Eps 5 : Cantik vs Gatal

Gea tersenyum lega ketika melihat transferan masuk yang nominalnya cukup memuaskan. Transferan masuk tersebut rupanya adalah gaji pertamanya menjadi cleaning service.

“Meski gajiku cukup besar, sama sekali tidak sepadan dengan apa yang aku kerjakan. Apakah ini termasuk kalau aku tidak bersyukur?” tanya Gea bermonolog.

Gea hanya bisa tersenyum lega, meskipun ia merasa tubuhnya semakin hari semakin babak belur.

“Sepertinya karena aku belum terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini,” ucap Gea lagi untuk menyemangati dirinya sendiri.

Gadis cantik itu melakukan pekerjaannya penuh semangat dan semangatnya langsung hilang manakala ia melihat Novi dari kejauhan tengah berjalan mendekat dengan raut wajah yang tak bersahabat.

“Kamu sibuk tidak?” tanya Novi pada Gea yang sedang mengepel lantai.

“Saya sangat sibuk hari ini Bu Novi, apa ada sesuatu yang penting?” tanya Gea seraya tersenyum lebar.

“Kok ucapan kamu kurang ajar ya? Kamu itu cuma cleaning service disini. Jangan sok deh jadi orang,” balas Novi dengan mata melotot tajam.

Apa ucapanku salah ya? Kenapa dia begitu tersinggung dengan pertanyaanku. (Batin Gea)

Gea hanya bisa meminta maaf tanpa ingin menjelaskan panjang lebar karena menurut Gea itu sangatlah membuang waktu saja.

“Toilet di area tengah kotor. Ada yang komplain soal toilet tengah, jadi kamu setelah mengepel area sini langsung bersihkan toilet tengah!” perintah Novi.

Novi pun pergi dengan langkah penuh keangkuhan yang mana Gea hanya bisa mengelus dada.

“Sabar ya Gea. Kamu harus bisa bertahan lama disini,” ujar Gea bermonolog menyemangati dirinya.

Tak berselang lama, Gea akhirnya selesai mengepel lantai di areanya. Kemudian, gadis cantik itu bergegas pindah ke toilet kotor yang dimaksud oleh Novi.

***

Lagi-lagi Gea pulang dengan keadaan tubuh yang cukup melelahkan hingga untuk berjalan pun rasanya sudah tidak sanggup lagi.

“Assalamu'alaikum,” ucap Gea sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

Kali ini Gea tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya didepan kedua orang tuanya. Gea pun pasrah jika Ayah dan Ibunya mengomeli dirinya karena memilih untuk bekerja menjadi cleaning service.

“Wa'alaikumsalam,” balas Ayah Budi dan Ibu Sri yang kebetulan sedang mengobrol di ruang tamu.

Melihat Gea yang baru saja pulang dengan wajah kusut, Ayah Budi seketika bangkit dari duduknya dan mengajak Gea untuk duduk bergabung.

“Nanti saja ya Ayah. Gea mau mandi dulu, badan Gea bau keringat.” Gea sengaja menghindar agar Ayah dan Ibunya tak banyak tanya mengenai pekerjaannya.

Beberapa jam kemudian.

“Ya ampun, Ibu lupa membeli garam. Gea mau tidak Ibu suruh membeli garam?” tanya Ibu Sri yang kehabisan stok garam.

“Ya mau dong Bu! Apa hanya garam saja atau ada yang lain?” tanya Gea yang saat itu sedang mendapat bagian mengupas bawang.

Ibu Sri mengeluarkan uang tunai di kantong celananya dan memberikan uang tersebut kepada Gea untuk membeli garam.

“Ibu rasa hanya garam saja yang habis. Ini uangnya! Gea kalau mau beli sesuatu pakai saja uang Ibu,” tutur Ibu Sri.

“Gea lihat nanti ya Bu.” Gea pun meninggalkan tugasnya mengupas bawang dan bergegas pergi ke warung terdekat untuk membeli garam.

Warung tempat dimana Gea berbelanja kebetulan tutup. Gea berbalik badan dan memutuskan untuk membeli garam di minimarket terdekat sekaligus membeli pembersih wajahnya yang kebetulan tersisa sedikit.

“Bu, Gea beli di minimarket seberang jalan ya! Soalnya warung Bu Dewi tutup. Gea juga ingin membeli pembersih wajah,” terang Gea.

Sesampainya di Minimarket, Gea langsung mengambil apa yang ia butuhkan dan ketika sedang melihat-lihat perona pipi yang sedang diskon, tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk bahunya.

Gea menoleh pada orang yang menepuk bahunya dan seketika itu Gea membuang muka.

“Hei, Gea! Apa kabar? Lama ya kita tidak bertemu,” ucap wanita itu menyapa Gea.

Gea mencoba untuk pergi, namun tangannya ditarik oleh wanita tersebut.

“Intan, mau kamu itu apa sih? Tidak cukup ya mengambil kekasih sahabat mu sendiri dan sekarang kamu justru sengaja menggangguku?” tanya Gea kesal, namun masih dengan suara yang cukup pelan.

Gea tidak ingin ucapannya mengganggu orang-orang sekitar yang sedang berbelanja di Minimarket tersebut.

”Eitss.. Santai dong! Lagipula siapa yang mengambil kekasihmu itu? Mas Radit sendiri yang datang padaku dan mendekatiku. Jadi, bukan salah aku dong. Aku juga sama sekali tidak mengganggu kamu. Kebetulan saja kita bertemu di tempat ini,” ucap Intan sambil mengangkat sebelah alisnya seakan dirinya lebih unggul dari Gea.

“Apa yang baru kamu ucapkan itu? Mas Radit sendiri yang datang padamu?” tanya Gea memastikan seraya tersenyum dengan tatapan tak percaya atas apa yang diucapkan Intan.

“Hello Gea! Apa kamu sekarang belum juga mengerti dan sama sekali tidak sadar kalau aku itu lebih cantik dari kami,” balas Intan penuh percaya diri.

“What? Apa aku tidak salah dengar? Lebih cantik? Bukannya kamu itu gatal ya sehingga Mad Radit mau sama kamu. Justru, aku itu yang lebih cantik dari kamu,” pungkas Gea yang tak mau kalah didepan Intan.

Intan sebenarnya geli mengatakan bahwa dirinya lebih cantik. Akan tetapi, ia juga harus memiliki kepercayaan yang tinggi agar Intan merasa malu dengan apa yang telah dilakukannya itu.

Intan seketika itu naik darah mendengar pernyataan Angel mengenai dirinya.

“Apa kamu bilang? Aku gatal? Berani sekali kamu bicara seperti itu.” Intan yang mulai terpancing emosi mencoba untuk memukul Gea.

Gea dengan gerakan cepat menghindari apa yang hendak dilakukan Intan dan bergegas pergi menjauh dari Intan yang nampak sangat kesal terhadap dirinya.

“Terima kasih,” ucap Gea setelah membayar garam serta sabun pembersih wajah yang ia beli.

Gea buru-buru pergi dengan motornya agar Intan tak bisa mengejar dirinya.

Sialan. Berani sekali dia mengatakan kalau aku gatal. Seharusnya dia ngaca siapa wanita yang lebih cantik. Tentu saja itu adalah aku. Buktinya saja Mas Radit mau sama aku. (Batin Intan)

Gea akhirnya sampai rumah dan segera memberikan garam yang dibutuhkan oleh Sang Ibu.

“Ibu, maaf Gea tidak bisa membantu Ibu memasak. Gea mau istirahat dulu, tiba-tiba kepala Gea sakit,” ujar Gea yang sudah kehilangan mood untuk membantu Sang Ibu memasak karena ucapan Intan sebelumnya.

Ibu Sri tak banyak tanya, wanita itu justru menyuruh Gea agar segera beristirahat di kamar.

“Gea, kalau sakitnya belum juga sembuh jangan diam saja ya. Beritahu Ibu atau Ayah, nanti kita akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan sakit kamu,” tutut Ibu Sri pada putrinya.

“Ibu tidak usah khawatir. Dipakai istirahat InsyaAllah langsung sembuh,” balas Gea yang tak ingin membuat Sang Ibu khawatir pada dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!