Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun

Aula Istana dipenuhi keheningan yang mencekam setelah kepala pengawal menyampaikan fakta mengejutkan tentang kutukan Tianlan. Para pejabat menatap dengan berbagai ekspresi—kaget, penasaran, bahkan curiga. Sementara itu, Kaisar tetap duduk tenang di singgasananya, sorot matanya penuh perhatian tertuju pada Xin Lian dan putranya.

"Jadi, kontak langsung antara mereka dapat menekan kutukan itu?" Kaisar bertanya, suaranya rendah namun penuh ketegasan.

Kepala pengawal menunduk hormat. "Benar, Yang Mulia. Selama Nona Xin Lian berada dekat dengan Pangeran Tianlan, energi kutukan itu akan melemah. Namun, jika mereka terpisah terlalu lama, kutukan akan kembali menguat."

Kaisar mengangguk perlahan, pikirannya bergerak cepat. Ia melirik Tianlan yang berdiri di sisi Xin Lian. Wajah putranya terlihat kaku, namun ada kilatan canggung di matanya. Sebuah senyuman samar muncul di bibir Kaisar. Sepertinya, putraku tidak keberatan dengan hal ini.

Namun, Kaisar menyadari bahwa gadis di hadapannya tidak sederhana. Xin Lian, dengan wajahnya yang tenang dan senyum kecil yang menggoda, jelas tengah memikirkan sesuatu. Ia tidak segera membantah atau mengiyakan, hanya membiarkan situasi berkembang sesuai rencananya.

Akhirnya, Kaisar berbicara, "Kalau begitu, aku memutuskan. Untuk memastikan kutukan Tianlan tetap terkendali, kamar Xin Lian akan dipindahkan ke kamar Tianlan. Dengan begitu, mereka akan selalu dekat."

Kata-kata itu bagaikan petir yang mengguncang aula. Para pejabat saling pandang, dan Tianlan langsung menegang. "Ayahanda!" Tianlan akhirnya bersuara, nada suaranya rendah namun jelas mengandung protes. "Ini... ini tidak pantas. Xin Lian adalah seorang gadis. Reputasinya akan dipertaruhkan."

Kaisar menatap putranya dengan lembut namun tegas. "Apa kau lebih memilih kutukan itu kembali menguasaimu, Tianlan? Atau kau ingin membuat Xin Lian terus bolak-balik dari kamarnya setiap saat? Lagipula, aku yakin Xin Lian cukup bijak untuk memahami pentingnya keputusan ini."

Xin Lian, yang sedari tadi diam, akhirnya tersenyum tipis. "Yang Mulia," katanya dengan nada manis, "Hamba memang seorang gadis, dan menjaga reputasi adalah hal penting. Namun, jika ini demi Jenderal Tianlan, hamba rela berkorban. Hanya saja..." Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya menggantung di udara.

Kaisar menaikkan alisnya. "Hanya saja apa?"

Xin Lian menundukkan kepala sedikit, matanya berkilat licik. "Reputasi hamba tidak bisa dibeli dengan mudah. Namun, jika Yang Mulia bersedia memberikan satu juta tael emas sebagai kompensasi, hamba kira itu cukup untuk menghapus keraguan saya."

* Satu tael \= 4.130 Yuan, jadi satu juta \= 4.130.000.000 Yuan (^∇^)ノ♪ *

Suasana aula seketika memanas. Para pejabat hampir terbatuk mendengar angka yang disebutkan Xin Lian, sementara Tianlan menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Gadis ini... apa dia serius? pikir Tianlan, antara kagum dan kesal.

Namun, Kaisar hanya tertawa pelan. "Satu juta tael emas? Baiklah. Jika itu yang kau minta, aku akan memberikannya."

Mata Xin Lian melebar, meskipun hanya sesaat. Senyumnya melebar, penuh kepuasan. "Kalau begitu, hamba terima keputusan Yang Mulia dengan senang hati."

Tianlan menatapnya, merasa campur aduk. Di satu sisi, ia lega karena Xin Lian tidak menolak keputusan itu. Namun di sisi lain, sikap gadis itu membuatnya merasa jengkel. Gadis ini... awalnya dia peduli dengan reputasinya, tapi begitu kaisar menyetujui jumlah itu, dia langsung berubah pikiran. Apa yang akan terjadi jika pria lain yang menawarkan hal serupa?

Tianlan tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau marah. Namun, di balik rasa kesalnya, ada sesuatu yang lain—sebuah rasa nyaman yang aneh saat mengingat bagaimana kehadiran Xin Lian bisa menenangkan kutukannya. Ia mengalihkan pandangannya, mencoba mengabaikan pikiran-pikiran yang mengganggunya.

Kaisar, yang memperhatikan perubahan kecil pada ekspresi putranya, tersenyum samar. Sepertinya, Tianlan menyukai gadis ini. Itu bagus. Mungkin ini akan menjadi awal yang baik bagi mereka berdua.

Xin Lian, di sisi lain, merasa puas dengan hasil ini. Dalam hati, ia berpikir, Lihat saja, Tianlan. Aku akan membuatmu menyesal memiliki kutukan ini, karena aku akan memanfaatkannya sebaik mungkin.

* Xin Lian : Uang datanglah padaku ( ˘ ³˘)♥

Dengan itu, Kaisar memberi perintah agar kamar Xin Lian segera dipindahkan ke kamar Tianlan. Sementara itu, Tianlan dan Xin Lian meninggalkan aula dengan perasaan yang berbeda—Tianlan merasa canggung dan bingung, sementara Xin Lian merasa puas dan penuh rencana licik.

***

Langkah kaki Tianlan dan Xin Lian menggema di sepanjang koridor menuju kamar pribadi sang jenderal. Kepala pengawal dan beberapa pelayan mengikuti di belakang mereka dengan langkah hati-hati, menjaga jarak yang sopan. Aura di sekitar mereka terasa aneh—campuran kecanggungan, keheranan, dan ketegangan yang sulit dijelaskan.

Tianlan berjalan dengan wajah dingin seperti biasanya, namun ada sedikit kerutan di dahinya. Ia melirik Xin Lian yang tampak terlalu santai, bahkan senyum kecil menghiasi bibirnya seolah ia sedang menikmati perjalanan ini.

"Xin Lian," Tianlan akhirnya membuka suara, nadanya tegas meski sedikit bergetar. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan? Meminta satu juta tael emas di depan Kaisar hanya untuk memindahkan kamarmu ke tempatku... kau tahu ini akan menimbulkan pembicaraan."

Xin Lian menoleh dengan senyum licik, matanya bersinar penuh rasa percaya diri. "Ohh, Yang Mulia, apakah kau begitu peduli dengan reputasiku? Apa kau takut aku tidak bisa menikah jika semua orang tahu bahwa aku tidur di kamarmu?"

Langkah Tianlan terhenti. Ia menatap Xin Lian dengan tatapan yang sulit dijelaskan, campuran antara terkejut dan bingung.

Namun, Xin Lian melanjutkan dengan nada menggoda, ekspresi genit menghiasi wajahnya. "Tenang saja, aku lebih peduli pada reputasi dukunku. Lagipula, jika aku tidak bisa menikah, aku akan pergi menikahimu."

Ucapan itu membuat kepala pengawal dan para pelayan di belakang mereka menahan napas. Wajah mereka menunjukkan berbagai ekspresi—ada yang terkejut, ada yang malu, dan ada yang berusaha keras menahan tawa.

Tianlan, yang biasanya tenang dan tidak tergoyahkan, merasa seluruh tubuhnya menegang. Wajahnya yang dingin perlahan memerah, dan ia hanya bisa memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Gadis ini..." gumamnya pelan, hampir tidak terdengar.

Namun Xin Lian menangkap gumaman itu. Ia melangkah mendekat, sengaja mempersempit jarak di antara mereka. "Kenapa? Apakah Yang Mulia takut padaku?" tanyanya dengan nada penuh kepura-puraan polos, namun matanya memancarkan kelicikan yang tidak bisa disembunyikan.

Tianlan menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. "Jangan terlalu percaya diri, Xin Lian."

"Oh, aku hanya percaya diri pada kemampuanku, Jenderal," balas Xin Lian dengan senyum tipis. Ia kemudian berbalik, melanjutkan langkahnya dengan anggun, meninggalkan Tianlan yang masih berdiri di tempat, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi.

***

Di Kamar Tianlan

Ketika mereka tiba, kamar Tianlan telah dipersiapkan dengan rapi. Sebuah kamar tambahan di sisi kamar utama telah disiapkan untuk Xin Lian, meski ukurannya lebih kecil, namun cukup nyaman.

Xin Lian melangkah masuk, matanya yang tajam langsung menilai setiap sudut ruangan. "Hmm, cukup nyaman," gumamnya sambil berjalan ke arah tempat tidur Tianlan.

Tianlan, yang baru saja masuk, langsung merasa waspada. "Xin Lian, itu tempat tidurku—"

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, Xin Lian sudah duduk di tepi tempat tidur dengan santai, bahkan menyentuh kain sutra yang melapisinya. "Ah, tempat tidur ini terlihat sangat nyaman. Kau pasti tidur nyenyak di sini setiap malam, Jenderal."

"Xin Lian," Tianlan memperingatkan dengan nada rendah, namun tidak ada ketegasan dalam suaranya.

"Apa?" Xin Lian menatapnya dengan mata yang tampak polos, meski jelas-jelas itu hanya kepura-puraan. "Bukankah aku sekarang harus selalu dekat denganmu? Aku hanya memastikan bahwa tempat ini cukup nyaman untukmu, Jenderal."

Tianlan memijat pelipisnya, merasa lelah meski hari baru saja dimulai. "Kau benar-benar tidak tahu malu."

"Ah, Jenderal, jangan salah paham. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai dukun yang setia," balas Xin Lian dengan nada penuh kepura-puraan.

Tianlan menatapnya dengan tajam, namun dalam hati ia merasa bingung. Gadis ini terlalu berbahaya. Tapi kenapa aku merasa dia membawa kehangatan yang aneh?

***

Di Koridor Istana

Di luar kamar, Kaisar berdiri diam, mendengar percakapan mereka dengan senyum samar di wajahnya. Putraku, sepertinya gadis ini memang cocok untukmu. Dia tidak hanya bisa menekan kutukanmu, tapi juga membuatmu hidup kembali.

Kaisar berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan koridor dengan hati yang lebih ringan. Sementara itu, di dalam kamar, Tianlan hanya bisa menghela napas panjang, sementara Xin Lian tersenyum puas, sudah merencanakan langkah berikutnya dalam pikirannya.

Episodes
1 Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2 Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3 Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4 Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5 Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6 Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7 Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8 Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9 Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10 Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11 Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12 Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13 Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14 Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15 Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16 Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17 Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18 Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19 Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20 Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21 Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22 Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23 Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24 Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25 Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26 Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27 Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28 Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29 Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30 Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31 Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32 Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33 Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34 Bab 34 - Malam Yang Panjang
35 Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36 Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37 Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38 Bab 38 : Berbagi Kutukan
39 Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40 Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41 Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42 Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43 Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44 Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45 Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46 Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47 Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48 Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 : "Dukun Tanpa Takdir : Awal Kebohongan Xin Lian"
2
Bab 2 : "Bayangan dari Masa Lalu"
3
Bab 3 : Bayangan Cinta yang Terlupakan
4
Bab 4 : Kehidupan dan Kematian
5
Bab 5 : Kehidupan Baru, Dimulai dengan Kelicikan
6
Bab 6 : "Dukun Palsu, Pesona Nyata"
7
Bab 7 : Jejak Masa lalu yang Terkubur
8
Bab 8 : "Pertaruhan Kekuatan dan Keinginan"
9
Bab 9 : Pohon Uang, Kutukan, dan Kenyamanan yang Tak Terduga
10
Bab 10 : Gosip yang Menyebar
11
Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
12
Bab 12 : Perjamuan Kemenangan dan Tantangan
13
Bab 13 : Bayangan di Balik Segel
14
Bab 14 : Bayangan yang Terbangun
15
Bab 15 : Tawaran licik sang Dukun
16
Bab 16 : "Di Balik Senyum, Ada Ketegangan"
17
Bab 17 : Perjalanan menuju Negeri Kutukan
18
Bab 18 : Bayangan dibalik Malam
19
Bab 19 : "Tanda Takdir dan Bayangan Kegelapan"
20
Bab 20 : Bisikan dari Kegelapan
21
Bab 21 : Malam yang Menghantui, Tumbal yang Terungkap
22
Bab 22 : Ketika Bayangan Berbicara
23
Bab 23 : Di Balik Gerbang yang Tertutup
24
Bab 24 : Seruling yang Mengikat Darah
25
Bab 25 : Pertemuan dan Pertempuran
26
Bab 26 : "Jejak Kabut dan Perangkap Tak Terlihat"
27
Bab 27 : "Rahasia yang Terkunci dalam Halaman"
28
Bab 28 : "Murid Sang Dukun"
29
Bab 29 : Dibalik Gerbang Terlarang
30
Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan
31
Bab 31 - Pergi ke Klan Xuanming
32
Bab 32 - Gerbang Menuju Kegelapan
33
Bab 33 - Pilihan Yang Menentukan
34
Bab 34 - Malam Yang Panjang
35
Bab 35 - Jarak Yang Tak Terlihat
36
Bab 36 - Diskusi Lanjutan, Saran Bai Xue
37
Bab 37 : Ikatan Yang Tak Terlihat
38
Bab 38 : Berbagi Kutukan
39
Bab 39 : Bayangan Yang Tak Terhapuskan
40
Bab 40 : Perjalanan Tanpa Kepastian
41
Bab 41 : Kota Terlarang dan Peramal Buta
42
Bab 42 : Pergi ke Lembah Arwah Terkunci
43
Bab 43 : Perjalanan Menuju Lembah Arwah Terkunci
44
Bab 44 : Kenangan yang Terkunci
45
Bab 45 : Takdir yang Tersembunyi di Lembah Arwah
46
Bab 46 : Pelukan yang Menenangkan, Bisikan yang Menggetarkan
47
Bab 47 : Takdir yang Terjalin di Antara Kita
48
Bab 48 : Kembali ke Keluarga Yang Terlupakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!