5. Pelangi Diantara Cinta

Kisah serupa sering terjadi dari masa ke masa. Namun bukan para dewa lagi yang memisahkan. Orang tualah yang memisahkan cinta sejati yang terjadi di jaman sekarang. Di era milenium ini, banyak cinta yang dipisahkan karena perselingkuhan dan pengkhianatan. Semakin canggih teknologi, tantangan dan hambatan hidup tentang cinta semakin rumit.

Hari demi hari yang dilalui Albert adalah perjuangan. Memperjuangkan nasibnya agar bisa bertahan hidup di kota yang ganas ini. Bila tidak bekerja, tidak bisa makan. Karena beginilah nasibnya, seorang pemuda yatim yang miskin. Yang hidup sebatang kara di dunia ini.

Berbeda sekali dengan kisah pemuda yang sesukses CEO, yang hidupnya penuh harta, tahta dan wanita. Bak seorang raja yang disisinya selalu ada pengawal ataupun sekretarisnya. Albert hanya hidup sendirian. Yang tinggal di kos-kosan berukuran 3x3 meter. Yang letaknya di gang sempit. Tidak punya apa- apa yang dibanggakan. Apalagi berpikir untuk mencari cintanya.

Setelah mendengar kisah legenda yang menyedihkan itu, jiwa Albert yang sensitif terus memikirkannya. Bahkan Albert tidak mau membayangkan cinta yang sangat tragis itu. Khayalannya adalah kehidupan yang sederhana. Hidup bahagia bersama istri dan dua orang anak yang diidamkannya.

"Beirus sepertiku...hanya manusia biasa yang tidak punya apa-apa. Namun siapa sangka, seorang dewi kahyangan jatuh hati padanya, hingga nasibnya berakhir menyedihkan. Jika di jaman sekarang itu adalah AKU..." kata Albert yang melamun di dalam kamarnya sambil tiduran.

"Ucapanku pada pemilik toko adalah kebohonganku. Karena aku menutupi gengsiku..hari- hariku terus dan terus berharap seperti itu. Meski banyak wanita di luar sana, namun aku takut untuk jatuh cinta...karena aku tidak punya siapa- siapa, dan juga tidak punya apa- apa. Lalu apa tujuan hidupku? Siapa aku?" Albert langsung beranjak dari kamarnya.

Karena merasa perutnya keroncongan, dia mencari sesuatu yang bisa dimakan. Namun sayang, kamarnya kosong melompong. Hanya kecoak dan tikus kecil yang ada disana. Akhirnya ditengah gerimis itu, dia memutuskan keluar untuk membeli sesuatu yang bisa mengisi perutnya.

Sore itu, hujan gerimis mengguyur kotanya. Banyak yang enggan keluar rumah. Albert pun terpaksa, karena perutnya lapar sekali. Dia kenakan mantel usang yang dia punya. Sambil membawa dompetnya yang kempes karena hanya ada selembar uang 20 ribuan, dia langkahkan kakinya ke warung kelontong terdekat.

"Waduh, kok tutup? Toko lain letaknya jauh lagi. Perutku lapaaar...." desis Albert yang kecewa sesampainya di sana.

Ternyata warung itu tutup. Ditengah hujan yang rintik- rintik, kakinya harus melangkah jauh untuk mencari warung yang menjual mie instan.

"Uangku menipis, jika aku habiskan untuk makan di warung nasi, besok aku harus makan apa? Biarlah aku makan mie instan saja. Setidaknya, bisa buat makan besok.." pikirnya sambil melangkah gontai karena cacing- cacing perutnya terus bernyanyi.

Tiba- tiba pelangi muncul diantara awan putih yang berarak ditengah - tengah hujan gerimis. Kakinya berhenti dan melihat takjub ke arah pelangi itu.

" Sungguh menakjubkan sekali di tengah perkotaan besar ini masih ada pelangi..." pikirnya sambil tersenyum. Matanya melihat ke semua arah.

Saat itu Albert menengadah ke sebuah rumah megah berlantai 2. Tanpa disadari, matanya bertemu pandang dengan seorang nona cantik yang berdiri di depan jendela rumah bertingkat itu.

"Oh Tuhan, cantik sekali nona itu. Seperti bidadari yang di kisahkan oleh paman. Apakah dia Aera? Ah bodohnya aku, kenapa mengkhayal sampai kesana? Ingat, ini era milenium. Tidak ada reinkarnasi ataupun kelahiran kembali." pikir Albert sembari terus menatap ke arah nona itu.

Pandangan mereka saling bertemu. Dan keduanya saling melempar senyum. Albert ternganga melihat wajah cantik yang tersenyum itu. Hujan yang semakin deraspun terasa terlupakan. Kakinya tidak mau beranjak dari tempat itu.

Terjadilah takdir legenda itu pada Albert. Karena keduanya saling pandang, dari atas ke bawah jendela. Rasa-rasa itu mulai muncul di hati keduanya. Albert merasakan jantungnya tak karuan. Cacing- cacing di perutnya yang menyanyi, dia lupakan. Suara jantungnya yang kini terdengar hebat. Pandangan matanya tidak mau lepas dari nona itu. Keduanya saling memandang tanpa mengucap kata sapaan ataupun perkenalan.

"Ingat, anak muda...jangan berharap terlalu muluk" ucapan pemilik toko membuat Albert tersadar.Tapi, panah dewa cinta tlah menancap di dadanya. Dia tidak ingin mencabut panah itu meski dia sadar, siapa dirinya.

Keduanya saling pandang dalam waktu yang lama. Hujan deras mengguyur tubuh mereka. Rasa dingin tidak dihiraukan lagi. Pelangi pun enggan muncul lagi. Seolah-olah sang pelangi menjadi jembatan hati. Sang bidadari Albert ada di bumi ini.

"Nona, ayo masuk. Nanti nona masuk angin." tiba-tiba muncul wanita tua yang menggiring wanita itu masuk ke rumah.

"Baiklah bibi!" sahut nona itu dengan lembut. Suaranya sangat merdu, hingga Albert terpukau mendengarnya.

Saat itulah Albert tersadar dari dunianya. Kepala dan wajahnya basah kuyup. Perutnya pun kembali sadar dan bernyanyi.

"Ah, masalah perut memang tidak bisa di bohongi." katanya tersenyum lalu pergi.

Dia terus melangkah mencari toko terdekat. Dan akhirnya dia menemukan toko yang buka. Apa yang dia beli ada di sana.

"Mau beli apa mas?" tanya pemilik toko.

"Mie instan saja bu. 20 ribu dapat berapa ya?" tanya Albert yang menyerahkan uang 20 ribuan.

"Yakin untuk mie instan semua mas?" tanya pemilik toko itu lagi.

"Uang saya tinggal ini bu. Belum gajian, pengiritan..hehehe" jawab Albert dengan senyum malu-malunya.

"Dapat 10 mas, lumayan buat makan 2 hari kan? Awas kembung lho, makan mie terus," ledek pemilik toko sembari menggoda Albert.

"Tidak apa-apa bu. Paling-paling usus saya yang panjang kayak mie. Jadi kuat, meski harus makan mie sebulan." balas Albert sambil tersenyum renyah.

"Waduh, kelihatan nih kalo super pengiritan. Belum menikah ya?" tanya pemilik toko itu lagi.

"Hahaha siapa bu yang mau nikah sama saya? Saya cuma orang miskin. Buat makan sendiri saja, belum bisa kenyang. Kenapa? Apa ibu punya anak perempuan yang mau dinikahkan dengan saya?" tanya Albert menggoda dengan nada bicara yang dibuat lucu.

"Mau sih mau, tapi masih berumur 3 tahun, mau menunggu?" goda balik ibu pemilik toko itu.

"Waduh, aku jadi kakek-kakek dong kalau menunggu putri ibu. Hahaha" tawa lepas Albert membahana. Ibu pemilik toko pun ikut terbahak.

"Nih dapat bonus, ibu kasih telor gratis. Tapi maaf, cuma 1/4 kg..." kata ibu pemilik toko itu dengan tulus.

"Wah tidak usah bu, nanti ibu rugi," tolak Albert dengan halus. Meski di dalam hatinya sangat senang.

"Tidak apa-apa mas, terimalah. Rejeki tidak boleh di tolak lho. Saling tolong- menolong itu ada berkah tersendiri," kata ibu pemilik toko itu sambil memasukan bungkusan telor ke dalam plastik mie tadi.

"Baiklah bu, trimakasih banyak. Semoga rejeki ibu semakin berkah dan bertambah banyak." doa Albert tulus sambil menerima plastik kresek belanjaannya.

"Amin, sering-sering belanja di sini ya mas. Banyak pelanggan, ibu makin senang. Hati-hati di jalan, hujan semakin deras." jawab ibu pemilik toko dengan serius.

"Trimakasih bu, saya permisi dulu." pamit Albert kemudian pergi. Kakinya ingin melangkah melewati jalan yang sama, jalan dimana hatinya sudah menancap ke rumah megah berlantai dua.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

👍👍👍

2021-02-28

1

Author Gabut.

Author Gabut.

aku datang lagi bawa like kak ...

2021-02-16

1

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

❤️🔥👍❤️🔥👍

2021-02-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!