Chapter 5. Eunoia Si Introvert

“Dalam kelompok ini kami segera mengakhiri diskusi dalam waktu lima menit. Jika ada yang ingin dipertanyakan kami persilakan.” pungkas Vintaria yang memimpin kelompoknya.

Pagi ini di kelas XI MIPA 2 belajar diskusi tentang suatu materi, dan tepatnya kelompok Vintaria ditunjuk untuk menyampaikan tugas kelompoknya.

Dengan senyum anggun dan santai, seorang gadis berambut panjang bergelombang mengacungkan tangannya. Kelompok dua segera mengalihkan perhatiannya, satu orang gadis yang memakai kacamata mendirikan pena. Mengapit di antara jari telunjuk dan ibu jarinya, dia siap menulis pertanyaan perempuan itu. Alih-alih mata elang milik gadis cantik berhijab ini tampak tak lepas dari pandangan Shaila yang tersenyum miring, tidak terlalu jelas. Dia tersenyum samar. Akan tetapi Ryuna hanya memandangnya biasa, seperti sudah tahu apa isi otak perempuan itu. Sebuah dendam.

“Di dunia ini selalu dikategorikan dengan berbicara, tanpa bicara mereka tidak akan tahu apa maksud dari tindakannya.” Shaila sekali lagi memandang ke salah satu gadis, dia memang mendengarkannya, namun matanya melihat ke buku paket di hadapannya.

Shaila menyeringai. Lo pikir gue nggak tau? Lo itu terlalu malu ngomong di depan orang banyak. Jadi gue bakal bikin kamu ngomong dasar cewek gila! Shaila menghela napas pelan hingga tidak terdengar kasar.

“Kenapa introvert selalu dikatakan sebagai orang yang pasif? Jika itu benar, kenapa mereka tidak mau berubah untuk menjadi lebih baik. Seperti berubah menjadi orang ekstrover misalnya, biar mereka sama seperti orang lain. Apakah jaminan mereka di masa depan akan sukses? Sementara mereka terlalu malu untuk menunjukkan diri di depan umum. Sekian pertanyaan dari saya." ia setengah membungkuk pertanda pertanyaannya telah berakhir, lalu kembali duduk dengan santainya.

Vintaria merupakan salah satu anggota yang bertugas sebagai moderator mengemukakan pendapatnya sebisa mungkin, wanita berkacamata tadi membatalkan untuk menulis pertanyaan yang panjang itu, dia yakin Shaila tak akan mungkin mengulang kata yang panjang itu, lagi pula pertanyaan itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan materi yang dibahas. Namun walau bagaimanapun bentuknya pertanyaan tetaplah pertanyaan yang harus dijawab.

“Interupsi!” Shaila mengangkat tangannya menyela penjelasan yang tengah diungkapkan Vintaria, dia lantas terdiam.

“Saya ingin Ryuna Aryna yang menjawabnya.” pinta Shaila melirik Ryuna yang terlihat menegang. Dia sedari tadi hanya diam.

Oh, saudari yang baik. Gue udah duga ini bakal terjadi. Gerutu Ryuna dalam hati. Ia tahu ini akan terjadi, lagi pula ia sudah tahu apa yang diinginkan gadis itu. Membuatnya berbicara. Ryuna tersenyum samar dan misterius dengan sorot mata yang tajam. Untung ia orang yang luwes dalam pemikiran. Oke. Kalau ini yang dia mau, gue bakal ngelakuin akting yang menghayati sampai lo terdiam tak berkutik.

Teman-teman kelompok lain setengah berbisik membicarakannya. Mereka tahu Ryuna adalah gadis yang paling pendiam di kelas, mungkin saja dia yang paling pendiam di seantero SMA Klaria 1 ini. Bahkan di muka bumi. Di kelompok itu saja dia jarang sekali mengeluarkan suara. Sedari tadi dia hanya menuliskan apa pendapatnya dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kelompok-kelompok lain lalu memberikannya pada teman kelompoknya agar mereka yang menjawabnya dan bukan dirinya. Benar-benar terlihat seperti orang bahlul.

Vintaria yang satu kelompok dengannya menyuruh Ryuna untuk berdiri, “Lo bisa kan kasih jawabannya sendiri? Kalau dia nggak puas sama jawabannya, gue bakal bantu.”

Ryuna berdiri dari duduknya, menyusun kata dalam waktu singkat dengan disuruh orang rasanya sangat sulit diungkapkan, apalagi di depan umum. Detak jantungnya semakin bertambah kecepatan dua kali lipat. Telapak tangannya juga sudah panas dingin, bisa dirasakannya bulir keringat dingin sudah mengucur deras di dahinya.

Ryuna memang pintar berkata-kata tapi jika harus mengeluarkan pendapatnya pada banyak orang itu akan terlihat lebih sulit lagi. Ia hanya bisa berbicara pada satu orang atau dua orang saja, dan jika jadinya seperti ini akan bingung mau berbicara apa. Ryuna selalu melakukan jika dirinya memang terpaksa harus berbicara di depan umum ia akan berbicara seperlunya saja, tentu dengan suara kecil sehingga membuat mereka tak puas dengan apa yang disampaikannya, tapi jika ia sedang sendiri dan bebas, maka apa pun bisa ia ucapkan.

Glek!

Ryuna menelan salivanya ketika banyak pasang mata yang menatapnya, di ruangan ini terasa luas baginya, seluas lapangan sepak bola. Mereka terlalu banyak dan hening. Kegugupannya semakin bertambah. Mata mereka seolah-olah seperti mata seekor rubah, embusan untuk terakhir kalinya adalah untuk berbicara.

“Liat tuh, dia udah pucat.” Rana terkekeh kecil, dia berbisik dengan teman di sebelahnya yang hanya tersenyum penuh kemenangan, ingin sekali menertawakannya tapi ingat posisinya sekarang berada di dalam kelas.

Vintaria tidak sabar lagi ingin berlama-lama duduk di depan kelas segera mencolek lengan Ryuna, refleks ia menoleh karena terkejut.

“Bilang aja apa opini lo,” dukungnya. Sebenarnya di dalam hati Vintaria gemas melihat sikap Ryuna yang pasif. Tak bisakah dia berubah jadi aktif? Pasti banyak yang suka padanya, dia cantik dan juga berkarisma.

Ryuna merasa dirinya didukung, samar-samar bibirnya membentuk senyuman miring. Untuk kali ini ia tidak akan mau keluar kelas dengan hasil mengecewakan. Harus bisa! Semangatnya dalam hati.

"In... introvert... memang dianggap pasif di mata orang. Mereka cenderung suka menyendiri dan melamun.” di awal kata Ryuna merasa gugup, namun mencoba menyingkirkan semua itu. Ia mulai mengemukakan opininya sebisa mungkin, matanya terus menyoroti pupil mata Shaila. Tak lupa dia juga berkata secara eksplisit.

Sampai kapan pun Ryuna dan Shaila tidak akan pernah bisa berdamai, sampai kapan pun. Dia musuh bebuyutan yang harus dihindari, bukan diperangi. Meski Shaila selalu memulainya, maka Ryuna dengan senang hati selalu memberi pelajaran yang mengerikan untuk Shaila.

Pernah sekali diam-diam Shaila mengerjainya dengan memberi kuah baksonya dengan saus bermacam-macam level agar dirinya merasakan perut dan buang angin terus-menerus. Saat itu masih dipesan di salah satu kantin.

Tapi dengan cermatnya Ryuna lantas mengetahui hal itu dan keesokan harinya diam-diam ia juga membalas Shaila dengan memberi makanannya lipan, ulat bulu serta anak kalajengking yang masih hidup di dalam jus mangganya.

“Terkadang manusia bisa berubah sewaktu-waktu, namun tak semua orang bisa berubah seperti orang-orang diharapkan. Si introvert memiliki cara tersendiri untuk melakukan bagaimana cara dia menjadi orang yang aktif dan tidak perlu berubah menjadi orang ekstrover. Karena mereka hanya ingin hidup pada sifat mereka masing-masing, apa yang membuatnya merasa nyaman. Jika mereka terpaksa hidup seperti yang dikatakan orang-orang, itu sama saja sedang memakai topeng.” Ryuna menjeda dengan situasi yang masih hening, pasang mata masih meliriknya dengan bermacam-macam ekspresi.

“Dengan adanya sifat introvert tanpa banyak orang ketahui, mereka memiliki wawasan yang luas, suka berpikir dan suka sekali berimajinasi. Mereka akan menuangkan semua itu melalui tulisan, gambar atau mungkin pada sebuah kata-kata yang mereka jadikan sebuah kata-kata motivasi, dan mungkin saja mereka bisa memotivasi orang-orang lain dengan caranya sendiri. Jaminan mereka di masa depan tergantung pada apa mereka lakukan, dan tidak ada sangkut pautnya dengan sikap mereka yang introvert.”

Suasana mendadak merinding jika Ryuna berbicara lebih dari 20 kata. Sangat mustahil, Viona sahabatnya saja sampai bingung. Kebetulan sekali dia mau berkata banyak.

“Banyak para ahli yang bersikap introvert, mereka tidak menjadikan sikapnya itu menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan. Ambil saja dari salah satu seorang penulis terkenal dengan judul buku Harry Potter. Novel yang terkenal sampai ke negeri kita ini, nama penulis itu dikenal dengan nama J.K Rowling yang lebih lengkapnya dengan nama Joanne Kathleen Rowling. Jadi, tidak ada penghalangnya untuk menjadi sukses.” terang Ryuna dengan santai, dia menerangkan semua opininya seperti guru.

Seutas senyum kecil terukir saat Ryuna tertarik mengamati ekspresi tercengang Shaila, dia terlihat kesal dengan jawaban panjangnya, jelas dan tentunya memuaskan.

Ryuna kembali duduk seraya menutup bukunya, diskusi telah selesai dan saatnya bubar. Menarik. Jam istirahat berbunyi setelah ucapannya berakhir. Rencana lo kali ini gagal Shaila, gue bakal tunggu aksi lo yang lainnya. Ryuna tersenyum licik di dalam hati.

“Baik, penjelasan dari Ryuna tadi apakah Shaila bisa menerimanya?” Vintaria kembali meminta pendapat dari seseorang yang sudah bertanya.

“Saya menerimanya. Jawaban yang memuaskan, terima kasih.” tutur Shaila memaksakan diri untuk tersenyum. Di sisi lain ia sangat kesal dan ingin bertanya terus-menerus hingga gadis itu kesusahan untuk menjawabnya, tapi waktu tidak mengizinkannya.

Bukan hanya Vintaria dan Shaila yang tertegun dengan jawaban diungkapkan oleh seorang Ryuna. Tetapi juga pada teman-teman lain dan juga Bu Sarmi yang mengajar, ternyata dari sisi lain Ryuna pandai mengeluarkan kata-kata panjang yang mampu membuat semuanya terbungkam.

Meski sempat bengang, Viona sebagai sahabat akhirnya dapat tersenyum bangga. Sahabat gue memang luar biasa pintarnya. Dia terkekeh-kekeh kecil ketika semua orang di ruangan ini masih bergeming tak percaya.

Dengan tertibnya mereka keluar dari kelas menuju kantin untuk menambah energi kesigapan menghadapi pelajaran selanjutnya, kefokusan diri untuk belajar harus memiliki daya tahan tubuh serta ingatan yang bagus agar bisa menangkap pelajaran dengan baik.

“Maskasih Bu.” Ryuna tersenyum samar pada ibu kantin yang membuatkannya segelas jus alpukat segar.

Kedua tangannya kini telah berisi, satu tangannya membawa minuman dan tangan yang satunya lagi membawa piring berukuran sedang yang berisi makanan kesukaannya. Tak hanya Ryuna, ekornya selalu ada di sebelahnya. Dia juga membawa makanan.

Dua gadis itu berjalan beriringan mencari bangku kosong untuk mereka tempati, memilih meja yang berdekatan dengan dinding. Dua orang ini selalu suka di tempat yang berdekatan dengan dinding. Itu karena Ryuna tidak suka di tengah-tengah ruangan, rasanya seperti menjadi pusat perhatian saja dan ia risi dengan hal itu.

“Ryuna, kapan-kapan ajari gue dong. Gimana caranya bikin orang jadi bungkam dengan lisan.” Viona kemudian terkekeh pelan, Ryuna hanya menanggapinya dengan tersenyum miring.

Shaila, Rana dan Metha yang duduk mengelilingi meja di tengah kantin, hanya terdiam mendengar perkataan Viona. Mereka duduk membelakangi dua gadis itu. Metha sejemang menoleh ke belakang, menatap sekilas dua teman yang sedang asyik menyantap makanan di hadapannya. “Sama sekali nggak nyangka, Ryuna bisa ngomong panjang seperti tadi.”

“Keren sih, diam-diam dia pintar juga.” sanjung Rana dengan raut muka yang tak ikhlas mengucapkannya.

"Jangan memuji dia," gerutunya. Shaila benar-benar kesal dengan kejadian di kelas tadi. Bukannya membuat Ryuna malu tapi malah sebaliknya. “Paling cuma sekali itu aja, nggak dengan di hari lain kan?” Shaila akhirnya bisa tersenyum angkuh. Menatap kimcinya yang tertinggal setengah.

Rana dan Metha hanya tersenyum kaku, berusaha untuk membuat Shaila tenang. Jika tidak dia bisa melakukan apa pun di kantin untuk membalaskan dendam pada Ryuna. Setelah kejadian yang tak terduga tadi dia malah memesan kimci sebagai lunch-nya, tentu saja rasanya pedas dan panas. Sepanas hatinya.

“La, nggak kayak biasanya lo memesan kimci, apa itu nggak terlalu pedas?” tanya Rana hati-hati. Dia menatap mangkuk Shaila yang sudah berwarna merah tua pekat karena kebanyakan saus.

Shaila menghela napas sembari memasang wajah kesalnya, setelah cukup menekuri makanannya yang aneh itu ia mengambil air mineral lalu menuangkannya ke dalam mangkuk hingga melebur menjadi satu dengan kimcinya.

Terpopuler

Comments

Ftl03

Ftl03

Bom Like dari LITTLE RAINBOW 😆😆 semangat Thor.. jangan lupa mampir...

2020-12-17

0

Biruuuu

Biruuuu

hadir lagi

2020-11-21

1

V

V

semangat semangat kk ❤️❤️

2020-11-12

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Tentang Seorang Gadis Introvert
2 Chapter 2. Gabungan Dua Sekolah
3 Chapter 3. Pertemuan Mereka
4 Chapter 4. Barryneald Haris
5 Chapter 5. Eunoia Si Introvert
6 Chapter 6. B-A-R-R-Y
7 Chapter 7.Sebuah Keinginan
8 Chapter 8. Oi, Pacar!
9 Chapter 9. Hanya Mengagumi, Bukan Cinta
10 Chapter 10. Pembalasan
11 Chapter 11. Bumi Berputar zaman beredar
12 Chapter 12. Sebuah Cerita Lama
13 Chapter 13. Seseorang Yang Tak Pernah Ryuna Pikirkan
14 Chapter 14. Seorang Pemikat Hati
15 Chapter 15. Lelaki Yang Asing
16 Chapter 16. Bertemu
17 Chapter 17. Ungkapan Yang Salah
18 Chapter 18. Harus Bagaimana?
19 Chapter 19. Membatasi Rasa Suka
20 Chapter 20. Menjauh
21 Chapter 21. One Day
22 Chapter 22. Jika Cinta....
23 Chapter 23. Keinginan Viona
24 Chapter 24. Perubahan
25 Chapter 25. Penjelasan
26 Chapter 26. Kemarahan Ryuna
27 Chapter 27. Jalan-jalan
28 Chapter 28. Perempuan Dewasa
29 Chapter 29. Bertemu Teman
30 Chapter 30. Sakit
31 Chapter 31. Perubahan Ryuna
32 Chapter 32. Laki-laki Itu Lagi ...
33 Chapter 33. Jadi Temannya
34 Chapter 34. Rencana Berkemah
35 Chapter 35. Pergi Berkemah
36 Chapter 36. Orang Ketiga
37 Chapter 37. Kecewa
38 Chapter 38. Bertengkar
39 Chapter 39. Pertolongan
40 Chapter 40. Sikap Menyebalkan
41 Chapter 41. Pengungkapan Hati Dan Kecelakaan
42 Chapter 42. Harapan
43 Chapter 43. Perdebatan Orang tua
44 Chapter 44. Kepergian Rissa
45 Chapter 45. Amnesia
46 Chapter 46. Penolakan
47 Chapter 47. Merasakan Kehadirannya
48 Chapter 48. Redup
49 Chapter 49. Nama Itu...
50 Chapter 50. Barryun1A
51 Chapter 51. Sesuatu Yang Tersembunyi
52 Chapter 52. Gadis Tomboi
53 Chapter 53. Sungguh Menyukainya?
54 Chapter 54. Perkelahian
55 Chapter 55. Bertinju
56 Chapter 56. Kejengkelan Ryuna
57 Chapter 57. Main Hujan-hujanan
58 Chapter 58. Mendekat Lagi
59 Chapter 59. Keyakinannya
60 Chapter 60. Baper
61 Chapter 61. Sesuatu Itu...
62 Chapter 62. Menutup Hati
63 Chapter 63. Playboy
64 Chapter 64. Sepucuk Surat
65 Chapter 65. Kesempatan
66 Chapter 66. Monokrom
67 Chapter 67. Menunggu
68 Chapter 68. Datang Ke Rumah
69 Chapter 69. Dihukum
70 Chapter 70. Putus
71 Chapter 71. Kerinduan
72 Chapter 72. Orang Sabar Disayang Tuhan
73 Chapter 73. Mana Padinya?
74 Chapter 74. Kata Hati Ryuna
75 Chapter 75. Perubahan Ryuna
76 Chapter 76. Hal Yang Sebenarnya
77 Chapter 77. Keputusan Ryuna
78 Chapter 78. Kebimbangan
79 Chapter 79. Keinginan (End)
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Chapter 1. Tentang Seorang Gadis Introvert
2
Chapter 2. Gabungan Dua Sekolah
3
Chapter 3. Pertemuan Mereka
4
Chapter 4. Barryneald Haris
5
Chapter 5. Eunoia Si Introvert
6
Chapter 6. B-A-R-R-Y
7
Chapter 7.Sebuah Keinginan
8
Chapter 8. Oi, Pacar!
9
Chapter 9. Hanya Mengagumi, Bukan Cinta
10
Chapter 10. Pembalasan
11
Chapter 11. Bumi Berputar zaman beredar
12
Chapter 12. Sebuah Cerita Lama
13
Chapter 13. Seseorang Yang Tak Pernah Ryuna Pikirkan
14
Chapter 14. Seorang Pemikat Hati
15
Chapter 15. Lelaki Yang Asing
16
Chapter 16. Bertemu
17
Chapter 17. Ungkapan Yang Salah
18
Chapter 18. Harus Bagaimana?
19
Chapter 19. Membatasi Rasa Suka
20
Chapter 20. Menjauh
21
Chapter 21. One Day
22
Chapter 22. Jika Cinta....
23
Chapter 23. Keinginan Viona
24
Chapter 24. Perubahan
25
Chapter 25. Penjelasan
26
Chapter 26. Kemarahan Ryuna
27
Chapter 27. Jalan-jalan
28
Chapter 28. Perempuan Dewasa
29
Chapter 29. Bertemu Teman
30
Chapter 30. Sakit
31
Chapter 31. Perubahan Ryuna
32
Chapter 32. Laki-laki Itu Lagi ...
33
Chapter 33. Jadi Temannya
34
Chapter 34. Rencana Berkemah
35
Chapter 35. Pergi Berkemah
36
Chapter 36. Orang Ketiga
37
Chapter 37. Kecewa
38
Chapter 38. Bertengkar
39
Chapter 39. Pertolongan
40
Chapter 40. Sikap Menyebalkan
41
Chapter 41. Pengungkapan Hati Dan Kecelakaan
42
Chapter 42. Harapan
43
Chapter 43. Perdebatan Orang tua
44
Chapter 44. Kepergian Rissa
45
Chapter 45. Amnesia
46
Chapter 46. Penolakan
47
Chapter 47. Merasakan Kehadirannya
48
Chapter 48. Redup
49
Chapter 49. Nama Itu...
50
Chapter 50. Barryun1A
51
Chapter 51. Sesuatu Yang Tersembunyi
52
Chapter 52. Gadis Tomboi
53
Chapter 53. Sungguh Menyukainya?
54
Chapter 54. Perkelahian
55
Chapter 55. Bertinju
56
Chapter 56. Kejengkelan Ryuna
57
Chapter 57. Main Hujan-hujanan
58
Chapter 58. Mendekat Lagi
59
Chapter 59. Keyakinannya
60
Chapter 60. Baper
61
Chapter 61. Sesuatu Itu...
62
Chapter 62. Menutup Hati
63
Chapter 63. Playboy
64
Chapter 64. Sepucuk Surat
65
Chapter 65. Kesempatan
66
Chapter 66. Monokrom
67
Chapter 67. Menunggu
68
Chapter 68. Datang Ke Rumah
69
Chapter 69. Dihukum
70
Chapter 70. Putus
71
Chapter 71. Kerinduan
72
Chapter 72. Orang Sabar Disayang Tuhan
73
Chapter 73. Mana Padinya?
74
Chapter 74. Kata Hati Ryuna
75
Chapter 75. Perubahan Ryuna
76
Chapter 76. Hal Yang Sebenarnya
77
Chapter 77. Keputusan Ryuna
78
Chapter 78. Kebimbangan
79
Chapter 79. Keinginan (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!