Eps 3 : Teringat Tentang Pengkhianatan

Gea menghela napas panjang melihat Radit yang akhirnya pergi setelah mendapat ancaman dari Gea.

Melihat tindakan kasar Radit membuat Gea semakin yakin untuk meninggalkan mantan kekasihnya itu.

“Gea, kamu sama Radit tadi kenapa? Kamu bertengkar atau bagaimana?” tanya Ibu Sri pada putrinya karena Gea dan Radit terlihat seperti orang yang sedang bertengkar.

“Bertengkar? Ibu kok berpikir begitu? Gea dan Radit sama sekali tidak bertengkar, itu hanya perasaan Ibu saja,” jawab Gea seraya berjalan masuk ke dalam rumah untuk menghindari pertanyaan Ibu Sri yang lebih dalam lagi mengenai dirinya dan Radit.

Ibu Sri mengikuti langkah Gea yang sepertinya sengaja menghindar.

“Nak, Bagaimana kerjamu hari ini? Apakah semuanya berjalan lancar?” tanya Ibu Sri penasaran.

Gea sebenarnya sangat lelah karena pekerjaan barunya itu cukup menguras tenaga dan juga pikirannya. Gea pikir menjadi cleaning service adalah pekerjaan yang mudah karena hampir setiap hari ia selalu menyapu dan mengepel. Namun, pikirannya itu langsung ia buang jauh-jauh karena rupanya hal yang terlihat sepele tidak sepenuhnya sepele.

“Alhamdulillah semuanya lancar, Bu. Gea sangat senang dengan pekerjaan baru Gea. Ayah mana, Bu? Belum pulang ya?” tanya Gea karena tak melihat Sang Ayah tercinta.

“Ayah masih ada rapat di sekolah, mungkin habis maghrib baru pulang,” jawab Ibu Sri.

“Bu, Gea mau langsung masuk kamar ya. Mau istirahat.”

“Tidak makan dulu? Ibu sudah memasak makanan kesukaan kamu,” ucap Ibu Sri agar Gea makan terlebih dulu sebelum istirahat.

“Kebetulan sebelum pulang Gea sudah makan, Bu. Gea masih kenyang, nanti saja kalau sudah terasa agak lapar,” balas Gea yang padahal ia sendiri belum makan siang karena tak selera makan.

”Benar kenyang? Tidak mau makan lagi?” tanya Ibu Sri memastikan.

“Iya Bu, Gea pamit ke kamar ya! Kalau Ayah pulang dan tanya mengenai pekerjaan Gea, tolong jawab seperti yang tadi Gea katakan ya Bu!”

Gadis itu pun bergegas masuk ke dalam kamarnya. Air mata Gea seketika menetes karena kesal dengan sikap Radit padanya.

Bohong kalau Gea tak sedih dan menyayangkan hubungannya dengan Radit yang pada akhirnya putus karena Radit ketahuan selingkuh dengan sahabatnya sendiri.

“Kenapa sesakit ini Ya Allah? Kenapa harus Intan yang menjadi selingkuhan Radit? Kenapa harus aku yang mengalami pengkhianatan ini Ya Allah?” Gea menangis dikamarnya sambil memeluk guling kesayangannya.

***

Malam Hari

Intan tersenyum lebar manakala dirinya dan Radit bisa menghabiskan malam bersama di sebuah hotel yang bisa dikatakan cukup mewah. Intan sama sekali tak menyesali perbuatannya dan justru senang karena akhirnya Gea tahu hubungannya dengan Radit.

Intan yakin kalau setelah ini, dirinya akan menjadi satu-satunya milik Radit dan Radit akan menikahi dirinya. Sehingga Intan tak perlu bersusah payah menghidupi dirinya, karena yang akan menghidupi dirinya dan memenuhi kebutuhannya adalah Radit.

“Mas Radit, kapan kita akan menikah? Usia Mas Radit juga sudah cukup untuk menikah,” ujar Intan dengan nada sedih.

“Kamu kira menikah itu gampang? Banyak hal yang harus kita persiapkan, Intan. Aku juga belum memiliki banyak tabungan,” balas Radit pada Intan.

“Jadi, aku harus menunggu sampai Mas memiliki tabungan yang banyak?” tanya Intan memastikan.

Radit tersenyum mendapat pertanyaan dari Intan dan mengecup lembut pipi Intan. Kemudian, Radit perlahan turun dari ranjang tersebut dan tanpa memakai sehelai benang pun Radit berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Intan tersenyum lebar ketika merasakan betapa hangatnya cinta yang diberikan Radit dan memutuskan untuk ikut masuk ke dalam kamar mandi menyusul Radit yang lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi tersebut.

“Mas Radit.” Intan memanggil Radit dengan suara manja yang mana membuat Radit senang akan suara Intan yang menggoda itu.

Disaat yang bersamaan, Gea malam itu merasakan sedih yang teramat dalam. Gea masih merindukan saat-saat ia bersama dengan Radit, saat dimana dunianya dipenuhi dengan seorang Radit.

“Mas Radit dan Intan, kalian benar-benar keterlaluan. Kenapa aku masih mengingat kejadian yang sangat menjijikkan itu? Kalau saja aku tidak melihat langsung bagaimana kelakuan kalian berdua, apakah aku akan terus dibohongi oleh mereka berdua?” tanya Gea bermonolog.

Gea membenci dirinya sendiri sekaligus membenci keduanya yang terus membuat dirinya teringat akan pengkhianatan tersebut.

Tanpa sadar, gadis cantik itu meneteskan air matanya dan ketika sadar Gea buru-buru menyeka air matanya.

Bagi Gea dirinya tidak perlu menangis seseorang yang telah berkhianat padanya dan akan terus berusaha melupakan kejadian tersebut.

Tak dapat dipungkiri oleh Gea, bahwa sampai detik itu dirinya masih berharap bahwa yang telah terjadi kepada dirinya hanyalah mimpi buruknya saja.

“Gea sayang, sudah tidur? Kamu Ibu perhatikan dari tadi di dalam kamar saja. Keluar ya Nak! Ayahmu ingin bicara dengan kamu,” ucap Ibu Sri dari depan pintu kamar Gea yang dalam keadaan tertutup rapat itu.

“Gea ingin tidur, Bu. Besok saja ya Bu,” sahut Gea dari dalam kamar.

”Gea, jangan begitu. Ayah pasti sedih kalau kamu tidak pergi menemui Ayah,” ucap Ibu Sri agar Gea mau keluar dari kamarnya.

Gea mengiyakan apa yang dikatakan Ibunya dan meminta Ibu Sri untuk memberikannya waktu sebelum akhirnya Gea keluar dari kamarnya.

30 menit kemudian.

“Ada apa dengan putri Ayah ini? Kenapa dari tadi dikamar saja?” tanya Ayah Budi pada putrinya yang baru saja tiba menghampiri dirinya dan juga istri yang sudah lebih dulu berada di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Gea tak langsung menjawab pertanyaan dari Ayahnya. Ia lebih dulu mencari tempat duduk yang menurutnya nyaman, yaitu duduk diantara Ibu dan Ayahnya tersayang.

“Gea sama sekali tidak kenapa-kenapa, Ayah. Gea hanya kelelahan saja, maklum hari pertama kerja Gea masih banyak penyesuaian di tempat baru,” terang Gea.

“Kira-kira Gea bisa bertahan berapa lama disana? Semisal tidak kuat, lebih baik resign saja. Ayah akan mencari pekerjaan yang lain untuk Gea,” balas Ayah Budi yang sangat menyayangi putri tunggalnya itu.

“Ayah ini bicara apa? Gea tentu saja akan bertahan lama. Kemungkinan sampai Gea menemukan cinta sejati,” sahut Gea yang kemudian menertawakan dirinya sendiri atas ucapannya yang cukup menggelitik perut.

Ayah Budi dan Ibu Sri seketika itu juga ikut tertawa mendengar apa yang diucapkan Gea.

“Kalau cinta sejatinya datang 10 tahun lagi bagaimana?” tanya Ibu Sri yang ingin mendengar tanggapan dari putrinya.

“Kalau itu Gea juga bingung,” celetuk Gea.

Lagi-lagi kedua orang tuanya tertawa mendengar tanggapan Gea yang bingung dengan cinta sejatinya sendiri.

“Kalau jodoh tentu saja tidak akan kemana,” sahut Ayah Budi dengan bijak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!