Second Life, Second World
Di hari biasa, keadaan kota yang padat akan penduduk, macet sudah biasa terjadi...
"Tidakk!" Teriak seorang gadis, ia di cambuk oleh seorang pria di suatu ruangan gelap.
Gadis itu bernama Rheine. Sebelum kejadian itu....
"Apa yang harus kita lakukan pah?" Terdengar suara ibu sedang berbicara dengan suaminya. Keduanya merupakan Orang tua tidak kandung Rheine.
Mereka berdebat di ruang tamu, sedangkan Rheine hanya duduk di sudut ruangan tanpa mengetahui apa apa.
“apa lagi? —Kita jual saja gadis itu ke orang yang kemarin menawarnya” Saran sang suami.
"Kurasa itu ide bagus, tapi apa tidak masalah?" Tanya Ibu itu ragu.
"Tidak masalah! Habisnya, kita sudah tidak memiliki uang lagi. Apa boleh buat kan?" Keluh Sang Suami.
"Iya sih"
"Habisnya, kamu sih!"
"Selalu menghabiskan uang untuk berjudi!"
"Itupun ngga pernah menang" Gertak ibu itu sembari menuding nuding dada sang suami.
"daripada kamu!"
"menghabiskan uang untuk sesuatu yang ngga berguna"
"baju udah punya banyak, masih bagus bagus juga"
"malah beli lagi, mana harganya ngga masuk akal!" Gertak sang suami, berganti menuding dada sang istri.
"Hwalah!"
"Setidaknya aku mendapat barang yang kubeli!"
"sedangkan kamu? Bukannya dapat sesuatu, malah uang yang berkurang" Gertak sang istri.
"setidaknya, aku sudah mencari uang!"
"sedangkan kamu?" Gertak kembali sang suami.
Mereka terus berdebat hingga larut malam, sedangkan Rheine yang saat itu masih berusia 10 tahun hanya duduk di sudut ruangan melihat apa yang orang tua itu lakukan tanpa berekspresi.
Benar, orang tua kandung Rheine sudah meninggal akibat kebakaran yang pernah terjadi di tempat tinggal Rheine yang sebelumnya, itu terjadi 3 tahun yang lalu, saat usia Rheine masih 7 tahun. Karena tidak ada satupun orang yang mengenal Rheine, ia pun di pungut oleh suami-istri itu tadi lalu diperbudak oleh mereka.
Setiap hari, ia selalu menjadi pembantu yang mengurus semua hal di rumah sepasang suami-istri itu. Bahkan, ia seringkali di paksa untuk mengemis.
Tentu, karena Rheine tau rasa terima kasih, ia melakukannya dengan ringan hati.
Rheine sudah melakukan itu sampai umurnya 10 tahun (sekarang). Meskipun ia tidak pernah sekolah, ia telah mempelajari banyak hal di sana, di rumah sepasang suami-istri itu.
Setelah perdebatan “singkat” antara Suami-Istri tadi, mereka mulai mengambil kesimpulan untuk menjual Rheine kepada seseorang.
Kring ~
Kring ~
Kring ~
Suara dering ponsel terdengar dari ponsel yang tergeletak di sofa ruang tamu.
Sang suami segera mengembil ponselnya dari sofa itu, lalu mengangkat teleponnya.
"Halo?" Sapa suami.
"Halo" sapa balik sang penelpon
"Jadi? Bagaimana dengan tawaran saya?" Ucap penelpon itu, suara napasnya ter-engah engah.
Mendengar itu, seketika tangan sang suami gemetar, "I-iya"
"setelah memikirkannya dalam waktu yang cukup lama"
"saya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut" Ucap sang suami kepada penelpon itu.
"Baguss" Balas sang penelpon, suaranya berat dan misterius.
Sang istri berjalan perlahan dan berhenti / berdiri di belakang sang suami
“ekhem ekhem”
"Oh iya, apa bayarannya masih sama seperti yang dijanjikan" Tanya Sang suami, tangannya gemetar namun masih berusaha tetap profesional.
"kalau soal itu, bapak tenang saja" Jawab si penelpon.
Kemudian, “tiit tiit” si penelpon menghentikan telpon itu, lalu mengirim sms kepada sang suami.
Sang suami menekan notifikasi sms itu yang berisi alamat dimana Rheine akan di serahkan dan, “Datang ke tempat ini pukul 14:00, setelah gadis itu kami terima dengan selamat, kami akan segera mentransfer jumlah uangnya sesuai janji kami”.
Tanpa pikir panjang, sang suami sontak melompat kegirangan, begitu juga sang istri. "Akhirnya, hidup mewah" Seru sang istri, sedangkan Rheine hanya duduk bengong di sudut ruangan, pandangannya menerawang jauh entah kemana, seolah dia tidak melihat apa apa, sepasang suami-istri itu juga tidak peduli terhadap Rheine seolah Rheine tidak ada disana.
“Apa ini?”
“Aku akan meninggalkan tempat ini?”
“Bukankah tempat ini adalah tempat tinggalmu sekarang?”
“ibu, ayah...”
“kenapa aku tidak ikut bersama kalian?”
“bukankah asyik kalau kita pergi bersama sama?”
“Iya kan?”
“benarkan?”
“tapi..”
“mengapa?”
“mengapa?”
“mengapa aku ditinggal sendirian?”
“kalian sudah tidak menyayangiku lagi?”
“kalian tidak membutuhkanmu?”
Pikir Rheine saat itu, ia menekuk kedua lututnya dan duduk termenung di pojok ruangan, dengan kondisi tubuh yang lemas.
Setelah jam 2 siang,
"Ayo! Masuklah" Bentak sang suami kepada Rheine, ia memaksa Rheine masuk ke dalam kotak yang ia siapkan.
"Ayo masuk! Jangan melawan" Bentak sang istri, ia mendorong Rheine dengan kasar hingga Rheine terjatuh.
Sedangkan Rheine hanya terus mengikuti tanpa berbicara sepatah katapun, matanya hanya menerawang jauh tanpa melihat ke depan.
Hingga setelah masuk ke kotak itu, Sang suami mendorong kotak itu hingga ke pickup, lalu membawanya ke lokasi tujuan.
~ ~ ~ Beberapa saat kemudian ~ ~ ~
Pickup mereka sampai di sebuah bangunan luas yang diduga pabrik terbengkalai.
Sang suami kemudian melajukan mobil pickup itu perlahan masuk ke pabrik terbengkalai itu, hingga berhenti di titik tengah.
Tiba tiba....
“Dorr!⁴” Tertembak peluru dari segala arah.
Peluru itu menembus kaca bagian depan dan samping mobil, hingga tepat mengenai sepasang suami-istri itu hingga keduanya tewas.
Komplotan mereka pun naik ke pickup itu, lalu menurunkan kotak berisi Rheine kemudian membukanya untuk mengeluarkan Rheine dari dalam sana.
Setelah kotak itu dibuka, terlihat Rheine yang sedang dalam kondisi terikat di kaki, tangan, dan plester di mulutnya. Dengan wajah penuh luka.
Mereka pun melepas plester dan tali yang mengikatnya lalu membuat Rheine berdiri.
"Si-siapa kalian?" Tanya Rheine pelan, suaranya hampir tak terdengar.
"Hah?" Ucap salah seorang komplotan itu.
Rheine kemudian menoleh ke pickup kembali dan matanya terfokus ke darah yang ada di tanah, lebih tepatnya di bawah roda bagian depan pickup.
“Mayat lagi—Yah?” Gumamnya pelan
"Hah? Kau sudah pernah melihat yang seperti ini?" Tanya Salah seorang dari komplotan itu dengan kasar.
“Benar, aku sudah sering melihatnya” Jawabnya dengan nada pelan, pandangannya masih menerawang jauh seolah tidak melihat apa yang ada di depannya.
Salah seorang komplotan tadi menoleh ke bosnya
"Jadi, boss? Apa yang akan kita lakukan dengan gadis ini?" Tanya orang itu.
"Niatnya sih..., aku akan menjadikannya budakku"
Pemimpin komplotan itu pun langsung menghampiri Rheine yang duduk bengong, lalu memegang dagu Rheine dengan kasar "Belum lagi, parasnya cukup cantik"
Melihat itu, Rheine menolak dengan cara memalingkan wajahnya tiba tiba.
Mengetahui itu, “Plakk!” Pria itu tadi menampar wajah Rheine dengan cukup keras.
Rheine hanya terdiam, ia tak tau bagaimana cara untuk melawan.
Ia tetap dalam kondisi awal, dimana dia tidak melakukan apa apa dan matanya masih menerawang jauh seolah dia tidak pernah menatap sekitar.
Komplotan itu kemudian menendang Rheine "Brakk", hingga Rheine terseret cukup jauh lalu menghantam tanah.
"Arkhhh" Desah Rheine, ia mengeluarkan darah dari mulutnya.
Sang boss pun berjalan menjauh meninggalkan Rheine di ruangan itu, "sudah sudah, ayo" Ucapnya ke awaknya yang lain, sembari melambaikan tangan ke belakang.
Mereka semua pun mengikuti langkah bossnya, kemudian keluar dari ruang itu dan meninggalkan Rheine yang masih bengong dari tadi.
Tubuh Rheine yang saat itu babak belur tidak dapat kabur dari tempat itu. Boro boro kabur, berdiri saja tidak bisa. Kondisi itu memaksa ia terbaring lemas di tanah...., di dalam pabrik terbengkalai itu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Miu Nih.
yg lagi hits yg mana nih thor novelnya? aku mau ikuttin~
yuk kenalan juga sama Dalian di 'Alice Celestia Dalian' moga bisa kawwaan~
2025-04-19
0
KyliaaCool
Kasihan Rheine, itu orang tua angkatnya gimana sih?
2025-05-12
0