Pesona Duda Anak Satu
Menjalin hubungan selama 5 tahun ternyata tak semulus kelihatannya. Pria yang menurut Gea adalah Kekasih yang sempurna untuknya, rupanya adalah pria yang tak setia dan juga manipulatif.
Gea yang awalnya ingin memberikan kejutan untuk merayakan hari jadi mereka yang ke 5 tahun justru dikejutkan oleh pemandangan yang membuat hatinya sakit luar biasa.
Ia melihat kekasihnya yang bernama Radit sedang memadu kasih di ranjang tempat tidur dengan sahabat Gea sendiri, yaitu Intan.
Gea bisa mendengar dengan jelas desahan demi desahan yang keluar dari mulut kotor mereka.
“Radit!! Intan!!” Gea berteriak histeris dan melemparkan kue yang ia buat sendiri ke ranjang yang diisi oleh dua makhluk tak tahu diri itu.
Gea menangis histeris dengan tatapan penuh kekecewaan. Ia tak menyangka kekasihnya dan sahabatnya berbuat hal yang tak bisa ditoleransi oleh akal pikiran Gea.
Gea langsung berbalik badan setelah melemparkan kue buatannya sendiri dan berlari menjauh.
Radit yang tak berbusana itu dengan cepat memungut pakaiannya dan bergegas memakai pakaiannya untuk bisa mengejar Gea.
“Radit, kita belum selesai,” ucap Intan dengan memasang wajah sedih berharap Radit tak jadi mengejar Gea.
Radit tak menghiraukan Intan dan tetap pergi mengejar Gea.
“Gea, tolong maafkan aku. Aku dan Intan sama sekali tidak memiliki hubungan apapun,” ucap Radit seraya menahan Gea agar percaya dengan ucapannya.
Plak!!! Gea yang marah reflek menampar wajah Radit.
“Tidak memiliki hubungan apapun tapi bisa beraktivitas layaknya suami istri. Apa kamu gila, Radit? Kamu pria bejat yang pernah aku temui dan jangan sekalipun muncul dihadapanku lagi,” tegas Gea.
Gea menepis tangan Radit dan berlari menjauh dengan air mata yang terus mengalir deras.
Radit hanya bisa menatap sedih Gea yang terus berlari menjauh dari dirinya.
Radit kembali masuk ke dalam rumahnya dan kembali menyusul Intan yang rupanya masih berada di ranjang dengan keadaan yang masih sama tak berbusana.
Dengan sangat manja Intan berjalan menghampiri Radit dan menciumi pipi serta bibir Radit berulang kali.
“Mas, Gea sekarang sudah tahu hubungan kita. Sekarang lupakan Gea ya Mas! Cukup aku yang menjadi wanitanya Mas Radit,” ucap Intan dengan suara lembutnya.
Radit mendorong tubuh Intan ke tempat tidur dan mereka pun melanjutkan apa yang belum mereka selesaikan.
***
Beberapa hari kemudian.
Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Gea memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Radit maupun Intan. Semua akses untuk bisa menghubungi dirinya, sudah Gea blokir dan Gea tak ingin lagi bertemu ataupun berpapasan dengan dua manusia pengkhianat seperti mereka.
Ibu Sri yang tak lain adalah Ibu dari Gea, merasa sikap Gea berubah menjadi banyak diam tidak seperti biasanya.
“Gea, kalau ada masalah lebih baik kamu cerita sama Ibu dan jangan dipendam. Tidak enak kalau memendam apa yang seharusnya diceritakan,” ujar Ibu Sri yang duduk tepat di sisi kiri Gea.
Gea tertawa kecil untuk menyembunyikan kesedihannya itu.
“Ibu ini bicara apa? Gea hanya kepikiran tentang pekerjaan Gea. Apa sebaiknya Gea cari pekerjaan lain saja ya, Bu?” tanya Gea yang memang sudah tidak ada minat untuk bekerja di kedai minuman yang jaraknya cukup jauh dari rumah.
“Kalau urusan pekerjaan, Ibu serahkan sama kamu saja. Yang kerja kamu dan yang menjalani kamu bukan Ibu ataupun Ayah,” balas Ibu Sri yang selalu memasrahkan semuanya kepada Gea.
“Terima kasih Ya Bu, karena selama ini Ibu maupun Ayah selalu menerima apapun keputusan Gea. Gea merasa sangat beruntung memiliki orang tua seperti Ibu dan juga Ayah.”
Gea tiba-tiba menangis, membuat Ibu Sri terkejut karena tidak pernah sekalipun ia melihat putrinya menangis karena alasan pekerjaan.
“Pekerjaan kamu yang ini berat sekali ya?” tanya Ibu Sri memastikan.
“Maafkan Gea ya Bu, sepertinya Gea harus mencari pekerjaan lain,” jawab Gea lirih.
“Kamu tidak perlu meminta maaf, Gea. Selama ini kamu sudah banyak membantu dan sudah banyak berkorban untuk Ibu serta Ayahmu,” balas Ibu Sri.
Gea tidak bisa menghentikan tangisannya ketika melihat wajah Ibu Sri. Gea juga tidak bisa memberitahukan bahwa hubungan dengan Radit telah benar-benar berakhir karena perselingkuhan Radit bersama dengan Intan.
“Bu, Gea mau istirahat dulu ya sekalian mau buat surat pengunduran diri Gea. Kalau Ibu mau sesuatu, panggil saja Gea.”
Gea masuk ke dalam kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur dengan air mata yang terus mengalir deras. Pikirannya saat itu masih terbayang-bayang dengan hal yang tak seharusnya ia lihat.
Gea teringat setiap detail yang terjadi antara Radit dan Intan yang membuatnya terasa hancur berkeping-keping.
Beberapa saat kemudian.
Gea sudah siap untuk berangkat kerja sekaligus menyerahkannya surat pengunduran dirinya.
Gea ingin bekerja di lingkungan baru yang tidak ada sedikitpun kenangan ketika dirinya bersama dengan Radit.
Saat Gea ingin membuka stand minuman tempat ia bekerja, seseorang dari belakang menepuk punggungnya dan ketika Gea menoleh rupanya itu adalah Intan.
“Hai!!” Intan menyapa santai Gea tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Kamu ngapain kesini? Belum puas membuat aku hancur?” tanya Gea dingin.
“Ge, kamu kok bicara begitu sama aku? Salah ya kalau aku dan Radit saling mencintai? Aku kesini ingin meminta maaf sama kamu dan aku ingin kamu melupakan kejadian waktu itu,” ucap Intan yang masih dengan wajah tanpa bersalahnya.
Gea sangat muak dengan kemunafikan dari Intan dan memilih untuk masuk ke dalam stand minuman tersebut, kemudian menguncinya rapat-rapat.
“Gea, aku dan Radit saling mencintai. Tidak bisakah kamu merelakan Radit untukku dan kita kembali bersahabat seperti sebelumnya?”
Tak ada jawaban dari dalam yang mana membuat Intan menyesal karena telah menemui Gea untuk meminta maaf sekaligus ingin memperbaiki hubungannya dengan Gea.
“Terserah kamu saja, intinya aku sudah berniat baik dan seharusnya kamu tahu itu,” ucap Intan sebelum meninggalkan Gea.
Cukup lama Gea di dalam sampai akhirnya ia keluar dan tak melihat Intan.
Gea kembali menangis karena rasa kecewanya terhadap Intan maupun Radit semakin besar.
Belum selesai menumpahkan semua rasa kecewa di hatinya, datang seorang anak kecil yang biasa menjadi pelanggan minuman dingin tempat di mana Gea bekerja.
Gea tak ingin kesedihannya menjadi tontonan dan saat itu juga Gea mengusap air matanya seraya tersenyum lebar.
“Kakak kenapa?” tanya anak kecil itu dengan tatapan penasaran.
“Kak Gea tidak apa-apa, Adi. Kamu mau beli oreo milky ya? Tunggu sebentar ya, Kak Gea akan membuatkan Adi oreo milky kesukaan Adi,” ujar Gea.
Gea menghela napas panjang dan memutuskan untuk tidak pernah lagi menangisi apa yang sudah terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments