Sebulan setelah transaksi ilegal itu...
"Ayo!" Bentak seseorang sembari menarik seutas tali dengan kasar, membuat tali itu bergetar di udara.
Benar, tali itu terhubung ke leher Rheine yang saat itu hanya bisa merangkak terseret-seret di atas tanah. Tubuhnya berlumuran debu dan tanah, pakaiannya terkoyak di sana-sini hingga compang-camping, kedua tangannya terikat kuat di belakang punggung, dan mulutnya tersumpal lakban tebal. Namun, ia tetap menjalani rutinitasnya tanpa protes, menyeret lutut-lututnya yang telah lecet di atas permukaan tanah yang kasar.
"Ayo!" Bentak pria itu lagi, ia menarik tali dengan sentakan keras dan membawa Rheine tersaruk-saruk ke sebuah gudang tua yang berukuran besar. Pintu gudang yang berkarat itu berdecit mengerikan saat dibuka.
Benar saja, setelah masuk ke dalam sana.
"Brwak!"
Pria itu membanting tubuh Rheine ke tanah dengan keras, menghempaskannya hingga debu-debu beterbangan di udara.
"Hahaha" Tertawa Pria itu, suaranya menggema di dalam gudang kosong. Rheine hanya terdiam di lantai tanah yang kotor, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit.
Kemudian, pria itu berlutut dan mencengkeram dagu Rheine dengan jemarinya yang kasar, "Kalau di lihat², kau cukup cantik..."
"aku heran mengapa bos hanya menggunakanmu sebagai babunya saja" Ucap Pria itu heran, sembari menaikkan bahunya, jari-jarinya masih mencengkeram dagu Rheine dengan kuat.
Pria itu kemudian melepaskan cengkeramannya dan mengangkat tangannya, menggerak-gerakkan 10 jarinya di udara dengan gerakan merayap yang menjijikkan seolah ia meraba sesuatu.
Sementara Rheine hanya terbaring diam tanpa mengeluarkan reaksi apapun, matanya yang dingin menatap kosong, seolah dia sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Baiklah!"
"mari kita lihat, mwehehe" Ujar pria itu dengan semangat, ia perlahan mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Rheine dengan jari-jarinya yang berkeringat.
Lalu, saat Pria itu mengarahkan tangannya yang gemetar ke bawah rok atau selangkangan Rheine....
"Brwakk"
Rheine mengayunkan kakinya dengan kecepatan kilat, menendang pria itu tepat di dadanya dengan sangat keras sehingga pria itu terpental dan menabrak dinding gudang.
Setelah bangkit dengan terhuyung-huyung dari tanah..
"Kau! Beraninya kau" Ujar Pria itu marah, nafasnya tersengal-sengal menahan amarah.
Pria itu kemudian berlari maju ke arah Rheine dengan langkah berat, sembari mengepalkan dan mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, bersiap untuk memukul Rheine sekuat tenaga.
Menyadari itu, Rheine maju dengan gerakan cepat sembari melangkah zig-zag, debu beterbangan di setiap langkahnya.
Pria itu melihat Rheine yang tepat dihadapannya, lalu memukulnya seketika dengan sekuat tenaga, "Brwakk"
"Zlepp~"
Serangan pria tadi hanya mengenai kepulan debu bayangan Rheine yang memudar di udara.
Rheine melesat bagai kilat ke belakang pria itu, lalu...
"Dragg"
Rheine mengayunkan tangannya dengan presisi, mengkarate leher pria itu dengan telak, hingga membuatnya terjatuh dan pingsan seketika.
Setelah semua itu, Rheine mengamati sekelilingnya dengan cermat dan melihat tumpukan papan kayu di dekatnya. Dengan gesit ia naik ke atas sana. Ia kemudian duduk di sana, lalu dengan lincah mengayunkan lengannya ke bawah kakinya untuk memindahkan posisi tangannya ke depan.
Ia kemudian melepas lakban yang menempel di mulutnya dengan hati-hati, lalu menggigit tali yang melilit kedua tangannya dengan gigitan-gigitan kecil namun pasti.
Tali itu terbuka, lalu jatuh menghantam lantai dengan suara gedebuk pelan.
Ia kemudian menatap pria yang pingsan itu dengan mata dinginnya, "tak kusangka, semua berjalan sesuai rencana ku"
"Sekarang tinggal menunggu setahun atau dua tahun lagi"
"Berpura-pura memanglah tidak mudah"
"Kapan aku bisa menyusul keluargaku, yahh?" Gumamnya pelan, masih dengan ekspresi datar seperti sebelumnya, matanya menerawang jauh.
"Brakkk!" suara pintu di tendang keras dari luar, engselnya hampir copot.
Seseorang muncul dari pintu itu dengan langkah-langkah berat.
Benar, dia adalah boss dari pria tadi. Orang yang membeli Rheine.
"Kauuu!" Geramnya, ia menatap Rheine yang sedang berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh amarah, urat-urat di lehernya menonjol.
Namun, Rheine tetap melihat ke bawah dengan tenang seolah tidak memperhatikan ada seseorang di sana, rambutnya yang kotor jatuh menutupi wajahnya.
Seketika, semua awak boss itu menodongkan pistol ke Rheine dengan tangan gemetar, "Cklek⁴" Suara load pistol pistol itu menggema di dalam gudang.
Setelah beberapa saat yang mencekam, Rheine perlahan mengangkat kepalanya, menatap sang boss dengan tatapan datar nan kosong yang menusuk.
"tatapan itu—"
"—tatapan orang yang tidak takut akan kematian" Gumam sang boss, keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Sang boss menuding Rheine dengan jari yang bergetar, "Semua, tangkap dia" Perintahnya dengan suara parau.
Mendengar itu, anak buahnya langsung berlari serentak ke arah Rheine dengan langkah-langkah berat. Kemudian melompat ke arahnya dengan brutal lalu bersiap mengikat kedua lengannya dengan erat, menarik tali sekuat tenaga hingga menggores kulitnya, begitu juga kedua kakinya dan melakban mulutnya dengan kasar.
Merasakan beban yang sangat berat di punggungnya dari tubuh-tubuh yang menindihnya, Rheine tersungkur ke tanah dengan keras dan hanya terdiam mengikuti kemauan mereka, tubuhnya gemetar menahan sakit.
Setelah mereka selesai mengikat Rheine dengan ikatan yang sangat kuat, mereka menyeret dan memasukkan Rheine kedalam mobil beserta pria yang pingsan tadi, mendorongnya dengan kasar ke kursi belakang.
Mobil itu melaju pelan di jalanan yang ramai dan macet, roda-rodanya berputar lambat. Dari luar mobil itu yang berkaca gelap, tidak ada yang bisa melihat tembus ke dalam. Sehingga tidak ada yang memperdulikannya meski ada seorang gadis tertahan dari dalam.
Mobil itu akhirnya sampai di sebuah pabrik tak berpenghuni yang menyeramkan, yang dulunya itu adalah tempat dimana Rheine di jual oleh orang tua angkatnya. Bangunan itu berdiri angker dengan cat yang mengelupas.
Rheine hanya duduk melemas di dalam mobil, mulutnya tersumpal lakban tebal, dan kedua matanya juga tertutup rapat, membuatnya tak dapat melihat apa-apa selain kegelapan.
Salah seorang awak melepas lakban yang menutup mata Rheine dengan sentakan kasar, "Nah" Gumamnya dengan nada mengejek.
"Apa yang akan mereka lakukan di tempat ini lagi?" Pikir Rheine, jantungnya berdegup kencang.
"Benar, aku sangat³ membenci tempat ini"
"mengingat kejadian itu membuatku ingin muntah"
"kejadian dimana aku melihat darah"
Ia larut dalam pikiran itu, ia mengatakannya dalam hati dengan nada kesal yang mendalam.
"Ayo!"
"Keluar!" Ucap salah seorang awak dengan bentakan, ia menarik tubuh Rheine dengan kasar, menyeretnya keluar dari mobil hingga Rheine tersandung.
Rheine yang terdesak, hanya bisa menuruti kemauan mereka tanpa mengucap sepatah katapun, kakinya terseret-seret di tanah.
Rheine mengangkat kepalanya perlahan, melihat boss mereka duduk dengan angkuh di tumpukan kayu di atas Rheine, kakinya berayun-ayun mengejek.
Boss itu menyilangkan kakinya dengan congkak, lalu menginjak kepala Rheine dengan keras, kemudian menendang perut Rheine dengan dengkulnya tanpa ampun.
"Arkhh" Desah Rheine kesakitan, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Ikat kakinya juga!" Perintah sang boss dengan suara menggelegar.
"Baik" Sontak awaknya patuh, awak-awaknya kemudian menahan tubuh Rheine yang lemas, lalu mengikat kedua kakinya dengan tali yang sangat kuat. Namun, melepas lakban yang ada di mulutnya serta matanya kali ini.
"Brwakk" mereka membanting Rheine ke tanah dengan keras, debu beterbangan di sekitarnya.
"Boss, bukankah lebih baik jika kita bermain-main dulu dengannya" Usul salah seorang awak dengan nada penuh nafsu.
"Bermain-main?" Tanya sang boss kepada awaknya, alisnya terangkat.
"Iya, Lihat!" Ucap awaknya lagi dengan semangat, ia mencengkeram dan menunjukkan wajah Rheine kepada bossnya.
"Dia memiliki paras yang cantik, mengapa kita tidak bermain dengannya dulu?" Usul salah seorang awak yang lainnya dengan nafas memburu, ada 4 awak disana yang mengelilingi Rheine (tidak termasuk boss dan awak yang pingsan tadi).
Boss mereka berpikir sejenak, sembari memegang dagunya dengan gerakan berpikir, "Kau benar" Responnya setelah beberapa saat.
"Tapi...,"
"Kalian saja lah yang bermain dengannya" Ucap Bossnya sambil beranjak dari duduknya.
"Mengapa?" Tanya awak-awaknya heran.
"Aku sudah punya istri" Jawab Bossnya singkat, ia kemudian berjalan perlahan keluar dari pabrik itu, langkah-langkahnya menggema.
"Baiklah" Ucap awak itu dengan seringai, mereka memasang wajah menyeramkan penuh nafsu.
Sedangkan Rheine hanya terdiam tak berdaya karena kedua kaki dan tangannya terikat kuat.
Salah satu dari Mereka mendekatkan wajah mereka ke tubuh Rheine dengan nafas memburu, lalu meraih dagu Rheine dengan jari-jari yang berkeringat.
Rheine berusaha menggerakkan kakinya yang terikat dengan sekuat tenaga, tapi karena kedua kakinya terikat menjadi satu, tendangannya meleset jauh.
"kau berusaha melawan yah!?" Teriak Salah seorang awak itu dengan nada kasar, matanya menyala marah.
"brwakk" salah seorang awak lainnya mengayunkan tinjunya, memukul wajah Rheine dengan keras, membuatnya terpental dan menabrak dinding.
Rheine tetap terdiam, tidak mengucap sepatah kata apapun meski darah mengalir dari sudut bibirnya. Ia larut dalam pikirannya yang berkecamuk.
"apa?"
"apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Benar, tetap tenang—"
"—agar mereka bisa melakukan 'itu' kepadaku, mereka harus membuka selangkanganku—"
"—dengan kata lain...,"
"mereka harus membuka tali yang mengikat kedua kakiku dulu" pikirnya dengan nada dingin.
Salah satu dari Mereka kemudian mencengkeram dan mencekik leher Rheine dengan tangan besarnya.
"Hnngh—" Rheine hanya bisa mengerang tertahan merasakan aliran darah di tenggorokannya terhenti, ia berusaha untuk meringankan dan melemaskan tubuhnya yang memberontak. Agar tekanan di lehernya bisa terjalankan, meski sedikit.
"Brwakk!" orang itu melempar tubuh Rheine ke dinding dengan keras.
"Ayow! Kita bersenang senang" Ucap Salah seorang pria itu dengan tawa mengerikan, ia memegang dagu Rheine dengan tatapan mengancam.
~ ~ ~ Continued ~ ~ ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments