PEDIHNYA HATI

PEDIHNYA HATI

1. Identitas Yang Dihilangkan

Di saat maut menerjang nyawa, keinginan itu tak akan dilupakan. Andai dia harus mati dan dilahirkan kembali, keinginan itu akan di dapatnya kembali.

Angin selalu bertiup menuju satu tujuan. Lautpun selalu mengalir menuju satu tujuan. Bunga-bunga liar memekar dan melayu. Tempat dimana semua perasaan berada.

Meski angin kencang bertiup dan air laut mengamuk dahsyat, esok hari adalah suatu hari yang baru. Takdir cinta akan menunggu disana. Meski dipisahkan oleh angin kencang yang bertiup maupun ombak besar yang menerjang, aku akan tetap dan selalu MENCINTAIMU.

Meski langit jauh dari jangkauan, kalau hati terbang jauh, cintapun akan datang menjemput. Perasaan di dalam hati itu pasti akan sampai dipangkuanmu. Meski jaraknya jauh sekalipun. Perasaanku tak akan berubah.

Meski harus melintasi ruang dan waktu. Meski harus menunggu dan menunggu. Perasaanku padamu tidak akan pernah berubah.

Walau harus melintasi samudra luas tanpa batas. Walau harus mendaki gunung yang setinggi langit. Hatiku akan terbang dan selalu menunggumu. Aku selalu dan selalu MENCINTAIMU.

Awal Mei kala bunga-bunga bermekaran di musim semi.Kala angin musim semi membisikkan nada indah. Suaranya merdu terdengar bagai lagu.Di temukan seorang bayi laki- laki di teras sebuah gereja tua.

Bayi laki-laki itu sangat tampan dengan kulit kemerahan dan terlelap dalam balutan selimut tebal yang mahal di sebuah keranjang buah. Di lehernya tergantung identitas dirinya yang singkat. Kalung emas berliontin berlian itu terukir sebuah graffiti yang sangat indah. Di belakangnya tertulis sebuah nama HAYDEN ARMANDO dengan tinta emas.

Lalu baju bayi yang dipakainya pun dari kain sutra cina yang sangat mahal. Dan kalung emas berliontin berlian yang berbentuk graffiti singa kembar dalam legenda. Semua itu menunjukkan bahwa bayi ini bukan bayi sembarangan.

Tiba-tiba bayi itu terbangun dan menangis kehausan. Seorang suster segera menggendongnya. Menyuapinya dengan penuh kelembutan. Sebotol susu dilahapnya tak bersisa. Rupanya bayi tampan itu kelaparan.

Suara tangisnya yang kencang membahana. Suaranya memenuhi ruangan gereja. Tapi pihak gereja tidak bisa menampungnya.

"Sungguh kejam sekali orang tua yang membuang bayi ini," ucap sang pendeta sambil memegang kitab sucinya.

"Benar pak pendeta, lihatlah bayi ini. Dia bukan bayi biasa. Ada kalung berlian di leher mungilnya," sahut seorang suster yang menggendongnya.

"Apakah mungkin bayi ini diculik?" tanya suster gendut yang menyerahkan sebotol susu, agar bayi tersebut tidak menangis lagi.

"Jika diculik, bayi ini tidak mungkin di tinggalkan disini dengan kalung berlian yang masih tergantung di leher bayi kan?" tanya sang pendeta yang mencoba menganalisa keadaan.

"Apa kita laporkan saja ke pihak polisi pak pendeta?" tanya suster yang menggendong bayi itu.

"Melihat kondisi dari bayi ini, mungkin orang tuanya sengaja meninggalkannya disini supaya di rawat oleh kita. Mungkin bayi ini berada dalam bahaya jika di temukan oleh orang lain." jawab sang pendeta yang berlagak seperti seorang detektif.

"Lalu kita harus bagaimana pak pendeta?" tanya suster itu.

"Kita biarkan bayi ini di rawat di panti asuhan kita. Kalung identitasnya simpanlah di brankas supaya aman." jawab sang pendeta dengan serius.

"Baiklah pak pendeta, kita rahasiakan jati dirinya supaya aman. Biarkan dia bernama ALBERT. Nama aslinya biarkan terkubur pada masa lalunya bersama kalung ini." balas suster yang menggendong bayi itu.

"Baiklah sus, bayi ini keturunan orang kaya. Pasti ada alasan yang berbahaya sehingga kedua orang tuanya meninggalkannya disini. Jika kelak sudah takdirnya, dia akan datang kemari untuk mencari identitasnya." jawab sang pendeta sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Baiklah pak pendeta." jawab kedua suster itu.

Hari demi hari terus berganti. Waktu terus berlalu tanpa henti. Roda kehidupan terus berputar, mempermainkan kehidupan ini. 15 tahun tlah terlewati. Albert dan Berto dibesarkan bersama.

Karena tak seorangpun yang mengadopsi mereka, mereka besar bersama di panti asuhan. Sampai tragedi itu terjadi. Kebakaran besar melanda panti. Adik-adik yang malang terjebak dalam kobaran api. Mereka semua tewas dalam kebakaran besar yang terjadi.

"Kenapa bisa begini?" Albert dan Berto menangis dengan keras. Hatinya berontak tidak terima.

"Penyebabnya karena konsleting listrik. Waktu kejadiannya ketika semua terlelap tidur. Karena kondisi bangunan yang sudah tua dan lapuk, api cepat membesar." pihak berwajib berusaha memberikan penjelasan.

Mau tidak mau, Albert dan Berto harus menerima kenyataan itu. Kini, hanya mereka berdua yang hidup. Pada saat kejadian, keduanya sedang lembur bekerja. Karena dana panti asuhan terbatas, keduanya bertekad untuk mencari uang demi mencukupi kebutuhan sehari-hari panti.

Hari itu persediaan makanan menipis. Meski di daerah itu rumah-rumah mewah berjajar-jajar, mereka tidak begitu peduli dengan keberadaan panti. Mereka orang- orang kaya yang kikir, gila harta dan gemar menumpuk kekayaan diri sendiri.

Keberadaan orang miskin seperti anak yatim piatu diacuhkan begitu saja. Untung tak mudah diraih, malang tak bisa ditolak. Tragedi menyedihkan menimpa mereka.Dalam semalam, Albert dan Berto kehilangan keluarga dan tempat untuk pulang satu-satunya. Kebersamaan selama 15 tahun lenyap dalam semalam...kedukaan dan kepedihan yang begitu mendalam.

Untuk melupakan tragedi itu, Albert dan Berto pergi jauh dari kota itu. Keduanya hidup terlunta-lunta di kota besar dan asing. Untuk bertahan hidup, keduanya bekerja apa saja.Mencuci mobil, menyemir sepatu atau menjadi kuli. Tapi hasilnya tak cukup buat makan.

Karena penampilan mereka yang lusuh seperti gembel jalanan, orang kota sulit menerima mereka tuk bekerja. Mereka sadari itu dan tidak mengeluh. Tapi si Berto yang berwatak keras tidak terima dengan keadaan itu.

"Aku tidak mau hidup seperti ini. Hidup seperti kecoak yang tidak berharga," gumamnya pelan di suatu malam yang dingin.

"Lalu apa yang bisa kita lakukan?" tanya Albert dengan tenang.

"Ikut aku dan jangan protes apapun." jawab Berto dengan tegas dan serius sambil melangkah keluar dari gubuk kumuh itu.

Albert tanpa membantah, mengikuti sahabatnya dari belakang. Berto dan Albert mulai melakukan aksinya. Dia nekat mencuri apa saja.

Ternyata hasil curian itu cukup lumayan. Albert pun jadi ikut-ikutan. Nasib baik selalu mengayomi mereka. Seperti dewi Fortuna menjaganya. Mereka selalu lolos dari kejaran polisi ataupun orang- orang yang mengejarnya.

Tapi kerjaan mencuri tak lama mereka lakukan. Mereka mau merubah nasib dengan jalan yang halal meski sulit dilalui. Tuhan sungguh baik hati dan mau mendengar doa mereka. Keduanya diterima bekerja di bengkel mobil rongsokan.

"Trimakasih Tuhan..." ucap Albert dan Berto dengan bahagia.

"Belajarlah mengemudi..siapa tahu nasib kalian bisa berubah," kata paman pemilik mobil bekas di tempatnya bekerja.

"Bolehkah kami memakai mobilmu paman?" tanya Albert dan Berto begitu antusias.

"Boleh, tapi setelah semua pekerjaan kalian beres." jawab paman sambil tersenyum.

"Yeeees, trimakasih banyak paman." jawab keduanya sambil bergantian mencium tangan paman itu.

Dari sinilah, nasib mereka berubah. Keduanya belajar mengemudi dan perbengkelan. Berto yang pintar dan tampan ingin pindah ke bengkel yang lebih elit. Bengkel mobil- mobil yang di kendarai para orang kaya.

Kala itu usia keduanya 20 tahun. Dan Berto nasibnya beruntung. Berto diterima menjadi sopir pribadi bos besar. Dan ada kabar burung, kalau ketampanannya membuat nona nya jatuh cinta. Berto yang cerdas dan memang tampan, berlagak jual mahal.

Berto tidak mau dianggap memanfaatkan kepercayaan bos nya. Dia ingin nona itulah yang mengejarnya. Nasibnya sungguh beruntung, bos nya pun menyukainya. Akhirnya kabar burung itu berganti kabar bahagia. Berto menikahi putri bos nya sendiri.

Albert pun sangat gembira mendengar kabar itu. Dan dia pun menghadiri resepsi pernikahan Berto yang meriah. Berto memeluk sahabatnya itu dengan bahagia.

"Semoga kebahagiaan segera datang padamu sobatku," kata Berto di telinga Albert.

"Aku belom tahu, apa itu bahagia. Selamat untukmu Berto," ucap Albert dengan mata terharu.

Takdir kedua sahabat itu seperti kedua sisi mata uang koin. Tidak ada yang tahu bagaimana nasib Albert yang nasibnya tidak punya ambisi.

Terpopuler

Comments

Aris Pujiono

Aris Pujiono

lanjut..

2022-02-27

1

NanLexa

NanLexa

albert n berto..... Digabung jadi Alberto.......😁 semangat berkarya selalu thorrrr💪💪😁

2022-02-11

1

Esa Aurelia

Esa Aurelia

bagus kak, semangat yaa 😊

2021-12-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!