Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan

Di dalam ruang pribadi yang sunyi, Kaisar duduk di singgasana, wajahnya yang penuh wibawa terlihat lebih suram dari biasanya. Di hadapannya terbentang gulungan sutra yang membawa kabar dari negeri yang jauh, negeri yang terkenal dengan kutukan-kutukan kuno yang telah meluluhlantakkan banyak jiwa. Kaisar memandang gulungan itu dengan mata yang tajam, seolah-olah mencoba menembus lapisan-lapisan kebenaran yang tersembunyi di baliknya.

Kaisar memejamkan mata sejenak, mengingat kembali masa-masa ketika Tianlan, putranya yang tercinta, pertama kali menginjakkan kaki di medan perang. Tianlan, sang jenderal yang tak terkalahkan, bukan hanya pelindung negeri ini, tetapi juga anak yang telah ia besarkan dengan penuh kasih sayang. Namun kini, kutukan yang mengintai putranya seperti bayangan kelam yang tak dapat dihindari. Meskipun kutukan itu belum sepenuhnya menyentuh, Kaisar tahu bahwa itu adalah ancaman yang tak boleh dianggap remeh.

"Mo Yang," suara Kaisar bergema lembut namun penuh kekuatan, memecah keheningan. Di sampingnya, Mo Yang, jenderal muda yang telah lama mendampingi Tianlan di medan perang, segera menghadap. "Kabar tentang kutukan ini datang dari negeri yang jauh, negeri yang terkenal dengan kekuatan kutukan yang tak terhingga. Apa yang seharusnya kita lakukan?"

Mo Yang menundukkan kepala, penuh hormat. "Yang Mulia, negeri itu memang dikenal dengan kutukan yang sangat kuat. Banyak orang yang telah mencoba untuk menghadapinya, namun tak seorang pun yang berhasil. Bahkan para ahli dari berbagai penjuru dunia pun harus mengakui bahwa negeri itu adalah tempat yang penuh dengan bahaya yang tak terduga."

Kaisar menghela napas panjang, matanya menatap jauh ke luar jendela, seperti menembus batasan-batasan dunia ini. "Tianlan adalah putraku, darah dagingku sendiri. Tidak ada yang lebih penting bagiku selain keselamatannya. Kutukan ini adalah beban yang harus kita tanggung bersama. Jika ada jalan untuk menghapusnya, aku akan menempuhnya meski harus melawan segala halangan."

Mo Yang mengangkat wajahnya, pandangannya penuh kebingungan dan kekhawatiran. "Yang Mulia, apakah Anda yakin akan mengirim Tianlan ke negeri itu? Perjalanan ini sangat berbahaya, dan kutukan yang ada di sana... bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng."

Kaisar tersenyum tipis, namun senyumnya itu lebih terasa seperti ekspresi penuh kasih sayang yang mendalam. "Tianlan bukan hanya jenderalku, dia adalah putraku yang aku sayangi dengan sepenuh hati. Aku telah membesarkannya sejak kecil, melihatnya tumbuh menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Kutukan ini adalah takdir yang harus kita hadapi bersama. Aku tidak akan membiarkannya sendirian dalam menghadapi cobaan ini."

Mo Yang terdiam, memahami betul betapa dalamnya perasaan Kaisar terhadap Tianlan. "Namun, Yang Mulia, apakah Anda ingin mengirim Tianlan dengan alasan yang sebenarnya? Jika ada orang yang mengetahui tujuan perjalanan ini..."

Kaisar mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Mo Yang. "Tidak ada yang boleh tahu tentang niatku yang sesungguhnya. Tianlan harus pergi tanpa kecurigaan. Aku akan mengutusnya bersama Xin Lian, seorang wanita yang cerdas dan bijaksana. Dia akan menjaga Tianlan dengan baik, dan perjalanan mereka akan tampak seperti perjalanan biasa, untuk mencari pengetahuan mengenai kutukan yang ada."

Mo Yang menundukkan kepala dengan patuh. "Yang Mulia, jika itu yang Anda inginkan, saya akan segera mempersiapkan segala sesuatunya."

Kaisar mengangguk pelan. "Aku percaya pada Xin Lian. Dia adalah orang yang tepat untuk menemani Tianlan dalam perjalanan ini. Kita tidak boleh membiarkan siapa pun mencurigai tujuan mereka yang sebenarnya. Negeri itu penuh dengan bahaya, dan aku ingin memastikan bahwa Tianlan tetap terlindungi."

Dengan keputusan Kaisar yang tegas, persiapan untuk perjalanan Tianlan dan Xin Lian segera dimulai. Mereka akan menuju negeri yang penuh dengan kutukan kuno yang berbahaya. Namun, Kaisar tidak hanya khawatir akan kutukan yang membayangi Tianlan, tetapi juga dengan kemungkinan adanya ancaman tersembunyi di dalam istana sendiri. Beberapa pihak mulai mencurigai bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang sedang bergerak di balik layar, dan Kaisar harus berhati-hati agar tidak ada yang mengetahui rencananya.

"Mo Yang," suara Kaisar terdengar kembali, penuh ketegasan. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengetahui tujuan mereka yang sebenarnya. Mereka harus pergi dengan alasan yang lebih sederhana, agar tidak ada yang mencurigai niat kita."

Mo Yang mengangguk, memahami betul pesan Kaisar. "Tentu, Yang Mulia. Kami akan menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya."

***

Di luar istana yang megah, di bawah langit yang berwarna keemasan, Tianlan berdiri tegak di depan pintu gerbang utama. Ia mengenakan pakaian tempur yang biasa, namun aura keseriusannya tak terbantahkan. Di sampingnya, Xin Lian berdiri dengan sikap yang tenang, meskipun tatapannya tajam dan penuh perhitungan. Keduanya akan memulai perjalanan yang tidak hanya berbahaya, tetapi juga penuh dengan rahasia yang tersembunyi di balik setiap langkah mereka.

Tianlan menoleh ke arah Xin Lian, matanya yang tajam dan penuh tekad bertemu dengan mata emas milik wanita itu. "Jadi, kita akan pergi ke negeri itu, tempat yang penuh dengan kutukan, tanpa ada yang tahu tujuan kita yang sebenarnya?"

Xin Lian mengangguk pelan, senyum tipis di bibirnya. "Betul. Kita harus berhati-hati. Jika ada yang mengetahui tujuan kita, bisa jadi mereka akan mencoba menghalangi perjalanan ini. Tidak semua orang di istana ini bisa dipercaya."

Tianlan menghela napas, merasakan beratnya keputusan ini. "Aku tahu. Aku tidak ingin Kaisar tahu apa yang sebenarnya sedang kita cari. Tapi kutukan ini... aku tidak bisa membiarkannya terus menghantuiku. Aku harus menemukan cara untuk menghapusnya."

Xin Lian memandangnya dengan penuh pengertian. "Tentu saja. Tapi ingat, kita tidak hanya melawan kutukan itu. Ada banyak bahaya yang mungkin menunggu kita di sepanjang jalan, dan kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."

Tianlan mengangguk, kemudian melangkah maju, memimpin perjalanan mereka. Mereka berdua meninggalkan istana dengan langkah yang mantap, seolah-olah tidak ada yang dapat menghentikan mereka. Namun, meskipun mereka berdua terlihat tenang di luar, di dalam hati mereka, perasaan waspada dan kekhawatiran terus menggerogoti.

Perjalanan mereka dimulai dengan rute yang aman, melalui desa-desa kecil yang jauh dari pusat kekuasaan. Mereka memilih untuk menyamar sebagai pedagang biasa, agar tidak menarik perhatian siapa pun. Tianlan, dengan wajah tampan dan tubuh tegapnya, mengenakan pakaian sederhana, sementara Xin Lian, dengan kecantikan yang memikat, mengenakan pakaian yang lebih kasual namun tetap elegan.

Malam hari, mereka beristirahat di sebuah penginapan yang terpencil. Hanya ada beberapa tamu lain yang menginap, namun mereka tetap berhati-hati. Tianlan duduk di meja, memeriksa peta yang mereka bawa, sementara Xin Lian duduk di dekat jendela, memandangi bulan yang bersinar cerah di langit malam.

"Tianlan," suara Xin Lian memecah keheningan. "Apa yang akan kita lakukan jika kita menemui kutukan yang lebih kuat daripada yang kita bayangkan?"

Tianlan menatapnya dengan serius. "Kita harus tetap tenang dan tidak terburu-buru. Kutukan itu mungkin tidak akan mudah diatasi, tapi kita harus mencari tahu lebih banyak tentang asal-usulnya. Jika ada cara untuk menghapusnya, kita akan menemukannya."

Xin Lian mengangguk, meskipun ia tahu bahwa perjalanan ini akan lebih sulit dari yang mereka bayangkan. "Aku tahu. Kita harus berhati-hati, dan tidak boleh lengah. Kutukan ini bukan hanya ancaman bagi dirimu, tapi juga bagi orang-orang di sekitarmu."

Tianlan terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Xin Lian. Ia tahu bahwa kutukan ini bukan hanya masalah pribadi. Ini adalah masalah yang bisa mempengaruhi seluruh kerajaan. Namun, ia juga tahu bahwa untuk menghadapinya, ia harus menjaga rahasia ini tetap tersembunyi, setidaknya untuk sementara waktu.

Pada keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan mereka, menyeberangi pegunungan dan hutan lebat yang dipenuhi dengan misteri. Setiap langkah mereka terasa semakin berat, namun mereka tidak menunjukkan rasa lelah. Tianlan dan Xin Lian tahu bahwa mereka harus tetap waspada, karena di setiap sudut jalan, bahaya bisa datang kapan saja.

Namun, meskipun perjalanan mereka penuh dengan ketegangan, ada juga momen-momen kecil yang mengingatkan mereka bahwa mereka masih manusia biasa. Ketika Tianlan tersenyum ringan setelah mendengar candaan Xin Lian, atau ketika Xin Lian mengingatkan Tianlan untuk berhati-hati saat menyeberangi sungai deras, keduanya merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka.

Malam itu, saat mereka beristirahat di sebuah gua yang terlindung, Tianlan akhirnya berbicara dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. "Xin Lian, aku... aku tidak tahu apa yang akan terjadi di negeri itu. Tapi aku ingin kau tahu, aku sangat menghargai perjalanan ini bersamamu."

Xin Lian menatapnya dengan senyum tipis, matanya yang tajam bersinar di bawah cahaya api unggun. "Tianlan, kita berdua tahu bahwa perjalanan ini penuh dengan risiko. Tapi aku percaya, bersama kita bisa menghadapinya. Kita bukan hanya berdua, tetapi ada banyak orang yang bergantung pada kita."

Tianlan terdiam, merasakan kedalaman kata-kata Xin Lian. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang kutukan yang membebani dirinya, tetapi juga tentang tanggung jawab yang lebih besar. Ia harus melindungi bukan hanya dirinya, tetapi juga negeri yang ia cintai.

Dengan tekad yang semakin kuat, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke negeri yang penuh dengan kutukan kuno, dengan harapan bahwa mereka akan menemukan jalan untuk menghapus kutukan yang mengancam masa depan mereka.

***

"Tianlan... ada sesuatu yang mengawasi kita," bisiknya pelan, suara itu hampir tenggelam oleh angin.

Tianlan mengangkat kepalanya, merasakan ketegangan yang tiba-tiba menyelimuti udara. "Siapa?" tanyanya, suaranya lebih tajam dari biasanya.

Namun sebelum Xin Lian bisa menjawab, sebuah bayangan gelap melintas di depan mereka, menghilang secepat kilat.

Tianlan dan Xin Lian saling berpandangan, hati mereka berdebar. Mereka tahu, perjalanan ini baru saja memasuki babak yang jauh lebih berbahaya.

Terpopuler

Comments

Mila Sari

Mila Sari

menegangkan perjalanan pangeran

2025-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2 Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3 Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4 Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5 Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6 Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7 Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8 Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9 Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10 Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11 Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12 Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13 Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14 Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15 Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16 Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17 Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18 Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19 Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20 Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21 Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22 Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23 Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24 Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25 Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26 Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27 Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28 Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29 Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30 Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31 Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32 Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33 Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34 Bab 34 - Malam Yang Panjang
35 Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36 Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37 Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38 Bab 38 : Berbagi Kutukan
39 Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40 Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41 Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42 Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43 Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44 Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45 Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46 Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47 Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48 Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2
Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3
Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4
Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5
Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6
Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7
Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8
Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9
Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10
Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11
Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12
Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13
Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14
Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15
Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16
Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17
Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18
Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19
Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20
Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21
Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22
Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23
Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24
Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25
Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26
Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27
Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28
Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29
Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30
Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31
Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32
Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33
Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34
Bab 34 - Malam Yang Panjang
35
Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36
Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37
Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38
Bab 38 : Berbagi Kutukan
39
Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40
Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41
Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42
Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43
Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44
Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45
Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46
Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47
Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48
Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!