Haiden Group School merupakan sekolah mewah yang berada di kawasan elit di kota tersebut. Untuk siswa/siswi yang mendapat beasiswa telah disediakan uang jajan dan berbagai keperluan sehari-hari, intinya mereka hanya tinggal belajar dan berprestasi saja.
Minggu pertama, Nara merasa lingkungan mewah di sekolah tersebut membuatnya tidak nyaman. Namun tekad yang kuat mengalahkan semuanya. Kini ia sudah terbiasa dan merasa nyaman.
Ia juga segera melaporkan ke wali kelas saat ia sering mendapatkan surat kaleng dan diajak bertemu oleh seseorang. Nara tidak mau menyembunyikannya karena ia tahu bertemu dengan siapapun tanpa izin dari pihak sekolah adalah hal yang dilarang. Nara tidak ingin pengganggu itu merusak cita-citanya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Kini Nara sudah duduk di bangku kelas II A sekolah swasta Haiden Group School semester 2, dan gadis itu mampu mempertahankan prestasinya.
***
Haiden Group University
"Hei kemari kau!" teriaknya.
"Ya Tuan Muda," sahutnya.
"Kau sudah berhasil mendepak bocah itu dari sekolah kan?! Dalam satu tahun terakhir ini banyak sekali tugas yang harus aku pelajari aku jadi lupa menanyakan perkembangan bocah itu. Kebetulan sekali kamu juga kuliah di sini."
"Ma-maksudnya, Tuan?" tanya pria muda itu, ia terlihat sangat gugup.
"Kamu jangan pura-pura lupa! Aku sedang membahas bocah yang aku suruh kamu pacari satu setengah tahun yang lalu."
"Oh ... hahahaha," tertawa lalu bersimpuh.
"Mohon maaf Tuan, saya tidak berhasil, dia sangat sulit ditaklukan, gara-gara perintah Tuan Muda, malah saya yang hampir dikeluarkan dari sekolah."
"Pernah dia menyetujui untuk bertemu denganku tapi ternyata itu jebakan, gadis itu datang bersama wali kelasnya. Wali kelasnya juga mengatakan bahwa surat-surat yang saya kirim sudah dilaporkan ke dewan sekolah."
"Apaaa?! Dia seberani itu?"
Bertolak pinggang dengan mata yang membulat.
"Benar, Tuan Muda. Mungkin hanya Anda yang bisa menaklukan gadis itu."
"Apa kau bilang?!"
"Maaf jika saya lancang, Tuan."
"Sudah-sudah, lanjutkan aktivitasmu! Aku juga sedang sibuk!"
Aku jadi penasaran sama bocah itu, awas kau ya! Sebentar lagi kau akan terusir dari sekolah ini.
Saat Nara kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, Tuan Muda itu duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Mereka memang satu sekolah, namun tidak pernah bertemu.
***
Haiden Group School
Para guru, wali kelas, kepala sekolah dan perwakilan dewan sekolah nampak berjejer menyambut kedatangan seseorang, hari itu mereka diberitahu bahwa Tuan Muda sekaligus pewaris tunggal Haiden Grup akan datang untuk melakukan wawancara ekslusif dengan siswi penerima beasiswa dengan rekor nilai tertinggi di sekolah tersebut.
"Selamat datang Tuan Muda! Kami sangat senang bisa bertemu Anda lagi."
Mereka berbicara serempak seraya membungkukkan badan.
"Terima kasih, tidak usah berlebihan, aku ingin segera menyelesaikan tugas kuliahku dan mewawancarai siswi itu. Di mana tempatnya?" tanyanya sambil berlalu.
"Oiya satu hal lagi," ia membalikkan badan.
"Ini wawancara ekslusif, aku hanya ingin berdua dengan siswa itu."
"Baik Tuan."
Seorang wali kelas wanita, mengarahkan Tuan Muda itu ke sebuah ruangan.
"Silahkan, Tuan Muda, ini ruangannya." Mempersilahkan.
"Terimakasih Bu wali kelas."
.
.
Terlihat seorang gadis kecil, sedang serius dengan pulpen dan buku catatan.
Bibir mungilnya terlihat komat-kamit, seperti sedang mencoba menghafalkan sesuatu. Sesekali ia menarik napas panjang dan mengusap-usap dadanya.
Ya, gadis kecil itu adalah Nara.
Nara tidak menyadari jika tingkahnya sedang di perhatikan.
"Hallo, boleh aku duduk?"
Nara menoleh sebentar, lalu kembali pada aktivitas sebelumnya komat-kamit.
"Silahkan, Kak." Jawabnya ramah.
"Uhuk, uhuk." Tuan Muda itu batuk dengan suara lumayan keras.
Sontak saja Nara menghampiri dan segera memberinya air minum yang sedari tadi sudah tersedia.
"Tidak usah panik, Kak! Tenang saja. Kita pasti bisa menyelesaikan wawancara ini dengan baik."
Gadis kecil itu mengelus bahu Tuan Muda tersebut, lalu duduk lagi dan komat-kamit lagi.
Gadis ini berpikir aku peserta wawancara juga, hahaha, dia polos sekali.
"Kak, sepertinya Kakak lebih pengalaman. Kakak tidak membawa apapun untuk persiapan?" tanya Nara.
"Tidak! Aku hanya membawa walkman," mengeluarkan benda kecil berbentuk kotak.
"Apa itu, Kak? Apa aku boleh melihatnya?" Mendekat ke arah Tuan Muda.
Tuan Muda itu bisa memandang wajah gadis kecil itu dari jarak yang lebih dekat.
Dia wangi, matanya sangat tulus dan hatiku berdebar-debar saat dia dekat denganku, ada apa ini? Benar! Dia manis dan cantik.
"Alat ini adalah alat perekam suara."
Tuan muda itu menjawab lalu menekan tombol record.
"Bagaimana kamu bisa diterima di sekolah ini?" tanyanya.
"Aku tidak mau menjawab Kak, bisa saja kan nanti pertanyaan Tuan Muda akan sama seperti itu. Aku tidak mau Kakak mencontek, hehehe." Gadis itu menjawab sambil tertawa lepas.
"Hei beraninya kau membantahku ya?!" menatap tajam Nara.
Nara hanya menatap aneh.
"Apa kau tahu seperti apa Tuan Muda yang akan mewawancaraimu?!"
Nara menggelengkan kepala.
"Apa kau pernah melihatnya?!"
Nara menggelengkan kepala.
"Apa kau pernah merasa tertarik dan ingin bertemu dengan Tuan Muda itu?!"
Nara menggelengkan kepala.
"Apa kau tahu siapa aku?!"
Nara menggelengkan kepala.
"Dengarkan baik-baik! Akulah Tuan Muda yang akan mewawancaraimu, dan aku sudah mendapatkan hasilnya. Nilaimu untuk wawancara ini sangat buruk. Aku kecewa, dan akan segera melaporkan ini pada dewan sekolah."
Nara mematung, dia menggigit bibir bawahnya, tangan yang sedang memegang catatan terlihat bergetar.
"Ma-maafkan aku, Tuan. Aku tidak tahu karena Anda juga tidak memperkenalkan diri. Tapi ini tidak adil Tuan. Kalau boleh, saya meminta agar wawancaranya diulangi lagi, dan silahkan Tuan nilai saya secara obyektif dan profesional." Gadis itu melakukan protes, sambil menundukan wajahnya.
"Tidak! Keputusanku sudah final, kecuali jika kau mau melakukan sesuatu untukku, aku akan memberimu nilai terbaik," tandasnya.
"Apa yang harus kulakukan, Tuan?" tanya Nara.
"Jadilah kekasihku mulai hari juga, apa kau mau?"
"Ta-tapi Tuan, aku masih 14 tahun," berbicara lirih, air mata Nara mulai menetes membasahi buku catatannya.
"Kau tinggal jawab ya atau tidak. Jika kau bersedia aku akan menunggumu sampai kau lulus Sekolah Menengah Atas. Jawab sekarang! Aku tidak bisa menunggu!"
Tuan Muda itu mendekati Nara, Nara sangat gugup.
"Ya aku mau, Tuan Muda."
Nara kaget dengan kata-katanya sendiri, ia berniat untuk meralatnya, namun tak ada lagi kesempatan.
"Greepp." Tuan Muda itu memegang tangan Nara.
"Aku akan menunggumu cantik, mulai hari ini kau harus belajar untuk setia, sampai tiba saatnya nanti aku melamarmu, atau kau akan keluar dari sekolah ini."
Tuan Muda itu berlalu, meninggalkan Nara yang kebingungan.
.
.
"Bu wali kelas aku minta data profil dan latar belakang siswi yang aku wawancarai, jika sudah selesai kirim ke alamat kampusku."
"Baik Tuan Muda," jawab wali kelas.
***
Sejak pertemuan pada hari itu, Tuan Muda menjadi sering berkunjung ke Haiden Group School dengan berbagai alasan cerdas sehingga tidak ada satupun dari pihak sekolah yang curiga.
Padahal dibalik agenda-agenda itu, ia hanya ingin memastikan perasaannya pada Nara. Semakin sering ia melihat Nara, ia semakin yakin bahwa ia mencintainya.
Hingga suatu ketika seseorang menemukan wokmen di kamarnya dan melaporkan penemuan tersebut pada Tuan Haiden.
.
.
"Biarkan mereka, sampai gadis miskin itu lulus Sekolah Menengah Atas. Sejauh ini gadis itu bisa mempertahankan prestasinya, akan mencurigakan bagi dewan sekolah jika aku tiba-tiba mengeluarkan gadis itu."
"Baik Tuan."
♡♡ Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
zainiyah hamid
tertarik nyai.... 🥰🥰🥰🥰
2022-04-11
1
dwi
nyimak
2021-06-03
0
dite
walkman bukan wokmen
2021-04-04
1