"Capek banget ya hari ini," keluh Key lalu duduk di samping kursi Kana yang kosong untuk makan siang bersama dengan karyawan lainnya.
" Maklum tanggal muda." Kana menyahut, tangannya sibuk membuka nasi Padang yang dibelikan Guntur, OB kantor. Hari ini mereka memutuskan untuk makan di pantry karena pekerjaan mereka yang hetic membuat mereka malas untuk sekedar makan di luar.
"Iya, yang ngambil tadi banyak banget!" keluh Nurul lalu menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Biasanya kalau tanggal-tanggal muda begini para pensiunan yang malas bikin ATM yang kemari. Padahal kalau pakai ATM lebih simple." Hana menimpali.
"Bener banget. Mereka sudah terlalu sepuh untuk sekedar membuat ATM." Dinar CSO menambahi.
"Ih, jangan pada ngomongin kerjaan dong! Makan jadi gak enak nih," runtuk Key kesal.
"Ya udah ngomongin Pak Gio saja gimana?" usul Nurul dengan mata berbinar-binar. Kana yang masih tergolong anak baru memilih diam.
"Emang kenapa dia?" tanya Dinar. Pak Gio adalah kabag di cabang ini. Seorang duda dengan dua anak yang sudah duduk di Bangku SMP.
"Kayaknya beliau naksir sama salah satu di antara kita." Nurul mengamati teman-temannya satu persatu.
"Siapa? Gue? Gak usah yee!" seru Key dengan mimik wajah dibuat jijik.
"Bukan! Pak Gio cari yang berpengalaman lah. " Nurul tersenyum, lalu menatap lurus ke arah Kana yang sejak tadi asik dengan makanannya.
"Kayaknya Pak Gio naksirnya sama Mbak Kana deh, kan di antara kita di sini yang pengalaman banget cuma Mbak Kana." Nurul berkata dengan tanpa basa basi.
Tangan Kana yang siap menyuapkan makanan berhenti di udara. Dia merasa risih saat semua mata menatap ke arahnya membuat suasana menjadi canggung.
"Gosip aja lo!" sembur Key mencoba mencairkan suasana yang mendadak canggung itu. Kana menghela napas lalu melanjutkan makannya tanpa berkomentar apa-apa.
"Ih, beneran tahu Mbak Key, Pak Gio sering ngeliatin Mbak Kana dari ruangannya. Ya, Mbak Kana kan cantik, putih mana janda lagi," balas Nurul dari nada bicaranya jelas terlihat rasa iri yang mendalam.
Kana masih tak berkomentar padahal dalam hati dia kesal bukan kepalang tapi Kana tak ingin cari masalah. Apalagi Nurul tergolong anak yang masih bau kencur.
"Ya ampun, itu mulut apa knalpot blombongan sih? Gak ada saringannya!" Key menatap Nurul kesal.
"Tau nih bocah!" Dinar menyikut lengan Nurul saat melihat perubahan di wajah Kana yang tak nyaman dengan obrolan mereka.
"Aku ngomong sesuai apa yang aku lihat Mbak!" Nurul tak mau kalah.
Kana meletakan sendoknya. "Aku ke toilet dulu ya?" pamitnya lalu berdiri dan bergegas pergi keluar dari pantry dia ingin membasuh mukanya. Kana butuh air dingin biar hatinya yang panas mendingin seketika.
"Lo sih!" desis Key menatap Nurul sebal. Nurul mengangkat bahu acuh.
Kana tersentak kaget begitu membuka pintu pantry ada seorang pria berdiri di depannya tersenyum manis.
"Astaga, Pak Gio!" pekik Kana tanpa sadar karena dia sungguh sangat terkejut.
Pria berusia 40an itu tersenyum. "Maaf bikin kaget ya?" Pak Gio menatap Kana seperti seekor singa yang melihat mangsanya.
Kana hanya tersenyum sesopan mungkin bagaimanapun Gio adalah atasannya.
"Eh, ada Pak Gio!" Suara dari belakang tubuh Kana mengurungkan niat Kana untuk menjawab pertanyaan Gio.
Nurul meringsek keluar dari balik tubuh Kana tersenyum genit ke arah pria tua itu.
"Ciee, Pak Gio tumben ke pantry?" Nurul menaik turunkan alisnya.
Gio terlihat salah tingkah lalu menyodorkan kantong plastik berisi sekotak donat. "Buat cemilan mumpung masih istirahat."
Tanpa banyak kata Nurul menyambar kantong plastik itu." Makasi ya Pak. Sering-sering, Mbak Kana pasti senang."
Kana menatap Nurul tak suka. Kenapa dia seperti diumpankan pada pria tua ini?
"Oh, pasti!" sahut Gio mantap. Kana tersenyum tipis lalu berpamitan pergi dia benar-benar butuh air biar kepalanya dingin.
Entah kenapa Kana merasa Nurul tidak suka padanya setiap hari bahkan dia selalu menyindir Kana tentang statusnya dan sungguh sebenarnya Kana sangat kesal. Tapi dia bisa apa? Kana karyawan baru dan dia tidak ingin mencari masalah. Lebih baik untuk saat ini dia menahan kekesalannya saja.
Sayangnya, kekesalan Kana tidak berakhir begitu saja saat dia mendapati ban belakang mobilnya kempes. Kana melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Jam 7 malam. Biasanya dia sudah sampai rumah dan bermain dengan Ken tapi jam segini dia masih di kantor. Teman-temannya sudah pulang. Ada yang naik motor, kendaraan umum dan mobil pribadi.
"Mbak Kana mobilnya kenapa?" Hasan satpam kantor yang juga bersiap pulang itu mengernyit heran melihat Kana masih berada di parkiran kantor.
"Ban saya kempes nih Pak," tunjuk Kana ke arah bawah mobilnya. Hasan berjongkok memperhatikan seberapa parah ban mobil Kana yang kempes.
"Wah, ini sih kayaknya bocor Mbak! Mbak Kana bawa ban serep gak?" Hasan berdiri lagi.
Kana mengeleng, mana ngerti dia begituan. Selama ini dia tinggal pakai karena Adrian yang mengurus mesin dan tetekbengeknya.
"Bengkel jauh Mbak dari sini."
Suara Hasan makin membuatnya panik. Kana baru sadar dia memang tidak bisa apa-apa tanpa suaminya. Jika masih ada Adrian, Kana pasti akan segera menelepon suaminya itu dan pasti Adrian akan segera datang, tapi sekarang? Dia harus telepon siapa? Kanda, iya Kanda.
"Saya telepon Kakak saya dulu Pak."
Hasan mengangguk lalu dia mengeluarkan rokok dan korek api menyalakan rokok dan mulai menghisapnya.
Kana sedikit menjauh dia benci bau rokok. Kana mendesah kesal, ponsel Kanda tidak aktif. Kana menscroll kontak di ponselnya mencari nama lain yang kemungkinan bisa menolongnya. Jemarinya berhenti di satu nama yang tidak asing.
"Lho, belum pulang Kana?"
Kana hampir menjatuhkan ponselnya karena kaget dengan suara itu. "Eh, iya Pak Gio."
"Mobil Mbak Kana bocor Pak bannya," sahut Hasan.
"Eh, kalau begitu ayo saya antar biar mobilnya ditinggal di sini, nanti saya hubungi bengkel langganan saya," usul Gio . Kana memgigit bibirnya mempertimbangkan tawaran Gio.
Mungkin lebih baik dia terima tawaran Gio, daripada dia pulang kemalaman lebih baikkan nebeng Gio. Tapi.... nanti timbul gosip yang tidak-tidak kalau orang kantor tahu dia diantar pulang Gio.
"Oh, terimakasih banyak Pak untuk tawarannya. Saya udah telepon orang rumah." Kana tidak mau ambil resiko, karena bagaimanapun statusnya sangat rawan. Gio tampak kecewa karena Kana menolak tawarannya.
"Kalau begitu saya temani saja." Gio tak mau menyerah.
"Eh, jangan Pak!"seru Kana membuat wajah Gio tak suka.
"Nanti kelamaan, saya gak enak. Bapak duluan saja, nanti kakak saya segera datang, nih udah mau saya telepon." Kana menambahkan dia tidak mau Gio tersinggung.
"Ah, tidak apa-apa. Tidak baik wanita cantik sendirian." Gio tersenyum sok manis membuat Kana mengumpat dalam hati, kenapa sih Pak Tua ini keras kepala sekali?
"Ada Pak Hasan kok, Pak." Kana masih berusaha agar dia tidak terjebak bertiga di parkiran dengan Gio di antaranya.
Merasa disebut namanya Hasan gelagapan sesaat, lalu mengangguk-angguk saat melihat kode Kana.
"Ya, gak papa. Lebih banyak orang lebih bagus," sahut Pak Gio. Kana mendesah pasrah. Biarin sajalah yang penting sekarang dia telepon Kanda saja.
"Hallo Bang, tolongin gue dong! Ban belakang gue bocor! Lo jemput gue atau bawain apalah terserah,"seru Kana sesaat Kanda mengangkat teleponnya lalu melirik Gio dan Hasan yang asik mengobrol.
"Gue masih di kantor sama Bos. Bos gue genit Bang!" imbuh Kana dengan suara berbisik berharap Kanda segera datang.
"Apa?!Oke, aku ke sana sekarang Dek!"
Hah? Sejak kapan Kanda bicara dengannya pakai aku-kamu? Terus manggil Dek?
Kana cepat-cepat melihat layar ponselnya di sana tercantum nama kontak 'Kak Joddy' .
What? Jadi yang dia telepon tadi Joddy? Ya ampun, tadikan dia memang menekan nomor Joddy! Kana ogeb!
Setelah menunggu hampiru setengah jam orang yang ditunggu akhirnya datang. Joddy datang dengan temannya.
"Terimakasih ya Pak, itu Kakak saya sudah datang." Kana berterimakasih pada Gio yang menatap Joddy tajam saat pria berkacamata itu turun dari mobilnya.
Wajah Gio berubah ramah saat mendengar Kana memanggil pria tampan itu dengan sebutan Kakak. Gio pikir itu pacar Kana rupanya hanya kakak saja.
"Sorry Dek, kelamaan ya?" Joddy berdiri di depan Kana, menganggukan kepala pada Gio dan Hasan sebagai wujud sopan santun.
"Kakaknya Kana ya? Saya Gio Kabag Kana." Gio mengulurkan tangannya pada Joddy yang menatap sinis pada uluran tangan Gio itu.
"Joddy." Sebenarnya Joddy malas untuk menyambut uluran tangan Gio, tapi demi delikan mata Kana yang tajam akhirnya Joddy mengalah. Dan apa pria ini tadi bilang? Kakak Kana?
Hey, aku pria yang puluhan tahun mencintai Kana.
"Terimakasih sudah menemani Kana. Bapak-bapak bisa lanjut pulang." Tidak bermaksud mengusir tapi memang keberadaan mereka berdua tidak ada faedahnya. Sudah ada Joddy di sini.
Gio menghela napas berat lalu memilih berpamitan dan bergegas pergi.
"Bang, lo antar aja Mbaknya pulang, biar gue urus ban mobilnya. Kalau udah kelar gue antar." Teman Joddy akhirnya bersuara. Joddy mengangguk meminta kunci mobil Kana untuk diserahkan pada teman Joddy.
"Kak, maaf ya. Aku kira tadi Bang Kanda. Aku salah mencet," ucap Kana saat mereka sudah duduk di dalam mobil Joddy.
"Untung kamu salah mencet, jadi aku tahu Bos kamu itu ternyata genit," sahut Joddy lalu menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya. Ini hanya perasaan Kana atau memang ada rasa tidak suka ya di nada suara Joddy
"Hehe itu tadi gimmick aku aja, Kak. Biar Bang Kanda cepat datang. Pak Gio gak macam-macam kok sama aku." Ya, mungkin memang dia lagi pedekate saja.
"Na, aku ini pria aku tahu bangetlah apa niat Bos kamu itu!" Tuh, kenapa Joddy seperti tidak suka ya Kana dekat dengan Gio. Apa jangan-jangan Joddy benar masih naksir dia? Ah, tidak! tidak! Mungkin hanya kekhawatiran Kakak ke adik saja.
"Emang apa niat dia?"
"Ya dia naksir kamu lah!" sewot Joddy tak suka.
"Ya, sah-sah saja Kak. Aku single dia pun sama. Aku janda dia duda." Sumpah, ini bukan Kana yang bicara dia tak benar-benar ingin mengatakan ini. Tapi dia masih terbawa kesal saja dengan kata-kata Nurul.
"Gak boleh!" sentak Joddy tanpa sadar. Membuat Kana mengernyit heran.
"Lha kenapa?"
"Ya ya ka-karena aku juga single," sahut Joddy gelagapan.
"Terus?"
Joddy menatap lurus ke arah Kana yang mengerjap binggung.
"Aku-" Joddy urung melanjutkan kata-katanya saat melihat ponsel di atas dashboard menyala dan tertulis nama 'Siska' dengan tanda love di belakangnya.
Sial!
*********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
💞istrinya jungkook💕
penasaran sbnernya hub joddy ma siska spt ap
2021-06-06
0
LEANA
masih penasaran kenapa adrian bs meninggal...
2021-03-10
1
Vania surya
yaaaahhhh,,,,kok malah sewot bang,,,hehe..ada Siska lhoo 😆😆😆😆
2021-02-13
1