Time Travel And The Galaxi

Time Travel And The Galaxi

Terdampar di ruang angkasa

Sebulan yang lalu, Planet Jupiter.

Pesawat Induk Akademi Bima Sakti saat ini hendak pergi ke Planet Pluto untuk melangsungkan sebuah acara perpisahan para Kadet senior yang telah lulus ujian akhir di Akademi tersebut. Pesawat ini berbentuk bulat pipih dengan satu roket pendorong di bawah nya, saat ini pesawat tersebut baru saja keluar dari orbit di Planet Jupiter.

Di dalam pesawat, di dalam Kabin Perjamuan.

Kabin ini sangat besar berukuran 100x100 meter, di dalam kabin tampak para Kadet yang sedang mengadakan pesta dansa dan ada sekitar 50 Kadet yang lulus di tahun tersebut. Saat ini Jupiter tengah duduk dan di dampingi oleh 4 orang Kadet wanita tercantik di angkatan nya, yaitu Magdalena, Silvia, Cay Yank, dan Widuri yang naksir kepadanya sejak tahun ajaran pertama.

"Jupiter kau sudah berjanji akan memberikan jawaban mu di hari perpisahan antar Kadet ini kan, hari ini adalah saatnya,"

"Siapa yang akan kau pilih di antara kami berempat, Jupiter." Ucap Cay Yank.

"Ugh...... Gadis-gadis ini masih mengingat nya, padahal sudah lima tahun berlalu,"

"Makanya mereka menyekap ku di sofa saat ini." Gumam Jupiter.

"Benar Jupiter, kami sudah menunggu selama lima tahun, malam ini kau harus memutuskan nya," Ucap Magdalena.

"Gawat..... Aku harus bagaimana." Gumam Jupiter

"Huft.......................... " Suara hembusan panjang nafas Jupiter.

"Apa perlu kau mencoba kami satu persatu terlebih dahulu, baru kemudian memutuskan nya sesudah itu, Jupiter?" Tanya Widuri.

"Ya aku sangat setuju dengan usul dari Widuri tersebut, tenang saja aku ini masih tersegel dengan rapat." Ucap Silvia, lalu menggandeng tangan Jupiter.

"Aku tidak masalah jika kau menjadikan aku yang kedua Jupiter, yang penting aku bisa selalu bersamamu." Ucap Widuri.

"Wah............ Gadis-gadis ini seenak nya saja memutuskan nya, jadi aku harus bagai mana nih?" Gumam Jupiter.

Jupiter pun berpikir sejenak.

"Kurasa kita harus menikmati Pesta Dansa ini terlebih dahulu, masalah memilih nanti saja kita putuskan setelah selesai Pesta Dansa ini selesai Nona-nona." Ucap Jupiter, lalu melepaskan gandengan tangan Silvia.

"Ugh........ Widuri dasar Fuckgirl." Gumam Silvia.

Widuri lalu beranjak dari sofa kemudian duduk di pangkuan Jupiter, ia tersinggung dengan perkataan Silvia. Kedua gadis lainnya sebenarnya tersinggung juga, namun mereka tidak pandai bersilat lidah.

"Jupiter, aku tahu kalau perawan itu memang sempit dan menawan,"

"Tapi pernahkah kau mendengar mengenai Janda, walau pun tidak sempit tapi pandai menjepit," Ucap Widuri.

"Uhuk.... uhuk.... uhuk..... " Suara batuk Jupiter, saat mendengarkan statemen nakal tersebut.

Beberapa menit kemudian.

"Ugh.......... Celanaku terasa sedikit sesak, Widuri kenapa kau pakai acara duduk di pangkuan ku pula." Gumam Jupiter, pipinya pun memerah.

Widuri seperti nya mulai menyadari tonjolan tersebut.

"Wah...... Besarnya, aku sungguh beruntung." Gumam Widuri.

"Hi..... Hi...... Hi...... "

"Hi......Hi...... Hi...... " Tawa Kecil Widuri.

Jupiter pun mulai gagal paham dan tidak bisa berkonsentrasi dengan perkataan Widuri, ia berpikiran polos jika Widuri adalah seorang Jamur atau Janda di bawah umur.

"Kasian Widuri, aku jadi teringat ibuku yang harus menjadi single parent sesudah ayah ku pergi dan tidak kembali,"

"Ugh......tapi kenapa juga kau berlama-lama duduk di pangkuan ku Widuri......." Gumam Jupiter, sedikit gelisah

Sebenarnya Jupiter memilih Widuri di karenakan Widuri bersedia di jadikan yang kedua, dan dia merupakan Kadet ter panas di angkatan nya.

"Ugh....... Fuckgirl ini memang seorang profesional, bahkan dia langsung menerkam Jupiter di hadapan kami bertiga saat ini,"

"Sepertinya ada yang menonjol, Aku tidak terima." Gumam Cay Yank.

Cay Yank lalu berdiri dari sofa kemudian menarik lengan Widuri agar bangun dari pangkuan Jupiter dan kembali ke sofa. Widuri pun kembali duduk di sofa, lalu Cay Yank berdiri di hadapannya.

"Hah......... Syukurlah, jika tidak aku tidak akan kuat menahan nya lagi, berat.... sungguh berat namun wangi." Gumam Jupiter.

"Cepat putuskan sekarang Jupiter, kami berempat adalah teman?" Tanya Cay Yank.

"Benar Jupiter, kau harus memilih nya sekarang?" Ucap Magdalena.

"Aku akan memilih Widuri, aku kasian pada nya dia kan Jamur." Gumam Jupiter.

"Baiklah aku akan memutuskannya sekarang." Ucap Jupiter.

"Pilih aku Jupiter, malam pertama mu pasti akan membara dan cetar membahana, Jupiter." Ucap Magdalena.

"Ugh...... Magdalena memiliki tekad yang berapi-api dia sangat cocok menjadi seorang kapten daripada seorang isteri." Gumam Jupiter.

"Pilih aku Sayang, ku pastikan tiap malam mu selalu basah." Ucap Cay Yank.

"Ugh.....Cay Yank pasti sering bermain yang berair-air dan becek-becek, dia lebih cocok jadi petugas kebersihan dari pada seorang istri." Gumam Jupiter.

Pilih aku Beib, aku pasti akan menjadi istri yang akan membahagiakan kan mu selamanya." Ucap Silvia.

"Ugh....... Silvia merupakan seorang istri tipe ke ibuan dan memiliki pemikiran yang paling normal di antara mereka berempat, namun menjadikan nya istri pasti hidup ku akan monoton." Gumam Jupiter.

"Aku gak neko-neko Pa, aku bersedia menjadi istri kedua, ketiga, atau keempat,"

"Yang penting dapat selalu bersama Papa." Ucap Widuri.

"Ugh...... Kasian... Kasian sekali Widuri, dia sampai pasrah dengan hidupnya, dia lah yang paling cocok dengan ku,"

"Yang penting dia memiliki seorang sandaran hidup itu sudah cukup bagi nya, kasian Widuri seorang single parent." Gumam Jupiter, mata nya tampak berkaca-kaca.

"Dasar FuckGirl aku sudah pasti kalah, rayuan nya sangat profesional." Gumam kompak ketiga Gadis cantik tersebut.

"Aku akan memilih.................. " Ucap Jupiter.

Belum habis Jupiter berbicara, Seorang Gadis Cantik muncul dengan tiba-tiba lalu menarik nya dari kumpulan Gadis-gadis tersebut. Karena tarikan nya begitu kuat Jupiter pun terpaksa ikut berlari dengan nya, ternyata Gadis Cantik tersebut adalah Uranus.

"Uranus, kenapa kau menarik ku?" Tanya Jupiter, sambil berlari.

"Sudah kita lari dulu Jupiter, lihat keempat Fuckgirl itu sedang mengejar mu,"

"Padahal mereka sudah tau kan kalau kau adalah mangsaku." Ucap Uranus, sambil berlari.

"Mangsa, apa dia pikir aku seekor **** hutan alien?" Gumam Jupiter, sambil berlari.

"Penculik, lepaskan calon suamiku," Teriak Silvia.

Mereka berempat pun mengejar Jupiter dan Uranus, setelah beberapa menit mereka pun tiba di parkiran pesawat kecil di dalam pesawat induk ini. Uranus kemudian menyembunyikan Jupiter di dalam pesawat kecil miliknya.

Di dalam pesawat kecil milik Uranus.

Uranus pun menyalakan penerangan di dalam Pesawat kecil ini.

"Jupiter ku bersembunyi lah disini, anggap saja ini pesawat mu sendiri." Ucap Uranus.

"Tapi Uranus........... " Ucap Jupiter.

"Husss.................. "

"Aku pergi dulu Jupiter, setelah aku menyingkirkan mereka aku akan kembali." Ucap Uranus.

Uranus lalu mencium bibir Jupiter.

"Uranus, kau.... " Ucap Jupiter, lalu membalas ciuman Uranus.

Uranus pun pergi meninggalkan Jupiter, dari pintu darurat di langit-langit pesawat.

"Kenapa dia keluar dari sana ya, mungkin pintu di samping itu sudah macet, pesawat ini keliatan sudah tua,"

"Ya sudah sebaiknya aku duduk di sana saja dulu sambil menghisap sebatang rokok." Gumam Jupiter.

Beberapa saat kemudian.

"Duarghhh....... Duargh...... Duargh......... " Suara ledakan.

"Ugh............sepertinya ada serangan dari Perompak Ruang Angkasa, aku sebaik nya ke Kabin kemudi." Ucap Jupiter.

"Duarghhh....... Duargh...... Duargh......... " Suara ledakan.

"Groagh........ Groagh........ Groagh........ " Suara getaran pesawat induk.

Pintu garasi pesawat induk pun mulai terbuka sendiri, Pesawat induk mulai miring menyebabkan pesawat-pesawat kecil di dalamnya tergelincir keluar.

Di dalam Kabin Kemudi.

Jupiter sedang mencoba mengoperasikan pesawat kecil ini, namun dia bingung karena pesawat ini merupakan pesawat tua. Pesawat kecil ini tengah melayang di ruang angkasa setelah keluar dari pintu garasi pesawat induk.

"Bagaimana ini?"

"Ugh..... Uranus kenapa pesawat mu begitu kuno." Ucap Jupiter, lalu menoleh ke kaca depan.

"Apa itu............." Ucap Jupiter.

"Duargh....... Duarghhh..... Duargh........ " Suara ledakan akibat serangan Perompak Ruang Angkasa.

Sebuah Red Hole raksasa muncul di depan nya terlihat banyak sekali pesawat kecil dan pesawat darurat yang terhisap ke dalam nya. Pesawat kecil yang di naiki oleh Jupiter pun ikut terhisap ke dalam nya.

Sebulan kemudian, Pasca Pesawat Kecil Jupiter terhisap ke dalam sebuah Red Hole.

Saat ini Jupiter tengah tidur dan bermimpi tentang kenangan masa kecil nya dari dalam Kabin Kemudi.

Planet Jupiter tahun 2500 masehi.

Jupiter dan ayahnya sedang kamping di Gunung Andala, sebuah Gunung tertinggi di Planet Jupiter.

"Ayah lihatlah langit di atas sana,"

"Wah................banyak sekali bintang-bintang nya, yah." Ucap Jupiter cilik, sambil menunjuk ke atas langit.

Ayah Jupiter pun melihat ke atas langit tersebut, lalu berdiam diri sejenak.

"Jupiter, bintang-bintang yang banyak itu merupakan kumpulan galaksi-galaksi yang sangat-sangat jauh dari tempat kita berada saat ini." Ucap Ayah Jupiter.

"Ayah bisakah kita mengambil bintang-bintang di atas sana." Ucap Jupiter cilik, sambil menoleh ke arah ayah nya.

Ayah Jupiter kembali diam untuk sejenak, lalu mulai tertawa.

"Ha... ha... ha..." Suara tawa kecil ayah Jupiter, lalu memegang kedua pundak Jupiter.

"Jupiter, Kita tidak bisa mengambilnya putra ku,"

"Tapi kita bisa pergi ke sana suatu saat." Ucap ayah Jupiter, lalu menunjuk langit di malam hari.

"Benarkah ayah, kapan ayah akan membawaku ke bintang-bintang di sana?" Tanya Jupiter cilik.

"Bulan depan ayah berjanji setelah selesai bertugas, ayah akan mengajak mu ke Galaksi Cahaya,"

Galaksi Cahaya yang dimaksud ayah Jupiter merupakan sebuah markas pusat Federasi Bintang.

"Ini terimalah, ayah memberikan mu sebuah Cincin Bintang,"

"Pakailah Jupiter." Jawab ayah Jupiter, sambil memberikan sebuah cincin ke tangan Jupiter.

Jupiter lalu memakai Cincin Bintang tersebut dan kembali memandangi bintang-bintang di langit dari atas Gunung Andala. Ternyata itu semua hanyalah mimpi Jupiter yang sedang tertidur di sebuah kursi kemudi pesawat ruang angkasa.

"Hah.....................mimpi itu lagi," Gumam Jupiter.

"Ayah sekarang aku sudah berada di antara bintang-bintang tersebut." Gumam Jupiter, sambil melihat cincin di jari telunjuk nya sebelah kanan.

Cincin Bintang ini berwarna putih seperti Giok.

"Ayah........... " Gumam Jupiter.

Jupiter saat ini sedang berada di dalam sebuah pesawat ruang angkasa kecil yang sudah kehabisan bahan bakar. Pesawat ruang angkasa ini sudah terombang-ambing selama sebulan di galaksi antah-berantah tersebut. Pesawat ruang angkasa pun perlahan-lahan mulai mendekati sebuah Planet yang berwarna Putih.

Kabin Kemudi

"Hah.............. " Suara nafas panjang Jupiter.

"Sepertinya persediaan makanan di dalam pesawat ini sudah mulai habis, aku seperti nya akan segera mati karena kehabisan makanan." Gumam Jupiter.

Jupiter tidak menyadari bahwa sanya pesawatnya saat ini sedang di tarik oleh medan gravitasi Planet Putih di dekatnya.

"Sekaleng beer disaat-saat seperti ini adalah yang terbaik, tidak kukira karier ku di Federasi Bima Sakti akan berakhir seperti ini." Ucap Jupiter.

Jupiter pun bangun dari kursi lalu beranjak ke kabin tengah berencana meminum sekaleng beer, dan menghisap sebatang rokok untuk yang terakhir kalinya.

Kabin Tengah

Ia pun mulai berjalan perlahan ke kabin tengah kemudian mengambil beer terakhir yang tersisa di dalam lemari penyimpanan pesawat tersebut.

"Ketemu juga." Gumam Jupiter.

Ia pun lalu duduk di kursi kabin tengah dan membuka kaleng beer tersebut kemudian mulai meneguk nya beberapa kali.

"Wah............ "

"Rasa beer ini sungguh sangat nikmat, jika tahu begini saat di bulan aku pasti akan membiarkan Uranus melakukan hal tersebut kepadaku." Gumam Jupiter, lalu mengingat sebuah kenangan saat ia baru saja di terima menjadi seorang Kadet di Akademi.

Bulan Planet Bumi

Hutan Hujan Kota Bulan, pepohonan yang tumbuh di dalam hutan ini adalah sebuah pohon cemara dengan warna daun kemerah-merahan. Hutan ini tercipta akibat rekayasa yang di lakukan oleh tim penelitian Federasi Galaxi Bima Sakti, sebagai salah satu paru-paru di bulan. Saat ini Jupiter tengah kamping di dalam Hutan Hujan Kota Bulan bersama kadet-kadet muda lainnya, kamping ini di adakan oleh pihak Akademi Bima Sakti guna merayakan kelulusan para kadet-kadet baru ini memasuki Akademi Bima Sakti.

Di dalam tenda Jupiter.

Usia Jupiter saat itu adalah 15 tahun dan dia merupakan seorang Kadet muda yang paling tampan di dalam Akademi.

"Akhirnya aku lulus juga, tidak sia-sia selama beberapa bulan ini aku giat belajar di rumah." Gumam Jupiter.

Jupiter saat ini menyadari beberapa Kadet Wanita tengah mengintip nya di luar tenda.

"Kya......... tidak ku sangka dia begitu tampan." bisik salah satu Kadet Wanita tersebut.

"Papanya juga merupakan Panglima Galaxi Bima Sakti ini, kegagahan nya itu pasti di turun kan oleh Papanya." Bisik Kadet Wanita lainnya.

Jupiter sejak dulu sangat di gemari oleh para gadis-gadis, jadi dia sudah terbiasa dengan hal-hal seperti penguntitan.

"Biarlah mereka mengintip ku di luar tenda, yang penting mereka tidak akan masuk ke tendaku lalu melecehkan ku,"

"Baiklah aku harus belajar lagi."

"Ganbatte, Jupiter." Gumam Jupiter, lalu mulai membaca buku pelajaran dengan serius kembali.

Beberapa saat kemudian sesosok gadis yang sangat cantik pun masuk ke dalam tenda Jupiter, tercium jelas bau alkohol sangat menyengat dari dalam mulutnya. Kadet muda ini adalah Uranus Jackal, dan saat ini dia tengah mengenakan sebuah piyama tidur yang super minim dan transparan yang sangat menggoda.

"Jupiter, aku ingin berbicara empat mata dengan mu,"

"Bolehkah." Ucap Uranus.

"Firasat Ku tidak enak, dan saat ini dia sedang mabuk,"

"Jelas-jelas saat ini kami tengah berbicara empat mata, kecuali beberapa Kadet penguntit di luar." Gumam Jupiter.

"Bicaralah Uranus cepat." Ucap Jupiter.

"Ugh.... celanaku mulai terasa sempit, kenapa dia harus mengenakan pakaian super minim tersebut." Gumam Jupiter.

Uranus yang tengah mabuk semakin mendekati Jupiter, lalu menggenggam tangan nya.

"Jupiter, kau tau saat ini kita tengah berada di bulan kan." Ucap Uranus.

"Ya tentu saja Uranus kita saat ini memang sedang berada di Hutan Hujan Kota Bulan." Ucap Jupiter.

"Sebenarnya seberapa banyak kaleng beer yang dia habiskan sebelumnya sih." Gumam Jupiter.

"Uak........................... " Suara muntahan beer ke celana Jupiter.

"Waduh......basah deh, mana tanganku lagi di pegang nya lagi." Gumam Jupiter.

"Maaf.... maaf..... Jupiter, aku tidak sengaja." Ucap Uranus, kemudian mulai mengelap muntahan beer yang ada di celana milik Jupiter.

"Uranus sebaiknya jangan." Ucap Jupiter.

Uranus tidak menghiraukan perkataan Jupiter, lalu terus mengelap nya.

"Ugh.................. sudahlah." Gumam Jupiter.

Sementara itu di luar Tenda.

"Wah........ Uranus benar-benar berani, dia bahkan berani mengelap sesuatu di bawah perut Jupiter,"

"Kya...... aku jadi pengen ngelap juga." Bisik salah satu Kadet Wanita.

"Huss...... diam lah, nanti kita semua bisa ketauan sama Jupiter." Bisik Kadet Wanita lainnya.

Di dalam tenda.

"Sampai dimana aku tadi berbicara Jupiter." Ucap Uranus.

"Berat nih si kawan mabuk." Gumam Jupiter.

"Bulan." Uranus. Ucap Jupiter.

"Oh..... iya benar Bulan,"

"Bulan ini merupakan salah satu sumber penerangan saat malam di Planet Bumi sejak zaman dahulu kala,"

"Sedangkan kamu Jupiter, merupakan sebuah sumber penerangan di dalam hatiku." Ucap Uranus, lalu mendorong tubuh Jupiter hingga tersungkur.

"Uranus sadarlah, kau sedang mabuk." Ucap Jupiter.

Uranus pun kemudian naik ke atas tubuh Jupiter lalu mencium bibir nya dan hendak memperkosanya.

"***** nih perempuan, sebaiknya aku menghentikannya sekarang." Gumam Jupiter.

Jupiter lalu mendorong tubuh Uranus hingga menjauh dari nya.

"Jupiter.... apakah aku kurang cantik?" Tanya Uranus.

"Bukan kau hanya sedang mabuk, kembalilah disaat kau tidak sedang mabuk Uranus." Jawab Jupiter.

Uranus lalu tersenyum, kemudian beranjak keluar begitu sampai di pintu tenda ia pun menghentikan langkahnya.

"Ingat ya Jupiter, aku pasti akan kembali." Ucap Uranus, lalu keluar dari tenda.

"Ugh........ sebenarnya aku mau bersama dengan mu Uranus, hanya saja cowok yang terakhir kali dekat dengan mu di bunuh oleh Papa mu." Gumam Jupiter, lalu kembali belajar.

Diluar Tenda, saat Uranus mengutarakan cintanya.

"So... sweeet.......... Uranus, walau ayah mu seorang pembunuh bayaran,"

"Tapi gaya bicara mu sangat romantis." Bisik salah satu Kadet Wanita.

"Huss........... jangan berisik mereka akan melakukannya itu lihat Jupiter dan Uranus sedang berciuman.

Beberapa saat kemudian.

"Kwak...... Kwak..... Kwak..... " Suara seekor alien Gagak sedang lewat.

"Ugh...... Jupiter, kenapa kau malah mendorongnya... " Bisik salah satu Kadet Wanita.

"Kan Kentang jadinya...... " Bisik Kadet Wanita lainnya.

"Dasar Jupiter bodoh, sesekali beri kami pertunjukan yang menarik, bukan tontonan yang kentang seperti ini." Bisik Kadet Wanita lainnya.

"Byurrrr............... " Suara hujan deras.

Beberapa saat kemudian Para Kadet Penguntit pun membubarkan diri dengan wajah kesal akibat turun hujan.

Saat ini

Kembali ke kabin tengah dimana Jupiter tengah duduk di sebuah kursi.

"Jika tau aku bakal terdampar seperti ini, pasti saat itu aku akan membiarkan diriku di perkosa oleh Uranus,"

"Walaupun sudah banyak berciuman dengan gadis-gadis cantik, namun sampai saat ini aku masih saja perjaka,"

"Ini semua karena obsesi ku mengikuti Jejak ayahku." Gumam Jupiter.

"Hiks....... hiks...... hiks........ " Tangis kecil Jupiter di dalam hati, kemudian ia meletakkan beer tersebut di atas meja bundar di tengah kabin.

"Sebaiknya aku mulai menghisap sebatang rokok, untuk menghilangkan rasa galau ku saat ini." Gumam Jupiter, lalu mulai merogoh saku celananya berniat mengambil sebungkus rokok.

Beberapa saat kemudian.

"Ah.......ketemu ini dia bungkus rokoknya." Ucap Jupiter, setelah merogoh bungkus rokok nya.

Di dalam bungkus rokok ternyata hanya tersisa sebatang rokok lagi, Jupiter pun mulai mengambil nya lalu hendak membakarnya. Jupiter pun merogoh-rogoh kembali saku celananya lalu saku baju nya untuk mencari sebuah pemantik api, tapi benda tersebut tak kunjung ia temukan. Jupiter pun duduk di kursi sambil melempang kan kedua kaki nya, lalu mengambil lagi rokok yang ada di mulut nya kemudian memasukkan nya kembali ke dalam bungkusan nya dan menyimpan nya.

"Sungguh sial, bahkan disaat-saat terakhir ini aku tidak dapat menikmati sebatang rokok pun." Gumam Jupiter.

Pesawat ruang angkasa milik Jupiter pun mulai memasuki atmosfer planet putih, goncangan pun mulai terjadi.

"Groaghhhhh.......... groaghhhhh........... " Suara goncangan pesawat.

Jupiter pun lantas berpegangan pada meja bundar di kabin belakang, goncangan yang terjadi pun semakin besar.

"Ada apa ini, sepertinya pesawat ini bertabrakan dengan sebuah asteroid." Ucap Jupiter.

"Bahkan aku akan mati dengan mengenaskan, tanpa menyisakan apa pun,"

"Malangnya nasibku." Gumam Jupiter.

Akibat goncangan yang begitu besar kepala Jupiter pun akhirnya membentur dinding kabin setelah itu tubuhnya pun oleng beberapa kali hingga akhirnya, ia pun tersungkur lalu tak sadarkan diri kemudian.

"Ugh................. " Gumam Jupiter.

Pesawat ruang angkasa Jupiter mulai ditarik oleh medan gravitasi Planet Putih tersebut, lalu melesat cepat ke arah daratan layaknya komet yang jatuh.

Beberapa saat kemudian.

"Duarrrrrr............" Suara ledakan yang di akibatkan pesawat mendarat secara tidak sempurna ke pinggiran pantai di Planet Putih.

Planet Putih ini adalah Planet Jabberwook, salah satu Planet yang di lindungi oleh Federasi Bintang karena peradaban nya yang masih primitif.

"Kwak....... Kwak....... Kwak........ " Suara burung ungu berparuh besar yang terbang saat mendengar suara ledakan tersebut.

Koloni bumi shelter 215, Planet Jupiter tahun 2500 masehi

Jupiter kembali tak sadar kan diri lalu bermimpi mengenai ayah nya kembali.

"Ayah kau telah berjanji hari ini akan membawaku ke bintang-bintang tersebut." Ucap Jupiter cilik, sambil memandangi langit melalui jendela di dalam kamarnya.

"Tapi kau tak kunjung datang, Ayah," Ucap Jupiter cilik.

"Hiks.... hiks.... hiks..." Suara tangis kecil Jupiter cilik, kemudian Jupiter memandangi cincin bintang pemberian ayahnya.

Jupiter pun terus memandangi langit malam tersebut dari rumah nya yang berada di koloni bumi shelter 215 seorang diri. Ternyata itu semua hanya mimpi, dan akhirnya Jupiter Pun mulai sadar kembali.

Saat ini

Kabin Tengah

Jupiter pun mulai membuka kedua matanya perlahan.

"Argggh...................... mimpi itu lagi." Gumam Jupiter, sambil memegang kepala nya yang masih sedikit sakit dan agak pusing.

Jupiter lalu bangun dan mengambil perban lalu obat-obatan dari dalam lemari penyimpanan berniat mengobati luka di dahinya. Setelah itu Jupiter pun beranjak kembali ke dalam ruang kabin kemudi.

"Ugh...............Kepalaku sakit sekali." Gumam Jupiter.

Kabin Kemudi

Sesampainya di kabin kemudi, Jupiter pun sangat terkejut melihat nya. Tampak di kaca depan kabin kemudi sebuah daratan yang di tumbuhi oleh tanaman-tanaman dan pepohonan yang berbentuk aneh.

"Di mana ini?" Ucap Jupiter.

Jupiter kemudian diam sejenak untuk menganalisa apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa saat kemudian dia mulai menyadari sesuatu.

"Ternyata goncangan besar tadi disebabkan oleh pesawat yang sedang memasuki atmosfer planet ini."

"Sungguh beruntung diriku mendarat dengan hanya sedikit luka di dahi." Gumam Jupiter.

Jupiter pun kembali ke kabin tengah lalu duduk di kursi.

Kabin Tengah

"Walaupun sudah tumpah, namun masih bersisa sedikit," Gumam Jupiter, lalu meneguk habis beer tersebut.

"Setidaknya aku masih memiliki kesempatan untuk bertahan hidup."

"Sebaiknya aku bersiap untuk menjelajahi daratan asing ini." Gumam Jupiter.

Jupiter pun mulai bersiap, ia pun mengenakan seragam kadet resmi nya yang berwarna hitam lalu membawa serta ransel di punggung nya dan pistol laser di pinggang nya.

"Baiklah Planet Asing, aku akan menjamah mu sebentar lagi,"

"Kenapa aku mengingat Widuri ya, ugh.......Jamur....jamur." Gumam Jupiter.

Ia pun memencet tombol di dinding kabin belakang seketika pintu darurat tepat di atas langit-langit pesawat ruang angkasa tersebut terbuka secara otomatis. Tangga pun mulai turun perlahan, Jupiter pun langsung menaiki tangga tersebut dan beranjak keluar.

Tepian Pantai Planet Putih, di atas Pesawat Ruang Angkasa Kecil.

"Hem.......... huft......... " Suara tarikan dan hembusan panjang nafas Jupiter.

"Udara nya begitu segar, tumbuhan yang tumbuh disini pun benar-benar tumbuh secara alami,"

"Tidak seperti di tempat asal ku yang hanya bisa tumbuh melalui rekayasa genetik." Gumam Jupiter.

Pesawat ruang angkasa yang di naiki Jupiter memiliki desain bulat pipih dengan dua buah ekor di atasnya dan empat roket pendorong. Pesawat ruang angkasa ini memiliki diameter lima belas meter, dan berbahan bakar kristal energi. Jupiter pun keluar tepat di atas atap pesawat ruang angkasa tersebut.

"Sebaiknya aku tidak perlu terburu-buru menjelajahi daratan asing ini, aku harus mengamati keadaan lingkungan nya terlebih dahulu." Gumam Jupiter, lalu mulai mengamati ke sekeliling tepian pantai dan hutan menggunakan teropong milik nya.

Beberapa saat kemudian.

"Kwak...... Kwak...... Kwak.... " Suara burung ungu berparuh besar.

"Hah..... apa itu?" Gumam Jupiter.

Di sekitar 10 km di depan pesawat ruang angkasa terlihat se ekor burung berwarna ungu yang memiliki paruh besar dan memiliki tinggi 2 meter mendarat di tepi pantai.

"Kwak..... Kwak....... Kwak......." suara kicauan Burung Alien tersebut.

"Pantai ini begitu sunyi, apa yang menyebabkan nya begitu sunyi?" Ucap Jupiter.

"Laut tenang sebelum datang nya badai, sebaiknya aku mengobservasi pantai putih ini terlebih dahulu." Ucap Jupiter.

Beberapa saat kemudian muncul monster mirip cacing raksasa dari dalam pasir yang langsung menerkam burung berparuh besar berwarna ungu tersebut.

"Kwakkkk.............. " Jeritan burung ungu berparuh besar.

Cacing monster itu pun masuk kembali ke dalam pasir setelah memangsa burung tersebut, suasana di tepian pantai putih ini pun kembali tenang dan sunyi.

"Untung aku tidak gegabah tadi, jika tidak sudah tamat riwayatku di mangsa seperti burung berparuh ungu tersebut." Gumam Jupiter.

"Sebaiknya aku mengambil speedboard angkasa di pesawat terlebih dahulu, baru menjelajah planet asing ini." Gumam Jupiter.

Jupiter pun kembali ke dalam pesawat ruang angkasa nya lalu mengambil speedboard angkasanya dan kembali ke luar pesawat. Di planet putih ini hari sudah menjelang siang terlihat matahari sudah berada di atas kepala. Air laut di planet ini berwarna putih jernih, serta pepohonan di sekitar hutan memiliki bentuk yang sangat aneh. Pohon tersebut memiliki batang berwarna hijau namun daun-daunnya berwarna putih.

"Hutan yang sangat aneh, baru kali ini aku melihat nya,"

"Tapi aku sudah terbiasa dengan yang aneh-aneh,saat di Akademi aku berulang kali hampir di perkosa oleh para Kadet Wanita,"

"Hutan aneh ini tidak membuat ku takut sedikit pun." Gumam Jupiter.

Diameter dari pohon-pohon di hutan ini pun berkisar tiga meteran, sangat besar untuk ukuran sebuah pohon. Jupiter masih belum meninggalkan atap pesawat, ia masih saja memantau keadaan di planet asing tersebut.

"Sepertinya jika kita tidak bersentuhan dengan pasir tersebut, cacing raksasa itu tidak akan muncul." Ucap Jupiter.

Hutan Minotaur

Jupiter pun mulai meninggal kan pesawat ruang angkasa tersebut menggunakan speedboard angkasanya lalu terbang perlahan ke arah hutan disekitar pantai. Ia pun takjub melihat hutan tersebut yang di penuhi berbagai jenis tanaman-tanaman aneh. Jupiter pun mulai menjelajah semakin dalam ke dalam hutan tersebut, beberapa saat kemudian se ekor binatang buas alien menerjang ke arah nya.

"Ergh.............. " Erangan binatang buas alien tersebut.

Jupiter pun tersungkur jatuh dari speedboard nya dengan luka cakaran di punggung nya serta ransel nya pun ikut terjatuh tanpa di sadari nya.

"Ugh........... punggung ku, sakit,"

"Apa yang menyerang ku barusan." Ucap Jupiter.

Binatang buas tersebut pun mulai melompat ke atas tubuh Jupiter yang terjatuh lalu mengaum.

"Aurgh.................... " Suara auman binatang alien tersebut.

Ia pun mengambil pistol laser di pinggang nya lalu mengarahkan nya tepat ke kepala binatang buas alien tersebut.

"Mati kau." Ucap Jupiter.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.

Tembakan Jupiter berhasil mengenai tepat di dahi binatang buas alien tersebut, seketika binatang buas tersebut pun tewas dan roboh menimpa Jupiter. Ia pun kemudian menolak tubuh binatang buas alien yang menimpa nya ke samping lalu kemudian bangun.

"Ugh...... beratnya apa yang sebenarnya dia makan selama ini." Gumam Jupiter.

"Hampir saja aku tinggal nama, sepertinya masih ada dua ekor lagi di hadapanku." Ucap Jupiter.

Kedua binatang buas itu menatap tajam ke arah Jupiter, Ia pun kembali melesatkan tembakan laser ke arah binatang buas alien tersebut.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.

Binatang buas alien tersebut pun menghindari nya dengan lincah, sementara itu binatang buas alien yang lainnya menerjang ke arah Jupiter lalu berhasil melukai tangan Jupiter.

"Akh...... tanganku, rasakan ini." Teriak Jupiter.

Jupiter pun kemudian melesatkan tembakan laser ke arah binatang buas yang menyerang nya tersebut, namun dengan lincah nya binatang buas alien tersebut kembali menghindari nya.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter.

"Ugh...... makhluk-makhluk ini sangat lincah, dan sangat menguasai medan di hutan ini." Gumam Jupiter.

Sementara itu binatang buas alien yang lainnya menyerang dan melukai dada Jupiter, melihat itu ia pun memutuskan untuk berlari menghindari makhluk-makhluk tersebut.

"Sebaiknya aku lari saja dulu, sambil berlari aku akan mencari jalan keluar nya." Gumam Jupiter, sambil berlari.

Binatang buas alien tersebut memiliki perawakan seperti harimau namun memiliki gigi taring yang panjang dan warna bulunya putih. Kedua binatang buas alien tersebut pun mulai mengejar Jupiter sambil mengaum.

"Aurghhhh......... aurgh............ " Auman binatang buas alien tersebut.

Jupiter pun terus berlari dengan susah payah, disebabkan medan hutan yang sulit.

"Sial akan sangat susah jika menghadapi kedua makhluk tersebut sekaligus." Ucap Jupiter.

Sambil berlari Jupiter pun menembakkan laser beberapa kali ke arah kedua binatang buas alien tersebut.

"Drrrtrrrtttttrtttt.......Drrrtttttrrrttt.........Drrrttttt ......." Suara tembakan laser milik Jupiter, yang mengenai pepohonan.

"Binatang tersebut terus mengejarku, sial.....aku harus bagaimana?" Gumam Jupiter.

Karena sudah kelelahan Jupiter pun tersandung akar pohon di depan nya lalu tersungkur ke depan. Ia pun kemudian membalikkan badan nya, dengan cepat salah satu binatang buas alien tersebut langsung menerkam Jupiter.

"Aurghhh...................... " Suara raungan binatang buas alien tersebut sebelum menggigit leher Jupiter.

"Ugh..... telinga ku sakit jadinya, suara nya begitu besar." Gumam Jupiter.

Makhluk buas tersebut pun mulai berniat menggigit leher Jupiter, dengan cepat ia pun kembali menembakkan laser ke arah rahang bawah binatang buas alien tersebut.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai binatang buas alien tersebut.

Seketika binatang buas alien itu pun tewas, dan roboh menimpa tubuh Jupiter kembali. Ia pun lantas mendorong nya kesamping, kemudian Jupiter pun bangun. Binatang buas alian yang terakhir kini lebih waspada, makhluk tersebut hanya mengitari Jupiter beberapa kali sambil menatap nya.

"Grooooaghhhh...." Suara auman binatang buas alien tersebut.

Setelah mengaum binatang buas alien tersebut pun mulai menerjang ke arah lengan Jupiter yang memegang senjata.

"Argggghhh..... " Teriak Jupiter, tangannya terluka terkena cakaran binatang buas alien tersebut.

Senjata milik Jupiter pun terpental jatuh, ia pun mulai meraba-raba punggung nya hendak mengeluarkan senjata lainnya dari dalam ranselnya.

"Ugh....... ransel ku pasti terjatuh saat berlari tadi." Gumam Jupiter.

Alangkah sialnya Jupiter, ternyata ransel nya telah terjatuh tanpa disadarinya. Binatang buas alien tersebut pun mulai menerkam ke arah Jupiter, seketika tubuhnya pun roboh ke tanah. Binatang buas alien pun bersiap menggigit leher Jupiter.

"Dia pasti mengaum terlebih dahulu." Gumam Jupiter.

"Aurgh................... " Suara auman binatang buas alien tersebut.

Jupiter pun mulai melakukan telekinesis ke arah pistol laser nya yang terjatuh.

"Melayang.... melayang lah kemari." Gumam Jupiter.

Seketika pistol laser milik Jupiter terbang dengan cepat kembali ke genggaman tangannya. Beberapa detik sebelum rahang binatang buas tersebut mulai menggigit leher Jupiter, Ia pun melesatkan tembakan laser ke dalam mulut makhluk buas tersebut.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai mulut binatang buas alien tersebut.

Seketika makhluk buas tersebut tewas lalu roboh menimpa Jupiter kembali.

"Brukkkk.................. " Suara tubuh makhluk buas alien tersebut saat roboh.

"Akhirnya bencana ini selesai juga." Gumam Jupiter.

Beberapa saat kemudian.

"Kryukkkk...... kryukkkk...... " Suara perut Jupiter.

"Sepertinya aku harus mencari makanan disekitaran sini, hari ini aku belum makan apa pun." Gumam Jupiter.

Luka diakibatkan cakaran binatang buas alien tersebut pun mulai berdenyut dan sakit.

"Aduh..................sakit nya." Ucap Jupiter, sambil melihat bekas luka di tubuh nya dan bajunya yang sobek.

Jupiter pun mendorong tubuh binatang buas yang menimpanya kesamping, lalu berdiri dan mulai menjelajahi kembali hutan tersebut berniat mencari makanan.

Beberapa saat kemudian

"Huft....................... " Suara nafas panjang Jupiter.

Ia pun mulai melihat sebuah pohon dengan batang yang berwarna coklat dan daunnya berwarna hijau, serta di dahannya ada banyak sekali buah-buahan sebesar bola kaki yang berwarna kuning dan merah. Jupiter pun menscan pohon tersebut menggunakan Gelang Ensiklopedia Galaxi yang ada di pergelangan tangan nya.

"Jenis tanaman Pohon Lunarium, berusia sekitar seratus tahun dan hidup pada iklim tropis," Suara yang keluar dari gelang Jupiter.

"Buahnya aman untuk di konsumsi." Suara dari gelang Jupiter.

Jupiter pun bergegas menembak ke arah salah satu dahan menggunakan pistol laser milik nya.

"Drrrtrrrtttttrtttt......." Suara tembakan laser milik Jupiter, mengenai salah satu dahan Pohon Lunarium.

"Brukkkk....... " Suara dahan pohon yang jatuh ke atas tanah.

"Lapar nya..... " Ucap Jupiter.

Karena sangat lapar Ia pun langsung menyantap buah dari Pohon Lunarium tersebut.

"Buah ini benar-benar lezat, berair manis rasanya bermacam-macam,"

"Rasanya tubuh segar sekali saat ini." Gumam Jupiter, lalu kembali menyantap buah tersebut.

Pohon Lunarium ini memiliki diameter batang sekitar 10 meteran dan sangat tinggi, oleh karena itu Jupiter tidak bisa memanjat nya lalu memutuskan menembak nya.Ia pun menyantap habis ketiga Buah Lunarium dari dahan yang jatuh tersebut.

"Tenang sekali hutan ini, aku merasa mulai nyaman disini,"

"Di bandingkan di Asrama Kadet tempat ku tinggal selama ini,"

"Huh......... hari itu aku pertama kali berjumpa dengan Widuri." Ucap Jupiter.

Jupiter pun mulai mengingat kembali kenangan pahitnya saat di Asrama Kadet Akademi Bima Sakti.

Planet Jupiter, tahun 2515 Masehi kalender Federasi Bima Sakti.

Gedung Asrama Kadet ini terletak di dekat Shelter 215 Koloni Bumi. Gedung ini memiliki lantai sebanyak 150 tingkat dengan desain segitiga. Bangunan ini lebih mirip dengan sebuah apartemen di mana di dalam tiap ruangannya memiliki sebuah dapur ruang santai dan sebuah kamar.

Kamar Jupiter, Lantai 30 kamar 303.

malam hari.

Tampak Jupiter tengah mengenakan celana boxer, dan duduk sambil bersantai di atas sofa nya di ruang tengah. Saat ini Widuri tengah mabuk sehabis clubbing di diskotik yang berada di shelter 215, dan salah memasuki kamar nya. Kebetulan pintu kamar Jupiter tidak terkunci saat ini, Widuri pun masuk ke dalam nya.

"Ugh....... Kepala ku sakit sekali, aku sebaiknya berendam di dalam bak air panas terlebih dahulu." Gumam Widuri, lalu berjalan menuju kamar mandi sambil memegang dinding ruangan.

Beberapa saat kemudian Jupiter pun mulai menyadari kedatangan Widuri.

"Siapa Gadis Mabuk ini, kenapa dia bisa ada di dalam kamar ku?"

"Sepertinya dia habis clubbing, memang cewek-cewek di Akademi ini kerjaan nya kalau gak ghibah pasti mabuk-mabukan." Gumam Jupiter, lalu menggeleng-geleng kan kepala nya.

Saat ini Widuri tengah melepaskan pakaian nya berniat berendam di dalam bak air panas.

"Panas sekali di sini aku pasti lupa menghidupkan AC nya tadi." Gumam Widuri.

Saat ini AC telah menyala di ruangan ini hanya saja tubuh Widuri saja yang memang sedang panas sehabis clubbing tadi.

"Aduh...... Dia benar-benar mesum, kenapa dia mesti melepaskan pakaian nya disini,"

"Gadis ini pasti mabuk berat, ugh.....celana ku sedikit sempit lagi gara-gara gadis misterius tersebut." Gumam Jupiter.

Jupiter pun lalu menghampiri Widuri kemudian memakaikan nya handuk dengan paksa.

"Nona, tidak baik seperti ini di depan laki-laki,"

"Kata orang tua ini pantang, nanti kamu susah mendapatkan jodoh Nona." Ucap Jupiter.

Widuri pun kini sudah mengenakan handuk kembali.

"Siapa pemuda tampan itu, kenapa dia bisa ada di dalam kamar ku?"

"Ugh......dia berbicara masalah jodoh pula, jodoh ku ya kamu Pemuda Tampan,"

"Seharusnya semua Pemuda Tampan yang ada di Akademi ini pasti sudah kupacari, baru kali ini aku melihatnya,"

"Sebaiknya aku mencari tahu tentang dirinya terlebih dahulu." Gumam Widuri.

Ternyata Widuri adalah seorang Fuckgirl di Akademi ini, dan Jupiter merupakan seorang kadet teladan.

"Siapa kau pemuda tampan, kenapa kau bisa ada di kamarku?"

"Tapi tidak apa lah Sayang, ayo temani aku berendam di dalam bak air panas di dalam,"

"Tubuh ku sudah dingin sekali ni, aku butuh kehangatan di dalam bak air tersebut." Ucap Widuri, lalu menggenggam lengan Jupiter.

"Agresif sekali gadis ini, mungkinkah sifat nya berubah menjadi ganas karena dia saat ini sedang mabuk?" Gumam Jupiter, lalu melepaskan genggaman tangan Widuri.

"Nona maaf, ini adalah kamar ku,"

"Tuh lihat tulisan yang terpampang di atas pintu tersebut, " Jupiter Storm". Ucap Jupiter.

Widuri pun menoleh ke arah tulisan tersebut.

"Ugh..... Aku seperti nya salah masuk ke dalam kamar lagi, ini pasti karena aku mabuk berat saat ini,"

"Tapi Pemuda ini merupakan tipe ku, sebaiknya aku mendekati nya sekarang." Gumam Widuri.

Widuri pun beranjak ke dekat Jupiter dengan hanya mengenakan sehelai handuk saja, lalu mulai memeluk leher Jupiter.

"Sayang..... " Ucap Widuri.

"Apa yang mau di lakukan Gadis Cantik ini, tidak mungkin dia langsung menyukai ku di saat pertama kali melihat ku?"

"Ini tidaklah normal." Gumam Jupiter.

Ketampanan Jupiter saat ini adalah sesuatu yang tidak normal.

"Nona..... Kau mabuk." Ucap Jupiter.

"Ia Sayang, aku mabuk saat di dekat mu." Ucap Widuri.

"Tidak gadis mabuk, kau mabuk saat di diskotik tadi." Gumam Jupiter.

"Kau begitu tampan, dan imut." Ucap Widuri, lalu mencium bibir Jupiter.

"Ugh..... Wanita ini sudah gila." Gumam Jupiter, lalu melepaskan ciuman Widuri.

"Brukkk............. " Suara handuk terjatuh.

Jupiter pun hanya terdiam membeku menyaksikan keindahan alam yang tampak di hadapan nya tersebut.

"Ugh.........aku gak kuat kalau tiap hari begini di asrama ini, gimana aku bisa konsentrasi belajar kalau begini." Gumam Jupiter.

"Uek.............. " Suara muntah Widuri.

"Tampan sepertinya aku pusing sekali." Ucap Widuri, lalu tersungkur jatuh menimpa Jupiter.

Kembali ke Hutan Minotaur.

"Sejak saat itu Widuri selalu saja mabuk dan masuk ke kamarku." Gumam Jupiter, sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian.

Tiba-tiba saja sesosok makhluk tinggi besar menghantam kepala Jupiter dengan pentungan kayu ke arah kepala Jupiter.

"Gedebug................. " Suara pentungan kayu mengenai kepala Jupiter.

Ia pun roboh tak sadarkan diri kemudian sesosok makhluk tinggi besar tersebut pun menyeret nya dengan kejam.

Kembali ke sesaat sesudah Jupiter mulai memasuki Pesawat Kecil.

Parkiran Pesawat-pesawat kecil.

Akhirnya Uranus pun berhasil di tangkap oleh Magdalena dan yang lainnya, ke empat Kadet cantik tersebut pun sedang memukuli Uranus dengan kejam nya.

"Dasar Pelakor, rasakan ini." Ucap Widuri, lalu menendang Uranus yang sudah tersungkur ke lantai.

Note: Pelakor : Perebut Laki Orang.

"Kami sudah menunggu selama lima tahun saat datang nya hari ini, bahkan aku sudah bersiap melepas kan segel ku di malam ini." Ucap Silvia, lalu menendang Uranus.

"Ugh.... Dasar Perawan Tua." Gumam Uranus.

"Dasar Pelakor.....rasakan pukulan ku ini." Ucap Magdalena, lalu meninju wajah Uranus dengan keras.

"Akh...... " Teriak kesakitan Uranus.

"Dasar Fuckgirl, teganya kau Uranus padahal aku sudah menganggap mu saudaraku sendiri,"

"Kalau kau memang menginginkan Jupiter kita seharusnya bersaing dengan cara sehat, bukan nya malah mencurinya, dasar Pelakor." Ucap Cay Yank, lalu menendang perut Uranus.

"Ugh....perutku aku khawatir tidak bisa melahirkan anak lagi buat mu Jupiter."

"Jupiter bersembunyi lah, aku tidak akan membiarkan mu di gerayangi oleh empat Gadis Psikopat ini." Gumam Uranus, sambil menahan kesakitan.

"Ugh.... Ugh.... Ugh.... " Teriak kesakitan kecil Uranus.

"Gedabak...... Gedebuk....... Gedabak....... Gedebuk...... " Suara tubuh Uranus yang babak belur saat di hajar habis-habisan oleh empat cewek Psikopat yang merasa suaminya di rampas oleh Pelakor.

Beberapa saat kemudian, terdengar beberapa ledakan dan goncangan di dalam dan di luar kapal induk ini.

"Duarghhh........ Duargh...... Duarghhh...... " Suara ledakan dari arah luar dan dalam pesawat induk.

"Groaghhhhh.................... " Suara goncangan pesawat yang di akibatkan serangan Pesawat Perompak Ruang Angkasa.

Setelah mendengar kan suara ledakan tersebut, ke empat Gadis Cantik pun mulai menghentikan tendangan nya ke arah Uranus.

"Uhuk..... Uhuk..... " Suara batuk Uranus, mengeluarkan darah.

"Widuri, sepertinya ada serangan di luar." Ucap Silvia.

"Sepertinya itu Perompak Ruang Angkasa, sebaiknya kita kabur,"

"Aku dengar mereka sangat kejam mereka menjual wanita-wanita nya ke Planet Pelacuran, untuk di jadikan *******-******* yang sudah di cuci otak nya terlebih dahulu." Ucap Magdalena.

"Walaupun aku tidak sepintar Jupiter, tapi aku tidak mau di cuci otak lalu di jadikan boneka pemuas nafsu oleh mereka." Gumam Widuri.

"Ah.... Tidak, ayo kita kabur Cay Yank ke pesawat ku." Ucap Widuri, lalu berlari ke arah pesawat nya.

"Tunggu aku Widuri." Teriak Cay Yank, lalu ikut menyusul Widuri.

Silvia dan Magdalena pun saling menatap, kemudian mereka pun ikut menyusul Widuri lalu meninggalkan Uranus tergeletak di lantai parkiran.

"Tunggu kami Widuri kami juga tidak mau di jadikan *******." Teriak kompak Silvia dan Magdalena.

"Duarghhh.......... Duargh....... Duargh....... " Suara ledakan dari arah luar pesawat induk.

"Ugh..... Kepala ku pusing sekali, mereka benar-benar kejam,"

"Padahal aku pernah jadi cheerleader dan bergabung bersama-sama dengan mereka." Ucap Uranus lalu bangun, ia pun hendak kembali ke pesawat nya.

Tiba-tiba saja pintu garasi pesawat induk mulai terbuka secara otomatis, pesawat induk pun mulai miring. Pesawat-pesawat kecil mulai tergelincir dan terhisap oleh Red Hole termasuk pesawat yang di naiki oleh Jupiter.

"Ugh.... Gawat aku harus naik ke dalam pesawat terdekat." Gumam Uranus, lalu naik ke sebuah pesawat mini yang hanya mampu menampung satu orang saja.

Pesawat pun makin miring, menyebabkan pesawat mini yang di naiki oleh Uranus ikut tergelincir masuk ke dalam Red Hole.

"Akh....... Tidak, Jupiter....... " Teriak Uranus.

Di luar tampak Pesawat Perompak Ruang Angkasa tengah menembaki Pesawat Induk Akademi. Pesawat induk juga membalas tembakan tersebut, kedua pesawat tampak terbakar dan berlubang di beberapa tempat.

"Duarghhh....... Duargh....... Duarghhh....... " Suara ledakan akibat tembakan laser.

Penjara Giok Hijau.

Saat ini Jupiter sedang berada di dalam salah satu sel tahanan di Penjara Giok Hijau. Beberapa jam kemudian, Jupiter pun mulai membuka kedua matanya. Di depan Jupiter terlihat sesosok Gadis Cantik berambut merah berkilauan sedang menampar-nampar perlahan wajah Jupiter.

"Hei... Bangun...bangun......sampai kapan kau mau tidur......tampan........ " Ucap Gadis berambut merah tersebut.

Jupiter pun kemudian duduk, sambil menatap ke arah gadis cantik tersebut.

"Gadis ini sangat mirip dengan salah satu Pengajar di Akademi Bima Sakti, tapi guruku itu berambut hijau,"

"Tidak mungkin dia guru ku, guru ku saat ini tengah berada di dalam pesawat induk Akademi." Gumam Jupiter.

"Dimana kita berada sekarang Nona?" Tanya Jupiter, sambil mengamati ke sekeliling nya.

"Hah.... syukurlah Pemuda Tampan ini sudah terjaga." Gumam Gadis cantik berambut merah tersebut.

"Kita saat ini sedang berada di dalam salah satu sel di penjara minotaur, kita saat ini menjadi tahanan makhluk-makhluk tersebut." Ucap Gadis cantik tersebut.

"Aku sudah lima belas hari disini, semua teman-temanku sudah di mangsa para minotaur itu satu persatu." Ucap Gadis cantik tersebut, dengan raut wajah yang sedih.

"Perkenalkan namaku Luna Castila, lagian besok giliran ku yang di mangsa oleh mereka." Ucap Luna.

Jupiter pun menjabat tangan halus Luna.

"Aku Jupiter Storm." Ucap Jupiter, sambil memegang kepala bagian belakangnya.

"Ugh..... kepala ku masih sedikit sakit, makhluk-makhluk ini begitu bar-bar,"

"Mereka bahkan memakan manusia." Gumam Jupiter.

Penjara ini tersusun dari batu giok hijau pekat yang di rekatkan dengan semacam senyawa lem, terlihat jeruji nya terbuat dari besi hitam. Di dalam ruangan sel penjara ini hanya ada tumpukan jerami sebagai alas tidur nya.

"Penjara ini benar-benar tidak manusiawi, apa makhluk-makhluk itu menganggap kami binatang,"

"Sehingga menyiapkan tumpukan jerami sebagai alas?" Gumam Jupiter.

"Luna apa maksudmu dengan besok kau akan menjadi mangsa oleh para Minotaur tersebut?" Tanya Jupiter.

"Besok mereka pasti akan membunuh ku, lalu memangsa ku seperti yang mereka lakukan terhadap teman-temanku sebelumnya."

"Di penjara ini awalnya kami ada ber lima belas, namun sehari sekali mereka membawa salah satu dari kami untuk di jadikan makanan."

"Sekarang tinggal aku seorang diri Jupiter." Ucap Luna, dengan raut wajah yang sedih.

"Kalau begitu kita harus segera kabur dari sini, sebelum kita menjadi santapan mereka berikut nya." Ucap Jupiter, kemudian berdiri dan mengarah ke jeruji.

Jupiter melihat Minotaur tersebut sedang tertidur pulas di kursi penjaga penjara tersebut.

"Aku telah mencoba mendobrak pintu jeruji tersebut namun tidak pernah berhasil Jupiter, berhentilah berpikir untuk mendobrak nya,"

"Sebaiknya besok saat para Minotaur itu akan membawaku, aku akan melawan makhluk-makhluk tersebut hingga mati." Ucap Luna.

Jupiter terus menatap ke arah penjaga tersebut, dan melihat ke arah kunci yang tergantung di dinding di sisi penjaga tersebut. Ia pun kemudian menjulurkan tangan nya keluar dari jeruji ke arah kunci tersebut.

"Melayang.... melayang lah." Gumam Jupiter.

Beberapa saat kemudian ia pun men telekinesis kunci yang tergantung tersebut, benda itu pun terbang perlahan ke arah genggaman tangan Jupiter.

"Sebaiknya kau bergegas tidur sudah tengah malam Jupiter." Ucap Luna.

"Kita akan keluar malam ini, Luna." Ucap Jupiter, sambil memperlihatkan kunci pintu penjara tersebut di genggaman tangan nya kepada Luna.

Luna pun terkejut, dan membeku.

"Bagaimana mungkin kau melakukannya, Jupiter?" Tanya Luna.

"Nanti akan aku ceritakan, sebaiknya kita keluar dulu sekarang." Ucap Jupiter, sambil membuka pintu jeruji sel penjara tersebut.

"Selamat kepadamu Jupiter, aku akan tetap disini sebaiknya kau bergegas pergi keluar dari sini." Ucap Luna, sambil bangun perlahan dari tempat ia duduk.

Tangan Luna menyandar pada dinding giok untuk menopang tubuhnya, terlihat kaki Luna sebelah kiri terluka parah. Jupiter pun menatap ke arah kaki Luna yang terluka tersebut, setelah membuka pintu penjara Jupiter pun beranjak ke arah Luna.

"Kejam sekali Minotaur tersebut, bahkan ia melukai kaki Luna sampai seperti itu,"

"Siapa yang tega melukaimu gadis secantik Luna." Gumam Jupiter.

"Tidak mungkin aku meninggalkan gadis secantik kamu disini hanya untuk jadi santapan minotaur Lunu." Ucap Jupiter, ia pun mulai memapah Luna keluar dari sini.

"Tapi aku akan memperlambat mu Jupiter." Ucap Luna, sambil menatap wajah Jupiter.

Benih-benih perasaan kagum pun mulai tumbuh di hati Luna.

"Jangan berisik Luna, nanti tahanan lainnya akan terbangun." Bisik Jupiter.

Koridor Penjara Giok Hijau.

Jupiter dan Luna pun keluar dari sel penjara tersebut dan berjalan pelan ke arah penjaga yang sedang tertidur di dekat pintu keluar.

"Tampan nya, dia juga begitu baik,"

"Padahal aku baru mengenal nya beberapa menit saja, tapi dia sudah mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan ku,"

"Budi baik ini akan ku ingat selamanya." Gumam Luna, kemudian pipinya pun memerah.

"Dia pasti sedikit demam, pipinya saja sudah memerah,"

"Kasihan Luna." Gumam Jupiter, sambil memapah Luna.

Terpopuler

Comments

MUHAMMAD ADZAN

MUHAMMAD ADZAN

hm

2022-03-31

1

Mumut Sah

Mumut Sah

mampir ya
aku tunggu nih😁

2020-08-31

1

Susy N.J

Susy N.J

hadir kak tetap semangat ya
mampir juga di novelku
GAGAL MOVE ON
terimakasih 😊

2020-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!