Bab 18 : Bayangan dibalik Malam

Di tengah hutan yang sepi, angin malam berbisik lembut, membawa bau tanah basah dan dedaunan yang rapuh. Di antara bayangan pepohonan yang tinggi, Tianlan berdiri terpaku, matanya menyipit saat melihat bayangan hitam yang bergerak perlahan di hadapannya. Bayangan itu bukanlah hal yang tampak jelas, namun cukup untuk membuat darahnya berdesir dingin. Suatu hal yang asing, namun begitu akrab, seolah dunia yang selama ini dilihatnya mulai memudar dan tergantikan oleh kegelapan yang tak terlihat.

Tianlan merasakan sesuatu yang aneh menyusup ke dalam tubuhnya. Sebuah getaran, dingin dan mematikan, menjalar dari ujung jarinya hingga ke dalam jantungnya. Kutukan itu… reaksi pertama yang begitu menyakitkan. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah seluruh dunia menekan punggungnya. Setiap napasnya semakin terengah, dan matanya mulai kabur.

"Sss…" Tianlan mengerang pelan, mencoba menahan rasa sakit yang mulai merobek tubuhnya. Ia berusaha berdiri tegak, namun kakinya gemetar. Setiap detik, rasa sakit itu semakin menyiksa, seperti ada sesuatu yang mengikisnya dari dalam.

Xin Lian berdiri di sampingnya, matanya tajam menatap bayangan hitam yang melayang di udara. Namun, hatinya tidak bisa begitu saja mengabaikan Tianlan yang menderita. Meskipun dia tidak pernah mengungkapkan perasaan dengan mudah, ada sesuatu dalam dirinya yang tergerak.

"Tianlan!" Suaranya keluar dengan ketegasan, namun ada sedikit getaran yang tidak bisa disembunyikan. Tangannya meraih lengan Tianlan yang lemas, menariknya dengan paksa menjauh dari bayangan itu. "Jangan lihat terlalu lama. Itu akan semakin buruk."

Tianlan hanya bisa mengangguk lemah, namun matanya tetap tertuju pada bayangan yang semakin jelas, semakin gelap, seolah ingin menelan seluruh tubuhnya. Kegelapan itu merayap, berusaha menyelimuti mereka berdua.

Xin Lian menghela napas, dan dalam sekejap, tangannya bergerak dengan cepat. Dia memanggil beberapa roh kecil yang telah lama tertidur dalam lukisan-lukisan kuno yang ia simpan. Dengan gerakan tangan yang elegan, roh-roh kecil itu muncul, berkelip seperti bintang-bintang kecil yang menerangi malam yang gelap. Mereka melayang mengelilingi bayangan hitam itu, berusaha menghalau kegelapan yang semakin mendekat.

Namun, meskipun roh-roh itu berusaha dengan sekuat tenaga, bayangan hitam itu tetap tidak mau pergi. Xin Lian merasakan tekanan yang semakin kuat, tubuhnya sedikit gemetar. Dia tahu, jika kutukan Tianlan terus bereaksi seperti ini, waktu yang dimiliki Tianlan tidak akan lama lagi.

"Tianlan…" Xin Lian mendekat, wajahnya lebih dekat dari sebelumnya. Tangannya yang dingin menyentuh pipi Tianlan dengan lembut, seolah-olah untuk memberikan kekuatan. "Jangan takut. Aku akan melindungimu."

Tianlan menatapnya, matanya kabur karena rasa sakit yang semakin mencekam, namun ada sesuatu yang aneh di dalam tatapannya. Sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasa yang lembut, penuh perhatian, meskipun suara Xin Lian tetap keras dan tegas.

"Jangan…" Tianlan berbisik, suaranya hampir tak terdengar. "Jangan biarkan dirimu terluka karena aku."

Xin Lian hanya tersenyum tipis, senyuman yang lebih terasa seperti sebuah janji. "Aku tidak akan terluka," jawabnya, meskipun dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar perlindungan biasa. "Aku sudah terbiasa merasakan sakit. Aku akan membuatmu merasa lebih baik."

Tangan Xin Lian terus bergerak, memanggil lebih banyak roh kecil untuk melawan bayangan hitam itu, sementara Tianlan merasakan tubuhnya semakin lemas. Namun, ada kehangatan yang mengalir melalui sentuhan Xin Lian, seolah-olah ada sesuatu yang menyembuhkan luka-luka dalam dirinya yang telah lama tersembunyi.

Dalam keheningan malam itu, bayangan hitam perlahan mundur, terhalang oleh roh-roh kecil yang berkelip seperti lilin yang menari. Namun, meskipun bayangan itu telah pergi, rasa sakit yang Tianlan rasakan belum sepenuhnya hilang.

"Terima kasih," kata Tianlan pelan, suaranya hampir hilang di antara angin malam.

Xin Lian hanya mengangguk, meskipun hatinya tergerak oleh kata-kata itu. Untuk pertama kalinya, dia merasa ada seseorang yang bisa merasakan sakitnya, dan meskipun dia tidak pernah mengakuinya, dia tahu bahwa Tianlan tidak pernah benar-benar sendirian.

"Jangan pernah merasa sendirian lagi," kata Xin Lian, dan suaranya kali ini penuh dengan kehangatan yang jarang ia tunjukkan. "Aku akan selalu ada."

Malam itu, angin dingin berhembus di luar, namun di dalam Goa, kehangatan hanya bisa ditemukan di antara mereka berdua. Tianlan, yang sebelumnya tak pernah menunjukkan kelemahan di hadapan siapapun, kini terbaring di pelukan Xin Lian. Tubuhnya yang kuat dan tegap, yang biasa menaklukkan medan perang, kini tampak rapuh, meringkuk dalam rasa sakit yang tak terlihat oleh mata biasa.

Xin Lian tetap terjaga sepanjang malam, matanya tak lepas dari sosok pria itu yang semakin meringkuk dalam pelukannya. Suara napas Tianlan terdengar berat, dan tubuhnya semakin panas, seolah-olah tubuhnya sedang terbakar dari dalam. Dengan hati-hati, Xin Lian membuka jubah hitamnya dan membalut tubuh Tianlan, menariknya lebih dekat ke tubuhnya.

"Tenanglah," bisiknya pelan, meskipun suaranya dipenuhi dengan kekhawatiran yang tak biasa. Tangan kecilnya menepuk-nepuk punggung Tianlan dengan lembut, mencoba menenangkan tubuh yang bergemetar itu. "Aku di sini, tidak ada yang akan terjadi padamu."

Namun, meskipun pelukan itu erat, ada sesuatu yang terasa tak cukup. Xin Lian merasakan betapa tubuh Tianlan semakin panas, semakin lemah. Dia tahu, sentuhan fisik yang terbatas tidak akan cukup untuk menyembuhkan luka yang dalam ini. Setiap detik terasa begitu berat, dan meskipun dia berusaha menenangkan, hatinya tidak bisa menahan kekhawatiran yang semakin tumbuh.

Tianlan, jenderal perang yang terkenal dingin dan tak kenal ampun, kini terbaring dalam pelukan seorang gadis kecil, merasakan sakit yang tak bisa dia hindari. Siapa yang akan percaya jika mereka melihatnya sekarang? Seorang pria yang begitu keras, yang bahkan tidak pernah mengizinkan dirinya untuk lemah, kini bergantung pada seorang gadis yang bahkan tak pernah tahu kasih sayang keluarga.

Xin Lian menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan yang mulai muncul. Dia tahu, dia harus tetap tegar. Namun, dalam keheningan malam itu, dia tidak bisa menahan dirinya untuk sedikit lebih dekat, membiarkan tubuhnya lebih rapat dengan tubuh Tianlan. "Aku akan menjaga kamu," ucapnya pelan, hampir seperti janji.

Tianlan, meskipun matanya setengah tertutup, bisa merasakan kedekatan Xin Lian. Rasa sakitnya masih belum hilang, namun ada sesuatu yang berbeda. Ada kehangatan, ada perlindungan yang dia rasakan dari tubuh gadis itu. Perlahan, rasa sakit itu sedikit mereda, meskipun tubuhnya masih terkulai lemah.

***

Tianlan mulai tenang di pelukan Xin Lian, napasnya yang berat perlahan menjadi lebih stabil. Namun, saat dia hampir terlelap, suara tawa kecil yang menyeramkan terdengar di ujung tenda.

Xin Lian segera menoleh, matanya yang tajam menatap ke kegelapan. Bayangan hitam yang tadi berhasil dia halau ternyata belum sepenuhnya pergi—ia kembali, lebih besar dan lebih menakutkan, berdiri diam di sudut dengan mata merah menyala yang menatap lurus ke arah mereka.

"Jadi, kau yang melindunginya?" suara serak itu menggema.

Xin Lian mempererat pelukannya pada Tianlan, wajahnya berubah serius. "Kalau begitu, kau harus melewati aku dulu."

Terpopuler

Comments

Mila Sari

Mila Sari

seru ceritanya, semakin penasaran

2025-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2 Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3 Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4 Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5 Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6 Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7 Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8 Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9 Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10 Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11 Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12 Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13 Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14 Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15 Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16 Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17 Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18 Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19 Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20 Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21 Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22 Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23 Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24 Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25 Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26 Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27 Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28 Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29 Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30 Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31 Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32 Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33 Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34 Bab 34 - Malam Yang Panjang
35 Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36 Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37 Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38 Bab 38 : Berbagi Kutukan
39 Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40 Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41 Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42 Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43 Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44 Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45 Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46 Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47 Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48 Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2
Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3
Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4
Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5
Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6
Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7
Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8
Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9
Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10
Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11
Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12
Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13
Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14
Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15
Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16
Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17
Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18
Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19
Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20
Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21
Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22
Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23
Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24
Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25
Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26
Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27
Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28
Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29
Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30
Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31
Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32
Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33
Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34
Bab 34 - Malam Yang Panjang
35
Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36
Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37
Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38
Bab 38 : Berbagi Kutukan
39
Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40
Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41
Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42
Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43
Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44
Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45
Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46
Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47
Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48
Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!