"Konon, jika kita melihat bintang jatuh, dan berdoa sambil memejamkan mata...keinginan kita akan terkabul. Harapan pemuda itupun terkabul. Dalam sekelebatan mata, bintang itu berpijar lalu menghilang. Dia tersenyum, lalu memejamkan mata dan berdoa dalam hati." pemilik toko berhenti sejenak tuk mengambil nafas sambil menyeruput kopinya yang sudah dingin.Albert menyimaknya dengan seksama.
"Hadirkan padaku seseorang yang mengagumi suara lyraku," doa pemuda itu sambil terpejam, dipetiknya kembali dawai demi dawai. Hingga mengeluarkan melody yang syahdu menyatu dengan perasaan rindu. Alunannya terdengar hingga celah-celah pepohonan. Kala matanya terbuka, dihadapannya muncul seorang dewi nan cantik jelita, berbaju putih transparan dengan rambut emas kemilau yang duduk disisinya.."
"Kecantikannya sungguh menakjubkan. Wajahnya bersinar bak bulan purnama. Gaun putih tipisnya melambai-lambai seiring lambaian rambut emasnya yang berkilau diterpa angin malam. Tercium bunga carnesia dari tubuhnya. Seketika keluar ucapan lirih dari pemuda itu" AERA."
" Gadis itu tersenyum lalu berkata "BEIRUS" tiba- tiba gadis itu bersayap bidadari dan terbang perlahan- lahan. Beirus mendongak ke atas. Dewi itu berhenti dan menengok ke bawah. Dalam seketika keduanya saling jatuh cinta. Malam itu sang dewi membatalkan kembali ke kahyangan. Dia tlah jatuh hati pada pemuda desa nan tampan pemetik lyra. Seketika tempat itu disulap menjadi istana kecil yang cantik dengan menara tinggi..."
"Tempat Beirus memetik lyra disulap menjadi jendela menara yang bisa melihat langit luas tanpa batas. Keduanya menghabiskan malam bersama dengan bahagia. Cinta mereka menjalar ke seluruh semesta."
"Cinta keduanya tak bisa dipisahkan. Meski kematian dan keabadian menjadi penghalang mereka, dikehidupan mendatang cinta mereka pasti hidup kembali. Usia manusia tak sampai 100 tahun.Sedangkan peri tak bisa mati. Namun keduanya telah melanggar perjanjian. Malam demi malam, Beirus memetik lyranya dengan merdu. Perasaan rindu dan bahagianya menyatu dalam melody cintanya. Sang dewi sangat menyukai melody itu. Diam-diam, sang dewi turun ke bumi tuk menemui kekasihnya, tanpa seijin raja dewa."
"Lalu apa yang terjadi paman? Apakah raja dewa memisahkan cinta mereka?" tanya Albert yang tidak sabar menanti kisah akhir cinta mereka. Pemilik toko menghela nafas, tuk merenggangkan tenggorokannya.
"Awal musim panas yang menyenangkan. Bunga-bunga bermekaran menebar aroma harumnya. Embun pagi yang berkilau di bunga yang putih. Beraneka ragam bunga mekar memenuhi taman itu. Angin berhembus diatas permukaan air. Rerumputan bergerak gemulai ditiup sang angin dengan manja. Secara serempak, kelopak-kelopak bungapun berguguran karena tiupan angin musim semi yang hampir berlalu...seperti kisah cinta mereka,"
"Duuuh...jadi deg- degan menunggu akhir kisahnya, kayaknya menyedihkan...benar kan paman??" tanya Albert yang membenahi posisi duduknya.Pemilik toko itu tersenyum.
"Cinta yang datang begitu cepat, tak disangka perginya juga begitu singkat. Ada dewi lain yang mengetahui perbuatan dewi Aera. Dan melaporkannya kepada para dewa. Para dewa pun murka dan mengurung dewi Aera di menara langit. Sementara Beirus,dari hari ke hari selalu mengharap kehadirannya. Cinta dan rindu Beirus membuncah..."
"Setiap malam, Beirus selalu memetik lyranya. Dia berharap, Aera mendengar melody rindunya.1...2...hari hatinya sabar menunggu, sambil tersenyum dia berpikir mungkin Aera sibuk. Seminggu...dua minggu, pikiran itu tetap sama. Namun di hari yang ke 27, melody lyranya berubah..."
"Alunan itu penuh kesedihan dan kesepian hatinya. Dawai-dawainya mengeluarkan kerinduan dan kepedihan sang pecinta. Dengan kekuatan penuh, Beirus memainkan lyranya tanpa henti. Alunannya kadang menghentak bak ombak besar menerjang karang. Kemarahan, kesedihan, keputus asaan, kekecewaan, kepedihan dan kesepian hati tlah menguasai jiwanya, hingga dawai- dawai lyra itu putus satu per satu."
"Tepat di hari ke 30, rasa lelah, putus asa, membuat Beirus menyerah pada dewa kematian Eilius. Dia sudah tidak tahan lagi dengan penderitaanya. Para dewa yang angkuh sudah tidak tersentuh hatinya. Lyra nya ambyar tak berdawai lagi. Seperti hidupnya yang kini tak berarti lagi tanpa kekasih hati..."
"Dewa kematian Eilius hanya tersenyum melihat pemuda itu menyerahkan hidupnya. Membiarkan dirinya mati dalam kepedihan dan kesepian. Sebelum dewa kematian Eilius mengambil nyawanya, Beirus diberi kekuatan tuk mengungkapkan isi hatinya...dengan lyra tak berdawainya..."
"Kuberikan kekuatanku kepadamu wahai Beirus, pemuda berdahi seputih gading gajah. Mainkanlah lyramu dengan kekuatan dewaku. Hancurkan keangkuhan raja dewa itu. Aku sang dewa kematian Eilius, memberimu dawai abadi tak terlihat kepadamu." kata dewa kematian Eilius kepada Beirus.
"Wahai dewa pencabut nyawa, ragaku sudah tidak berarti lagi. Jiwaku sudah tak berharga lagi. Apa gunanya aku hidup, jika kekasih hati kini pergi. Bawalah aku bersamamu wahai dewa..." ucap Beirus dengan keputus asaan yang teramat dalam.
"Akan kubawa jiwamu bersamaku wahai pemuda berdahi seputih gading gajah. Mainkanlah lyramu, sampaikan semua perasaanmu. Agar alam semesta tahu cintamu," sabda dewa kematian Eilius sambil mengayunkan senjata trisulanya.
Lyra yang jatuh ke bumi itu mendadak terbang menghampiri Beirus yang bersandar di jendela menara. Tangannya langsung menangkap lyra yang sudah tak berdawai itu di hadapannya.
Matanya terpejam, jari-jemarinya meliuk-liuk memainkan dawai yang tak terlihat oleh mata. Dewa kematian Eilius menatapnya tajam sambil tersenyum dingin mendengarkan melody lyra yang dipetik oleh Beirus.
"Lakukan, lakukan wahai pengikutku. Takdirmu harus berada dalam genggamanku. Hancurkan raja dewa dengan keluh kesah cintamu. Maka, aku akan segera membawa jiwamu." kata dewa kematian Eilius dengan suara membahana.
"Aku ingin bertemu Aera lagi. Dalam wujud apapun diriku, aku ingin dilahirkan kembali. Apakah dewa kematian Eilius mampu mengabulkan keinginanku?" tanya Beirus penuh harap.
"Bukan tugasku wahai Beirus pemuda tampan berdahi seputih gading gajah. Mohonlah kepada dewa reinkarnasi untuk melahirkanmu kembali." jawab dewa kematian Eilius dengan dingin.
Sosok pria gagah berkulit warna perunggu. Dengan tubuh kekar yang terlihat sekokoh baja. Mata abu-abunya melihat tajam setajam mata pedang. Di tangannya yang kekar, tergenggam senjata andalannya, TRISULA seperti senjata dewa SIWA.
Beirus terus bertanya tentang kelahiran kepadanya. Namun jawaban dewa kematian Eilius tetap sama.
"Tugasku hanya mencabut nyawa orang, bukan melahirkan," kata-kata dewa kematian Eilius terdengar lucu.
"Baiklah wahai dewa, hatiku sakit, hatiku pedih. Rasanya aku tak sanggup lagi hidup di bumi ini. Bawa aku pergi wahai dewa. Biarlah kesepian ini kubawa mati, dewi Aera ku sudah tidak peduli," jawab Beirus yang semakin putus asa.
"Mainkan lyramu sepuasmu. Guncanglah negeri dewa dengan alunan lyramu. Agar perasaanmu tersampaikan untuk kekasihmu. Kuberi kau kekuatanku..mainkan..
mainkan, hingga jiwamu tak sanggup lagi. Hingga hatimu tak mampu lagi. Bawalah semua kesedihanmu bersamaku," dewa kematian Eilius mengayunkan trisulanya.
Lyra tak berdawai itu sungguh ajaib sekali. Tanpa di sentuh, melody nya terdengar kemana-mana. Seperti membawa lagu kematian untuk Beirus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
ASIYAH AKHIR ZAMAN masih disini 🥰🥰🥰
2021-04-29
1
Sejahtera
Semangat Kakak
2021-03-14
1
anggita
sdh bca lupa like👍, saiki wis 👌
2021-02-28
1