakek
2020-09-06
1