NovelToon NovelToon

PEDIHNYA HATI

1. Identitas Yang Dihilangkan

Di saat maut menerjang nyawa, keinginan itu tak akan dilupakan. Andai dia harus mati dan dilahirkan kembali, keinginan itu akan di dapatnya kembali.

Angin selalu bertiup menuju satu tujuan. Lautpun selalu mengalir menuju satu tujuan. Bunga-bunga liar memekar dan melayu. Tempat dimana semua perasaan berada.

Meski angin kencang bertiup dan air laut mengamuk dahsyat, esok hari adalah suatu hari yang baru. Takdir cinta akan menunggu disana. Meski dipisahkan oleh angin kencang yang bertiup maupun ombak besar yang menerjang, aku akan tetap dan selalu MENCINTAIMU.

Meski langit jauh dari jangkauan, kalau hati terbang jauh, cintapun akan datang menjemput. Perasaan di dalam hati itu pasti akan sampai dipangkuanmu. Meski jaraknya jauh sekalipun. Perasaanku tak akan berubah.

Meski harus melintasi ruang dan waktu. Meski harus menunggu dan menunggu. Perasaanku padamu tidak akan pernah berubah.

Walau harus melintasi samudra luas tanpa batas. Walau harus mendaki gunung yang setinggi langit. Hatiku akan terbang dan selalu menunggumu. Aku selalu dan selalu MENCINTAIMU.

Awal Mei kala bunga-bunga bermekaran di musim semi.Kala angin musim semi membisikkan nada indah. Suaranya merdu terdengar bagai lagu.Di temukan seorang bayi laki- laki di teras sebuah gereja tua.

Bayi laki-laki itu sangat tampan dengan kulit kemerahan dan terlelap dalam balutan selimut tebal yang mahal di sebuah keranjang buah. Di lehernya tergantung identitas dirinya yang singkat. Kalung emas berliontin berlian itu terukir sebuah graffiti yang sangat indah. Di belakangnya tertulis sebuah nama HAYDEN ARMANDO dengan tinta emas.

Lalu baju bayi yang dipakainya pun dari kain sutra cina yang sangat mahal. Dan kalung emas berliontin berlian yang berbentuk graffiti singa kembar dalam legenda. Semua itu menunjukkan bahwa bayi ini bukan bayi sembarangan.

Tiba-tiba bayi itu terbangun dan menangis kehausan. Seorang suster segera menggendongnya. Menyuapinya dengan penuh kelembutan. Sebotol susu dilahapnya tak bersisa. Rupanya bayi tampan itu kelaparan.

Suara tangisnya yang kencang membahana. Suaranya memenuhi ruangan gereja. Tapi pihak gereja tidak bisa menampungnya.

"Sungguh kejam sekali orang tua yang membuang bayi ini," ucap sang pendeta sambil memegang kitab sucinya.

"Benar pak pendeta, lihatlah bayi ini. Dia bukan bayi biasa. Ada kalung berlian di leher mungilnya," sahut seorang suster yang menggendongnya.

"Apakah mungkin bayi ini diculik?" tanya suster gendut yang menyerahkan sebotol susu, agar bayi tersebut tidak menangis lagi.

"Jika diculik, bayi ini tidak mungkin di tinggalkan disini dengan kalung berlian yang masih tergantung di leher bayi kan?" tanya sang pendeta yang mencoba menganalisa keadaan.

"Apa kita laporkan saja ke pihak polisi pak pendeta?" tanya suster yang menggendong bayi itu.

"Melihat kondisi dari bayi ini, mungkin orang tuanya sengaja meninggalkannya disini supaya di rawat oleh kita. Mungkin bayi ini berada dalam bahaya jika di temukan oleh orang lain." jawab sang pendeta yang berlagak seperti seorang detektif.

"Lalu kita harus bagaimana pak pendeta?" tanya suster itu.

"Kita biarkan bayi ini di rawat di panti asuhan kita. Kalung identitasnya simpanlah di brankas supaya aman." jawab sang pendeta dengan serius.

"Baiklah pak pendeta, kita rahasiakan jati dirinya supaya aman. Biarkan dia bernama ALBERT. Nama aslinya biarkan terkubur pada masa lalunya bersama kalung ini." balas suster yang menggendong bayi itu.

"Baiklah sus, bayi ini keturunan orang kaya. Pasti ada alasan yang berbahaya sehingga kedua orang tuanya meninggalkannya disini. Jika kelak sudah takdirnya, dia akan datang kemari untuk mencari identitasnya." jawab sang pendeta sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Baiklah pak pendeta." jawab kedua suster itu.

Hari demi hari terus berganti. Waktu terus berlalu tanpa henti. Roda kehidupan terus berputar, mempermainkan kehidupan ini. 15 tahun tlah terlewati. Albert dan Berto dibesarkan bersama.

Karena tak seorangpun yang mengadopsi mereka, mereka besar bersama di panti asuhan. Sampai tragedi itu terjadi. Kebakaran besar melanda panti. Adik-adik yang malang terjebak dalam kobaran api. Mereka semua tewas dalam kebakaran besar yang terjadi.

"Kenapa bisa begini?" Albert dan Berto menangis dengan keras. Hatinya berontak tidak terima.

"Penyebabnya karena konsleting listrik. Waktu kejadiannya ketika semua terlelap tidur. Karena kondisi bangunan yang sudah tua dan lapuk, api cepat membesar." pihak berwajib berusaha memberikan penjelasan.

Mau tidak mau, Albert dan Berto harus menerima kenyataan itu. Kini, hanya mereka berdua yang hidup. Pada saat kejadian, keduanya sedang lembur bekerja. Karena dana panti asuhan terbatas, keduanya bertekad untuk mencari uang demi mencukupi kebutuhan sehari-hari panti.

Hari itu persediaan makanan menipis. Meski di daerah itu rumah-rumah mewah berjajar-jajar, mereka tidak begitu peduli dengan keberadaan panti. Mereka orang- orang kaya yang kikir, gila harta dan gemar menumpuk kekayaan diri sendiri.

Keberadaan orang miskin seperti anak yatim piatu diacuhkan begitu saja. Untung tak mudah diraih, malang tak bisa ditolak. Tragedi menyedihkan menimpa mereka.Dalam semalam, Albert dan Berto kehilangan keluarga dan tempat untuk pulang satu-satunya. Kebersamaan selama 15 tahun lenyap dalam semalam...kedukaan dan kepedihan yang begitu mendalam.

Untuk melupakan tragedi itu, Albert dan Berto pergi jauh dari kota itu. Keduanya hidup terlunta-lunta di kota besar dan asing. Untuk bertahan hidup, keduanya bekerja apa saja.Mencuci mobil, menyemir sepatu atau menjadi kuli. Tapi hasilnya tak cukup buat makan.

Karena penampilan mereka yang lusuh seperti gembel jalanan, orang kota sulit menerima mereka tuk bekerja. Mereka sadari itu dan tidak mengeluh. Tapi si Berto yang berwatak keras tidak terima dengan keadaan itu.

"Aku tidak mau hidup seperti ini. Hidup seperti kecoak yang tidak berharga," gumamnya pelan di suatu malam yang dingin.

"Lalu apa yang bisa kita lakukan?" tanya Albert dengan tenang.

"Ikut aku dan jangan protes apapun." jawab Berto dengan tegas dan serius sambil melangkah keluar dari gubuk kumuh itu.

Albert tanpa membantah, mengikuti sahabatnya dari belakang. Berto dan Albert mulai melakukan aksinya. Dia nekat mencuri apa saja.

Ternyata hasil curian itu cukup lumayan. Albert pun jadi ikut-ikutan. Nasib baik selalu mengayomi mereka. Seperti dewi Fortuna menjaganya. Mereka selalu lolos dari kejaran polisi ataupun orang- orang yang mengejarnya.

Tapi kerjaan mencuri tak lama mereka lakukan. Mereka mau merubah nasib dengan jalan yang halal meski sulit dilalui. Tuhan sungguh baik hati dan mau mendengar doa mereka. Keduanya diterima bekerja di bengkel mobil rongsokan.

"Trimakasih Tuhan..." ucap Albert dan Berto dengan bahagia.

"Belajarlah mengemudi..siapa tahu nasib kalian bisa berubah," kata paman pemilik mobil bekas di tempatnya bekerja.

"Bolehkah kami memakai mobilmu paman?" tanya Albert dan Berto begitu antusias.

"Boleh, tapi setelah semua pekerjaan kalian beres." jawab paman sambil tersenyum.

"Yeeees, trimakasih banyak paman." jawab keduanya sambil bergantian mencium tangan paman itu.

Dari sinilah, nasib mereka berubah. Keduanya belajar mengemudi dan perbengkelan. Berto yang pintar dan tampan ingin pindah ke bengkel yang lebih elit. Bengkel mobil- mobil yang di kendarai para orang kaya.

Kala itu usia keduanya 20 tahun. Dan Berto nasibnya beruntung. Berto diterima menjadi sopir pribadi bos besar. Dan ada kabar burung, kalau ketampanannya membuat nona nya jatuh cinta. Berto yang cerdas dan memang tampan, berlagak jual mahal.

Berto tidak mau dianggap memanfaatkan kepercayaan bos nya. Dia ingin nona itulah yang mengejarnya. Nasibnya sungguh beruntung, bos nya pun menyukainya. Akhirnya kabar burung itu berganti kabar bahagia. Berto menikahi putri bos nya sendiri.

Albert pun sangat gembira mendengar kabar itu. Dan dia pun menghadiri resepsi pernikahan Berto yang meriah. Berto memeluk sahabatnya itu dengan bahagia.

"Semoga kebahagiaan segera datang padamu sobatku," kata Berto di telinga Albert.

"Aku belom tahu, apa itu bahagia. Selamat untukmu Berto," ucap Albert dengan mata terharu.

Takdir kedua sahabat itu seperti kedua sisi mata uang koin. Tidak ada yang tahu bagaimana nasib Albert yang nasibnya tidak punya ambisi.

2. Lyra Dalam Legenda

Albert tidak suka lupa kebaikan orang yang mengulurkan tangan kala dia dibutuhkan. Namun majikannya memahaminya. Beliau selalu bilang bahwa Albert tidak kalah dari Berto. Wajah Albert lebih tampan dari Berto. Sikap Albert lebih baik dan sopan dari Berto.

"Berusahalah mengubah takdirmu Al. Jangan terpaku pada keadaan. Lihatlah Berto, dia pekerja keras dan pantang menyerah pada takdirnya. Kamu lebih dari dia jika kamu sendiri mau berubah." kata paman pemilik bengkel tempat Albert bekerja.

"Ah..paman terlalu menyanjungku," tangkis Albert sambil tersipu malu mendengar pujian dari majikannya itu.

"Jangan menyerah pada nasib Al. Nasibmu cuma kamu sendiri yang bisa mengubahnya. Semangatlah!" kata paman sambil mencengkeram pundak Albert kuat-kuat.

"Baiklah paman, aku akan berusaha. Tapi, paman jangan mengusirku dari sini ya?" kelakar Albert sambil tersenyum.

"Mana mungkin aku mengusirmu? Kau adalah pekerja teladanku. Sungguh beruntung nanti wanita yang menjadi istrimu," balas paman itu sambil mencubit lengan Albert.

"Bukan beruntung paman, tapi buntung. Hahaha." Albert tertawa terbahak.

"Ingat, ucapan adalah doa. Jika keyakinanmu buntung, nanti buntung beneran. Hahaha." paman pun ikut tertawa. Keduanya menikmati jam istirahat sambil berbincang banyak hal yang menyenangkan.

"Seandainya aku bisa mencari kedua orang tuaku, aku tidak akan menyesali hidupku paman." tiba-tiba Albert menjadi sedih.

"Apa kedua orang tuamu sudah tiada?" tanya paman pemilik bengkel itu.

"Saya tidak tahu, karena mereka sudah membuangku," jawab Albert tertunduk lesu.

"Sudah kau coba mencari mereka? Siapa tahu ada petunjuk tentang keluargamu. Mulailah dari mana kamu di temukan. Tanyakan kepada mereka, apa ada petunjuk tentang asal usulmu," paman itu bicara serius agar Albert mengerti.

"Sejak kejadian yang memilukan itu, saya belum pernah kembali ke kota asalku paman. Saya tidak mau teringat kejadian tragis itu," Albert memandang jauh dengan tatapan kosong.

"Jika kau serius mencari asal usulmu, mulailah dari kota asalmu. Siapa tahu bisa kau temukan petunjuk." kata paman itu lagi dengan serius.

"Saya tidak mau mencari mereka. Karena saya sudah di buang. Untuk apa saya mencari orang tua yang tega membuang saya? Sudah jelas, mereka tidak mencintai saya," Albert menatap jauh ke langit sore yang bersih. Awan putih berarak seolah menari gemulai di hadapannya.

"Berto sudah meraih kebahagiaannya. Sekarang tinggal dirimu Al. Mau kamu bawa kemana arah hidupmu?" tanya paman dengan sedih.

"Berto pemuda tampan yang cerdas paman. Tidak salah jika kebahagiaan cepat dia dapatkan. Entahlah dengan diriku," jawab Albert dengan sedih.

"Sudah kubilang, dirimu lebih dari Berto. Tinggal kamu sendiri yang sadar atau tidak. Jika tujuan hidupmu adalah melupakan keluargamu, maka lupakanlah. Jangan cari mereka jika kamu tidak mau terluka." ucapan dan nasehat paman meringankan pikiran Albert yang kalut.

Karena Albert sadar, otaknya tak secerdas Berto. Tapi sejak kecil, Albert suka mendengarkan musik klasik. Dan ingin sekali tangannya memainkan salah satu alat musik itu. Entah piano maupun biola, dia ingin mempelajarinya. Namun dia sadar, dia hanya orang miskin yang tidak punya uang. Bagaimana bisa semua itu jadi nyata?

Suatu hari, Albert pergi ke toko barang loak yang menjual aneka ragam barang-barang bekas yang sudah tua. Albert ingin membeli sebuah lampu meja bekas karena lampu mejanya rusak total.

"Permisi," salam Albert begitu masuk ke dalam toko.

"Silakan anak muda, mau cari apa?" tanya paman pemilik toko barang bekas itu.

"Mau cari lampu meja bekas paman. Apakah paman punya?" tanya Albert dengan sopan sambil melihat barang-barang lainnya yang begitu banyak berserakan di dalam toko itu.

"Barangnya lagi kosong anak muda. Kenapa tidak beli yang baru saja? Pasti ada di toko sebelah." jawab Paman itu dengan sopan pula. Albert hanya tersenyum, matanya menyapu semua yang ada di ruangan itu.

Albert tidak menemukan yang dia cari. Albert malah tertarik pada sebuah alat musik yang mirip gitar, tapi bukan gitar. Dia memegangnya dengan keingintahuan yang besar. Pemilik toko dengan ramah mengatakan padanya bahwa itu adalah alat musik dari Yunani.

"Yang kamu pegang itu alat musik kuno dari Yunani," jelas paman pemilik toko.

"Jauh banget dari Yunani." kata Albert terheran-heran sambil mengusap alat musik itu.

" Orang-orang Yunani menyebutnya LYRA...yang besar, namanya HARPA." kata paman pemilik toko menjelaskannya dengan serius.

"Saya beli yang ini saja paman, uangku tidak cukup kalau buat beli yang besar." balas Albert sembari menunjukkan sisa uang ditangannya. Baru kali ini, Albert bahagia bisa membeli alat musik klasik yang dia inginkan. Walau cuma sebuah Lyra yang sudah usang. Pemilik toko sangat kaget dan pucat pasi.

"Pilih yang lain saja anak muda, lyra ini sudah usang dan rusak. Lihatlah, lyranya sudah tak berdawai lagi. Disana juga ada flut dan gitar, murah kok." pemilik toko berusaha mencegahnya agar Albert tidak membeli lyra itu.

"Tidak apa- apa paman, aku akan memasang dawainya dan akan menyimpannya meski aku tidak bisa memainkannya. Uangku cuma cukup buat beli lyra ini." bujukan pemilik toko tidak mempan, Albert bersih keras membeli lyra itu.

"Baiklah anak muda, terserah padamu.Yang penting, aku sudah mencegahmu...siapa tahu kamu berjodoh dengan lyra itu." balas pemilik toko yang akhirnya menyerah.

"Berjodoh? Memangnya ada apa sih paman dengan lyra ini? Seperti ada sesuatu yang misteri?" tanya Albert penasaran sambil mengusap badan lyra yang penuh debu.

"Nasibmu akan sama dengan jiwa abadi yang tertidur pada denting dawainya jika kamu nekat memainkannya." kata pemilik toko itu menyiratkan kecemasan dan kepedihan.

"Aduuuh pamaan, memangnya siapa yang bersemayam disini? Benda mati tidak akan berjiwa.Paman mengada-ada deh. Ingat paman, sekarang jaman milenium. Hahahaha...pakai nyangkut-nyangkuti nasibku segala." Albert tertawa terbahak-bahak, karena kecemasan pemilik toko tidak masuk akal.

Pemilik toko mulai marah, membuat Albert semakin bingung, tapi juga sangat penasaran. "Ada apa dengan lyra ini?" batinnya.

Pemilik toko mulai menceritakan SEBUAH LEGENDA KUNO...katanya LYRA itu TERKUTUK. Ada noda darah yang mengering dan tak bisa hilang. Pemilik toko mau membuangnya, tapi selalu mimpi buruk yang sama tiap kali berniat membuang lyra itu.

Dalam mimpinya, lyra itu bersuara...jangan membuangku, jika kamu tak mau celaka..karena aku belum menemukan jiwanya. Begitulah mimpi itu yang terus menerus menghantuinya bila berniat membuangnya. Lalu pemilik toko itu mulai bercerita...

"Jaman dahulu kala, dunia dikuasai para dewa. Namun sejak jaman nenek moyang telah tertulis sebuah perjanjian ketat. Manusia dilarang berhubungan cinta dengan bangsa halus, entah jin, peri ataupun dewa dewi dan bidadari.

" Huahahaha kisah yang konyol paman...itu cuma ada di dongeng. Di alam nyata, tidak ada. Hubungan cinta dengan sesama manusia saja sudah rumit, apalagi dengan jin...hahaha." potong Albert yang mulai jenuh dengan ocehan pemilik toko.

"Mau kulanjutkan tidak? Jika tidak mau, pergilah," jawab pemilik toko dengan kesal

"Sudah tanggung mau pergi paman. Penasaran dengan teka teki lyra ini," balas Albert yang akhirnya duduk santai. Pemilik toko pun melanjutkan dongengnya.

"Suatu malam di musim semi...angin semilir membawa keharuman bunga carnesia. Bulan sabit tergantung di langit malam yang dikelilingi bintang-bintang. Langit cerah tanpa awan sedikitpun..."

"Malam itu, seorang pemuda desa yang tampan, memetik lyranya. Suara musiknya yang merdu terbawa angin kemana-mana. Melody itu menyatu dengan suara angin, gemericik air dan gesekan dedaunan. Maka terdengarlah alunan nada yang tercipta seindah SYMPONY SYURGA..."

"Malam seindah dunia khayalan. Burung-burung malam bertengger dipohon-pohon ikut menikmatinya. Sambil memetik lyra kecilnya, pemuda tampan itu menengadah ke langit, sambil berharap melihat bintang jatuh..." pemilik toko berhenti sejenak menghela nafas. Albert yang sebelumnya asal dengar, berubah antusias tuk mendengar kelanjutan kisahnya.

"La..lalu apa yang terjadi paman?" tanya Albert dengan tidak sabar. Wajah tampan itu begitu antusias menunggu paman melanjutkan kisah legenda tersebut.

Paman pemilik toko itu tersenyum melihat Albert yang tidak sabar menunggu kelanjutannya. Seumur hidupnya, baru pertama kalinya paman menceritakan kisah itu kepada orang lain.

Entah firasat apa yang dirasakan oleh paman pemilik toko itu. Sehingga beliau dengan semangat menceritakan kisah cinta legenda yang menyedihkan itu kepada Albert.

Wajah tampan itu sudah tidak sabar menunggu mulut tua itu berbicara. Sesekali dia membenahi tempat duduknya. Agar nyaman sambil mendengarkan paman tua bercerita.

3. Dewa Kematian Eilius

"Konon, jika kita melihat bintang jatuh, dan berdoa sambil memejamkan mata...keinginan kita akan terkabul. Harapan pemuda itupun terkabul. Dalam sekelebatan mata, bintang itu berpijar lalu menghilang. Dia tersenyum, lalu memejamkan mata dan berdoa dalam hati." pemilik toko berhenti sejenak tuk mengambil nafas sambil menyeruput kopinya yang sudah dingin.Albert menyimaknya dengan seksama.

"Hadirkan padaku seseorang yang mengagumi suara lyraku," doa pemuda itu sambil terpejam, dipetiknya kembali dawai demi dawai. Hingga mengeluarkan melody yang syahdu menyatu dengan perasaan rindu. Alunannya terdengar hingga celah-celah pepohonan. Kala matanya terbuka, dihadapannya muncul seorang dewi nan cantik jelita, berbaju putih transparan dengan rambut emas kemilau yang duduk disisinya.."

"Kecantikannya sungguh menakjubkan. Wajahnya bersinar bak bulan purnama. Gaun putih tipisnya melambai-lambai seiring lambaian rambut emasnya yang berkilau diterpa angin malam. Tercium bunga carnesia dari tubuhnya. Seketika keluar ucapan lirih dari pemuda itu" AERA."

" Gadis itu tersenyum lalu berkata "BEIRUS" tiba- tiba gadis itu bersayap bidadari dan terbang perlahan- lahan. Beirus mendongak ke atas. Dewi itu berhenti dan menengok ke bawah. Dalam seketika keduanya saling jatuh cinta. Malam itu sang dewi membatalkan kembali ke kahyangan. Dia tlah jatuh hati pada pemuda desa nan tampan pemetik lyra. Seketika tempat itu disulap menjadi istana kecil yang cantik dengan menara tinggi..."

"Tempat Beirus memetik lyra disulap menjadi jendela menara yang bisa melihat langit luas tanpa batas. Keduanya menghabiskan malam bersama dengan bahagia. Cinta mereka menjalar ke seluruh semesta."

"Cinta keduanya tak bisa dipisahkan. Meski kematian dan keabadian menjadi penghalang mereka, dikehidupan mendatang cinta mereka pasti hidup kembali. Usia manusia tak sampai 100 tahun.Sedangkan peri tak bisa mati. Namun keduanya telah melanggar perjanjian. Malam demi malam, Beirus memetik lyranya dengan merdu. Perasaan rindu dan bahagianya menyatu dalam melody cintanya. Sang dewi sangat menyukai melody itu. Diam-diam, sang dewi turun ke bumi tuk menemui kekasihnya, tanpa seijin raja dewa."

"Lalu apa yang terjadi paman? Apakah raja dewa memisahkan cinta mereka?" tanya Albert yang tidak sabar menanti kisah akhir cinta mereka. Pemilik toko menghela nafas, tuk merenggangkan tenggorokannya.

"Awal musim panas yang menyenangkan. Bunga-bunga bermekaran menebar aroma harumnya. Embun pagi yang berkilau di bunga yang putih. Beraneka ragam bunga mekar memenuhi taman itu. Angin berhembus diatas permukaan air. Rerumputan bergerak gemulai ditiup sang angin dengan manja. Secara serempak, kelopak-kelopak bungapun berguguran karena tiupan angin musim semi yang hampir berlalu...seperti kisah cinta mereka,"

"Duuuh...jadi deg- degan menunggu akhir kisahnya, kayaknya menyedihkan...benar kan paman??" tanya Albert yang membenahi posisi duduknya.Pemilik toko itu tersenyum.

"Cinta yang datang begitu cepat, tak disangka perginya juga begitu singkat. Ada dewi lain yang mengetahui perbuatan dewi Aera. Dan melaporkannya kepada para dewa. Para dewa pun murka dan mengurung dewi Aera di menara langit. Sementara Beirus,dari hari ke hari selalu mengharap kehadirannya. Cinta dan rindu Beirus membuncah..."

"Setiap malam, Beirus selalu memetik lyranya. Dia berharap, Aera mendengar melody rindunya.1...2...hari hatinya sabar menunggu, sambil tersenyum dia berpikir mungkin Aera sibuk. Seminggu...dua minggu, pikiran itu tetap sama. Namun di hari yang ke 27, melody lyranya berubah..."

"Alunan itu penuh kesedihan dan kesepian hatinya. Dawai-dawainya mengeluarkan kerinduan dan kepedihan sang pecinta. Dengan kekuatan penuh, Beirus memainkan lyranya tanpa henti. Alunannya kadang menghentak bak ombak besar menerjang karang. Kemarahan, kesedihan, keputus asaan, kekecewaan, kepedihan dan kesepian hati tlah menguasai jiwanya, hingga dawai- dawai lyra itu putus satu per satu."

"Tepat di hari ke 30, rasa lelah, putus asa, membuat Beirus menyerah pada dewa kematian Eilius. Dia sudah tidak tahan lagi dengan penderitaanya. Para dewa yang angkuh sudah tidak tersentuh hatinya. Lyra nya ambyar tak berdawai lagi. Seperti hidupnya yang kini tak berarti lagi tanpa kekasih hati..."

"Dewa kematian Eilius hanya tersenyum melihat pemuda itu menyerahkan hidupnya. Membiarkan dirinya mati dalam kepedihan dan kesepian. Sebelum dewa kematian Eilius mengambil nyawanya, Beirus diberi kekuatan tuk mengungkapkan isi hatinya...dengan lyra tak berdawainya..."

"Kuberikan kekuatanku kepadamu wahai Beirus, pemuda berdahi seputih gading gajah. Mainkanlah lyramu dengan kekuatan dewaku. Hancurkan keangkuhan raja dewa itu. Aku sang dewa kematian Eilius, memberimu dawai abadi tak terlihat kepadamu." kata dewa kematian Eilius kepada Beirus.

"Wahai dewa pencabut nyawa, ragaku sudah tidak berarti lagi. Jiwaku sudah tak berharga lagi. Apa gunanya aku hidup, jika kekasih hati kini pergi. Bawalah aku bersamamu wahai dewa..." ucap Beirus dengan keputus asaan yang teramat dalam.

"Akan kubawa jiwamu bersamaku wahai pemuda berdahi seputih gading gajah. Mainkanlah lyramu, sampaikan semua perasaanmu. Agar alam semesta tahu cintamu," sabda dewa kematian Eilius sambil mengayunkan senjata trisulanya.

Lyra yang jatuh ke bumi itu mendadak terbang menghampiri Beirus yang bersandar di jendela menara. Tangannya langsung menangkap lyra yang sudah tak berdawai itu di hadapannya.

Matanya terpejam, jari-jemarinya meliuk-liuk memainkan dawai yang tak terlihat oleh mata. Dewa kematian Eilius menatapnya tajam sambil tersenyum dingin mendengarkan melody lyra yang dipetik oleh Beirus.

"Lakukan, lakukan wahai pengikutku. Takdirmu harus berada dalam genggamanku. Hancurkan raja dewa dengan keluh kesah cintamu. Maka, aku akan segera membawa jiwamu." kata dewa kematian Eilius dengan suara membahana.

"Aku ingin bertemu Aera lagi. Dalam wujud apapun diriku, aku ingin dilahirkan kembali. Apakah dewa kematian Eilius mampu mengabulkan keinginanku?" tanya Beirus penuh harap.

"Bukan tugasku wahai Beirus pemuda tampan berdahi seputih gading gajah. Mohonlah kepada dewa reinkarnasi untuk melahirkanmu kembali." jawab dewa kematian Eilius dengan dingin.

Sosok pria gagah berkulit warna perunggu. Dengan tubuh kekar yang terlihat sekokoh baja. Mata abu-abunya melihat tajam setajam mata pedang. Di tangannya yang kekar, tergenggam senjata andalannya, TRISULA seperti senjata dewa SIWA.

Beirus terus bertanya tentang kelahiran kepadanya. Namun jawaban dewa kematian Eilius tetap sama.

"Tugasku hanya mencabut nyawa orang, bukan melahirkan," kata-kata dewa kematian Eilius terdengar lucu.

"Baiklah wahai dewa, hatiku sakit, hatiku pedih. Rasanya aku tak sanggup lagi hidup di bumi ini. Bawa aku pergi wahai dewa. Biarlah kesepian ini kubawa mati, dewi Aera ku sudah tidak peduli," jawab Beirus yang semakin putus asa.

"Mainkan lyramu sepuasmu. Guncanglah negeri dewa dengan alunan lyramu. Agar perasaanmu tersampaikan untuk kekasihmu. Kuberi kau kekuatanku..mainkan..

mainkan, hingga jiwamu tak sanggup lagi. Hingga hatimu tak mampu lagi. Bawalah semua kesedihanmu bersamaku," dewa kematian Eilius mengayunkan trisulanya.

Lyra tak berdawai itu sungguh ajaib sekali. Tanpa di sentuh, melody nya terdengar kemana-mana. Seperti membawa lagu kematian untuk Beirus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!