Bukan Darah Biru
Tahun 1992
Ruangan Kelas III A Sekolah Menengah Atas Swasta 'Haiden Group School.'
Pukul 09.00 pagi waktu setempat.
Seorang remaja berusia sekitar 18 tahun tampak sangat kesal dan menggerutu. Meski begitu, ketampanan pada wajahnya tak berkurang sedikitpun. Baju seragamnya modis dengan jam tangan mahal di pergelangan tangannya. Ia dikelilingi oleh beberapa remaja laki-laki seusianya. Mereka menunduk ketakutan.
"Kenapa masih ada satu bucket bunga di sini?! Harusnya kalian sudah memberikannya pada mereka, kan?!" tanyanya.
"Maaf Tuan Muda, salah satu dari 8 orang kandidat yang lulus dan diterima di sekolah ini menolak menerima bunga. Dia mengatakan bunganya terlalu cantik dan mahal. Jadi dia merasa tidak pantas menerimanya."
"Tadinya saya mau membuang bunganya Tuan, tapi karena bunga ini sangat mahal dan disiapkan oleh Haiden Group School, saya berniat untuk meminta izin dulu pada Tuan Muda."
"Berani sekali bocah itu menolak bunga ini! Tidak sopan! Sejak aku pindah ke sekolah ini aku tidak pernah mendengar ada yang menolak bunga! Memangnya dia pikir dia siapa!" teriaknya.
"Awasi bocah itu! Sepintar dan sehebat apa dia hingga bisa diterima di sini?! Lalu laporkan padaku! Cihh, di hari pertama sekolah saja dia sudah berulah! Bisa-bisanya dia diterima di sekolahku!" tandasnya sambil membuang bucket bunga tersebut ke tempah sampah.
Lalu salah satu temannya mencoba berbicara lagi.
"Mohon izin memberikan informasi Tuan Muda, bocah itu adalah yang paling pintar, nilainya paling tinggi dan memecahkan rekor. Bocah itu juga sangat manis dan cantik Tuan," katanya sambil tetap menundukkan kepalanya.
"Apa kau bilang dia manis dan cantik?! Dari mana kau tahu info itu?! Bukahkah kau baru bertemu dia tadi pagi?! Kamu sudah mengenal dia sebelumnya?!" tanyanya. Beteriak.
"Ke-kebetulan ibu saya adalah salah satu dewan juri, ja-jadi saya mendengar info itu dari ibu saya, Tuan." Menjawab dengan terbata-bata.
"Baiklah, kalau katamu dia manis dan cantik, kau pacari saja bocah lancang itu! Goda dia agar jatuh cinta padamu dan tidak konsentrasi belajar. Setelah dia menerimamu, laporkan padaku! Lalu kau campakkan bocah itu supaya dia prustasi dan nilainya semakin jelek!" tegasnya.
"Ta-tapi Tuan, dia masih sangat kecil dan polos." Remaja itu berusaha menolak.
"Itu bukan urusanku! Kau laksanakan saja perintahku!" tandasnya. Lalu pergi begitu saja dengan wajah yang datar dan dingin.
...***...
Sebelumnya ....
Di sebuah rumah kawasan padat penduduk. Pukul 06.00 waktu setempat.
Seorang anak bernama Nara yang berparas cantik dan imut tengah bersiap untuk pergi ke Sekolah Menengah Pertama. Ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Sekolah favorit dan paling terkenal pada saat itu.
Nara lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Bahkan bisa dikatakan sangat miskin. Ia anak tunggal, ibu dan bapaknya berkerja di perkebunan buah naga milik tuan tanah di daerah tersebut.
Nara tinggal di rumah sangat sederhana di kawasan padat penduduk. Rumahnya berada di antara gang yang sempit dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. Bahkan dengan roda duapun perlu perjuangan ekstra jika ingin ke rumahnya.
Saat lulus sekolah dasar, karena kecerdasannya, Nara direkomendasikan oleh pihak sekolah untuk menjadi kandidat dalam seleksi masuk ke sekolah swasta yang sangat bonafit milik keluarga paling kaya raya di negara tersebut.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Nara, ia belajar sangat keras bahkan bisa dibilang mati-matian. Tekad gadis kecil itu sangat kuat.
Ia bercita-cita ingin merubah nasibnya menjadi lebih baik dan tentu saja ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Sungguh cita-cita mulia yang mungkin saja belum terpikirkan oleh anak-anak lain yang seusia dengannya.
Perjuangan Nara tidak sia-sia, ia lulus. Kini, ia bisa sekolah secara gratis sampai sekolah tingkat atas bahkan sampai perguruan tinggi dengan syarat harus bisa mempertahankan prestasinya dan membanggakan sekolah tersebut di ajang kompetensi antar sekolah.
Hari itu, Nara diantar ke sekolah oleh kedua orang tuanya. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana kedua orang tua Nara sangat bangga dengan putri semata wayangnya. Mereka juga sedih karena harus berpisah dengan gadis kecil itu.
***
Peraturan di sekolah 'Haiden Group School' mengharuskan semua siswa yang masuk dari jalur beasiswa prestasi untuk tetap tinggal di asrama yang ada di lingkungan sekolah dan mematuhi berbagai peraturan yang sangat ketat.
Sekolah itu juga menyediakan asrama untuk siswa kelas reguler yang memang orang tuanya menginginkan anaknya untuk tinggal di asrama, namun sifatnya tidak mengikat. Mereka bisa memilih mau tinggal di asrama atau pulang ke rumah.
Delapan puluh persen dari siswa/siswi sekolah itu adalah anak-anak dari kalangan darah biru yang terdiri dari anak-anak para pejabat dan konglomerat.
Jejaring bisnis yang luas dan kekuasaan pemiliknya, menjadikan HGS sangat terkenal bahkan sampai mancanegara. Tidak aneh jika siswa/siswi di HGS tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, namun dari berbagai negara.
Dua puluh persen dari siswa/siswi HGS adalah anak-anak yang cerdas dan berprestasi. Mereka berasal dari berbagai kota, tdak memandang status, kedudukan, maupun kewarganegaraan. Syaratnya hanya satu. Mereka harus pintar dan lulus seleksi.
***
"Jaga dirimu baik-baik ya, Nak. Jaga kesehatan. Jangan sampai karena belajar terus-menerus kamu sampai lupa makan dan jatuh sakit," kata ibunya Nara, sambil membelai lembut rambut putrinya.
"Aku hari Minggu kalau tidak ada kegiatan kan libur, Bu. Nanti kita bisa bertemu. Atau kalau ada uang, Ibu atau Bapak bisa ke wartel untuk menelponku."
Merekapun berpelukan, sang ibu tidak bisa menahan tangisnya.
Tiba-tiba speaker raksasa yang ada di halaman sekolah megah tersebut memberi pengumuman agar semua siswa/siswi baru dari jalur khusus beasiswa prestasi untuk segera berkumpul dan menerima bucket bunga sebagai ucapan selamat datang. Setelah itu, maka orang tua yang mengantar tidak bisa bertemu mereka lagi sampai dengan hari Sabtu.
Akhirnya, Narapun berpisah dengan kedua orang tuanya.
Hari ini, perjuangan Nara untuk mengejar mimpinya akan segera dimulai. Perjuangan yang akan menentukan nasibnya di masa depan, bahkan bisa jadi akan menentukan nasib anak dan cucunya di masa mendatang.
***
Kediaman Mewah Keluarga Haiden
Tuan Haiden adalah pria kaya-raya dan termasuk ke dalam jajaran orang yang berpengaruh di negara tersebut. Ia sedang berbincang dengan seorang pria yang merupakan anak-buahnya.
"Bagaimana perkembangan anak itu?" tanyanya.
"Dalam satu tahun terahir ini, Tuan Muda sangat hebat. Nilai akademik dan nilai ilmu bela dirinya terus meningkat jika dibandingkan denga dua tahun sebelumya," jelas pria itu.
"Tapi ada sesuatu Tuan, saya juga bingung apa saya perlu lapor atau tidak untuk masalah ini," tambahnya.
"Katakan saja!" kata Tuan Haiden.
"Baru-baru ini, Tuan Muda menyuruh temannya yang merupakan anak dari salah satu guru di 'Haiden Group School' untuk berpacaran dengan siswi baru yang mendapatkan beasiswa prestasi, dan siswi itu adalah kandidat dengan nilai yang paling tinggi," jelasnya.
"Hahaha, lucu sekali. Tetap awasi putraku, termasuk awasi juga siswi itu! Oiya, cari tahu juga latar belakang siswi tersebut!"
"Baik Tuan," katanya.
♡♡ Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Gembelnya NT
Good kakak
2022-07-19
0
zainiyah hamid
mampir nyai... 😘😍😍
2022-04-11
1
Zoer Zoer
gak bakal nyesel deh baca novel ini
2021-06-13
0