Bintang Di Kegelapan Malam
Retno punya semua yang diinginkan oleh gadis seusianya, kedua orang tua sempurna, harta dan kehormatan. Hidupnya sangat bahagia dan disiplin, ayah bilang disiplin membedakan manusia dengan binatang. Sejak kelas dua sekolah dasar saat bangun tidur Retno tidak boleh keluar dari kamarnya sebelum membereskan tempat tidurnya, kelas tiga ayah memeriksa kerapihan tempat tidurnya.
“Kerapihan tempat tidur akan mengubah duniamu dan menentukan siapa dirimu” pesan ayah selalu.
Tapi itu setahun yang lalu, hari ini Retno hanya bisa menangis mengenang semuanya. Ayah meninggal enam bulan lalu dan menyusul ibu seminggu yang lalu. Retno dan Aldi kini yatim piatu, hanya bisa menangis diatas pusara kedua orang tuanya bahkan tanah pekuburan ibu masih terlihat merah dengan bunga segar diatasnya. Retno dan Aldi hampir tiap hari mengunjungi makam ibu. Kedua orang tuanya meninggal dengan meninggalkan hutang bisnis yang sangat besar sehingga semua aset dan rumah tinggalnya tersita oleh bank penjamin. Rumah tinggalnya sudah di polis line namun Retno dan Aldi masih dikasih waktu seminggu untuk meninggalkan rumahnya. Ayah dan ibunya adalah perantau didesa ini sehingga tidak memiliki saudara dekat hanya tetangga kanan dan kiri yang masih menolongnya, mengirimkan makanan untuk keduanya tapi tak satupun dari mereka yang menawarkan tinggal bersama. Hati Retno galau, akan tinggal dimana setelah ini dan bagaimana ia harus membiayai kehidupanya bersama Aldy...? Usianya tujuh belas tahun, klas 2 SMA dan Aldy duduk di klas lima Sekolah Dasar.
“Apa yang harus kulakukan...?” Retno sibuk bertanya dan berdebat dengan ditinya sendiri.
Melihat Aldy yang tertidur dikursi panjang hatinya perih, dia tanggung jawabnya kini. Retno tak boleh sedih dihadapan Aldy. Retno mulai berkemas, dibukanya semua lemari jati yang ada dirumah, siapa tahu ada uang atau harta yang tertinggal dibawah tumpukan kertas atau baju namun tak ada apapun disana. Retno melihat cincin dijari manisnya, satu-satunya cincin ibu yang tertinggal dijari saat meninggal. Retno mengambilnya dan dipakainya, entah berapa gram beratnya. Bermata merah delima dan sangat bagus. Retno tak mau menjualnya tapi uang didompetnya hanya tinggal Rp.100.000,- dan sangat lecek. Retno terus mengawasi cincin dijari manisnya, Retno ingin menjualnya. Tapi bagaimana dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari..? Sudah seminggu ini bu Asih mengirimkan bantuan makan untuk dirinya dan Aldy, terus sampai kapan menerima bantuan...? Hatinya mulai berontak. Selesai berkemas Retno melaksanakan sholat dhuha, memohon pertolongan dari Allah agar diberikan jalan keluar dari kesulitan yang tengah dihadapinya.
.....
Keanu Hartono adalah Kredit Analis NSP Bank pusat yang ditugaskan ke daerah untuk menganalisa pinjaman kredit bapak Bintoro Aldy ayah Retno lima tahun lalu, ia tahu betul apa yang terjadi dengan keluarga tersebut termasuk menyaksikan bagaimana ekonomi keluarga tersebut pelan-pelan hancur. Keanu juga menjadi saksi gadis yang dulunya ceria itu pelan-pelan kehilangan senyumnya. Hatinya ikut perih ketika menyaksikan gadis itu tenggelam dalam kubangan duka dimakam kedua orang tuanya. Hari ini Keanu masuk dalam tim yang menyita asset Bintoro Aldy. Sekarang jabatannya adalah CEO di NSP Bank, tidak harus terlibat dengan pekerjaan di lapangan tapi hubungan baiknya dengan Bintoro Adly membuat rasa kemanusiaannya tersentuh. Keanu ingin melihat kedua anak Bintoro Adly yang telah yatim piatu. Ketika dia datang ada dua travel bag didepan pintu dan ketika mengetuk pintu wajah gadis itu muncul dengan kedua mata yang memerah, adiknya memegangi ujung bajunya.
“Sudah siap neng Retno...?” pak Bagas tim pengosongan rumah bertanya hati-hati sementara Keanu hanya diam memperhatikan kedua kakak-adik dengan prihatin. Sibuk berpikir suatu hal yang harus dilakukan, bagaimanapun hubungan bisnis dengan Bintoro Adly sangat baik. Tapi bukankah bisnis is bisnis...?
“Mau tinggal dimana...?” lanjut pak Bagas melirik travel bag yang mulai ditarik gadis itu.
“Tidak tahu...” kepala gadis itu menggeleng.
Mendengar jawaban itu jantung Keanu seperti akan lepas dari tempatnya, bagaimana mungkin ia sanggup membiarkan dua manusia itu tersingkir tanpa tempat tinggal karena eksekusi perusahaannya?
“Ada saudara dekat disini..?” tanya pak Toto.
“Tidak” gadis itu menggeleng lesu.
“Jadi...?” wajah pak Toto mulai berubah, teringat Miranda anak gadisnya yang seusia dengan Retno.
“Maaf pak, bolehkah saya bicara sebentar dengan Retno...?” Keanu mengajak Retno duduk dibangku teras sementara pak Bagas dan pak Toto melihat-lihat dalam rumah.
“Retno....maukah kau ikut denganku.?” Keanu menghembuskan nafas panjang, antara yakin dan tidak dengan ucapannya namun kata ajakan itu sudah meluncur dari bibirnya.
Retno menatap wajah didepannya, tak ada senyum disana kecuali sepasang mata yang menatapnya serius. Retno menimbang kesungguhan dalam tatapan itu, Retno hanya bertemu Keanu beberapa kali itupun tanpa komunikasi karena biasanya ia datang menemui ayah. Retno hanya tersenyum dan mengangguk jika bertemu sebagai tanda penghormatan pada tamu ayahnya. Sekarang laki-laki ini mengajaknya tinggal dirumahnya.
“Bersama Aldy...?” Retno menatap ragu-ragu.
“Tentu saja, dirumah ada nenek dan dua pembantu suami-istri.
“Aku mau...”kepala Retno mengangguk.
“Kita akan tinggal dimana Kak..?” laki-kaki kecil itu menatap memelas.
“Dirumah bapak ini..” jempol Retno menunjuk tepat dada Keanu.
“Bapak, saya belum menikah Retno...” ada senyum tipis dibibir Keanu tapi tatapan matanya seperti sarat beban.
“Terima kasih Kak” anak laki-laki kecil itu mengucap terima kasih.
“Sama-sama Aldy..” dielusnya kepala anak umur sepuluh tahun itu.
“Bagaimana pak Ken, apakah bisa dilanjut progress-nya..?” pak Bagas memberi kode.
“Siap pak.”
“Bagaimana dengan kakak beradik ini?” pak Bagas menatap Retno dan Aldy bergantian, baru kali ini ia merasa bingung harus meng-eksekusi rumah nasabah.
“Mereka akan tinggal dirumah saya pak untuk sementara...” wajah Keanu seperti banyak beban namun diam-diam pak Bagas bersyukur Retno dan Aldy ada yang menampung, tadinya ia akan mengusahakan keduanya tinggal di panti asuhan terdekat.
“Baiklah, ayo ikut ke mobil kami “ pak Bagas mengajak Retno dan Aldy menaiki mobil dinas.
.....
Keanu memperhatikan gadis itu dari lantai dua kamarnya, Retno selalu duduk diteras itu menatap kolam ikan koi sebelum tidur. Gadis itu jarang tersenyum, kadang saat berpapasan dilihatnya sepasang bola matanya merah. Mungkin masih mengingat kedua orang tuanya. Keanu menghela nafas berat, rasanya ingin turun dari kamarnya lalu mengatakan “jangan kawatirkan apapun, aku disini menjagamu” namun pikiran itu hanya melompat-lompat diotaknya sementara tubuhnya diam membeku. Retno masih terlalu muda bahkan ia harus menyelesaikan sisa masa SMA nya setahun lagi. Namun ketika pukul 22.00 WIB Retno masih diteras Keanu akhirnya turun ke lantai satu.
“Kenapa belum tidur, ini sudah malam. Bukankah besok hari pertamamu masuk sekolah...?” tatap Keanu serba salah, hatinya trenyuh menatap gadis yatim piatu ini. Saat daddy meninggal ia masih bisa merasakan kesedihannya.
“Maaf Kak, aku akan tidur” Retno reflek berdiri dan segera pergi dari situ namun Keanu menyambar lengannya.
“Maaf...” Keanu segera melepas lengan Retno.
“Tidak apa-apa Kak...” Retno rikuh.
“Bolehkah kutahu, apa yang sedang kau
pikirkan..?” Keanu menatap gelisah, ia takut Retno tidak kerasan tinggal di rumahnya.
“Sekolah...” Retno menunduk.
“Ada masalah dengan sekolah...?” Keanu mengerutkan keningnya.
“Sekolah aku dan Aldy akan membutuhkan biaya banyak, aku ingin bekerja agar tidak terlalu membebani keuangan Kakak...” Retno menunduk, tatapan Keanu seperti magnet yang siap melenyapkannya dalam sesaat.
“SMA saja belum lulus, kamu mau kerja apa Retno...? Lagi pula aku suka membantu kalian dan itu tidak merepotkan...” bujuk Keanu dengan seulas senyum tipis, tak terbayangkan Retno berpikiran seperti itu.
“Tapi aku gak enak Kakak, aku dan Aldy merasa menumpang dirumah ini tanpa mengerjakan apapun..” Retno berkeras.
“Baiklah, kau ajak jalan-jalan Nenek hibur dia supaya senang anggap saja kau sudah bekerja untukku...” Keanu memberikan penawaran.
“Ide yang bagus, terima kasih Kakak..” Retno langsung kabur dari hadapan Keanu tanpa permisi lagi
Keanu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menggerutu “Dasar bocah...” lalu ia kembali naik lantai dua menuju kamarnya. Laptop-nya masih menyala Keanu meneruskan pekerjaannya, sejak kehadiran Retno dan Aldy dirumahnya kerja tambah semangat dan rumah tak lagi sepi. Celoteh Aldy ada saja, kadang bertanya ini dan itu yang membuatnya sering kewalahan menjawab. Nenek yang biasanya malas bangun juga ikut berubah, pagi-pagi bangun dan mengajaknya jalan pagi dengan kursi rodanya. Suasana rumah berubah penuh warna, alhamdulillah.
.....
Hari pertama masuk sekolah Keanu mengantar Retno dan Aldy, setelah mengantar Aldy langsung kesekolah Retno. Melihat gerbang besar sekolah bola mata Retno membulat sempurna. Sekolahnya bagus banget pasti mahal bayarannya, reflek Retno melihat Keanu.
“Ada apa...?” Keanu menatapnya.
“Tidak...” bibir Retno kelu ditatap seperti itu, dengan kemeja biru tua dan celana hitam Kakak terlihat seperti pangeran. Bajunya selalu rapi dan serasi, posturnya gagah dengan sepasang mata coklat dengan tatapan tegas. Laki-kaki dewasa yang sangat melindungi untuk pertama kalinya hati Retno berdesir.
Ketika turun di parkiran sampai menuju ruang kepala sekolah Retno melihat tatapan mata murid perempuan tak berkedip menatap laki-laki disampingnya. Kakak memang seperti pangeran impian para gadis, tampan dan melindungi. Setelah memasuki ruang kepala sekolah dan menitipkan Retno, Keanu pamit.
“Retno, kau harus baik-baik disekolah ini.
Belajar yang benar dan ikuti pergaulan yang benar. Pandai-pandailah memilih teman karena siapapun temanmu menentukan siapa dirimu. Jika aku tak bisa menjemputmu maka Pak Sucipto sopir kita yang akan menjemputmu dan Aldy...” Keanu menatapnya teduh, tatapan seorang Kakak yang bijaksana.
“Terima kasih Kak Ken..” Retno menatap sekilas lalu menunduk, sorot mata Keanu selalu membuatnya seperti magnet yang mampu meneggelamkan dirinya.
“Baiklah aku pergi dulu, kalau ada apa-apa kau bisa menelfonku...” Keanu menepuk bahunya, memberi kekuatan.
“Kak....” Retno mengejar dan memanggil Keanu ketika laki-laki itu berbalik dan keluar pintu, hatinya gundah tiada terkira. Ditatapnya gedung sekolahan berlantai tiga yang tampak kokoh dan megah, bangunan itu seakan siap menenggelamkan dirinya kapanpun!
“Ada apa...?” Keanu berbalik dan menatapnya tapi Retno tak bicara apa-apa, kepalanya hanya menggeleng-geleng dengan air mata yang sudah menggenang disudut matanya.
“Jangan kawatir, sekolah ini aman untukmu. Kakak dan adik Kakak dulu juga sekolah disini, lagi pula kau pegang ponsel yang bisa menghubungiku saat kau membutuhkanku meski ponsel tak boleh dinyalakan saat jam pelajaran sekolah...” Keanu mengenal nafas panjang.
“Terima kasih Kak, hati-hati dijalan..” Retno mengulas senyum tipis, mengusir paksa semua gundah di hatinya.
“Terima kasih Retno.”
Seorang guru wanita menghampiri dan membawa Retno ke kelasnya, Keanu menunggu dan menatap kepergian gadis itu hingga hilang ditelan bangunan. Ada perasaan kawatir dihati Keanu, Retno sepertinya belum siap dengan lingkungan baru. Keanu menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir gundah dihatinya. Diliriknya jam dipergelangan tangannya, 08.30 WIB telat masuk kerja. Ini kali pertama dirinya telat masuk kerja demi mengantar Aldy dan Retno, dua orang yang menjadi anggota keluarga barunya kini. Keanu tersenyum, ia merasa hari-harinya akan berubah setelah ini.
*******
Assalamualaikum
Vote & Comment agar ceria
terbangun sempurna
Kunjugi Anjani Putri fb
untuk cerita yang lain
Terima kasih atensinya.
Salam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Kiki Riski Daulay
awal yg bagus thor😊😊
2021-05-24
0
Anjani Putri
Terima kasih Nessa, dah jadi pembaca setiaku, semoga mendapatkan manfaat
2021-04-18
1
Nessa Ku
aku baca ulang novel ini dari awal.................
rindu Retno sama Keanu.........
2021-04-17
0