Mengamati jalanan kota besar dari atas bangunan tinggi memang menyenangkan untuk dilakukan, mata memandang luas seakan tak ada batasan untuk melihat. Bahkan langit terasa dekat seperti sedekat di atas kepala, tapi sayang tak bisa disentuh oleh siapapun juga dengan mudah.
Seorang gadis berseragam rapi larut dalam pikirannya sendiri, bertopang dagu pada pagar besi. Matanya terus menyoroti keadaan-keadaan di sekitarnya, suara deru mesin kendaraan terdengar ramai. Tatapan Ryuna saat itu benar-benar kosong, dan tidak ada sama sekali yang bisa membuatnya bahagia.
“Seorang putri cantik bak bidadari kayangan apabila tersenyum menatap lurus di suatu tempat umum seorang diri, lalu bertemu dengan seorang cowok baik datang dari kutub selatan yang hendak menyapanya.”
Ryuna memang terkejut, tapi sayang dia tidak bisa mengekspresikannya selain datar. Ia melirik ke sumber suara dengan malas.
Seorang cowok berparas tampan dengan rambut pendek yang tertata rapi, penampilannya terkesan berwibawa dan santai. Laki-laki itu memperhatikannya dengan saksama, berseragam sama dan dibahunya tersampir tas ransel.
“Hai, perkenalkan namaku Barryneald Haris. Panggil aja Barry kalau kamu mau. B-A-R-R-Y.”
Ryuna bersikap seolah-olah tak peduli, lagi pula ia sudah tahu namanya, itu pun dari sahabatnya kemarin hari dan juga tentangnya.
Tak ingin mendengar cowok itu berbicara banyak lagi, ia kembali berpandangan lurus, mengamati sekitarnya. Barry tak menyerah, dia mendekati gadis itu dan tentu saja Ryuna menjauh. Ia masih tetap diam dengan sikap yang membuat cowok itu bosan.
Lagipula ia juga merasa risi dengan keberadaan Barry yang kemudian tersenyum simpul entah kenapa, padahal sama sekali tidak ada yang lucu.
“Aku hidup untuk mendeskripsikan semua keadaan, mulutku ini susah banget disuruh diam dan coba dengar detak jantungku sekarang sedang terjadi gempa kecil. Berbunyi deg-deg sangat keras.” tuturnya dengan ambisi. Barry menatap yakin cewek itu. “Ryuna, aku suka berada di dekat kamu."
Ryuna tersentak kaget ketika Barry tahu namanya. Kok dia tau nama gue? Oh? Gerakan matanya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, ingatannya kembali mengarah ke Viona yang sempat bercerita bahwa mereka pernah berbicara singkat di ruang piano. Dan kemungkinan saat itu juga mereka tengah membicarakan dirinya. Dasar.
Bukannya menjawab, Ryuna segera berbalik meninggalkan ruang piano, ia tahu apa yang dimaksud Barry karena itu dirinya segera melangkah menjauh dari sana.
Tetapi sepertinya Barry tidak akan menyerah, dan itu terbukti di menit ini dia berjalan-jalan riang di sekitar Ryuna dengan ceria, sementara Ryuna yang melihat dari sudut matanya merasa iri karena tak bisa tersenyum tulus seperti laki-laki itu.
“Batinmu mengatakan kau cinta aku... hadirmu buatku berteriak rindu...” Barry bernyanyi dengan suara bass-nya, suaranya benar-benar bagus. Kedua tangannya berada di saku jaketnya, berjalan di sebelah gadis itu dengan semangat.
Dia punya semangat yang tinggi, beda sama gue. Nilai Ryuna dalam hati, ia setengah menunduk, entah kenapa dirinya merasa minder pada Barry.
“Akhirnya, kamu kembali... hari-hari sepi akan tiada lagi..."
Tidak merasa kesepian lagi, nyanyian autodidak laki-laki itu berhasil membuat Ryuna tersenyum samar. Tapi sayang, Barry tidak melihatnya.
Aku cuma mau buat kamu senang. Batin Barry, entah kenapa ia masih ingin membuat Ryuna tersenyum meski belum menunjukkannya.
Mereka terus berjalan beriringan melewati setiap pejalan kaki, sore hari ini terasa sejuk sebab angin berembus dengan halus. Namun akan lebih sejuk lagi di saat tahu hati itu semakin dekat tanpa disadari.
"Kamu mau jalan-jalan nggak?" Barry berusaha mengajak gadis itu berbicara.
Hening. Ryuna sama sekali tidak tertarik untuk bergaul dengannya. Tetap dengan pandangan lurus menatap jalannya. Kenapa kamu semakin tertutup begini Ryuna? Sampai bingung Barry mau berbuat apa. Meski kebosanan menyelimuti dirinya tak membuatnya pergi meninggalkan Ryuna. Ini adalah bentuk dari sebuah pertahanan. Jadi suasana tetap hening, hanya suara sepatu mereka yang terdengar.
Tiba-tiba Barry merengkuh Ryuna yang refleks mendorongnya untuk menjauh, dia marah dengan perlakuan cowok itu barusan.
Gila! Dia mau ngapain sih? Baru aja kenal, udah berani nyentuh gue. Gerutunya dalam hati. Namun kekesalan Ryuna bertambah saat utusan iblis datang menggodanya. Ia jadi salah paham terhadap Barry, ternyata hanya ingin menolong dirinya yang hampir ditabrak oleh mobil milik Shaila. Pemilik mobil itu keluar beserta dua prajuritnya. Rana dan Metha.
Ryuna menatap bosan, ingin pergi tapi ratu iblis itu memanggilnya. Barry tak tahu harus apa, hanya bisa diam menyaksikan pertengkaran mereka.
"Wah! Diam-diam lo lagi jalan sama cowok? Hem, Ryuna ternyata pintar juga ngerayu cowok," Shaila terkekeh kecil.
"Setan lah... gue kirain dia beneran polos orangnya." ketus Metha dengan tatapan penuh kebencian.
"Eits... jangan terkecoh gitu dong, dia itu diam-diam menghanyutkan,” tambah Rana. Mereka tertawa mengejek.
"Udah yuk, kita foto aja. Nanti dipajang deh ke mading biar orang-orang pada tau siapa sebenarnya si setan ini.” belum sempat Ryuna membiarkan Shaila mengambil ponselnya di dalam saku bajunya, ia sudah lebih dulu membuat cewek itu jatuh terpental. Tentu semua orang jadi terkaget.
Barry mendelik kaget. Ternyata dengan sifat diam dan datarnya Ryuna orang yang cukup kuat, dengan mudahnya dia menendang Shaila dengan jurus bela dirinya, Rana dan Metha meneratap lantas membantu Shaila bangun dari jatuhnya. Wajahnya kini terlihat sedikit slebor, seragamnya kotor karena tanah yang masih embal.
"Lo gila Ryuna!" teriak Metha.
"Cewek stres!" imbuh Rana yang ikutan marah dengan sikap gadis datar itu yang cukup mengerikan.
"Awas lo ya! Jangan lo pikir gue cuma diam aja, gue bakal balas kelakuan absurd lo ini.” teriak Shaila yang menahan emosi.
Ryuna masih tetap tenang dengan santainya melihat kukunya lalu meniupnya semakin membuat Shaila terpancing emosi tujuh tingkat.
"Coba aja cewek bego," lirihnya.
Shaila benar-benar terpancing emosi, tatapan tajamnya berharap menjadi laser sinar x untuk bisa membuat gadis itu menjadi hancur berkeping-keping. "Sial!"
Barry menjadi sedikit bengang, kenapa gadis ini tampak mengagumkan jika bertingkah seperti ini. "Berhenti! Jangan gangguin orang yang nggak bersalah." Ia akhirnya buka suara karena Shaila yang mulai maju untuk membalas, mau tak mau ia menjadi penengah antara kedua gadis ini.
"Minggir Tuan Tampan, gue cuma mau berurusan dengan cewek sombong ini." Shaila berusaha untuk mencakar-cakar wajah polos Ryuna yang benar-benar tidak ada takutnya. Justru dia terlihat santai sembari memerhatikan kuku cantiknya dengan datar. Selalu datar. Memang datar. Ya, datar.
Barry jadi kewalahan saat menghadapi Shaila yang begitu mirip dengan anjing rabies. Sementara Ryuna tetap tenang di belakangnya.
"Kalau mau tampar gue mendarat ke anjing rabies ini minggir Bar, biar gue yang ngurus ini." Ryuna jadi bosan, ia malah diperlakukan seperti boneka Barbie di dalam kaca yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun.
Meski Barry cukup tercengang dengan sikap Ryuna yang datar dan dingin, ia merasa tidak ingin ada yang melukainya. Entah kenapa.
"Hei congor! Sini lo, jangan sembunyi dasar penakut!" bentak Shaila semakin geram.
Ryuna menghela napas, sudah lelah ia begini terus. Jika harus marah hanya buang-buang waktu dan air liur saja. Maka dari itu... "Heh?!"
Blam!
Ryuna mengerjap-ngerjapkan matanya karena kaget, yang baru saja memegang pinggang rampingnya itu... "Sialan! Jangan sembarangan nyentuh gue!" gerutunya. Napasnya jadi terengah-engah.
"Maaf, aku nggak punya pilihan lain. Aku nggak suka dia terus-terusan ganggu kamu." Barry tersenyum canggung, ia mengusap tengkuknya karena tak tahu harus berbuat apa.
Sementara Shaila ditolong oleh dua temannya untuk membantunya berdiri. Yang baru saja terjadi itu... Shaila menabrak pohon mangga.
Hampir aja buahnya nggak jatuh, kalau jatuh sungguhan lumayan buat gue bawa pulang. Ryuna membatin, matanya seketika turun dari buah mangga yang bergelantungan di atas pohon. Tidak ada urusan lagi, ia segera berbalik badan meninggalkan tiga perempuan malang itu dengan angkuh. Barry refleks mengikuti Ryuna.
Semenjana Shaila dibantu dua temannya untuk berdiri, alih-alih menyumpah-nyumpah jika suatu hari ia akan membalas perbuatan gadis itu yang sudah membuat malu sekaligus marah.
Di sepanjang jalan, Ryuna dan Barry masih tetap diam sejak kejadian tadi. Apalagi Ryuna masih ingat jelas dengan perlakuan cowok itu padanya.
Tangan itu... menyentuh pinggangnya. Sentuhan itu... Eh, nggak! Ngapain gue mikirin itu? Ryuna menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir pikiran itu jauh-jauh. Wajahnya tetap datar selagi orang ini masih berada di dekatnya.
"Aku nggak nyangka ternyata kamu cukup pemberani," sanjungnya, Barry tersenyum bangga. Entah kenapa.
"Orang kayak dia itu butuh pelajaran, IQ rendah membuat dunia ingin mencampakkan dia ke planet pluto," gerutu Ryuna. Barry terkejut, gadis ini akhirnya bisa berbicara lebih dari 10 kata.
Ryuna juga menyadarinya, ia melengos. Tetap datar dan dingin. Semenjana Barry tersenyum simpul. Nanti kamu pasti bakal terus ngomong sama aku.
Barry merenungi wajah cantik gadis di sebelahnya. Benar-benar memukau, dan... familier. Ia tersadar saat Ryuna mulai masuk ke dalam bus, sementara dirinya tetap diam melihat ke cewek itu yang sekilas menoleh dengan pandangan datar lalu berpaling. Kamu begitu arogan.
Halte sudah sepi, kini hanya tinggal dirinya seorang. Bus pun pergi membawa banyak penumpang. Barry tersenyum simpul lalu mengembuskan napasnya dengan perlahan. Tiba-tiba wajahnya tampak muram sepeninggal gadis itu pergi.
Saat matahari pergi, perlahan akan berganti malam yang gelap, namun tak segelap ketika menutup mata, bumi akan bersinar karena manusia akan meneranginya dengan lampu, tak akan membiarkan semesta hidup dalam gelap. Lampu adalah sinar cahaya di malam hari, dimana pun mereka tempati.
Kadang di angkasa saja tidak akan membiarkan langit menjadi kelam, bintang akan hadir meneranginya dengan segelintir kecil yang memesona. Bertabur dengan indah dengan jumlah yang banyak, tentu saja semua orang akan menyukai hal itu. Menatapnya lalu tersenyum, itulah yang akan terpancar ketika melihat bintang di langit indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Biruuuu
hadir kak
2020-11-21
1
Fany Lili
aku mampir bawa like nih kak,,,👍😉
salam dari single mom😀
2020-11-20
1
V
semangat kk lanjut kan ❤️❤️
2020-11-12
1