NovelToon NovelToon

Bintang Di Kegelapan Malam

Part-1 Bintang Jatuh

Retno punya semua yang diinginkan oleh gadis seusianya, kedua orang tua sempurna, harta dan kehormatan. Hidupnya sangat bahagia dan disiplin, ayah bilang disiplin membedakan manusia dengan binatang. Sejak kelas dua sekolah dasar saat bangun tidur Retno tidak boleh keluar dari kamarnya sebelum membereskan tempat tidurnya, kelas tiga ayah memeriksa kerapihan tempat tidurnya.

“Kerapihan tempat tidur akan mengubah duniamu dan menentukan siapa dirimu” pesan ayah selalu.

Tapi itu setahun yang lalu, hari ini Retno hanya bisa menangis mengenang semuanya. Ayah meninggal enam bulan lalu dan menyusul ibu seminggu yang lalu. Retno dan Aldi kini yatim piatu, hanya bisa menangis diatas pusara kedua orang tuanya bahkan tanah pekuburan ibu masih terlihat merah dengan bunga segar diatasnya. Retno dan Aldi hampir tiap hari mengunjungi makam ibu. Kedua orang tuanya meninggal dengan meninggalkan hutang bisnis yang sangat besar sehingga semua aset dan rumah tinggalnya tersita oleh bank penjamin. Rumah tinggalnya sudah di polis line namun Retno dan Aldi masih dikasih waktu seminggu untuk meninggalkan rumahnya. Ayah dan ibunya adalah perantau didesa ini sehingga tidak memiliki saudara dekat hanya tetangga kanan dan kiri yang masih menolongnya, mengirimkan makanan untuk keduanya tapi tak satupun dari mereka yang menawarkan tinggal bersama. Hati Retno galau, akan tinggal dimana setelah ini dan bagaimana ia harus membiayai kehidupanya bersama Aldy...? Usianya tujuh belas tahun, klas 2 SMA dan Aldy duduk di klas lima Sekolah Dasar.

“Apa yang harus kulakukan...?” Retno sibuk bertanya dan berdebat dengan ditinya sendiri.

Melihat Aldy yang tertidur dikursi panjang hatinya  perih, dia tanggung jawabnya kini. Retno tak boleh sedih dihadapan Aldy. Retno mulai berkemas, dibukanya semua lemari jati yang ada dirumah, siapa tahu ada uang atau harta yang tertinggal dibawah tumpukan kertas atau baju namun tak ada apapun disana. Retno melihat cincin dijari manisnya, satu-satunya cincin ibu yang tertinggal dijari saat meninggal. Retno mengambilnya dan dipakainya, entah berapa gram beratnya. Bermata merah delima dan sangat bagus. Retno tak mau menjualnya tapi uang didompetnya hanya tinggal Rp.100.000,- dan sangat lecek. Retno terus mengawasi cincin dijari manisnya, Retno ingin menjualnya. Tapi bagaimana dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari..? Sudah seminggu ini bu Asih mengirimkan bantuan makan untuk dirinya dan Aldy, terus sampai kapan menerima bantuan...? Hatinya mulai berontak. Selesai berkemas Retno melaksanakan sholat dhuha, memohon pertolongan dari Allah agar diberikan jalan keluar dari kesulitan yang tengah dihadapinya.

.....

Keanu Hartono adalah Kredit Analis NSP Bank pusat yang ditugaskan ke daerah untuk menganalisa pinjaman kredit bapak Bintoro Aldy ayah Retno lima tahun lalu, ia tahu betul apa yang terjadi dengan keluarga tersebut termasuk  menyaksikan bagaimana ekonomi keluarga tersebut pelan-pelan hancur. Keanu juga menjadi saksi gadis yang dulunya ceria itu pelan-pelan kehilangan senyumnya. Hatinya ikut perih ketika menyaksikan gadis itu tenggelam dalam kubangan duka dimakam kedua orang tuanya. Hari ini Keanu masuk dalam tim yang menyita asset Bintoro Aldy. Sekarang jabatannya adalah CEO di NSP Bank, tidak harus terlibat dengan pekerjaan di lapangan tapi hubungan baiknya dengan Bintoro Adly membuat rasa kemanusiaannya tersentuh. Keanu ingin melihat kedua anak Bintoro Adly yang telah yatim piatu. Ketika dia datang ada dua travel bag didepan pintu dan ketika mengetuk pintu wajah gadis itu muncul dengan kedua mata yang memerah, adiknya memegangi ujung bajunya.

“Sudah siap neng Retno...?” pak Bagas tim pengosongan rumah bertanya hati-hati sementara Keanu hanya diam memperhatikan kedua kakak-adik dengan prihatin. Sibuk berpikir suatu hal yang harus dilakukan, bagaimanapun hubungan bisnis dengan Bintoro Adly sangat baik. Tapi bukankah bisnis is bisnis...?

“Mau tinggal dimana...?” lanjut pak Bagas melirik travel bag yang mulai ditarik gadis itu.

“Tidak tahu...” kepala gadis itu menggeleng.

Mendengar jawaban itu jantung Keanu seperti akan lepas dari tempatnya, bagaimana mungkin ia sanggup membiarkan dua manusia itu tersingkir tanpa tempat tinggal karena eksekusi perusahaannya?

“Ada saudara dekat disini..?” tanya pak Toto.

“Tidak” gadis itu menggeleng lesu.

“Jadi...?” wajah pak Toto mulai berubah, teringat Miranda anak gadisnya yang seusia dengan Retno.

“Maaf pak, bolehkah saya bicara sebentar dengan Retno...?” Keanu mengajak Retno duduk dibangku teras sementara pak Bagas dan pak Toto melihat-lihat dalam rumah.

“Retno....maukah kau ikut denganku.?” Keanu menghembuskan nafas panjang, antara yakin dan tidak dengan ucapannya namun kata ajakan itu sudah meluncur dari bibirnya.

Retno menatap wajah didepannya, tak ada senyum disana kecuali sepasang mata yang menatapnya serius. Retno menimbang kesungguhan dalam tatapan itu, Retno hanya bertemu Keanu beberapa kali itupun tanpa komunikasi karena biasanya ia datang menemui ayah. Retno hanya tersenyum dan mengangguk jika bertemu sebagai tanda penghormatan pada tamu ayahnya. Sekarang laki-laki ini mengajaknya tinggal dirumahnya.

“Bersama Aldy...?” Retno menatap ragu-ragu.

“Tentu saja, dirumah ada nenek dan dua pembantu suami-istri.

“Aku mau...”kepala Retno mengangguk.

“Kita akan tinggal dimana Kak..?” laki-kaki kecil itu menatap memelas.

“Dirumah bapak ini..” jempol Retno menunjuk tepat dada Keanu.

“Bapak, saya belum menikah Retno...” ada senyum tipis dibibir Keanu tapi tatapan matanya seperti sarat beban.

“Terima kasih Kak” anak laki-laki kecil itu mengucap terima kasih.

“Sama-sama Aldy..” dielusnya kepala anak umur sepuluh tahun itu.

“Bagaimana pak Ken, apakah bisa dilanjut progress-nya..?” pak Bagas memberi kode.

“Siap pak.”

“Bagaimana dengan kakak  beradik  ini?” pak Bagas menatap Retno dan Aldy bergantian, baru kali ini ia merasa bingung harus meng-eksekusi rumah nasabah.

“Mereka akan tinggal dirumah saya pak untuk sementara...” wajah Keanu seperti banyak beban namun diam-diam pak Bagas bersyukur Retno dan Aldy ada yang menampung, tadinya ia akan mengusahakan keduanya tinggal di panti asuhan terdekat.

“Baiklah, ayo ikut ke mobil kami “ pak Bagas mengajak Retno dan Aldy menaiki mobil dinas.

.....

Keanu memperhatikan gadis itu dari lantai dua kamarnya, Retno selalu duduk diteras itu menatap kolam ikan koi sebelum tidur. Gadis itu jarang tersenyum, kadang saat berpapasan dilihatnya sepasang bola matanya merah. Mungkin masih mengingat kedua orang tuanya. Keanu menghela nafas berat, rasanya ingin turun dari kamarnya lalu mengatakan “jangan kawatirkan apapun, aku disini menjagamu” namun pikiran itu hanya melompat-lompat diotaknya sementara tubuhnya diam membeku. Retno masih terlalu muda bahkan ia harus menyelesaikan sisa masa SMA nya setahun lagi. Namun ketika pukul 22.00 WIB Retno masih diteras Keanu akhirnya turun ke lantai satu.

“Kenapa belum tidur, ini sudah malam. Bukankah besok hari pertamamu masuk sekolah...?” tatap Keanu serba salah, hatinya trenyuh menatap gadis yatim piatu ini. Saat daddy meninggal ia masih bisa merasakan kesedihannya.

“Maaf Kak, aku akan tidur” Retno reflek berdiri dan segera pergi dari situ namun Keanu menyambar lengannya.

“Maaf...” Keanu segera melepas lengan Retno.

“Tidak apa-apa Kak...” Retno rikuh.

“Bolehkah kutahu, apa yang sedang kau

pikirkan..?” Keanu menatap gelisah, ia takut Retno tidak kerasan tinggal di rumahnya.

“Sekolah...” Retno menunduk.

“Ada masalah dengan sekolah...?” Keanu mengerutkan keningnya.

“Sekolah aku dan Aldy akan membutuhkan biaya banyak, aku ingin bekerja agar tidak terlalu membebani keuangan Kakak...” Retno menunduk, tatapan Keanu seperti magnet yang siap melenyapkannya dalam sesaat.

“SMA saja belum lulus, kamu mau kerja apa Retno...? Lagi pula aku suka membantu kalian dan itu tidak merepotkan...” bujuk Keanu dengan seulas senyum tipis, tak terbayangkan Retno berpikiran seperti itu.

“Tapi aku gak enak Kakak, aku dan Aldy merasa menumpang dirumah ini tanpa mengerjakan apapun..” Retno berkeras.

“Baiklah, kau ajak jalan-jalan Nenek hibur dia supaya senang anggap saja kau sudah bekerja untukku...” Keanu memberikan penawaran.

“Ide yang bagus, terima kasih Kakak..” Retno langsung kabur dari hadapan Keanu tanpa permisi lagi

Keanu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menggerutu “Dasar bocah...” lalu ia kembali naik lantai dua menuju kamarnya. Laptop-nya masih menyala Keanu meneruskan pekerjaannya, sejak kehadiran Retno dan Aldy dirumahnya kerja tambah semangat dan rumah tak lagi sepi. Celoteh Aldy ada saja, kadang bertanya ini dan itu yang membuatnya sering kewalahan menjawab. Nenek yang biasanya malas bangun juga ikut berubah, pagi-pagi bangun dan mengajaknya jalan pagi dengan kursi rodanya. Suasana rumah berubah penuh warna, alhamdulillah.

.....

Hari pertama masuk sekolah Keanu mengantar Retno dan Aldy, setelah mengantar Aldy langsung kesekolah Retno. Melihat gerbang besar sekolah bola mata Retno membulat sempurna. Sekolahnya bagus banget pasti mahal bayarannya, reflek Retno melihat Keanu.

“Ada apa...?” Keanu menatapnya.

“Tidak...” bibir Retno kelu ditatap seperti itu, dengan kemeja biru tua dan celana hitam Kakak terlihat seperti pangeran. Bajunya selalu rapi dan serasi, posturnya gagah dengan sepasang mata coklat dengan tatapan tegas. Laki-kaki dewasa yang sangat melindungi untuk pertama kalinya hati Retno berdesir.

Ketika turun di parkiran sampai menuju ruang kepala sekolah Retno melihat tatapan mata murid perempuan tak berkedip menatap laki-laki disampingnya. Kakak memang seperti pangeran impian para gadis, tampan dan melindungi. Setelah memasuki ruang kepala sekolah dan menitipkan Retno, Keanu pamit.

“Retno, kau harus baik-baik disekolah ini.

Belajar yang benar dan ikuti pergaulan yang benar. Pandai-pandailah memilih teman karena siapapun temanmu menentukan siapa dirimu. Jika aku tak bisa menjemputmu maka Pak Sucipto sopir kita yang akan menjemputmu dan Aldy...” Keanu menatapnya teduh, tatapan seorang Kakak yang bijaksana.

“Terima kasih Kak Ken..” Retno menatap sekilas lalu menunduk, sorot mata Keanu selalu membuatnya seperti magnet yang mampu meneggelamkan dirinya.

“Baiklah aku pergi dulu, kalau ada apa-apa kau bisa menelfonku...” Keanu menepuk bahunya, memberi kekuatan.

“Kak....” Retno mengejar dan memanggil Keanu ketika laki-laki itu berbalik dan keluar pintu, hatinya gundah tiada terkira. Ditatapnya gedung sekolahan berlantai tiga yang tampak kokoh dan megah, bangunan itu seakan siap menenggelamkan dirinya kapanpun!

“Ada apa...?” Keanu berbalik dan menatapnya tapi Retno tak bicara apa-apa, kepalanya hanya menggeleng-geleng dengan air mata yang sudah menggenang disudut matanya.

“Jangan kawatir, sekolah ini aman untukmu. Kakak dan adik Kakak dulu juga sekolah disini, lagi pula kau pegang ponsel yang bisa menghubungiku saat kau membutuhkanku meski ponsel tak boleh dinyalakan saat jam pelajaran sekolah...” Keanu mengenal nafas panjang.

“Terima kasih Kak, hati-hati dijalan..” Retno mengulas senyum tipis, mengusir paksa semua gundah di hatinya.

“Terima kasih Retno.”

Seorang guru wanita menghampiri dan membawa Retno ke kelasnya, Keanu menunggu dan menatap kepergian gadis itu hingga hilang ditelan bangunan. Ada perasaan kawatir dihati Keanu, Retno sepertinya belum siap dengan lingkungan baru. Keanu menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir gundah dihatinya. Diliriknya jam dipergelangan tangannya, 08.30 WIB telat masuk kerja. Ini kali pertama dirinya telat masuk kerja demi mengantar Aldy dan Retno, dua orang yang menjadi anggota keluarga barunya kini. Keanu tersenyum, ia merasa hari-harinya akan berubah setelah ini.

*******

Assalamualaikum

Vote & Comment agar ceria

terbangun sempurna

Kunjugi Anjani Putri fb

untuk cerita yang lain

Terima kasih atensinya.

Salam

Part-2 Bayangan Diri

Retno melihat kebelakang, Keanu sudah tak terlihat lagi, Retno merasa sendiri. Tak ada satupun orang yang dikenalnya disekolah ini, langkahnya seperti tertatih mengikuti langkah guru yang mengantarnya. Hatinya tersedu, takut dan sedih bergumul menjadi satu. Sepi dan tenggelam dalam pikirannya yang mengembara tanpa ujung. Membayangkan hal-hal yang belum tentu terjadi tapi serasa berada dipelupuk mata yang sebentar lagi akan dihadapinya. Ruangan kelas yang penuh murid, perkenalan dan menjawab beberapa pertanyaan dari mereka. Retno teringat Ayahnya, mengingat saat pertama kali diantar sekolah oleh ayahnya saat masuk SMP. Ayah mengantar sampai depan kelas tapi Retno tetap gugup dan ayah kembali lagi ketika dilihatnya Retno belum masuk kedalam kelas.

"Retno, kamu pernah melihat bayangan?"

"Ya Ayah" Retno menunduk tak berani menatap Ayah.

"Apa yang kau lihat dalam bayangan itu?"

"Bayangan selalu lebih besar dari aslinya Ayah."

"Jangan takut menghadapi hal baru jika kau berada di jalan yang seharusnya. Kau anak yang pintar tapi kau harus tahu satu hal, bahwa kehidupan ini diubah menjadi lebih baik oleh orang-orang yang berani..." ayah mengelus rambutnya waktu itu, saat itu keberaniannya bangkit.

"Lihat ayah, kau harus memiliki keberanian untuk memperjuangkan masa depanmu nak" ayah menatap tersenyum.

"Baik ayah" Retno menarik nafas panjang, mengumpulkan sisa keberanian yang dimilikinya dan masuk ke kelas barunya dengan semangat.

Terima kasih ayah, sekalipun sudah tiada nasehat ayah selalu mengiringi langkah Retno. Semangat Retno kembali bangkit, membuatnya tegak berjalan dan memiliki kepercayaan diri untuk menatap hari depannya. Tuhan begitu baik telah mempertemukan dirinya dengan Keanu, bukan teman atau saudara tapi Keanu mengulurkan tangannya pada saat Retno dan Aldy sangat membutuhkan pertolongan. Retno sungguh menaruh penghargaan yang sangat tinggi pada pemuda itu, meski jarang bicara tapi terlihat dari sorot matanya jika ia orang baik. Pandangannya teduh dan melindungi, laki-laki pertama yang membuat hatinya berdesir saat menatapnya. Retno menghembuskan nafas panjang, mengusir semua energi negatif dalam pikirannya. "Bismillahirohmanirohim, ya Allah beri hamba kekuatan memulai hari pertama disekolah ini."

Daun pintu sudah diketuk dan seorang guru yang lain mempersilahkan keduanya masuk. Retno meredam degup jantungnya ketika seisi kelas menatap kearahnya. "Aku tidak boleh grogi, aku tidak mau menyia-nyiakan perjuangan Kakak yang sudah memberikan sekolah terbaik untukku. Semangat Retno, semangaaat!" Retno sibuk mensugesti dirinya sendiri.

"Assalamualaikum ibu Isti, ada murid baru di kelas Anda" bu Yossi tersenyum dan memberi salam kepada seisi kelas.

"Waalaikumssalam" jawab seisi kelas, menjawab salam adalah peraturan pertama di sekolah Islam Al-Azhar21.

"Terima kasih ibu Yossi sudah mengantarkan kesini" bu Isti mengangguk, memberikan penghormatàn pada bu Yossi.

"Baiklah saya permisi dulu."

"Terima kasih ibu" Retno mengangguk pada ibu Yossi.

"Ya, semoga kamu kerasan di sekolah ini nak. Selanat bergabung" bu Yossi tersenyum sambil menepuk bahunya hangat.

Ibu Yossi meninggalkan kelas Retno, bu Isti mempersilahkan Retno memperkenalkan diri. Berdiri didepan kelas dengan tatapan mata seisi kelas.

"Assalamualaikum semuanya, nama saya Retno Ayu Pratiwi. Semoga kalian semua bisa menerimaku sebagai teman baru" Retno tersenyum.

"Waalaikumssalam. Retno, kamu pasti orang Jawa ya" seorang gadis bermata bulat bertanya dengan disambut huuuu oleh yang lainnya.

"La iyalah...namanya juga Retno Ayu kalau belakangnya Nasution berarti dari Medan..." tawa mereka kembali memenuhi kelas.

"Retno, perkenalkan namaku Robby" seorang cowok mengangkat tangannya.

"Aku Tommy..."

"Aku..."

"Cukup anak-anak, jaga sikap. Semoga kalian bisa menerima Retno dan membantunya beradaptasi dengan lingkungan sekolah ini. Ingat satu hal, disekolah ini tidak kenal kata buly jika kalian ada yang melakukannya terhadap teman atau siapapun akan mendapatkan skorsing hingga dikeluarkan dari sekolah ini" tegas bu Isti.

"Saya siap membantu Bu, khususnya beradaptasi dengan saya" Rio mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi yang diikuti huuuu sebagian temannya.

"Rio kembali duduk ditempatmu" perintah bu Isti.

"Baik Bu" Rio menggaruk kepalanya yang disambut tawa cekikikan teman lainnya.

"Sok pede lo" Zaki mengoloknya.

"Yalah dari pada minder" Rio membela diri.

Retno duduk dibangku nomor dua dari depan, pas ditengah bersebelahan dengan seorang gadis bernama Shely, terlihat ramah dan baik. Retno bersyukur apa yang dibayangkannya sebelum masuk kelas ini tak terjadi. Ayah benar, bayangan selalu lebih besar dari aslinya. Retno mengeluarkan peralatan tulisnya, pelajaran pertamanya hari ini adalah fisika tentang gelombang. Bu Isti mulai menerangkan di papan tulis. Sekolah ini menerapkan pola belajar interaktiv, teknik pembelajaran yang membuat siswa tidak hanya mendengar tapi ikut berpartisipasi dalam sistem pengajaran. Menstimulus otak siswa untuk kreativ dan menemukan jawaban dari apa yang tengah diajarkan.

Gelombang adalah getaran yang merambat. Gejala gelombang bisa diamati dengan mudah, contohnya gelombang air laut akibat hembusan angin. Selama merambat, gelombang akan memindahkan energi tertentu dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun demikian, medium perambatan gelombang tidak ikut pindah.

"Bagaimana cara kita mengetahui bahwa bunyi yang kita dengar itu benar-benar sebuah gelombang? Angkat tangannya yang bisa jawab" bu Isti melempar pertanyaan.

" Ketika bermain piano, saat menekan sebuah nada di tuts-tuts piano kita dekatkan dengan sebuah garpu tala di dekat piano tersebut maka garpu tala tersebut akan bergetar" jawab Rio.

"Terima kasih jawabannya Rio. Mengapa garpu tala itu bergetar? Angkat tangan yang bisa menjawab."

"Karena gelombang adalah sebuah getaran yang merambat, sehingga bunyi yang terdengar itu merambat ke dalam medium berupa garpu tala."

"Terima kasih jawabannya Tommy. Dengan memanfaatkan karakteristik dari gelombang, teknologi apa saja yang bisa tercipta?" bu Isti kembali melempar pertanyaan.

"Ultrasonografi (alat untuk melihat bayi dalam kandungan), SONAR (alat untuk mendeteksi keberadaan sesuatu yang bergerak), dan fathometer (alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman laut)" jawab Retno.

"Terima kasih Retno, jawabanmu sangat lengkap. Robby dan Seno tolong keluarkan garpu tala dalam lemari alat, Shely dan Wika ambil pemukulnya. Kalian berempat kedepan, berdiri berhadapan dan berjarak" perintah bu Isti.

"Wika pukul garpu tala A yang dipegang Seno, Shely perhatikan apa yang terjadi dengan garpu tala B yang dipegang oleh Robby...?"

"Garpu tala B turut bergetar saat garpu tala A dipukul" jawab Shelly.

"Wika kenapa garpu tala A dan B saling menggetarkan...?" tanya bu Isti menyambung jawaban Shelly.

"Garpu tala A dan B saling menggetarkan karena keduanya mengalami resonansi (energi yang saling mengikat), sehingga memiliki frekuensi yang sama."

"Jawaban bagus. Kalian tahu,

ternyata tidak hanya garpu tala yang bergetar namun seluruh isi alam semesta ini akan saling menggetarkan bila memiliki frekuensi yang sama. Jika kalian berpikir positif maka pikiran positif orang-orang disekitarmu akan beresonansi dengan pikiranmu. Begitupun sebaliknya, pikiran negatif akan menggerakkan energi negatif pula disekitarmu. Baiklah kalian berempat kembali ketempat duduk setelah membereskan peralatan di lemari. Sekian pelajaran Fisika hari ini, wassalamualaikum" bu Isti menutup mata pelajarannya.

"Waalaikumssalam..." jawab mereka serempak.

Bel istirahat berdentang tiga kali, para murid berhamburan keluar kelas. Retno memasang senyum manisnya ketika beberapa teman perempuan dan lelaki mengerubunginya. Bertanya ini dan itu, Retno berusaha menjawab tanpa kehilangan senyumnya. Ia mengubur semua kesedihan dan ketakutannya, mereka harus melihatku memiliki kehidupan normal sama seperti mereka. Hari baru, teman baru ternyata menyenangkan. Seperti kata bu Isti, pikiran positif akan membuat resonansi dengan energi positif diseluruh alam.

Seluruh alam semesta ini tunduk patuh sesuai garis orbitnya kecuali manusia, satu-satunya mahluk dimuka bumi ini yang memiliki pikiran. Dengan pikiran manusia menentukan pilihannya sendiri berdasarkan pengetahuan, agama dan latar belakang kehidupannya termasuk untuk taat atau melanggar. Namun manusia harus memiliki kesadaran bahwa di setiap pilihan itu terdapat konsekwensi yang harus di pertanggungjawabkan terhadap hidupnya baik terhadap masa lalu, masa kini dan masa depannya.

......

Pukul 22.00 WIB, Retno menutup buku pelajarannya. Dilihatnya Aldy tertidur dengan posisi leher tertekuk dibawah bantal, Retno membetulkan tidur adiknya, menyelimuti lalu mendoakan agar Aldy, dirinya dan seluruh keluarga ini dalam perlindungan Allah. Melihat Aldy terlelap setetes air mata bergulir dipipinya, wajahnya yang polos tanpa dosa seperti malaikat yang sedang tertidur. Dielusnya kepala adik semata wayangnya itu. Diusia yang sepuluh tahun harusnya Aldy masih mendapatkan pelukan dan kasih sayang kedua orang tuanya namun takdir menentukan lain. Saat tertentu tanpa sadar Retno kadang memprotes Allah....

"Kenapa Allah mengambil kedua orang tua saat dirinya dan Aldy belum mampu berdiri kokoh. Kenapa Allah tak membiarkannya seperti anak-anak lain, memiliki keluarga yang lengkap dan hidup normal...?"

Ternyata memiliki kedua orang tua adalah anugrah yang sangat besar, meski Keanu sangat memperhatikan dirinya dan Aldy tapi kehidupannya tak lagi sama. Retno masih butuh kedua orang tuanya untuk bersandar, Keanu memang baik tapi jarang bertemu walau tinggal satu atap. Laki-laki itu tenggelam dalam dunia kerjanya, Retno tak berani mengganggu. Kini Keanu adalah harapan dimasa depannya, minimal Retno bisa lulus SMA setelah itu bisa bekerja untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan Aldy. Tidak baik terus tergantung dengan orang lain.

Setelah mengganti lampu tidur Retno menutup pintu kamar Aldy lalu berjalan menuju kamarnya sendiri. Kamar lantai dua masih gelap berarti Keanu belum pulang kerja. Keanu mengantarkan sekolah Retno dan Aldy hanya dihari pertama, selanjutnya Pak Sucipto yang melakukannya tiap hari. Kadang Retno tak mengerti, kenapa bekerja bisa menyita seluruh waktu seseorang. Dipegangnya ponsel yang tergeletak dimeja kamarnya, selayaknya orang yang tinggal satu rumah kadang Retno ingin tahu apa yang dilakukan Keanu malam-malam begini belum berada dirumah namun Retno kembali meletakkan ponsel diatas meja. Meski Keanu menyuruhnya menelpon kapanpun jika membutuhkan tapi Retno selalu ragu untuk melakukannya. Keanu tak pernah menelponnya, mungkin sibuk atau memang tidak ingat. Kadang Retno membutuhkan teman bicara, ingin menunggu Keanu sampai pulang kerja tak perduli hingga jam berapapun. "Tapi siapakah dirinya...?" Retno hanya orang yang menumpang dirumah ini, Keanu sudah menolongnya itu sudah cukup, tak perlu mengharap yang lebih. Retno harus sadar dan menjaga perilakunya sebagai gadis yang tahu diri!

Retno mengambil air wudhu, berdoa dan merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk. Kamar yang bagus bahkan lebih bagus dari kamarnya dulu, sejak tinggal dirumah ini Retno melarang bu Sucipto membersihkan kamarnya dan Aldy. Retno membereskan kamarnya sendiri begitupun Aldy, Retno mengajari Aldy untuk merapikan tempat tidur dan mainan agar kamarnya tetap rapi saat ditinggalkan. Semua yang bisa dikerjakan sendiri tidak perlu orang lain mengerjakan, agar fungsi seluruh tubuh ini bekerja dengan semestinya. Kata ibu, fungsi uang adalah untuk membayar yang tidak bisa dilakukan oleh diri sendiri. Semakin banyak yang tidak bisa dilakukan untuk diri sendiri maka semakin banyak uang dikeluarkan untuk membayar orang lain.

Terdengar suara mobil memasuki garasi, setelah itu terdengar Pak Bambang satpam rumah yang berbincang dengan Keanu. Retno melirik jam dinding didepannya, pukul 22.30 WIB Retno segera mengganti lampu kamarnya dengan lampu tidur, takut Keanu mengetahui dirinya belum tidur. Suara detak sepatu Keanu terdengar nyaring dan berhenti didepan kamarnya, Retno menahan nafasnya. Ingin rasanya Retno membuka pintu kamar lalu menghambur dalam pelukan laki-laki yang sudah menolong dirinya dan Aldy. Lalu berbincang berbagai macam hal, tentang teman-temannya disekolah yang baik dan lucu, guru-guru yang baik, Retno juga ingin mengucapkan terima kasih karena Keanu sudah memilihkan sekolah yang baik untuk dirinya dan Aldy. Namun pikiran itu hanya tersimpan di memorinya, Retno hanya diam hingga suara detak sepatu Keanu meninggalkan kamarnya dan menuju lantai dua.

"Tak ada yang bisa kulakukan, kamu harus tahu diri Retno. Hidupmu sudah baik, sisanya usahakan sendiri. Mengeluh hanya membuatmu lemah. Semua sudah terjadi, buatlah hari depanmu selalu lebih baik dari hari ini!" Retno sibuk bicara dengan dirinya sendiri.

Retno memejamkan matanya namun pikirannya tetap mengembara, rasanya ingin ketaman, melihat barisan ikan koi cantik yang berwarna-warni di kolam akan menyegarkan pikirannya tapi Retno takut ditegur lagi oleh Keanu karena sudah malam belum tidur.

Retno membuka gorden jendela, dilihatnya bintang dilangit malam. Tampak kecil namun berkelip dalam gelap, cahaya selalu lebih terang dalam kegelapan sekalipun hanya satu titik. Ada lima bintang yang besarnya melebihi matahari di jagat raya ini. Pistol Star yang pertama kali ditemukan tahun 1991 lewat teleskop Hubble. Mu Cephei terletak di konstelasi Cepheus, berwarna merah darah dengan ukuran yang besar sekali. VY Canis Majoris, melihat penampakan VY Canis Majoris akan membuat kita terkagum-kagum dan mulai menanyakan akan batasan dari ukuran yang bisa dihitung oleh manusia. R136a1, pada tahun 2010 lalu sekelompok astronom asal Inggris berhasil menemukan sebuah bintang besar di Tarantula Nebula sejauh 165 ribu tahun cahaya dari Bumi. Begitu besarnya alam semesta ini dan begitu terbatasnya pengetahuan manusia. Retno menguap dua kali, menutup gorden jendela dan meletakkan kepalanya pada bantal yang empuk. Dan setelah ini, tak ada seorangpun tahu bahwa dirinya akan kembali terbangun dipagi hari!

.....

Assalamualaikum

Vote & Comment agar ceria

terbangun sempurna

Kunjungi Anjani Putri fb untuk bergabung

Terima kasih atensinya

Salam

Part-3 Bahagia itu Sederhana

Retno sedang menyuapi Nenek ketika Keanu datang. Nenek menatap tersenyum pada cucu laki-lakinya. Biasanya ia jarang melihat Keanu pulang kerja sesore ini, saat dirinya terbangun pemuda itu sudah pergi kerja, saat ia tidur Keanu baru pulang kerja. Entah apa yang dikerjakannya, terlihat sibuk dan jarang libur. Kadang Nenek rindu masa lalu saat seluruh keluarga berkumpul, rasanya rumah ini menjadi hidup. Sejak Hartono meninggal dan Marsya pulang ke Amerika dengan membawa Andre dan Raisa adik Keanu rumah ini jadi sepi. Karena sering berpikir keras dan kesepian akhirnya Nenek kena serangan stroke kedua. Sejak kematian Raisa adiknya, Keanu memilih tenggelam dalam pekerjaannya kalaupun mengunjungi seringnya Nenek sudah tidur. Pak Sucipto dan istrinya yang merawat dan memperhatikannya namun sejak ada Retno dan Aldy rumah ini kembali hidup. Banyak pertanyaan dikepala Nenek tentang siapa Retno dan Aldy, mungkin suatu saat Keanu akan menjelaskan kehadiran kakak-beradik ini datang kerumah ini.

“Hai Nenek cantik” Keanu mencium keningnya, perempuan tua itu tersenyum bahagia. Setelah mendapat serangan stroke yang kedua Nenek kesulitan bicara bahkan harus duduk diatas kursi roda jika ingin jalan-jalan.

“Terima kasih Retno sudah menjaga Nenek” ditatapnya gadis itu sekilas, pipinya tampak tirus dengan senyum yang dipaksakan.

“Nenek menyenangkan Kakak” sambut Retno tersenyum.

“Nenek banyak perubahan setelah kedatangan kalian” Keanu menatap terima kasih.

“Kakak, apakah sudah makan?” tanya Retno hari-hari, jauh dalam lubuk hatinya ia ingin melayani pemuda ini sebagai balas budi karena sudah menolongnya.

“Sudah tapi kalau segelas kopi bolehlah, aku mandi dulu ya...” pamit Keanu.

“Kakak....” Aldy memeluknya erat, keduanya begitu saja akrab.

“Aldy, kok baunya seperti belum mandi?” canda Keanu.

“Habis mandi main sepedah lagi tapi gak papa Aldy mau mandi lagi sekarang...” Aldy nyengir kuda.

“Gak usah, sudah malam. Nanti lagi kalau habis mandi jangan main sepedah lagi ya” Keanu mengacak rambut anak umur sepuluh tahun itu.

“Tapi Kakak mandinya malam-malam terus...” bola mata bening itu menatap polos.

“Adly.. ..” Retno menegur adiknya.

“Kakak kerja karena pulangnya malam jadi mandinya juga malam, kalau pulang sore mandinya juga sore Aldy ganteng” Keanu memegang pipi Aldy gemas.

“Baiklah, dah....Nenek” Keanu mencium kening Nenek.

Setelah membantu Nenek, Retno pergi kedapur untuk membuat kopi untuk Keanu. Kopi hitam dengan sedikit gula, sebelum di dibawa kelantai dua Retno mencicipi dulu dengan sendok kecil.

Bau wangi kopi membuat Keanu keluar dari kamarnya, dia berdiri sambil menghirup wangi kopi sementara Retno tertegun menyaksikan postur tinggi menjulang dengan celana pendek dan  t-shirt putih. Rambutnya masih basah, terlihat segar dan wangi.

“Retno, kopinya wangi pasti rasanya enak. Kamu pintar meramu kopi ya..?” Keanu menatap gadis yang tertegun menatapnya.

“Retno, kenapa melihatku seperti itu?” Keanu menggerakkan telapak tangannya didepan muka gadis itu.

“Nggak Kakak, maafkan...” Retno tergagap.

“Duduk Retno, temani Kakak minum kopi sambil ngobrol ya.”

“Ya Kakak” Retno duduk sambil memegangi nampan, Keanu banyak bicara malam ini. Wajahnya yang biasa dingin dan menyimpan banyak beban tak terlihat, entah angin apa yang merubahnya tapi Retno senang setidaknya ia punya teman bicara.

“Taruh nampan itu diatas meja.” Keanu menatap tersenyum melihat Retno grogi.

“Retno, kamu sudah berapa bulan disini?”

“Tiga bulan Kak.”

“Bagaimana tinggal disini, apakah ada kendala?”

“Senang Kak, semua disini baik. Nenek, bik Sumi dan Pak Cipto sudah seperti orang tua Retno sendiri.

“Kok namaku gak disebut, berarti bukan termasuk yang baik dong” Keanu memancing reaksi gadis itu, melihat Retno grogi dengan pipi merona  membuat Keanu geli.

“Eh....emh...Kakak yang paling baik diantara mereka...” Retno salah tingkah.

“Masak...?” Keanu menyeruput kopinya.

“Bener Kak” Retno pasang wajah serius namun Keanu malah tergelak.

“Kok Kakak malah tertawa, emang ada yang lucu...?” Retno malah bingung, memeriksa dirinya takut ada yang aneh.

“Kamu kalau gugup itu lucu Retno, coba kapan-kapan kamu pasang mimik gugup didepan kaca...” goda Keanu, polosnya gadis ini.

“Kakak, masak ngaca melihat wajah gugup. Ada-ada saja” Retno

menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Gimana sekolahmu?”

“Alhamdulillah lancar Kak.”

“Ada yang keren naksir kamu gak?”

“Kakak apaan sih, sudah malam Retno mau tidur dulu. Kakak  masih kerja kah?”

“Ya, mau bantuin?” Keanu senang melihat gadis di depannya gugup dengan kedua pipi merona.

“Tidak, Kakak jaga kesehatan ya. Jangan tidur malam-malam.”

“Terima kasih Retno atas perhatiannya” keduanya bertatapan namun Retno segera menunduk.

“Kata ayah manusia itu punya siklus tubuh, tidak boleh tidur melebihi jam 24.00 malam.”

“Memang.”

“Tapi Kakak sering melanggarnya?”

“Tidak, aku tak pernah tidur melebihi jam 24.00....kecuali kepepet” Keanu kembali tergelak melihat wajah Retno keki.

“Hmmm...Kakak, kepepetnya lebih sering dari pada normalnya.”

“Retno, kau pernah lihat-lihat foto di dinding ini?”

“Ya, apakah ini foto keluarga Kakak. Kemana orang-orang ini sekarang?” Retno menatap foto keluarga, Keanu masih ABG dengan rambut agak gondrong, gagah seperti Papanya. Mamanya seorang wanita Eropa, bermata biru dan berambut pirang seperti adik perempuannya, Adik laki-lakinya juga berkulit putih dan bermata biru seperti adik perempuannya hanya Keanu yang cenderung Indonesia. Wajahnya perpaduan antara Eropa dan Timur, menarik.

“Papa sudah meninggal, Mama pulang ke Amerika membawa Andre dan Raisa....” Keanu menunduk.

“Raisa cantik, matanya bagus. Sekarang sudah besar ya Kak...?”

“Dia sudah meninggal jika hidup pasti seusia kamu sekarang...” Keanu terdiam, sepasang bola matanya menerawang keluar jendela.

Retno menarik nafas berat, kini ia tahu kenapa Keanu menolongnya. Dirinya mengingatkan pada adik perempuannya. Teka-teki itu terjawab kini, alasan kenapa Keanu begitu mudahnya mengulurkan tangan untuk dirinya dan Aldy.

“Maafkan pertanyaanku Kak” Retno merasa bersalah.

“Tidak apa-apa Retno, pertanyaanmu tidak salah” Keanu tersenyum tipis, menetralisir suasana.

“Kak aku turun dulu ya, takut Aldy mencariku Assalamualaikum” pamit Retno.

“Waalaikumssalam.”

Hening, hati Keanu merasa hampa sepeninggal gadis itu. Retno dan Aldy membawa perubahan baik dirumah ini, orang-orang yang tadinya diam kini bisa tersenyum tak terkecuali Nenek. Keanu berjanji akan menjaga dan membuat kehidupan keduanya menjadi lebih baik. Ditatapnya foto Raisa yang tersenyum manis “Semoga kamu tenang di surga dek...” doa Keanu sembali mengelus wajah dalam bingkai itu.

........

Minggu pagi yang cerah, Retno dan Aldy berjalan di taman dan bergantian mendorong kursi roda Nenek. Wanita tua itu tampak sumringah, senyum terus menghiasi bibirnya meski masih kesulitan bicara. Kadang jarinya menunjuk kumpulan bunga indah warna-warni, kadang sekelompok burung yang terbang rendah. Kawasan asri dengan pepohonan rindang membuat ekosistem terjaga, sekelompok kupu-kupu dan capung warna-warni juga terbang rendah, kadang Aldy melompat ingin menangkapnya. Keanu menghampiri ketiganya, memakai training warna kuning dengan garis hitam terlihat atletis, keringat membasahi mukanya ia melap dengan handuk kecil yang tergantung dilehernya. Retno melihat pemuda itu sekilas namun segera memalingkan tatapannya, setiap melihat mata itu dada Retno berdetak tak beraturan. “Ya Allah, jangan biarkan hati ini berharap pada yang tak seharusnya. Dia hanya menolongku karena adik perempuannya yang meninggal...” Retno menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikirannya yang tanpa tujuan.

“Hai kalian semua, selamat pagi Nenek cantik” Keànu mencium tangan Nenek dan kedua pipinya.

“Selamat pagi, Kakak tidak kerja?” tanya Aldy

tersenyum, senang melihat Keanu ada bersamanya.

“Kan hari minggu ganteng jadi Kakak libur seperti Adly.”

“Biasanya Kakak kerja juga dihari Minggu” Aldy menatap polos.

“Aldy...” Retno menegur dadanya yan seperti tak puas dengan jawaban Keanu.

“Sini, biar aku yang dorong kursi rodanya...” tak sengaja tangan Keanu menyentuh lengan Retno, sejenak keduanya bertatapan. Retno segera menunduk sementara Keanu menghembuskan nafas panjang.

“Lihat Kak Ken ada asap disebelah sana” jari Aldy menunjuk kejauhan.

“Itu kabut sayang, bukan asap” jawab Retno tersenyum.

“Kak beneran hari ini libur?” Aldy mengulang pertanyaannya.

“Ya, kamu nggak suka lihat Kakak dirumah?” Keanu menggodanya.

“Seneng aja lihat Kakak libur jadi ada waktu untuk Nenek, sepertinya Nenek merindukan Kakak” Retno menimpali.

“Apa cuma Nenek yang merindukan

Kakak?”

“Maksud Kakak?” pipi Retno merona, Retno tak mampu menyembunyikan rasa malunya.

“Misalnya Aldy,  merindukan Kakak gak Al ...?” Keanu mengalihkan tatapannya.

“Rindu Kak” Aldy asal jawab dengan kepala mengangguk-angguk seperti burung pelatuk.

“Kak ulangan harian matematika Aldy kemaren dapat 99 loh” Aldy pamer hasil ulangan sekaligus pamer giginya pada Keanu.

“Wow, mantab Adly. Kamu memang jagoan. Minta hadiah apa?” Keanu spontan ingin memberi hadiah Aldy.

“Jangan Kak, belajar itu kan kewajiban dapat nilai bagus itu seharusnya jadi gak perlu ada hadiah" tolak Retno.

“Tidak apa-apa Retno biar Aldi tambah semangat belajarnya. Kamu minta hadiah apa Aldy?” ulang Keanu.

“Terserah kak Retno aja” Aldy malah bercanda dengan Nenek, tak serius menanggapi Keanu.

“Retno jam 10:00 siap-siap ya aku mengajak jalan-jalan kalian.”

“Horeeee, kemana Kak?” Aldy melompat kegirangan.

“Kemana yang Aldy suka” Keanu memeluk Aldy gemas sambil menggelitik pinggangnya. Aldy tertawa cekikikan kegelian, Retno ikut tertawa lepas melihat Aldy terkikik.

Keanu menatap Retno, selama bertemu baru ini dilihatnya gadis itu tertawa lepas. Lesung pipit dikedua pipinya terlihat manis, "Retno seharusnya tiap hari wajahmu ceria begini. Muda, ceria dan penuh harapan. Semoga aku selalu bisa membuatmu tertawa ceria sepanjang waktu."

.....

Toy Store, Aldy sibuk memilih mobil hotwheels unik dibantu Retno sementara Keanu memilih mobil remote untuk Aldy. Keanu lupa,  entah sudah berapa tahun tak berhubungan dengan hal-hal seperti ini. Ia kehilangan kehidupan normalnya sejak Raisa tiada, adiknya yang cantik dan manja itu pergi dengan tenang diusianya yang ke dua belas tahun. Setelah itu dunianya adalah pekerjaan dan bagaimana memajukan perusahaan, ayahnya memiliki saham 80% di NSP Bank bahkan bulan depan Keanu harus berangkat ke Swiss dan tugas disana selama dua tahun. Entah bagaimana caranya meninggalkan kedua anak ini untuk tinggal dirumah tanpa dirinya, Nenek sudah ada yang menjaga, Pak Sucipto dan istrinya dan seorang dokter keluarga, dr. Arief.

Melihat keasyikan Retno yang membantu memilihkan mainan untuk Aldy hati Keanu gerimis, ingat betapa dulu ia selalu membantu Raisa dalam banyak hal. Sebelum ke Swiss Keanu akan ke Amerika dulu, menengok Mama dan Andre. Rasanya sudah terlalu lama tak bertemu mereka, Keanu menghela nafas panjang mengingat keluarganya yang akhirnya berpencar.

“Kak boleh gak tambah lego?” Aldy minta ijin pada Keanu.

“Ambil Aldy, sesuai yang kau butuhkan” Keanu tersenyum sembari mengelus rambut Aldy. Hatinya terenyuh, seharusnya keduanya masih memiliki kedua orang tua yang mengayomi.

Setelah membayar di kasir ketiganya keluar dari Toy Store menuju bagian baju wanita, Keanu ingin membelikan busana Retno.

“Retno, ambilah beberapa baju untukmu.”

“Tapi Kakak...”

“Jangan kecewakan aku Retno, hari ini aku ingin menyenangkan kalian.”

“Terima kasih Kak” Retno mengambil tiga baju dan kerudung, ditunjukkannya busana itu pada Keanu namun pemuda itu hanya mengangguk-angguk setuju.

“Retno ambilah lagi, jangan sungkan.”

“Cukup Kak, kebanyakan baju bingung pakainya” Retno berdalih.

Setelah itu Keanu mampir ketempat busana anak  laki-laki, ia membeli beberapa stelan kaos, training dan celana jeans untuk Aldy. Ada rasa bahagia tak terkira bisa berbaģi dengan Kakak beradik ini, keduanya begitu manis dan penurut. Rasanya Keanu sudah mengenal keduanya begitu lama, jauh sebelum adanya pertemuan itu. Allah seperti memberinya petunjuk dalam setiap pertemuannya. Pertama bertemu dengan Bintoro Aldy ayah Retno hingga merawat kedua anaknya. Keduanya datang bak tetes air untuk menyeimbangkan kehidupannya yang gersang. Tak ada yang kebetulan dalam hidup, sesungguhnya titik-titik itu telah terencana yang akhirnya menjadi sebuah pertemuan.

Kini mereka tengah menikmati makan siang  disebuah restaurant sunda, buah, sayuran dan ikan kolam yang dimasak alami adalah tiket kesehatan yang harus dimiliki setiap orang. Bahwa kesehatan yang dimiliki satu generasi akan menentukan kesehatan generasi berikutnya. Keanu bukan orang yang sembarangan dalam hal menu makan, sesekali menikmati pizza dan macaroni schotel boleh tapi menu sayuran dan buah tetaplah utama dengan sedikit karbohidrat. Sakit bukanlah takdir tapi pilihan karena didalam penyakit ada historis perilaku si penderita!

“Ayo tambah makannya Retno, Aldy.”

“Cukup Kakak, perutnya sudah tidak muat” Aldy meringis memegangi perutnya, Retno dan Keanu tergelak.

“Kakak terima kasih untuk hari ini, kami tak akan melupakannya” Retno menatapnya sekilas.

“Aku yang terima kasih, kehadiran kalian dirumah telah memberi banyak kebahagiaan pada semua yang ada disani...”

Ternyata kebahagiaan itu sederhana, ia diciptakan bukan dicari dan kebahagian hakiki itu adalah berbagi.

....

Assalamualaikum

Vote & Comment agar ceria

terbangun sempurna

Kunjungi Anjani Putri fb untuk bergabung

Terima kasih atensinya

Salam

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!