Malam Pertama Kana (Malaikat Tanpa Sayap)
**Yuhuuu sebelum baca story ini. aku mau cuap-cuap sedikit aja. Dalam cerita ini aku pakai POV orang pertama, jadi berbeda dengan yang Malam Pertama versi Adrian. Ini bukan sekuelnya ya. Cuma aku bikin beda versi (Soalnya aku gak rela Adrian pergi heuhueu)
happy reading kalau suka baca kalau gak suka tinggalkan**.
*****
Kehidupan Kana sangat sempurna dia punya segalanya. Suami yang tampan, mapan dan setia. Dia juga punya Si Kecil Kenzo yang lucu dan menggemaskan. Tapi semua berubah saat kecelakaan itu merenggut suaminya. Kana hancur bahkan tidak hanya sekali dua kali dia ingin mengakhiri hidupnya. Tapi uluran tangan dari dua malaikat tanpa sayap dari masalalu dan masadepannya itu menarik Kana dari kubangan kesedihan. Bisakah Kana bangkit dan tetap menjalani hidup bersama dua malaikat tanpa sayapnya?
***********
Adrian tersenyum manis, sepanjang perjalanan ini tingkah lakunya benar-benar aneh. Dia menggenggam tanganku erat seolah-olah aku akan pergi, untuk sekedar minum saja aku tidak bisa, gerak sedikit Adrian akan mengeratkan genggamannya. "Kak, lepasin dulu tangan aku. Haus ini mau minum." Aku mencoba melepaskan genggaman tangan suamiku, tapi dia menggeleng pelan.
"Gak mau. Tahan dulu hausnya, sebentar lagi kita juga sampai ke rumah Bunda." Adrian fokus dengan setirnya dengan satu tangan. Tangan satunya yang bebas menggenggam tanganku erat.
Aku menyipitkan mata. Dia ini kenapa sih? "Ya ampun, Kak! Aku tidak akan ke mana-mana."
"Iya, aku cuma ingin menghabiskan waktu kita yang tersisa." Adrian menatap lurus ke arahku. Entah kenapa aku merasa tatapan Adrian kali ini berbeda dari biasanya.
"Maksudnya apa, Kak?"
"Maksudnya sisa waktu kita berduaan. Sebentar lagi kita mau jemput Kenzo. Monster kecil itu kan selalu saja mengganggu waktu berdua kita." Adrian cemberut bibirnya mengerucut menggemaskan seperti anak kecil yang merajuk karena tidak dibelikan mainan. Memang sejak Ken lahir 2 tahun lalu perhatianku yang biasanya 100% untuknya hanya tersisa 45 % karena selebihnya untuk Kenzo. Putra pertamaku yang sedang lucu-lucunya.
"Jangan cemburu sama anak sendiri, Kak," tegurku halus. Adrian tersenyum lalu mengangkat tanganku dan menciumnya.
"Enggaklah. Cuma sedikit iri saja pada Ken, dia sekarang menguasai kamu."
"Ya, wajarlah Kak. Dia masih kecil, masih butuh perhatian aku."
Adrian mengangguk kecil. " Iya. Kamu memang ibu yang baik. Jaga Ken baik-baik ya, Na kalau aku pergi nanti. Jangan biarkan dia sendiri."
"Kak Ian ini ada-ada aja. Jaga bareng-barenglah! Kakak kan Ayahnya. Lagian mau ke mana coba? Kayak mau pergi lama saja." Aku tak terima.
"Ya kalau aku pergi kerja, kamu yang jaga Ken, kan?" balas Adrian. Aku manggut-manggut.
Adrian mengacak rambutku sejenak. "Ken dan kamu dua orang yang sangat berarti buat aku. Kalian menyempurnakan hidupku. Terimakasih ya Sayang udah hadir di hidup aku." Adrian menoleh ke arahku tangannya masih setia melingkupi telapak tanganku yang terlihat kecil di gegaman tangannya.
"I love you, Na. Aku akan selalu ada buat kamu." Adrian mencium tanganku sekali lagi membuatku tersipu malu-malu mendengar kata cintanya itu.
"I love y- " Kata-kataku menggantung di udara saat kudengar suara klakson yang keras dan panjang kemudian kurasakan dentuman keras dari arah depan.
"Arghhhhhh…!" Aku menjerit sekuat tenaga mataku terbuka lebar-lebar, keringat dingin membanjiri tubuhku. Kupandang sekeliling ruangan di mana aku berada. Ini kamarku. Dan tadii itu mimpi. Lagi-lagi mimpi yang sama, yang menghantuiku setiap malam. Aku mengusap peluh yang membanjiri pelipis.
Kupejamkan mata sejenak namun kenangan buruk itu masih ada di sana mengangguku setiap malam. Masih melekat kuat di kepalaku kejadian setahun lalu. Bahkan bau anyir darah masih tercium di hidung. Tanganku meraba pelipisku, ada bekas luka di sana. Luka yang akan selalu mengingatkanku pada kejadian itu.
Aku beranjak dari tidur lalu dengan gontai keluar dari kamar untuk beralih ke kamar sebelah. Kubuka pintu kamar yang di depannya dihiasi dengan gambar mobil dan superhero keluaran disney.
Seorang anak lelaki berusia 3 tahun tengah terlelap adalah pemandangan yang pertama kali aku lihat saat menarik handle pintu dan membukanya. Perlahan aku mendekati kasur dengan sprei karakter superhero kesayangan anak lelaki itu.
Dengkurannya halus dan tidurnya begitu tenang. Aku duduk.di tepi ranjang, kuamati wajah polos tanpa dosa itu. Mata, hidung, bibir semua yang ada pada wajah anak itu sangat mirip dengan ayahnya. Superhero sebenarnya. Superhero yang tidak akan pernah kembali untuk pria kecil ini.
Kuambil tangan mungilnya, tanpa terasa pipiku sudah basah. Mengingat semua kejadian yang menimpaku. Aku sangat merasa bersalah, beberapa kali aku mencoba mengakhiri hidup mencoba meninggalkan anak ini sendiri, karena tidak terima dengan apa yang terjadi. Beranggapan bahwa setega itu takdir mengambil Adrian dari aku dan Ken.
Luka gores di pergelangan tanganku adalah bukti betapa jahatnya aku pada Ken.
"Maafin Bunda. Maafin Bunda, Ken," bisikku. Kucium tangannya berulang kali berharap dia memaafkan kebodohan ibunya.
"Jaga Ken baik-baik, Na. Jangan biarkan dia sendiri."
Semua kata-kata Adrian selalu terngiang di telinga. Saat itu aku benar-benar bodoh karena tidak peka jika apa yang Adrian katakan adalah isyarat dia akan pergi. Aku bahkan tidak sempat membalas ungkapan cintanya padaku, padahal itu adalah kata-kata perpisahan darinya.
"Lho, Kana kamu bangun?"
Aku buru-buru mengusap air mata yang membasahi pipiku saat suara mama terdengar di belakangku. Kuletakkan tangan Ken dengan hati-hati di bawah selimutnya. Lalu dengan hati-hati merapikannya memastikan dia nyaman dalam tidurnya.
"Mimpi lagi?" Mama menyodorkan segelas air putih yang dia ambil untukku.
Aku mengangguk dengan tangan terulur menerima gelas yang disodorkan mama. Menyesap isinya untuk sekedar membasahi tenggorokanku yang terasa kering.
"Kana, mau sampai kapan kamu seperti ini?" tanya mama hati-hati, mungkin dia takut aku akan menangis dan melakukan hal-hal bodoh lagi.
"Mama tahu kamu sangat terpukul dengan kepergian Ian, tapi kasihan Ken, Na. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti ini semua. Kamu satu-satunya tempat ternyaman untuk Ken tinggal." Mama menatapku lembut, sejak aku terpukul Mama satu-satunya yang dengan setia berada di sampingku selama 24 jam.
"Gak tau Ma. Kana… Kana ...masih gak bisa terima Ma. Kak Ian pergi secepat ini. Kak Ian padahal udah janji gak ninggalin Kana. Kak Ian janji akan mengajarkan Ken olahraga. Kak Ian-" Aku tak mampu melanjutkan kata-kata lagi semua terasa hilang di tenggorokanku.
Aku mencengkram kuat-kuat gelas yang ada di kedua tanganku dengan tubuh gemetar. Mama memelukku mengusap punggungku lembut.
"Kamu harus kuat Na. Demi Ken." Mama mengecup pucuk kepalaku.
" Adrian tidak benar-benar pergi. Dia akan selalu ada di hati kamu dan Ken, doakan Ian, Na. Jangan beri dia air mata kamu." Mama memelukku erat saat tangisku pecah di pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mumut Sah
mampir ya
aku tunggu nih😁
2020-08-27
2