Seminggu sudah Gea bekerja sebagai cleaning service, seminggu itu juga Gea merasa kalau pengawas yang bertugas mengawasi para cleaning service semena-mena terhadap anak baru.
Bukan hanya membersihkan beberapa tempat saja, Gea serta beberapa anak baru diperintahkan untuk membeli makanan serta minuman ditempat yang terbilang jauh dari kantor tempat mereka bekerja.
“Lelah sekali,” ucap Gea yang baru saja duduk karena sedari tadi sibuk mencari makanan serta minuman yang diinginkan oleh pengawas.
Gea menghela napas panjang dan sedikit ada rasa kecewa dihatinya dengan pekerjaan yang diambilnya. Gea merasa kalau pekerjaan yang ia dapatkan sekarang sangat merugikan dirinya. Akan tetapi, Gea tidak bisa menyerah begitu saja dengan pekerjaan barunya. Ia tidak ingin kedua orang tuanya sedih karena baru beberapa hari bekerja dirinya sudah resign begitu saja.
“Gea, kamu sibuk tidak? Tolong angkat beberapa kursi di ruang sebelah dong dan taruh di gedung mawar ya. Soalnya nanti ada rapat rutin,” ucap Novi salah satu pengawas yang ada di tempat dimana Gea bekerja.
Gea sangat ingin meminta waktu untuk mengistirahatkan kedua kalinya, namun Novi sudah pergi dan mau tak mau Gea pun pergi untuk melakukan apa yang sebelumnya diperintahkan oleh Novi kepada dirinya.
“Kamu juga dipanggil sama Bu Novi?” tanya Yanto salah satu cleaning service yang baru bekerja seminggu lebih awal dari Gea.
“Iya,” jawab Gea singkat karena dirinya sudah cukup lelah jika harus bicara panjang lebar.
Saat Gea dengan beberapa cleaning service yang lain sibuk mengangkat kursi untuk dipindahkan ke gedung ruangan sebelah, Novi tiba-tiba saja berteriak dan meminta Gea untuk segera datang padanya.
Gea datang menghampiri Novi dengan kebingungan karena saat itu Novi terlihat marah besar.
“Kamu sebenarnya datang kesini niat bekerja atau tidak? Kamu tidak lihat apa kalau lantai ini basah karena tumpahan teh? Seharusnya kamu peka dong dan segera membersihkan tumpahan teh ini,” ucap Novi yang memarahi Gea didepan cleaning service yang lain.
Gea tak bisa membela diri ataupun marah kepada pengawas tersebut. Yang bisa Gea lakukan adalah meminta maaf dan segera membersihkan tumpahan teh itu.
Setelah membersihkan tumpahan teh yang mengotori lantai, Gea kembali membantu yang lainnya mengangkat kursi.
“Kamu sabar ya, Gea. Bu Novi memang seperti itu. Dulu aku juga mengalami sama seperti yang kamu alami tadi,” ujar Bela salah satu cleaning service lama.
“Iya, Kak Bela.” Gea hanya mengiyakan apa yang dikatakan Bela dan pamit pergi ke area tempat di mana Gea bekerja.
Gea kembali dengan pekerjaannya mengepel lantai, karena hari itu lantai cukup kotor dan ia harus segera membersihkan lantai tersebut sebelum pengawas melihat dan menceramahi dirinya habis-habisan.
“Gea, aku perhatikan dari tadi kamu itu kerjanya kurang bersemangat. Apa kamu belum makan? Cepat bersihkan semuanya,” ucap Novi yang tiba-tiba datang meminta Gea untuk membersihkan semuanya, padahal ia baru saja selesai mengepel lantai yang sebelumnya kotor menjadi bersih kinclong.
Ada apa dengan Bu Novi ini? Kenapa setiap pekerjaan yang aku kerjakan selalu saja salah. (Batin Gea)
“Baik, Bu Novi.” Gea hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan wanita tersebut.
“Bagus, kerja disini harus rajin,” balas Novi sambil berjalan menjauh.
Beberapa saat kemudian.
Jam kerja telah usai, waktunya mereka untuk ganti shift. Gea bergegas untuk segera keluar dari ruangan khusus para pekerja cleaning service karena sangat tidak baik berada lama-lama di ruangan tersebut.
“Gea, kamu pulang naik apa?” tanya Yanto yang tiba-tiba berlari menghampiri Gea yang saat itu sedang berdiri sendiri seraya menoleh kiri-kanan menunggu angkutan umum.
“Naik angkutan umum,” jawab Gea sambil terus menoleh ke arah jalan raya menanti angkutan umum yang tak kunjung lewat.
“Rumahmu arah jl sudirman, 'kan? Ayo naik, aku akan antar kamu pulang,” ujar Yanto yang jalan pulangnya searah dengan Gea.
Gea menolak ajakan Yanto karena menurut Gea tidak baik terlalu dekat dengan sesama cleaning service. Kebetulan juga angkutan umum yang sudah dinanti oleh Gea akhirnya datang juga.
“Aku duluan,” ucap Gea yang bergegas masuk ke dalam angkutan umum tersebut.
“Apa ada yang aneh ya denganku?” tanya Yanto bermonolog karena Gea terlihat jelas sengaja menghindari dirinya.
Setibanya di rumah, Gea sudah disambut dengan senyuman hangat oleh kedua orang tuanya. Gea yang awalnya lesu, langsung tersenyum lebar seakan tak menunjukkan kalau dirinya begitu lelah setelah bekerja bagai kuda yang tak ada hentinya.
“Assalamualaikum, Ayah! Ibu!” Gea mencium punggung tangan kedua orang tuanya secara bergantian sambil terus melebarkan senyumnya.
“Wa'alaikumsalam, bagaimana hari ini?” tanya Ayah Budi penasaran.
“Ya seperti biasanya saja, tidak ada yang spesial dari pekerjaan Gea,” jawab Gea yang posisi masih berdiri dan enggan untuk duduk bersama kedua orang tuanya karena akan membuat orang tuanya terus bertanya mengenai pekerjaannya itu.
“Gea, nanti malam Ayah dan Ibu pergi untuk memenuhi undangan pernikahan putrinya teman kerja Ayah, kamu mau ikut atau diam di rumah sendirian?” tanya Ibu Sri pada putrinya.
Aku ingin sekali ikut, namun aku juga sangat lelah dan besok pagi aku harus kembali bekerja. (Batin Gea)
“Kok malah diam? Mau ikut atau tidak?” tanya Ibu Sri memastikan lagi karena Gea nampak bingung.
“Gea di rumah saja ya, kalau boleh bawakan Gea cemilan yang manis,” balas Gea yang memilih untuk beristirahat di rumah.
“Iya sayang, nanti Ayah dan Ibu akan belikan kamu cemilan yang manis!” Ibu Sri tersenyum kecil pada Gea yang sedang menatapnya.
“Gea masuk kamar dulu ya, mau ganti baju sekalian istirahat,” tutur Gea bergegas masuk ke kamarnya.
Sampai di kamar, gadis cantik itu tidak langsung membersihkan diri. Ia lebih dulu duduk di kursi meja riasnya sembari memandangi wajahnya yang nampak sangat lelah itu.
“Apa aku kurang cantik ya sampai Mas Radit selingkuh dariku? Kalau dilihat tidak ada yang salah dengan wajahku. Apa karena aku tidak segatal Intan?” tanya Gea bermonolog.
Gea menghela napas panjang seraya membayangkan jika suatu saat nanti dirinya bertemu dengan seorang pria yang bisa mengobati sakit hatinya. Akan tetapi, untuk membayangkan itu semua Gea merasa takut karena menurutnya sangat langka mendapatkan pria yang setia terhadap pasangannya.
“Kenapa aku masih menyimpan foto ini?” tanya Gea yang tak sengaja melihat foto milik Radit yang sedang memegang paha ayam jualannya.
Gea mengambil foto tersebut dan merobeknya menjadi potongan kecil karena menurutnya ia tidak perlu lagi menyimpan apapun yang berkaitan dengan Sang pengkhianat.
“Kenapa masih ada sisa kenanganku yang belum aku hancurkan?” tanya Gea bermonolog.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments